BAB V ANALISIS PENANGGULANGAN SEKS BEBAS REMAJA DI KECAMATAN SLUKE KABUPATEN REMBANG (TINJAUAN BEHAVAVIOURISTIK DAN BIMBINGAN ISLAM)

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi Abu, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004)

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang besar pada setiap wanita yang normal, juga pada kedua orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di era modernisasi telah merambah ke seluruh. penjuru dunia. Hal ini membuat manusia terlena dengan kemegahan dan

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi masa depan bangsa yang harus dijaga

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2013, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB IV MODEL BIMBINGAN DAN KONSELING KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 8 SEMARANG

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI LEMBAGA REHABILITASI YAYASAN JAWOR KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KLEPTOMANIA DENGAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM. Dalam kehidupan, yang namanya masalah besar maupun kecil harus di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. kalangan rumah tangga sendiri. Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok

BAB I PENDAHULUAN. pertama dalam berpacaran. Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis remaja

BAB IV ANALISIS A. Upaya Pencegahan Miras Melalui Shalat Bagi Masyarakat Bangetayu Wetan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. Bulan Bintang, 1977), hlm Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memiliki peran penting pada era sekarang ini. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah moral merupakan masalah yang menjadi perhatian orang dimana

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan. tantangan global di masa kini dan di masa yang akan datang.

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Mellyarti Syarif. Pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Terhadap Pasien. Disertasi. Kementrian Agama RI. Jakarta hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health

BAB IV ANALISA DATA. menguntungkan. Dimanapun dan kapanpun manusia itu menjalani proses

Anak laki-laki yang dirawat dan mendapat sentuhan fisik ayah, dapat menerima diri secara positif dan merasa aman dengan maskulinitasnya.

BAB I. Seks dan Problematikanya. A. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. mulia.manusia diciptakan sebaik-baik bentuk dan diberikan perlengkapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, UII Press, yogyakarta, 2001,

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Metode SEFT Total Solution dalam Menangani Trauma Remaja Korban Perkosaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan nafsu makan dan minum. Seperti hasrat-hasrat lain yang Allah ciptakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

MENGHAYATI PERAN ISTRI

BAB IV ANALISIS MASALAH. dirasakan sebagai suatu gangguan dalam jalan kehidupan sehari-hari. Oleh

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai krisis yang dialami oleh Bangsa Indonesia, baik krisis moral

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lakunya remaja itu sehari-hari baik di rumah, di sekolah, maupun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

Islami. Pernikahan Dalam Islam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KENAKALAN DAN DEGRADASI REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

Transkripsi:

1 BAB V ANALISIS PENANGGULANGAN SEKS BEBAS REMAJA DI KECAMATAN SLUKE KABUPATEN REMBANG (TINJAUAN BEHAVAVIOURISTIK DAN BIMBINGAN ISLAM) 1.1 Analisis Penanggulangan Seks Bebas Remaja Di Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang Sebagaimana telah dikemukakan oleh Kartini Kartono, sebabsebab penyimpangan seks adalah multifaktoral, mencakup gejalagejala di dalam dan di luar pribadi (kelompok gejala yang intrinsik dan ekstrinsik) yang saling kait-mengait. Yang intrinsik ialah faktor-faktor herediter atau keturunan, berupa predisposisr dan konstitusi jasmaniah dan mentalnya, Sedang faktor ekstrinsik mencakup adanya kerusakan-kerusakan fisik dan psikis disebabkan oleh pengaruh-pengaruh luar, atau oleh adanya interaksi pengalaman dengan lingkungan yang traumatis sifatnya. Menurut Kartini Kartono yang mencakup faktor intrinsik antara lain: faktor genetis dan predisposisi hormonal, yang bisa menjuruskan orang pada penyimpangan seksual. Misalnya, faktor genetis ini berperan penting dalam pemunculan gejala penyimpangan seksualitas; walaupun dalam beberapa kasus juga bisa terjadi lewat identifikasi yang sangat intensif atau lewat imitasi

