BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya tingkat pendidikan, pengetahuan, dan sosial ekonomi masyarakat, maka tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan juga semakin meningkat. Masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat menuntut dikembangkannya pendekatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang paripurna (Nursalam, 2008) Tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan harus di respon secara tepat oleh perawat, karena perawat merupakan bagian dari institusi rumah sakit yang memberikan kontribusi besar terhadap pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan keperawatan. Berdasarkan Lokakarya nasional pada bulan januari 1983 bahwa pelayanan keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Tujuan pelayanan keperawatan pada umumnya ditetapkan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas rumah sakit serta meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap profesi keperawatan. (Arwani & Supriyatno, 2006) Keperawatan merupakan tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit secara umum. Perawat sebagai pemberi jasa merupakan ujung tombak pelayanan di rumah sakit, karena perawat berada 24 jam dalam memberikan asuhan keperawatan. Tanggung jawab yang demikian beratnya kadang belum di tunjang oleh sumber daya manusia yang memadai sehingga kinerja perawat menjadi sorotan baik oleh profesi lain maupun pasien atau keluarga nya (Nursalam, 2008) Kinerja perawat adalah penampilan hasil karya dari perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan. Berdasarkan penilaian kinerja perawat untuk mengetahui kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien digunakan indikator kinerja perawat menurut Direktorat pelayanan dan Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Tahun 2001 menyatakan
bahwa penilaian kinerja perawat terhadap mutu asuhan keperawatan dilakukan melalui penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) pada pedoman studi dokumentasi asuhan keperawatan, evaluasi persepsi pasien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan dan evaluasi tindakan perawat berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) (Depkes, 2001). Untuk mewujudkan pelayanan yang optimal, dibutuhkan tenaga perawat yang profesional. Profesionalisme perawat dalam bekerja dapat dilihat dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien yang dirawatnya. Perawat perlu mendokumentasikan segala bentuk asuhan keperawatan yang diberikan melalui pencatatan atau pendokumentasian. Hal ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien yang dirawatnya. Oleh karena itu pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan salah satu tolak ukur kualitas pelayanan dari suatu rumah sakit. Hal inilah yang masih memerlukan perhatian bagi para pelaksana asuhan keperawatan. Permasalahan yang sudah ada sejak dulu melekat pada pelayanan keperawatan, dimana perawat merasakan tugas sehari-harinya sebagai suatu rutinitas dan merupakan sebuah intuisi semata. Oleh karenanya perawat yang dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar asuhan mempunyai arti yang sangat penting dalam upaya peningkatan mutu pelayanan. Kualitas kerja perawat menentukan mutu pelayanan rumah sakit sedangkan pendokumentasian merupakan indikator dari mutu pelayanan rumah sakit (Triyanto dkk, 2008) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Triyanto dkk, 2008) mengenai gambaran kinerja dan motivasi perawat dalam melakukan dokumentasi keperawatan, disimpulkan bahwa faktor Instrinsik mengenai kualitas kinerja menentukan mutu pelayanan keperawatan, sebagian besar perawat (91%) menyatakan setuju, 93% perawat juga menyatakan setuju dengan pernyataan mengenai dokumentasi keperawatan mempengaruhi profesionalisme perawat. Beberapa pernyataan yang berkaitan dengan faktor tanggung jawab adalah pernyataan kualitas dokumentasi keperawatan perlu dijadikan pertimbangan
peningkatan jenjang karir perawat, 65% perawat menyatakan setuju. Salah satu peningkatan jenjang perawat fungsional dinilai dari kemampuan perawat melaksanakan dokumentasi keperawatan, 60% perawat menyatakan setuju. Sedangkan faktor ekstrinsik yang berkaitan dengan adanya peran supervisi keperawatan, dinyatakan perawat 50 % setuju dan 42 %nya tidak setuju serta 8 % tidak sesuai. Pernyataan kelengkapan dokumentasi keperawatan sebaiknya dijadikan point reward jasa pelayanan, sebagian besar 62% perawat menyatakan setuju. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Rahim (2009), hasil penelitian menunjukan bahwa variabel karakteristik individu (masa kerja), variabel psikologis ( motivasi dan persepsi terhadap pekerjaan) dan variabel organisasi (imbalan, kepemimpinan dan desain pekerjaan ) secara bersama memberi pengaruh terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan sebesar 65,3%. Hasil analisis menunjukan motivasi memberi pengaruh yang paling kuat dibandingkan dengan variabel lain. Hasil observasi terhadap kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana di rumah sakit Dr.Moerwardi diperoleh hasil 56,2 persen termasuk kategori kurang baik. Pendokumentasi asuhan mencakup lima hal yaitu pengkajian data pasien, penegakkan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan penilaian hasil tindakan keperawatan. Standar yang ditetapkan oleh Depkes RI tentang pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan adalah 75%, Pendokumentasian asuhan yang tidak baik dapat dikaitkan dengan banyak variabel, antara lain motivasi kerja, stres kerja, beban kerja, gaya kepemimpinan, hubungan antar manusia kurang harmonis, supervisi dari atasan tidak efektif, dan mungkin saja kejenuhan kerja (Supratman & Utami, 2009) Fungsi manajerial yang menangani pelayanan keperawatan di ruang perawatan di koordinatori oleh kepala ruang. Kepala ruang menjadi ujung tombak tercapai nya mutu pelayanan rumah sakit serta bertanggung jawab mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Untuk itu seorang
