STUDI NEIGHBOURHOOD CHANGE DAN KEBERLANJUTAN HUNIAN (STUDI KASUS: PERUMAHAN CITRA 1, JAKARTA BARAT) Veronica Teny Lukito 1, I G. Oka Sindhu Pribadi 2 dan Liong Ju Tjung 3 1 Jurusan Tenik Perencanaan Wilayah Kota, Universitas Tarumanagara, Jl. Jend S. Parman No.1 Jakarta 11440 Email: veronicateny@ymail.com 2 Program Studi Magister Arsitektur, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. 1, Grogol, Jakarta Barat, 11440 Email: okapribadi@cbn.net.id 3 Program Studi Magister Teknik Perencanaan, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No. 1, Grogol, Jakarta Barat, 11440 Email: liongjutjung@yahoo.com ABSTRAK Keberlangsungan perumahan pasca pengembangan sering diabaikan oleh pihak terkait, mengakibatkan unsur perumahan berubah. Neighbourhood change terjadi karena ada kebutuhan yang sudah tidak terpenuhi oleh kondisi perumahan yang semula. Sebagai perumahan terencana untuk kelas menengah, pasca 32 tahun pengembangan, Citra 1 yang berlokasi di Kalideres, Jakarta Barat, mengalami perubahan unsur neighbourhood pada penggunaan lahan dan rumah yang disebabkan oleh faktor demografi (dinamika sosial dan ekonomi) penghuni. Tujuan penelitian ini adalah studi neighbourhood change pada perumahan untuk menjaga keberlanjutan pengembangan dan keberadaan suatu perumahan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara pemetaan, penyebaran kuisioner, dan pengumpulan data ke instansi terkait. Data akan dianalisis dengan metode deskriptif, overalay, cross tab, dan scoring. Citra 1 masuk ke dalam model perubahan ecology dan political economy. Faktor demografi yang memengaruhi perubahan ukuran bangunan hunian adalah perubahan jumlah anggota keluarga, usia pernikahan, lama tinggal, perubahan jumlah pekerja dalam keluarga, perubahan tingkat pengeluaran rumah tangga, dan tingkat pengeluaran rumah tangga saat ini. Perubahan penggunaan lahan hunian hanya dipengaruhi faktor ekonomi penghuni. Neighbourhood change di Citra 1 adalah bentuk respon terhadap perubahan kebutuhan penghuni yang menjadikan kawasan perumahan ini dapat mempertahankan keberlanjutan pengembangannya sebagai perumahan. Oleh sebab itu, keberadaan Citra 1 sebagai perumahan dapat terjaga sampai saat ini. Kata kunci: neighbourhood change, demografi, ukuran bangunan hunian, penggunaan lahan hunian. 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak tahun 1972, pengembangan perumahan di Indonesia mulai melibatkan pihak swasta terutama untuk perumahan menengah-atas di Jakarta. Namun, sering terjadi pihak-pihak terkait mengabaikan keberlangsungan perumahan pasca pengembangan, yaitu setelah pembangunan selesai. Akibatnya, kondisi perumahan ini tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan dari penghuni, sehingga penghuni dihadapkan pada pilihan untuk pindah dari perumahan ini atau melakukan perubahan pada perumahannya agar dapat tetap tinggal. Perubahan yang dilakukan penghuni pada perumahannya berdampak pada perubahan unsur neighbourhood sehingga tidak berjalan seperti sediakala dan mengubah tatanan perumahan. Pada kondisi ini, neighbourhood change merupakan respon dan jalan keluar yang dilakukan penghuni dan pengelola agar kebutuhan penghuni saat ini dapat terpenuhi, agar penghuni tidak perlu meninggalkan perumahannya dan keberlanjutan dari keberadaan dan pengembangan perumahan tersebut tetap bertahan. Citra Garden City merupakan pelopor planned residential di Kalideres dan merupakan perumahan terbesar di Jakarta Barat yang mulai dikembangkan sejak tahun 1984. Perumahan Citra 1 merupakan perumahan pertama yang dibangun dari seluruh pengembangan Citra Garden PLG-78