2 terhadap kebiasaan lingkungan khusus jadi ada sensitisasi/pemekaan individu terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan tertentu. 1 Menurut Jefri al-bukhari ada beberapa sebab yang menjadikan remaja sangat mudah terjebak dalam perzinahan, di antaranya: 1. Tidak memiliki pemikiran yang panjang Dorongan seksual yang sedang bergolak di kalangan remaja seringkali menyebabkan remaja tidak memiliki pemikiran yang panjang. Remaja lebih memilih melampiaskan hasratnya ketimbang memikirkan dampak negatifnya. Padahal akibat dari kenikmatan sesaat itu menyebabkan dirinya menderita selama-lamanya, terutama pada remaja perempuan apabila sampai hamil. Derita remaja perempuan ketika hamil akibat seks bebas dua kali lebih berat bahkan mungkin sepuluh kali lebih berat dibandingkan yang dialami remaja laki-laki. Sebab remaja perempuan di samping harus menanggung malu kepada keluarga dan masyarakatnya, kehilangan masa depannya karena biasanya menyebabkan putus sekolah, kerepotan mengurus anak pada umur yang masih belia tanpa adanya seorang ayah di sampingnya, juga ia harus tetap mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan 1 Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, (Bandung: Mandar Maju, 1989), hlm. 228 229.

3 Allah di hari perhitungan nanti. Sedangkan derita remaja laki-laki lebih bersifat ukhrawi, itupun kalau ia tidak bertaubat. Sebab kaum laki-laki tidak mengandung, sehingga sungguhpun telah melakukan zina tidak diketahui oleh masyarakat. 2 Karena itu, seharusnya remaja puteri memiliki pemikiran yang lebih panjang agar tidak terjerumus kepada seks bebas atau perzinaan. Insya Allah jika remaja puteri dapat tahan terhadap godaan, maka perzinahan tidak akan terjadi dan masa depan dapat terselamatkan. Demikian juga remaja putera, jangan mentang-mentang karena tidak memiliki risiko dunia, lalu dengan seenaknya mengumbar nafsu. Ingat tidak semua taubat manusia diterima dan azab Allah di akhirat sangat pedih. 2. Tidak merasa diawasi Ketika sedang berduaan dengan sang kekasih biasanya remaja merasa seakan dunia ini hanya milik berdua. Sehingga ia melakukan apa saja yang disebutnya sebagai perwujudan kasih sayang kepada kekasihnya. la tidak ingat saat sendirian, sebenarnya berduaan, saat berdua sebenarnya bertiga, saat bertiga sebenarnya berempat, dan Mawardi) Hlm.6 2 Jefri Al-Bukhori, 2006. Sekuntum Mawar Untuk Remaja. (Jakarta: Pustaka al-

4 seterusnya. Sebagaimana firman Allah: yang artinya: "Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. 3 Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". 4 Menurut Jefri al-bukhari,hilangnya perasaan "merasa diawasi" inilah salah satu yang menyebabkan remaja sangat mudah melakukan perzinahan. Padahal tidak ada ruang di dunia ini yang terlepas dari pengawasan Allah SWT. Allah Maha Tahu dan Allah tidak pernah tidur ataupun lengah dalam mengawasi apa yang terjadi pada alam semesta ini. Karena itu, silakan berzina asal Allah tidak tahu. 5 3 Ibid Jefri Al bukhori hlm.7 4 QS. Al-Mujadilah ayat 7 5 Opcit Jefri Al bukhori hlm.7

5 3. Pergaulan bebas Pergaulan bebas antara remaja yang berlawanan jenis sangat memicu terjadinya perzinahan. Bagaimana tidak, jika mereka selalu dengan lawan jenisnya, terutama pada tempat-tempat yang tidak ada pengawasan orang lain, tentu mereka akan melakukan perzinahan. Sebab saat itu gelora nafsunya muncul dan suasananya memungkinkan untuk melakukannya. Sementara mereka tidak memiliki pemikiran yang panjang serta tidak memiliki perasaan merasa diawasi. Karena itu, Allah melarang perbuatan yang dapat menyebabkan terjadinya zina. Pergaulan bebas adalah tangga yang akan mengantarkan kepada perzinahan. 6 Faktor-faktor terjadinya seks bebas remaja di Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang : 1. Kurangnya bimbingan agama maupun pendekatan perilaku terhadap remaja 2. Kurangnya bimbingan agama maupun pendekatan perilaku terhadap remaja merupakan salah satu faktor terjadinya seks bebas remaja, kenapa demikian karena remaja yang dalam prosesnya menuju masa dewasa dalam hal ini masa pubersitas adalah masa dimana seseorang dalam proses 6 Opcit Jefri Al bukhori hlm.8

