1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada data terakhir bulan juli tahun 2013 volume sampah di TPA Supit Urang Kota Malang mencapai 1642,5 m 3 atau 420,48 ton per 12 jam bisa dihasilkan gas sebanyak 8212,5 m 3, pembuatan biogas memerlukan proses fermentasi dengan menggunakan digester yang didesain khusus dalam kondisi anaerob. Digester yang biasanya digunakan untuk menampung kotoran hewan, maka akan dikembangkan digester untuk menampung sampah organik. Agar proses fermentasi lebih cepat, di butuhkan alat pemilah sampah anorganik [TPA Supit Urang, 2013]. Untuk itu di buatlah alat-alat pemilah sampah anorganik removed, ada macam-macam alat pemilah sampah antara lain Magnetic Separator, Doda Bio Separator, Turbo Separator, Tiger HS640, Vibrating Screen, Oscillating Screen, Traveling Chain Curtain, Air Classifier, dan lain sebagainya. Pada dasarnya prinsip kerja alat pemilah sampah anorganik removed sama, hanya yang membedakan metode yang digunakan oleh alat tersebut. Metode yang umum digunakan yaitu memakai sistem screw sebagai alat penghancur sampah, karena lebih mudah dalam prosesnya. Diharapkan alat pemilah sampah ini dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah sampah di kota Malang dan bisa di terapkan di kota-kota lain. Maka berbagai studi tentang pengolahan sampah, baik yang mekanismenya maupun penanggulangannya itu perlu dikembangkan lebih 1
2 lanjut. Berdasarkan pertimbangan tersebut dirancanglah alat pemilah sampah organik dan anorgamik kapasitas 10 ton/jam sebagai tugas akhir. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana merancang sistem kerja alat pemilah sampah dengan kapasitas 10 ton/jam? 2. Bagaimana proses pemilahan sampah anorganik dan organik? 1.3 Tujuan 1. Menghasilkan gambar dan dimensi alat pemilah sampah yang efektif dengan kapasitas 10 ton/jam. 2. Memperoleh mekanisme mesin pemilah sampah yang sesuai. 1.4 Manfaat Potensi sampah di Indonesia sangat besar. Khusus untuk sampah rumah tangga, jumlah yang dihasilkan pada tahun 2020 diperkirakan akan meningkat 5 kali lipat. Peningkatan tersebut bukan saja karena pertambahan penduduk, tetapi juga karena meningkatnya timbunan sampah per kapita yang disebabkan oleh perbaikan tingkat ekonomi dan kesejahteraan. (Erliza Hambali, 2007) Penanganan dan pengolahan sampah hingga saat ini belum optimal. Di daerah perkotaan baru 11,25% sampah diangkut oleh petugas 63,35% sampah ditimbun atau dibakar, 6,35% sampah dibuat kompos, dan 19,05% sampah dibuang kesungai atau sembarangan. Sementara didaerah perdesaan, sebanyak 19% sampah diangkut oleh petugas, 54% sampah ditimbun atau dibakar, 7% sampah dibuat kompos, dan 20% dibuang kekali atau sembarangan. (Erliza Hambali, 2007)
3 Pada data terakhir bulan Juli tahun 2013 volume sampah di TPA Supit Urang, Malang kota mencapai 1642,5 m 3 atau 420,48 ton per 12 jam, apabila Sampah di tempat tersebut masih tercampur antara sampah organik dan non organik. Hasil data dilapangan perbandingan sampah organik dan non organik adalah 1:1, sehingga untuk sampah organik mencapai 210 ton per 12 jam, yang dihasilkan di TPA Supit Urang berupa biogas. [TPA Supit Urang, 2013] Maka di butuhkan alat pemilah sampah untuk mempermudah memilah sampah organik dan anorganik. Sampah organik dapat di manfaatkan menjadi biogas, prosesnya sampah anorganik dan organik di pisahkan terlebih dahulu. Untuk sampah organik diproses dengan cara dibubur dengan perbandingan air dengan sampah 1:1 menggunakan mesin, bubur sampah organik masuk ke dalam diegester, outputnya berupa biogas dan pupuk kompos. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor: 27 tahun 2014 tentang pembelian tenaga listrik dari pembangkit listrik tenaga biomassa dan pembangkit listrik tenaga biogas oleh P.T Perusahaan Listrik Negara (Persero), menetapkan: peraturan mentri energi dan sumber daya mineral tentang pembelian tenaga listrik dari pembangkit listrik tenaga biomassa dan pembangkit listrik tenaga biogas oleh P.T Perusahaan Listrik Negara (Persero). (Mentri energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, 2014) TPA Supit Urang menghasilkan rata-rata 420 ton sampah perhari, di asumsikan 250 ton sampah tersebut merupakan sampah organik:
4 1. Perkiraan Daya : jika diketahui 150 ton sampah organik menghasilkan 1 megawatt maka, 250 ton sampah menghasilkan 1,6667megawatt setara dengan 1666,7kilowatt. 2. Listrik : Rp1.050/kWh 1666,7Kilowatt 8760jam 0,9 = Rp 13.797.275.940,00 3. Kompos : 250 ton 365 hari 0.05 Rp1000,00 = Rp 4.562.500.000,00 Di dapat total pemasukan: Rp13.797.275.940,00 + Rp4.562.500.000,00= Rp18.359.775.940,00/tahun dan Rp18.359.775.940,00 12bulan = Rp1.529.981.328,00/Bulan. (Kusnanto, 2011) Keterangan: 1. Harga jual tenaga listrik1.050/kwh, dan 2. 150 ton sampah organik menghasilkan 1 megawatt. (Kusnanto, 2011) Memanfaatkan sampah organik sebagai biogas maka perlu perancangan alat pemilah sampah dengan menggunakan prinsip reaktor biogas kotoran ternak. Rancangan tersebut meliputi prinsip kerja, kapasitas sampah, dimensi alat pemilah sampah. Proses pemilahan yaitu memilah antara sampah organik dan anorganik, untuk sampah organik diproses dengan di jadikan bubur terlebih dahulu dengan menggunakan mesin, bubur sampah masuk digester selama 22 hari, output berupa biogas dan pupuk. Untuk biogas bisa dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga atau sekala besar bisa sebagai pembangkit listrik meliputi kota malang.
5 1.5 Batasan masalah a. Alat ini dirancang hanya untuk kapasitas 10 ton/jam. b. Sampah yang dipilah adalah sampah anorganik, sedangkan sampah organiknya hancur dan bercampur air. c. Karakteristiknya bahan sampah adalah 70% organik dan 30% plastik (kresek) sedangkan anorganik lainnya sudah habis di TPS. d. Tidak menghitung kekuatan rangka. e. Poros pemilah diasumsikan sama dengan poros Screw conveyor pertama. f. Tidak menghitung biaya.