City. Dalam perkembangannya selama 32 tahun, kawasan ini mendapat tekanan dari faktor internal (kondisi sosial, ekonomi, dan dinamika sosial, dll) maupun faktor eksternal (lingkungan sekitar, transportasi umum, pusat kegiatan sekitar, dll) yang mengakibatkan Citra 1 mengalami perubahan unsur neighbourhood. Indikasi terjadinya perubahan unsur neighbourhood di Citra 1, adalah: (1) Perubahan penggunaan lahan hunian menjadi non hunian. (2) Perubahan ukuran bangunan, baik perubahan luas, maupun perubahan jumlah lantai bangunan, yang mengakibatkan ruang terbangun semakin padat, dan sering kali jarak bangunan dengan jalan semakin sempit (GSB mengecil). (3) Terdapat perubahan fisik bangunan karena penurunan kualitas fisik bangunan. Bangunan yang sudah berdiri >30 tahun akan mengalami penurunan kondisi fisik yang mendorong pemilik untuk melakukan renovasi dengan tujuan perbaikan. Tetapi, ditemui bahwa penghuni melakukan renovasi perubahan yang juga mengubah design rumah. Dari indikasi di atas, peneliti bermaksud melihat perubahan pada unsur neighbourhood dalam rangka menjaga keberlanjutan pengembangan hunian di Citra 1, secara khusus pada unsur house dan land use karena kedua unsur tersebut yang menunjukkan perubahan paling signifikan di Citra 1. Peneliti juga bermaksud mengetahui kondisi demografi penghuni yang terdiri dari dinamika sosial dan ekonomi penghuni sebagai unsur yang secara langsung menyebabkan perubahan pada Citra 1, serta bagaimana unsur tersebut dapat memengaruhi perubahan pada unsur house dan land use. Oleh karena itu, melalui penelitian ini, dapat diketahui dampak dan model neighbourhood change di Citra 1, dimana perubahan yang terjadi sebagai bentuk untuk mempertahankan keberlanjutan dari keberadaan/eksistensi Citra 1 sebagai perumahan. Pembatasan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perumahan Citra 1 yang berlokasi di Kelurahan Kalideres, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada kondisi internal perumahan, yaitu unsur neighbourhood, terdiri dari house berdasarkan ukuran bangunan dan land use hunian, serta faktor demografi penghuni penyebab neighbourhood change, terdiri dari dinamika sosial penghuni dan ekonomi penghuni. Tujuan Kajian Tujuan penelitian ini adalah studi neighbourhood change pada perumahan untuk menjaga keberlanjutan pengembangan dan keberadaan suatu perumahan. Melalui penelitian ini, diharapkan pengembang, penghuni, dan pengelola memahami pentingnya pembangunan berkelanjutan agar seluruh stakeholder mendapat benefit sekaligus memberi pengaruh kepada pembentukan lingkungan hunian yang baik. Sasaran penelitian adalah: (1) Mengidentifikasi perubahan pola dan karakteristik unsur neighbourhood yaitu house dan land use hunian; (2) Mengidentifikasi kondisi demografi penghuni yaitu dinamika sosial dan ekonomi penghuni; (3) Mengidentifikasi hubungan antara unsur house & land use dengan kondisi dinamika sosial & ekonomi penghuni; (4) Mengidentifikasi neighbourhood change model yang terjadi. 2. TINJAUAN TEORI Sustainability In Community Development Sustainable development didefinisikan sebagai pembangunan yang mempertemukan kebutuhan saat ini tanpa membahayakan kesempatan bagi generasi masa depan untuk menemukan pemenuhan kebutuhan mereka (Philips, 2009). Sustainable development harus menekankan pada PLG-79
long-term future. Seringkali trend jangka pendek yang terlihat dapat diterima menjadi bencana ketika dilihat dari sudut pandang jangka panjang. Unsur sustainability planning yang menekankan hubungan dengan isu community development, yaitu: (1) Environment, terkait dengan perencanaan penggunaan lahan dan transportasi, dengan perencanaan yang baik pada kedua sektor tersebut, kelestarian lingkungan dapat lebih baik. Termasuk kenyamanan dan kebersihan di dalam lingkungan. (2) Land use, terkait dengan kepentingan dan sense of place yang berdampak pada community. Wilayah dengan dinamika