6 pencarian jatidiri dan masih dalam keadaan labil dengan demikian seorang remaja perlu banyak bimbingan dan pendekatan-pendekatan sehingga seorang remaja tidak melakukan tindakan mall adaptif khususnya melakukan tindakan seks bebas. 3. Kurangnya pengawasan dari orang tua 4. Adanya kebiasaan-kebiasaan buruk yang dibawa masyarakat pendatang 5. Kurangnya penyuluhan dari dinas setempat 6. Banyaknya daerah industri sekaligus masyarakat urban yang datang ke daerah sluke dan membawa budaya-budaya yang negative. 1.2 Analisis Penanggulangan Seks Bebas Remaja dalam Tinjauan Bimbingan dan Konseling Islam Di Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang Untuk menanggulangi penyimpangan seksual, perlu adanya bimbingan dan konseling Islam, dan yang di maksud bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sedangkan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali akan eksistensinya

7 sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 7 Pentingnya bimbingan dan konseling Islam adalah karena problematika masyarakat sekarang ini bukan saja menyangkut masalah materi, tetapi juga menyangkut masalah-masalah psikis. Kondisi seperti ini telah mengakibatkan semakin keringnya kerohanian manusia dari agama. Dari sinilah arti pentingnya bimbingan dan konseling Islam dan juga dakwah, dengan dakwah perilaku kerohanian setiap insan dapat berubah dari rasa dahaga akan agama berganti dengan kesejukan rohani yang sehat, hal ini bisa dirasakan dari siraman dakwah itu. Esensi dakwah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi) rangsangan, serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama, dengan penuh kesabaran demi keuntungan pribadinya sendiri, bukan untuk kepentingan juru dakwah atau juru penerang. 8 Bimbingan dan Konseling Islam mempunyai fungsi pencegahan, pengentasan, pemahaman dan pemeliharaan, pengembangan. Untuk dapat menguasai Bimbingan dan Konseling Islam sebagaimana dijabarkan di atas, maka perlu dalam Bimbingan dan Konseling Islam harus dapat menerapkan dan berpengalaman 7 Thohari, Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta: UII Press. 1992) hlm. 5 8 Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara 2000) hlm 6

8 luas dalam layanan Konseling itu. Karena konseling merupakan layanan teratur, terarah dan terkontrol serta tidak diselenggarakan secara acak atau seadanya. Oleh karenanya, pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam, perlu memperhatikan layanan-layanan lainnya. Merujuk pada fungsi di atas, maka Bimbingan dan Konseling Islam sebagai bentuk pelayanan terhadap masalah yang dihadapi remaja, khususnya yang berkaitan dengan pergaulan bebas yang dilakukan oleh remaja yang dewasa ini cenderung dan mengarah pada kemerosotan moral. Secara tegas hal ini diungkapkan oleh Zakiah Daradjat, bahwa merosotnya moral kalangan orang remaja dan orang dewasa disebabkan oleh beberapa faktor: 1. Kurang tertanamnya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat. 2. Keadaan masyarakat yang kurag stabil, baik dari segi ekonomi, sosial dan politik. 3. Pendidikan moral tidak terlaksana menurut mestinya, baik di rumah, sekolah dan masyarakat. 4. Suasana rumah tangga yang kurang baik. 5. Diperkenalkannya secara popular obat-obat dan alat-alat anti hamil.

9 6. Banyaknya tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran, kesenian keseniaan yang tidak mengindahkan dasar-dasar dan tuntutan moral. 7. Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu terluang (leisure time) dengan cara yang baik, dan yang membawa kepada pembinaan moral. 8. Tidak ada atau kurangnya markas-markas bimbingan dan penyuluhan bagi anak-anak dan pemuda-pemuda. 9 Secara normative, tujuan hidup yang paling mulia adalah bahwa manusia hendaknya selalu berbuat kebaikan agar supaya meninggikan sifat kemanusiaannya dan berakhlak sesuai dengan sifat Allah yang Pengasih dan Penyayang kepada hamba-hamba- Nya. Berkaitan dengan hal ini, maka Bimbingan Konseling Islam berfungsi sebagai penuntun ke jalan yang baik. Usaha untuk membendung pergaulan bebas di karangan remaja adalah dengan prinsip individual. Hal ini perlu disadari, karena satiap pribadi adalah satu unitas multikompleks (totalitas kepribadian yang rumit dan kompleks) dengan ciri-cirinya yang khas. Masing-masing mempunyai cara dan respon yang khusus dalam menanggapi kesulitan yang dihadapi remaja. 10 9 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979) hlm. 13 10 Kartini Kartono, Psikologi Abnormal, (Bandung: Mandar Maju, 2000) hlm. 251

10 Melihat penyakit remaja yang kian membahayakan ini, maka Islam mengambil bentuk berbagai tindakan. Pertama, Islam menempuh cara integrated, yaitu dengan menggalang kerja sama antara orang tua, sekolah dan masyarakat dalam mengontrol perilaku pemuda dan pemudi. Kedua, adalah dengan tindakan preventif, yakni pencegahan daripada pengobatan. Prinsip ini dalam istilah diungkapkan al-wiqayah ahamu min al- ilaj, bahwa pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Bekiatan dengan hal ini, Islam melarang secara tegas berbuat zina, meminum minuman keras dan sebagainya yang dapat melahirkan penyakit sosial. Bimbingan Konseling Islam ini adalah sebagai usaha agar individu dapat terhindar dari segala hal-hal yang menjerumuskan individu dalam hal-hal yang dilarang agama. Ketiga, Islam menempuh cara yang bersifat dialogis rasional, yaitu dengan menunjukkan larangan dan madzarat yang ditimbulkan dari pergaulan bebas, misalnya seks bebas, penyalahgunaan narkotika dan lain sebagainya. Keempat, Islam menempuh jalan bersifat teologis dan eskatologis, yaitu dengan menyatakan, bahwa larangan tersebut sanksinya bagi yang melanggar bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di akhirat. Hal yang demikian dapat dilakukan dengan cara menempuh keagamaan seseorang. 11 11 Abuddin Nata,,Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta: Grasindo, 2001) hlm. 211-212

11 Sementara itu, fungsi Bimbingan dan Konseling Islam dalam menangani pergaulan bebas di kalangan remaja dapat dilakukan melalui beberapa tindakan. Pertama adalah tindakan bersifat remidial dan rehabilitatif. Fungsi rehabilitasi ini lebih menekankan pada fungsi remedial, karena sangat dipengaruhi oleh psikologis klinis dan psikiatri. Peranan remedial dalam menangani pergaulan bebas dikalangan remaja dapat dilakukan dengan langkah: a) Penyesuaian diri; b) menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi; c) mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional. Persepsi mahasiswa terhadap pergaulan bebas yang cenderung negatif telah memfungsikan bimbingan dan konseling sebagai upaya rehabilitasi terhadap masalah yang dihadapi remaja. Oleh karena itu, dengan rehabilitasi ini diharapkan remaja dalam kembali kepada jalan yang benar dan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Kedua, menjadikan bimbingan dan konseling Islam sebagai fungsi edukatif dalam menangani pergaulan bebas di kalangan remaja. Fungsi dilakukan dengan cara: a) membantu meningkatkan ketrampilan-ketrampilan dalam kehidupan; b) mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah hidup; c) membantu meningkatkan kemampuan dalam menghadapi transisi dalam kehidupan; d) untuk keperluan jangka pendek konselor, membantu individu-individu menjelaskan nilai-nilai (moral, agama, etika dan susila) menjadi lebi

12 htegas, mengendalikan kecemasan, meningkatkan ketrampilan komunikasi antar pribadi dan memutuskan arah hidup. Bimbingan dan konseling Islam pada dasarnya memuat nilai edukatif. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling Islam adalah sebagai bentuk bimbingan dan pendidikan yang diarahkan pada perubahan dan pola pikir mahasiswa terhadap masalah yang dihadapi, khususnya pergaulan bebas di kalangan remaja. Ketiga, menjadi bimbingan dan konseling Islam sebagai fungsi preventif, tindakan preventif untuk membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi klien. Dalam aplikasinya, fungsi preventif (pencegahan) dilakukan untuk: a) memberikan bimbingan kepada remaja agar dapat kembali kepada al-qur an dan as-sunnah; b) memberikan kepada penyembuhan terhadap gangguan mental berupa sikap dan cara berfikir yang salah dalam menghadapi problematika yang dihadapi remaja. Keempat, menjadikan bimbingan dan konseling sebagai developmental (pengembangan) dalam menangani pergaulan bebas di kalangan remaja, yaitu dengan membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab muncul masalah bagi remaja. Hal ini didasarkan pada persepsi remaja yang cenderung negatif terhadap pergaulan bebas,

13 sehingga perlu pengembangan yang lebih bagi remaja dalam membentuk moral dan psiritualnya. Dari uraian di atas jelas, bahwa terjadinya pergaulan bebas di kalangan remaja disebabkan oleh factor sosial, psikologis, agamis, filosofis juga karena factor yang bersifat kultural. Oleh karena itu, usaha untuk membendung pergaulan bebas perlu dilakukan kerja sama antara semua pihak, terutama, orang tua (keluarga), sekolah dan masyarakat dengan prinsip preventif, kerja sama, dialog dan teologis.