kepala ruang di tuntut memiliki kompetensi yang lebih dalam melaksanakan fungsi manajerial nya. Kemampuan manajerial yang harus di miliki oleh kepala ruang adalah perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pelaksanaan, pengawasan serta pengendalian, dan evaluasi. (Arwani & Supriyatno, 2006) Hasil penelitian yang dilakukan Warsito (2006) mengenai persepsi perawat terhadap fungsi manajerial kepala ruang di rumah sakit jiwa Dr. Amino gondohutomo semarang bahwa perawat pelaksana yang mempunyai persepsi tentang fungsi pengarahan kepala ruang tidak baik, cenderung pelaksanaan manajemen asuhan keperawatannya juga tidak baik, dan perawat pelaksana yang mempunyai persepsi tentang fungsi pengawasan kepala ruang tidak baik, cenderung pelaksanaan manajemen asuhan keperawatannya juga tidak baik Dari beberapa fungsi manajerial kepala ruang tersebut salah satu yang harus dijalankan oleh kepala ruang adalah fungsi pengawasan melalui supervisi keperawatan untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan keperawatan. Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan adil dan bijaksana. Dengan demikian diharapkan setiap perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik, cepat tepat sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan dari perawat yang bersangkutan. Tujuan utama supervisi adalah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kerja ini dilakukan dengan teknik langsung dan langsung. Supervisi yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan bawahan dan apabila di temukan masalah segera di beri petunjuk atau bantuan untuk mengatasi nya (Suarli & Bahctiar, 2009). Keberhasilan pelaksanaan supervisi di antara nya sangat di tentukan oleh kompetensi kepala ruangan sehingga kepala ruang di tuntut memiliki kemampuan lebih. Dalam hal ini diperlukan evaluasi pelaksanaan supervisi terutama mengenai kompetensi dari supervisor dalam melaksanakan supervisi yang berupa
masukan dari perawat pelaksana dan pengaruh nya terhadap kualitas kinerja perawat itu sendiri. Kompetensi ini mencakup kompetensi knowledge, enterpreunerial, intelektual, emosi dan interpersonal (Hasniaty, 2002) Rumah sakit kota semarang adalah rumah sakit yang dalam perkembangan nya mampu meraih akreditasi tipe B non pendidikan dengan status BLU (badan layanan umum) pada tahun 2007 yang di harapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah di tetapkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Mayasari, A, 2009) tentang persepsi kepuasan kerja perawat terhadap manajemen keperawatan di rumah sakit kota semarang di dapatkan hasil bahwa 65% orang menyatakan kepemimpinan kurang baik, 65% orang menyatakan insentif kurang baik, 35% orang menyatakan kondisi lingkungan kerja kurang, 70% orang menyatakan kesempatan promosi kurang dan 70% orang menyatakan supervisi kurang. Menurut profil rumah sakit kota semarang pada tahun 2011, indikator BOR 65,40%, LOS 4,14 hari, TOI 2,19 hari, BTO 57,63x. Sedangkan menurut hasil kuesioner kepuasan pelanggan tahun 2010 rumah sakit daerah kota semarang bahwa pelayanan keperawatan di nilai baik 66%, baik sekali 30%, kurang 4%. Nilai kepuasan pelanggan ini masih di bawah nilai standar pelayanan minimal rumah sakit umum daerah kota semarang dimana standar minimal pelayanan keperawatan adalah 90%. Sejauh ini peran supervisi kepala ruang bagi perawat pelaksana di ruang instalasi rawat inap rumah sakit umum daerah kota semarang khususnya dalam hal supervisi perawat pelaksana dalam pendokumentasian keperawatan belum bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini di buktikan dengan tidak semua ruang melakukan audit mutu dalam pendokumentasian keperawatan. Hasil wawancara yang dilakukan pada lima orang perawat pelaksana yang bertugas di rumah sakit umum daerah kota semarang di dapatkan data bahwa pelaksanaan supervisi dilakukan oleh Kasi Keperawatan, jadwal nya tidak menentu, kegiatan yang dilakukan lebih pada pengawasan, inspeksi mendadak