sosial tinggi dan perencanaan yang tidak berkelanjutan, akan berdampak pada penggunaan lahan, dan terkait dengan peningkatan jumlah penduduk, akan menyebabkan terjadinya peningkatan kegiatan sosial-ekonomi dan kebutuhan sarana-prasarana. (3) Transportation, community s transportation system menentukan lingkungan dan kualitas hidup bagi penduduk. Meningkatkan lingkungan untuk pejalan kaki adalah salah satu bagian penting dalam unsur ini. Hal ini dilakukan dengan menciptakan lingkungan nyaman bagi pejalan kaki dan kemudahan mendapat pelayanan transportasi publik. (4) House, secara ideal, terdapat keberagaman dari penghuni di dalam komunitas. Hal ini berarti harga dan ukuran rumah harus seimbang dengan kebutuhan penghuni. (5) Economic Development, community memerlukan investasi untuk pendidikan publik dan pelatihan sebagai komitmen menjaga perekonomian di masa mendatang. (6) Social Equity, unsur ini menekankan bahwa setiap penghuni di dalam neighbourhood harus menerima pelayan yang baik, yaitu sekolah, taman, dan bentuk layanan lainnya. Neigbourhood Change Model Berdasarkan teori Grisgby, terdapat 3 model neighbourhood change (Bechoven, 2005), yaitu: (1) Human Ecology, perubahan pada perumahan adalah hal pasti, tetapi usia perumahan menjadi penekanan dalam mengidentifikasi perubahan. Neighbourhood change merupakan konsekuensi dari proses natural. (2) Subcultural, neighbourhood change disebabkan oleh kondisi sosial, psikologi, dan demografi yang memberikan ikatan terhadap lokasi tinggalnya. Faktor sosial dapat menjadi indikator untuk menginterpretasikan alasan perubahan neighbourhood. Salah satu penyebab neighbourhood change adalah penurunan homogenitas yang berakibat melemahnya ikatan sosial sehingga stabilitas di dalam neighbourhood dapat menghilang. (3) Political Economy, neighbourhood change merupakan dampak pemekaran ekonomi dan transformasi sosial pada neighbourhood. Political economy menekankan pada aspek kesejahterahan penghuni. Kesejahterahan penghuni merupakan dampak dari tingkat pendapatan penghuni sendiri. 3. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini terdapat 4 variable, yaitu ukuran bangunan hunian dan penggunaan lahan hunian sebagai dependent variable, serta dinamika sosial penghuni dan ekonomi penghuni sebagai independent variable. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemetaan, penyebaran kuisioner untuk 94 responden yang dilakukan secara stratified berdasarkan ukuran kavling hunian, dan pengumpulan data ke instansi terkait. Metode pemetaan untuk mengumpulkan data penggunaan lahan eksisting dan hunian yang mengalami perubahan ukuran bangunan. Metode penyebaran kuisioner dilakukan untuk mengumpulkan data jenis dan alasan perluasan bangunan hunian, dinamika sosial penghuni, dan ekonomi penghuni. Metode pengumpulan data melalui instansi untuk mengetahui penggunaan lahan awal, design, dan ukuran bangunan awal. Data tersebut dianalisis dengan metode deskriptif, overalay, cross tab, dan scoring. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara perubahan ukuran bangunan dan penggunaan lahan hunian dengan kondisi demografi (dinamika sosial dan ekonomi) penghuni (H1) PLG-80
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Citra Garden City berdiri sejak tahun 1984 dan memiliki 8 proyek perumahan, yaitu Citra 1 sampai dengan Citra 8. Luas Citra 1 sebesar 496.740 m2. Masterplan Citra Garden City dapat dilihat pada Gambar 1. Kondisi eksisting Citra 1 dapat dilihat pada Gambar 2. U Gambar 1. Masterplan Citra Garden City Gambar 2. Kondisi Eksisting Citra 1 Perubahan Ukuran Bangunan Hunian Hunian pada kavling <120 m 2 menambah luas bangunan dengan menambah jumlah lantai karena luas lahan terbatas. Hunian pada kavling 120-200 m 2 menambah luas bangunan dengan menambah jumlah lantai atau menambah luas lantai dasar. Hunian pada kavling 201-300 m 2 dan >300 m 2 & kavling sudut menambah luas bangunan dengan menambah luas lantai dasar, karena lahan tidak terbangun pada kavling lebih luas, dan hunian dibuat dengan jumlah lantai >1 oleh pengembang. Jenis perluasan bangunan berdasarkan ukuran kavling dapat dilihat pada Tabel 1. PLG-81
Tabel 1. Jenis Perluasan Bangunan Hunian Berdasarkan Ukuran Kavling Jenis Perluasan (Unit) Ukuran Kavling (m 2 Menambah Menambah Luas Lantai ) Kamar Dasar <120 3 2 5 120-200 4 8 11 201-300 1 6 1 >300 & Sudut 2 11 2 Menambah Jumlah Lantai Penyebab perluasan bangunan hunian di Citra 1, 44,4% disebabkan penambahan anggota keluarga. Persentase terkecil disebabkan oleh kegiatan tambahan, yaitu 22,2%. Sebanyak 33,3% disebabkan penambahan usia anak. Terdapat 42,6% penghuni tidak melakukan perluasan bangunan. Alasan penghuni melakukan perluasan bangunan hunian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Alasan Penghuni Melakukan Perluasan Bangunan Hunian Alasan Melakukan Perluasan Bangunan Hunian Frequency Percent Kegiatan Tambahan 12 12,8 Penambahan Anggota Keluarga 24 25,5 Usia Anak Bertambah 18 19,1 Tidak Melakukan Perluasan Bangunan Hunian 40 42,6 Total 94 100 Sebanyak 99,52% bangunan hunian mengalami perubahan design. Tidak ditemukan perubahan design yang mengarah pada etnis tertentu. Perubahan design masih mempertahankan karakter design awal, ataupun perubahan design menjadi minimalis. Contoh perbandingan antara design bangunan hunian awal dengan design eksiting dapat dilihat pada Gambar 3. A Gambar 3. Perbandingan Design Awal (A) dan Design Eksisting (B) Berdasarkan alasan penghuni melakukan perluasan bangunan hunian, perubahan ukuran bangunan hunian di Citra 1 terjadi secara natural, sehingga unsur house masuk ke dalam model ecology. Perubahan ukuran bangunan hunian juga disebabkan adanya kegiatan komersial pada rumah, sehingga unsur house masuk ke dalam model political economy. Unsur house tidak masuk ke dalam model subcultural karena perubahan design tidak mengarah pada etnis tertentu. Perubahan Pola Penggunaan Lahan Sebanyak 10,1% lahan hunian beubah menjadi non hunian. Perubahan penggunaan lahan hunian di Citra 1 terbagi menjadi 2 jenis, yaitu perubahan fungsi(menjadi fasilitas atau komersial), dan penambahan fungsi(wisma dengan tambahan fungsi komersial). Perubahan penggunaan lahan B PLG-82
hunian paling banyak terjadi adalah penambahan fungsi dengan komersial, dan paling rendah adalah perubahan fungsi menjadi fasiltas. Secara detail dapat dilihat pada Tabel 3. Penggunaan Lahan Rencana Tahun 1984 Tabel 3. Jenis Perubahan Penggunaan Lahan di Citra 1 Jumlah Penggunaan Luas Kavling Lahan Eksisting Perubahan Berubah 2016 (m2) (Unit) Keterangan Wisma Fasilitas 2 741,33 Perubahan Fungsi Wisma Komersial 36 8.345,50 Perubahan Fungsi Wisma Campuran 129 22.614,00 Penambahan Fungsi Total 167 31.700,83 Perubahan hunian menjadi komersial banyak terdapat di jalan utama yang banyak dilalui penghuni. Perubahan hunian menjadi campuran dengan komersial banyak terjadi di jalan lingkungan yang lebih sepi, karena masih terdapat fungsi huni. Perubahan hunian menjadi fasilitas ibadah terdapat pada jalan lingkungan. Jumlah unit kavling yang mengalami perubahan penggunaan lahan berdasarkan loksai dapat dilihat pada Tabel 4.. Kesesuaian penggunaan lahan dan lokasi perubahan penggunaan lahan hunian di Citra 1 dapat dilihat pada Gambar 4. Perubahan Penggunaan Lahan Tabel 4. Lokasi Perubahan Penggunaan Lahan di Citra 1 Jumlah Kavling Berubah Lokasi (Unit) Luas Perubahan (m2) Wisma - Fasilitas Jalan Lingkungan 2 741,33 Wisma - Komersial Jalan Utama 33 7.575,50 Wisma - Komersial Jalan Lingkungan 3 770,00 Wisma - Campuran Jalan Utama 21 6.071,50 Wisma - Campuran Jalan Lingkungan 108 16.542,50 Total 167 31.700,83 PLG-83
A B Gambar 4. Kesesuaian Penggunaan Lahan (A) & Lokasi Perubahan Penggunaan Lahan (B) Pada Citra 1, tidak terjadi perubahan penggunaan lahan non hunian menjadi hunian, sehingga unsur land use tidak masuk ke dalam model ecology. Perubahan penggunaan lahan hunian menjadi fasilitas ibadah, yaitu sebagai Gereja sangat rendah, maka unsur land use tidak masuk ke dalam model subcultural. Terjadi perubahan penggunaan lahan hunian menjadi komersial dan penambahan fungsi komersial pada hunian dengan jumlah tinggi, sehingga unsur land use masuk ke dalam model political economy. Kondisi Dinamika Sosial Penghuni Dinamika sosial penghuni diidentifikasi dari perubahan jumlah anggota keluarga, perubahan jumlah KK dalam 1 hunian, usia pernikahan, dan lama tinggal di Citra 1. Mayoritas keluarga mengalami penambahan jumlah anggota keluarga. Tidak banyak terjadi perubahan jumlah KK dalam 1 keluarga. Mayoritas penghuni adalah keluarga dengan usia pernikahan >10 tahun yang menurut Murphy (1979) keluarga pada usia pernikahan tersebut masuk ke dalam golongan middle-aged married with children. Lama tingal penghuni beragam, terdapat penghuni yang menghuni <10 tahun, ada yang menghuni >20 tahun. Dari segi etnis, terdapat etnis mayoritas, yaitu agama Kristen dan suku Chinese, sehingga terdapat homogenitas etnis di Citra 1. Perubahan unsur dinamika sosial Penghuni dapat dilihat pada Gambar 5. PLG-84
Gambar 5. Perubahan Unsur Dinamika Sosial Penghuni Citra 1 Homogenitas di Citra 1 cukup tinggi karena terdapat penghuni dengan etnis mayoritas. Oleh sebab itu, unsur dinamika sosial penghuni masuk ke dalam model perubahan subcultural. Kondisi Ekonomi Penghuni Kondisi ekonomi penghuni diidentifikasi melalui perubahan jumlah pekerja dalam keluarga, pekerjaan kepala keluarga, tingkat pendapatan rumah tangga, perubahan pengeluaran rumah tangga, tingkat pengeluaran rumah tangga, dan perubahan lokasi belanja kebutuhan sehari-hari. Diketahui bahwa mayoritas terjadi penambahan jumlah anggota keluarga yang bekerja. Pekerjaan kepala keluarga, kondisi tingkat pendapatan, dan pengeluaran keluarga cukup beragam, sehingga tidak ada golongan yang mayoritas. Namun, sebagian besar dari keluarga mengalami peningkatan angka pengeluaran biaya rumah tangga. Perubahan Unsur Ekonomi Penghuni dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Perubahan Unsur Ekonomi Penghuni Citra 1 Keluarga yang mengalami peningkatan jumlah pekerja cukup banyak. Oleh karena itu, unsur ekonomi masuk ke dalam model ecology. Terdapat banyak penghuni yang mengubah lokasi tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari pada awal huni dan saat ini. Oleh sebab itu, unsur ekonomi masuk ke dalam model political economy. Hubungan Perubahan Ukuran Bangunan Hunian dengan Kondisi Dinamika Sosial Penghuni Hasil uji cross tab hubungan antara perubahan ukuran bangunan rumah dengan kondisi dinamika sosial penghuni pada Tabel 5, terlihat dinamika sosial penghuni yang memengaruhi perubahan ukuran bangunan rumah adalah perubahan jumlah anggota keluarga, usia rumah tangga, dan lama tinggal. Menurut Beckhoven (2005) berdasarkan teori Grigsby, ketiga faktor tersebut merupakan faktor endogenous yang tergolong social change. Metzger (2000) menyatakan social change menyebabkan perubahan kebutuhan ruang gerak dalam rumah, sehingga berdampak pada PLG-85
perubahan fisik rumah dan berakibat pada renovation atau demolation yang akan menambah luas bangunan rumah. Tabel 5. Hubungan Perubahan Ukuran Bangunan Hunian dengan Unsur Dinamika Sosial Penghuni Hubungan Perubahan Ukuran Bangunan Hunian dengan - Perubahan Jumlah Anggota Keluarga Perubahan Jumlah KK dalam 1 Rumah Usia Rumah Tangga Lama Tinggal P-Value 0,001 0,697 0,001 0,011 Hasil Reject H0 Do Not Reject H0 Reject H0 Reject H0 Keterangan Cukup bukti ada Tidak cukup bukti Cukup bukti ada hubungan ada hubungan hubungan Cukup bukti ada hubungan Hubungan Perubahan Ukuran Bangunan Hunian dengan Kondisi Ekonomi Penghuni Hasil uji cross tab antara variable perubahan ukuran bangunan rumah dengan kondisi ekonomi penghuni pada Tabel 6, terlihat kondisi ekonomi yang memengaruhi perubahan ukuran bangunan rumah adalah perubahan jumlah pekerja dalam keluarga, perubahan pengeluaran rumah tangga, dan tingkat pengeluaran rumah tangga saat ini. Menurut Bechoven (2005), ketiga faktor tersebut merupakan endogenous factor dan tergolong economic change yang terdiri dari income dan cost of housing. Jika social change penghuni menyebabkan kebutuhan perluasan bangunan, maka perlu didukung peningkatan kondisi ekonomi penghuni. Kesejahterahan penghuni merupakan dampak tingkat pendapatan penghuni, dan kesejahterahan memengaruhi karakteristik rumah. Tabel 6. Hubungan Perubahan Ukuran Bangunan Hunian dengan Unsur Ekonomi Penghuni Hubungan Perubahan Ukuran Bangunan Hunian dengan - Perubahan Jumlah Pekerja dalam 1 KK Pekerjaan Kepala Keluarga Tingkat Pendapatan Saat Ini Perubahan Tingkat Pengeluaran Tingkat Pengeluaran Saat Ini P-Value 0,001 0,739 0,515 0,001 0,012 Hasil Reject H0 Do Not Reject Do Not Reject Reject H0 Reject H0 Keterangan Cukup bukti ada hubungan H0 Tidak cukup bukti ada hubungan H0 Tidak cukup bukti ada hubungan Cukup bukti ada hubungan Cukup bukti ada hubungan Hubungan Perubahan Penggunaan Lahan Hunian dengan Kondisi Dinamika Sosial Penghuni Terdapat homogenitas etnis di Citra 1 untuk agama Kristen dan suku Chinese. Namun, perubahan penggunaan lahan hunian menjadi tempat ibadah rendah, dimana perubahan tersebut menjadi Gereja HKBP dan GBI Citra 1. Lokasi perubahan penggunaan lahan hunian menjadi tempat ibadah dapat dilihat pada Gambar 7. PLG-86
Gambar 7. Perubahan Penggunaan Lahan Menjadi Tempat Ibadah GBI Citra 1 Rendahnya perubahan penggunaan lahan hunian menjadi tempat ibadah menunjukkan dinamika sosial penghuni berdasarkan etnis tidak memberikan pengaruh signifikan pada perubahan penggunaan hunian menjadi fasilitas. Berdasarkan data Jemaat Gereja, banyak Jemaat Gereja yang berasal dari luar Citra 1. Penghuni yang bersuku Batak hanya sebanyak 7,5%, jumlah yang tidak signifikan untuk Jemaat Gereja HKBP yang berbasis suku Batak. Oleh karena itu perubahan penggunaan hunian menjadi fasilitas dapat disebabkan faktor eksternal dari perumahan. Hubungan Perubahan Penggunaan Lahan Hunian dengan Kondisi Ekonomi Penghuni Perubahan penggunaan lahan hunian di Citra 1 banyak terjadi sekitar tahun 2000. Oleh sebab itu, penghuni yang menjadi acuan untuk melihat perubahan lokasi belanja kebutuhan sehari-hari adalah penghuni yang sudah tinggal >10 tahun. Jumlah penghuni dengan lama tinggal >10 tahun yang berbelanja di dalam Citra 1 mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa supply yang dibutuhkan penghuni sudah tersedia di dalam Citra 1 melalui perubahan penggunaan lahan pada periode tahun 2000. Jumlah demand lokasi kebutuhan sehari-hari penghuni Citra 1 berdasarkan lama tinggal dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Demand Lokasi Kebutuhan Sehari-hari Berdasarkan Lama Tinggal Demand Lokasi Kebutuhan Sehari-Hari (%) Lama Tinggal di Di Dalam Citra 1 Di Luar Citra 1 Citra 1 Awal Awal Saat ini Huni Huni Saat ini 10 Tahun 12,77 22,34 20,21 10,64 11-20 Tahun 10,64 23,40 22,34 9,57 > 20 Tahun 11,70 22,34 22,34 11,70 Total 35,11 68,09 64,89 31,91 Sejak selesainya pengembangan Citra 1, lokasi belanja di dalam Citra 1 hanya ruko, sehingga penghuni yang merasa kurangnnya tempat belanja harus melakukan belanja di luar Citra 1. Namun, seiring dengan munculnya berbagai tempat komersial di dalam Citra 1, terutama untuk kebutuhan sehari-hari, penghuni cenderung berbelanja di dalam Citra 1. Dengan kata lain, akibat adanya demand lokasi belanja oleh penghuni, maka muncul supply lokasi belanja di Citra 1. Berlaku juga sebaliknya, akibat munculnya supply lokasi belanja di Citra 1, maka demand lokasi belanja dari penghuni bergeser ke dalam Citra 1. Milestone Peningkatan Demand Lokasi Belanja di Citra 1 dapat dilihat pada Gambar 8. PLG-87
Gambar 8. Milestone Peningkatan Demand Lokasi Belanja di Citra 1 Penentuan Model Neighbourhood Change Berdasarkan model neighbourhood change dari setiap unsur neighbourhood, diketahui terdapat 2 unsur yang masuk ke dalam model ecology yaitu house dan ekonomi penghuni, terdapat 1 unsur yang masuk ke dalam model subcultural yaitu dinamika sosial penghuni, dan terdapat 3 unsur yang masuk ke dalam model political economy yaitu house, land use, dan ekonomi penghuni. Dari model neighbourhood change ke empat unsur neighbourhood, diketahui perubahan yang terjadi pada Citra 1 terjadi secara natural dan sebagai akibat dari kondisi ekonomi penghuni, baik sebagai individu maupun sebagai keluarga. Oleh sebab itu, secara utuh Citra 1 masuk ke dalam model ecology dan political economy. Hasil scoring penentuan model neighbourhood change di Citra 1 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Scoring Penentuan Model Neighbourhood Change di Citra 1 Keterangan: Score sel abu-abu tua = 1, score sel abu-abu muda = 0 5. KESIMPULAN Penyebab perubahan unsur house adalah perubahan jumlah anggota keluarga, usia pernikahan, lama tinggal, perubahan jumlah pekerja dalam keluarga, perubahan tingkat pengeluaran rumah tangga, dan pengeluaran rumah tangga saat ini. Penyebab perubahan unsur land use hanya ekonomi penghuni. Faktor internal penyebab neighbourhood change berdampak pada perubahan kebutuhan luas bangunan hunian dan kebutuhan tempat perbelanjaan kebutuhan sehari-hari. PLG-88
Respon perubahan kebutuhan terhadap kebutuhan luas bangunan hunian, adalah inisiatif penghuni melakukan penambahan luas bangunan hunian mereka sendiri. Respon kebutuhan tempat perbelanjaan kebutuhan sehari-hari, adalah terdapat pihak penghuni dan non penghuni yang mengubah penggunaan lahan hunian menjadi komersial dan campuran wisma-komersial. Citra 1 mempertahankan keberlanjutannya sebagai perumahan melalui model ecology dan political economy, model tersebut adalah respon terhadap perubahan kebutuhan penghuni yang menjadikan kawasan perumahan ini dapat mempertahankan keberlanjutan pengembangannya sebagai perumahan. Oleh sebab itu, keberadaan Citra 1 sebagai perumahan dapat terjaga sampai saat ini. Peneliti mengharapkan penelitian berikutnya dapat meneliti faktor eksternal penyebab neighbourhood change sehingga perumahan dapat mempertahankan keberlanjutannya. DAFTAR PUSTAKA Ahlbrandt, R. S. (1984). Neighbourhoods, People, and Community. Plenum Press, New York. Beckhoven, E. (2005). Theories of Neighbourhood Change and Neighbourhood Decline. Urban and Regional Research Centre Utrecht, Utrecht. Megbolugbe, I. F. (1996). Understanding Neighbourhood Dynamics: A Review of the Contributions of William G. Grigsby. Carfax, New York. Metzger, J. T. (2000). The Neighbourhood Life Cycle Theory and National Urban Policy. Fanie Mae Foundation, New York. Murphy, P. (1979). A Modernized Family Life Cycle. Journal of Consumer Research. Vol. 1, 12-22. Phillips, R. (2009). An Introduction To Community Development. Routledge Taylor & Francis Group, New York. PT. Citra Habitat Indonesia. (1984). Denah Rumah Citra 1, Site Plan Citra 1, dan Master Plan Citra Garden City. PT. Citra Habitat Indonesia, Jakarta Barat. PLG-89