mengenai pelayanan keperawatan, terkadang juga mengenai dokumentasi keperawatan. Sedangkan data yang didapat dari kepala instalasi rawat inap untuk program supervisi kepala ruang, penjadwalan supervisi, format dan materi supervisi masih dalam tahap proses. Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap kinerja perawat yang dilihat dari dokumentasi keperawatan, peneliti melihat bahwa dokumentasi perawat tidak mengacu pada kondisi pasien saat itu tapi berdasar kegiatan pengobatan yang dilakukan perawat dan rutinitas perawat. Sedangkan hasil wawancara terhadap kasi keperawatan mengatakan bahwa di rumah sakit umum daerah kota semarang belum ada standar operasional prosedur mengenai supervisi keperawatan yang dilakukan kepala ruang. Belum ada format khusus supervisi, rancangan supervisi kepala ruang masih dalam proses. Supervisi yang dilakukan sekarang oleh bidang keperawatan adalah dengan turun ke tiaptiap ruangan untuk memberikan pengarahan dan pengawasan. Tidak ada jadwal khusus supervisi. Untuk pengendalian mutu dilakukan supervisi oleh tim pengendali mutu sendiri, salah satu yang di nilai adalah pendokumentasian keperawatan dengan cara mengambil sample acak dari tiap ruang untuk dilihat kelengkapan nya. Berdasarkan analisis tersebut dikatakan bahwa mutu pelayanan keperawatan dalam hal pendokumantasian keperawatan sangat berkaitan erat dengan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Belum kuat nya tanggung jawab dan tanggung gugat perawat dalam pendokumentasian keperawatan sehingga peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi yang maksimal di dukung dengan kompetensi yang baik dari supervisor semakin meningkat kinerja perawat pelaksana dan mutu pelayanan juga akan semakin baik khususnya dalam hal pendokumentasian. Maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan persepsi perawat pelaksana tentang kemampuan supervisi kepala ruang terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di instalasi rawat inap rumah sakit umum daerah kota semarang.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas,maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu Apakah ada hubungan persepsi perawat pelaksana tentang kemampuan supervisi kepala ruang dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan persepsi perawat pelaksana tentang kemampuan supervisi kepala ruang dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di instalasi rawat inap rumah sakit umum daerah kota semarang 2. Tujuan khusus a. Mendiskripsikan persepsi perawat pelaksana tentang kemampuan supervisi kepala ruang di Instalasi rawat inap rumah sakit umum daerah kota semarang b. Mendiskripsikan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian proses keperawatan di Instalasi rawat inap rumah sakit umum daerah kota semarang c. Menganalisis hubungan antara persepsi perawat pelaksana tentang kemampuan supervisi kepala ruang dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian proses keperawatan di Instalasi rawat Inap rumah sakit umum daerah kota semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Profesi Perawat Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi peningkatan pengetahuan perawat dan dapat menambah khasanah ilmu kepemimpinan dan manajemen
keperawatan khususnya tentang hubungan kompetensi supervisi kepala ruang dengan kinerja perawat pelaksana. 2. Bagi Peneliti a. Untuk mendapatkan pengalaman dan kemampuan dalam melaksanakan penelitian serta analisis data sesuai dengan metode dan aturan yang benar. b. Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang hubungan persepsi perawat pelaksana tentang kemampuan supervisi kepala ruang dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di ruang rawat inap rumah sakit umum daerah kota semarang. 3. Bagi Pihak Rumah sakit Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit. Untuk mencapai kualitas mutu pelayanaan yang baik maka perlu adanya peningkatan kualitas kerja perawat dengan peningkatan kegiatan supervisi dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Untuk itu perlu juga di tingkatkan kompetensi supervisi kepala ruang dalam pelaksanaan supervisi, sehingga supervisi yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien. E. Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan penerapan dari bidang ilmu manajemen keperawatan dan diharapkan nantinya dapat menambah khasanah ilmu kepemimpinan dan manajemen keperawatan khususnya tentang hubungan kompetensi supervisi kepala ruang dengan kinerja perawat pelaksana.
F. Keaslian Penelitian Nama/Judul penelitian/tahun Evirina Simanjuntak/ Pengaruh kemampuan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap rumah sakit islam malahayati medan/2009 Zachliherni,Skep/ Hubungan supervisi kepala ruang dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap RSUP Dr.kariadi semarang/2010 Variabel Kemampuan supervisi dan kinerja perawat Peranan supervisi kepala ruangan dengan kepuasan perawat pelaksana Desain penelitian One-Group Pratest dan post test Deskriptif korelasioanal dengan pendekatan cross sectional Hasil Terdapat perbedaan kemampuan supervisi kepala ruang sebelum dan sesudah pelatihan supervisi secara keseluruhan. Begitu juga dengan kinerja perawat pelaksana sebelum dan sesudah pelatihan supervisi. Ada Hubungan antara keterampilan, kompetensi supervisor dengan kepuasan kerja perawat pelaksana. Penelitian ini akan meneliti Hubungan persepsi perawat pelaksana tentang kemampuan supervisi kepala ruang terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di instalasi rawat inap rumah sakit umum daerah kota semarang. Orisinilitas pada penelitian ini adalah sampel penelitian di rumah sakit umum kota semarang, melihat gambaran supervisi dan lebih menekankan pada kemampuan supervisi kepala ruang dan kinerja perawat dalam pendokumentasian keperawatan khususnya di rumah sakit daerah kota semarang, dilakukan dengan desain penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional dan analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat.