BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

dokumen-dokumen yang mirip
Pemanas Listrik Menggunakan Prinsip Induksi Elektromagnetik

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB V PEMBAHASAN Analisis Faktor. Faktor-faktor dominan adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

SOAL DAN PEMBAHASAN ARUS BOLAK BALIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Antiremed Kelas 12 Fisika

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENERAPAN DAN ANALISA

MODUL 07 PENGUAT DAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat khususnya pada bidang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN ZERO VOLTAGE SWITCHING BUCK CONVERTER DENGAN BEBAN RESISTIF BERVARIASI DAN SEBAGAI CATU DAYA UNTUK MOTOR ARUS SEARAH

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

Penguat Inverting dan Non Inverting

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

Contoh soal dan pembahasan ulangan harian energi dan daya listrik, fisika SMA kelas X semester 2. Perhatikan dan pelajari contoh-contoh berikut!

ANALISIS RANGKAIAN RLC ARUS BOLAK-BALIK

BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya.

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut :

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB III. Perencanaan Alat

PERCOBAAN 6 RESONANSI

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

Rancang Bangun Charger Baterai dengan Buckboost Konverter

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

BAB III PERANCANGAN. Power Supply. Microcontroller Wemos. Transistor Driver TIP122. Gambar 3.1 Blok Rangkaian sistem

Teknik Elektromedik Widya Husada 1

RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENGARUH PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA KINERJA KOMPOR INDUKSI

ANALISIS PERBANDINGAN BUCKBOOST CONVERTER DAN CUK CONVERTER DENGAN PEMICUAN MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 UNTUK APLIKASI PENINGKATAN KINERJA PANEL SURYA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MIKROKONTROLLER AVR. Dosen Pembimbing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Waterbath terapi rendam kaki menggunakan heater dan peltier sebagai

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Pengukuran dan Alat Ukur. Rudi Susanto

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

KATA PENGANTAR. Surabaya, 13 Oktober Penulis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Power bank dengan spesifikasi : Panasonic QE-QL105 berkapasitas

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

ADC-DAC 28 IN-3 IN IN-4 IN IN-5 IN IN-6 ADD-A 5 24 IN-7 ADD-B 6 22 EOC ALE msb ENABLE CLOCK

Transkripsi:

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1. Modul Sumber Pada modul ini ada 2 output yang tersedia, yaitu output setelah LM7815 dan output setelah LM7805. Saat dilakukan pengujian menggunakan multimeter, output setelah LM7815 terbaca 15 V DC, sedangkan setelah LM7805 terbaca 5 V DC. 4.2. Modul Mikrokontroler Pengujian yang dilakukan saat ini hanya pengujian pembangkit PWM. Pin PD.5 pada mikrokontroler dihubungkan ke osiloskop dan terbaca sinyal kotak sebesar 5 Vpp, duty cycle 50%, dan frekuensi sebesar 20 khz sesuai dengan program di mikrokontroler yang telah dibuat. Gambar 4.1. Sinyal PWM pada pin PD.5 Mikrokontroler (V/div=5 & Time/div=10ms) 19

4.3. Modul Pemanas Pengujian pertama yang dilakukan adalah pengujian driver IGBT. Photocoupler TLP250 mendapatkan masukan PWM dari Modul Mikrokontroler. Pin Vcc pada TLP250 diberi tegangan 15 V sehingga keluaran dari TLP250 terbaca sinyal kotak PWM sebesar 15 Vpp, duty cycle 50%, dan frekuensi 20 khz. Gambar 4.2. Sinyal Keluaran TLP250 (V/div=5 & Time/div=10ms) Pengujian kedua dilakukan terhadap IGBT. Kaki gate terhubung pada output TLP250. Kaki emitor terhubung pada ground. Kaki kolektor terhubung pada resistor 20 Ohm yang diberi tegangan sebesar 15 V. Pada output kolektor akan terbaca sinyal kotak sebesar 15 Vpp, duty cycle 50%, dan frekuensi 20 khz sama seperti sinyal input pada kaki gate namun memiliki beda fase sebesar 180 0. 20

Gambar 4.3. Sinyal pada pin kolektor IGBT (V/div=5 & Time/div=10ms) Berikut adalah gambar dua kanal input gate IGBT dan output kolektor IGBT: Gambar 4.4. Sinyal pada pin Gate dan Kolektor IGBT (Dua kanal) (V/div=5 & Time/div=10ms) 21

4.4. Modul Sensor Suhu Pada modul ini, pengujian dilakukan dengan membakar sensor Thermocouple kemudian nilai suhu akan ditampilkan di LCD setelah diolah oleh mikrokontroler. Pada saat thermocouple tidak dipanaskan, maka suhu akan terbaca sekitar 28 o C. Gambar 4.5. Thermocouple pada Suhu Normal Setelah thermocouple dibakar menggunakan korek beberapa saat, suhu akan terus meningkat dan ditampilkan ke LCD. Gambar 4.6. Thermocouple pada Suhu Tinggi 22

4.5. Modul Pilihan Menu Modul ini mempunyai tiga tombol pilihan menu, yaitu SLOW, NORMAL, dan FAST. Masing-masing pilihan menu mempunyai frekuensi PWM yang berbeda-beda. Menu yang dipilih akan ditampilkan di LCD. Gambar 4.7. Tampilan Awal LCD Menu pertama yang dipilih adalah SLOW, sehingga mikrokontroler akan mengeluarkan sinyal PWM sebesar 15 khz. Gambar 4.8. Sinyal PWM Mode Slow (V/div=5 & Time/div=20ms) 23

Menu kedua yang dipilih adalah NORMAL, sehingga mikrokontroler akan mengeluarkan sinyal PWM sebesar 17.5 khz. Gambar 4.9. Sinyal PWM Mode Normal (V/div=5 & Time/div=20ms) Menu terakhir yang dipilih adalah FAST, sehingga mikrokontroler akan mengeluarkan sinyal PWM sebesar 20 khz. Gambar 4.10. Sinyal PWM Mode Fast (V/div=5 & Time/div=20ms) 24

4.6. Pengujian Kompor Induksi Elektromagnetik Pada pengujian kali ini, kompor akan memasak air sebanyak 330 ml hingga mencapai suhu 55 o C. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali percobaan untuk setiap mode pada kompor induksi. Perhitungan waktu akan menggunakan stopwatch. Hasil dari pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Pengujian Kompor Induksi Slow Normal Fast 54 detik 44 detik 35 detik 56 detik 46 detik 37 detik 55 detik 47 detik 37 detik Pengujian tidak memasak air sebanyak 2 liter seperti yang tercantum pada spesifikasi. Hal itu disebabkan karena kapasitor yang dihubungkan paralel pada kumparan tidak dapat bekerja dalam waktu yang lama. Kapasitor yang digunakan adalah kapasitor MPX 0,33 uf dengan batas tegangan sebesar 275 volt. Batas tegangan yang kurang tinggi tersebut menyebabkan kapasitor menjadi terlalu panas apabila sistem berjalan terlalu lama, bahkan hingga kapasitor meledak. Oleh karena keterbatasan komponen yang ada maka pengujian hanya memasak air sebanyak 330 ml. Dari data tersebut, terlihat bahwa lama memasak air sesuai dengan mode-mode yang telah ditentukan. Perbedaan mode tersebut terletak pada frekuensi PWM yang dihasilkan oleh mikrokontroler. Pada mode SLOW digunakan frekuensi 15 khz, kemudian meningkat pada mode NORMAL dengan frekuensi 17.5 khz, dan pada mode tercepat FAST menggunakan frekuensi 20 khz. Berdasarkan prinsip kerja kompor induksi, pada logam konduktor (panci) dapat terjadi arus pusar (Eddy current) jika logam tersebut berada pada medan magnet yang besarnya berubah-ubah terhadap waktu. Panas pada logam ditimbulkan oleh arus pusar karena pengaruh perubahan medan magnet. Perubahan arus terhadap waktu yang ditimbulkan oleh induksi magnet mengakibatkan elektron-elektron bebas dalam logam saling bergerak dan bertumbukan. 25

Tumbukan antar elektron ini mengakibatkan terjadinya panas. Semakin cepat elektron bergerak maka tumbukan yang terjadi semakin keras sehingga menghasilkan panas yang lebih besar. Kecepatan gerak elektron dipengaruhi oleh kecepatan perubahan arus terhadap waktu. Kecepatan perubahan arus terhadap waktu tersebut ditentukan oleh besar frekuensi PWM yang akan memutus-hubungkan IGBT. Resonansi terjadi saat besarnya reaktansi induktif (X L ) sama dengan besarnya reaktansi kapasitif (X C ). Besarnya frekuensi resonansi didapat dari perhitungan pada saat perancangan. f = 1 2π (LC) = 1 = 29,367 khz 2π (98. 10 6 x 0,3. 10 6 ) Namun menurut pengujiannya, frekuensi resonansi terdapat pada frekuensi sekitar 20 KHz. Oleh sebab itu frekuensi picu maksimal PWM dibuat sekitar 20 KHz. Saat terjadi resonansi, maka nilai impedansi mencapai nilai minimum. Pada saat impedansi minimum inilah arus yang mengalir mencapai maksimum. Imaks = Vmaks Zmin.... (4.1) Arus maksimum tersebut yang akan mempengaruhi daya kompor induksi, sesuai dengan rumus: P = V.I...... (4.2) Dimana P merupakan daya (watt), V merupakan tegangan (volt) dan I merupakan arus (ampere). Untuk membandingkan hasil pengujian kompor induksi, maka dilakukan juga pengujian untuk memasak air dengan volume yang sama menggunakan kompor listrik biasa dan kompor gas. Berikut adalah hasil pengujian yang telah dilakukan. 26

Tabel 4.2. Pengujian Kompor Listrik dan Kompor Gas Kompor Gas (Sanyo) Kompor Listrik (Maspion S-302) 1 menit 30 detik 6 menit 15 detik 1 menit 24 detik 6 menit 3 detik 1 menit 38 detik 5 menit 58 detik Menurut pengujian tersebut, kompor induksi memiliki lama waktu memasak yang lebih cepat dibandingkan kompor gas dan kompor listrik biasa. Kompor listrik yang digunakan adalah kompor listrik Maspion S-302 dengan daya 600 watt sesuai dengan spesifikasi dari pabrik tersebut. Pada saat pengujian, kompor listrik dan kompor gas dinyalakan pada kemampuan maksimalnya. Efisiensi waktu memasak kompor induksi terlihat lebih baik daripada kompor gas, apalagi dibandingkan dengan kompor listrik diatas. Tentunya hal ini juga akan memberikan keuntungan pada saat memasak dari segi waktu. Kompor induksi memiliki efisiensi daya yang lebih baik daripada kompor lainnya. Pada saat perancangan menggunakan tegangan 127 volt, didapat efisiensi daya lebih dari 80%. Pada saat pengukuran menggunakan multimeter, didapat Vin sebesar 123,4 volt, Vout sebesar 117,5 volt, dan Iout sebesar 4,62 ampere. Besarnya Iin tidak dapat diukur dengan multimeter dengan beberapa kemungkinan sebab, diantaranya multimeter yang tidak bekerja dengan baik dan frekuensi yang terlalu tinggi. Namun apabila dilihat dari jembatan dioda yang dipasang di awal rangkaian pemanas, yakni sebesar 6 ampere, maka arus tidak akan lebih dari 6 ampere. Apabila diambil arus 5,5 ampere, maka perhitungan efisiensi dayanya: η = Vout.Iout Vin.Iin x 100%... (4.3) η = Vout. Iout 117.5 x 4.62 x 100% = Vin. Iin 123.4 x 5.5 x 100% = 80% 27

Perhitungan tersebut tentu saja tidak valid namun nilai efisiensinya mendekati nilai tersebut. Pada pengujian akhir kompor, tegangan dan arus sama sekali tidak dapat diukur. Dibutuhkan wattmeter agar dapat mengetahui daya pada kompor induksi, namun alat tersebut tidak tersedia pada saat pengujian akhir. Selain efisiensi daya, dapat dihitung juga efisiensi energi dari kompor induksi. Efisiensi energi dihitung dari besarnya energi keluaran dibagi dengan energi masukan kemudian dikalikan 100%. η = Qout Qin Mair.Cair.ΔT x 100% = Vin.Iin.PF.Δt x 100%. (4.4) Dimana: η = efisiensi (%) Q out = Energi keluaran (joule) Q in = Energi masukan (joule) M air = Massa air (gram) C air = Panas jenis air (J/gr. 0 C) ΔT = Perubahan suhu ( 0 C) V in = Tegangan masukan (volt) I in = Arus masukan (ampere) PF = Power factor Δt = Perubahan waktu (sekon) η = Qout Qin = = mair. Cair. ΔT Vin. Iin. PF. Δt 330x4.17x30 220x5.5x0.99x35 = 98.46% x 100% x 100% Dari perhitungan diatas, efisiensi energi dapat mencapai sebesar 98.46% atau hampir mendekati 100%. Dapat dikatakan bahwa hampir seluruh energi panas yang dihasilkan kompor induksi berapa pada panci (logam konduktor) sehingga efisiensi energi dari kompor induksi sangat besar. Apabila dilihat dari segi keamanan, kompor induksi jelas lebih aman daripada kompor gas, sebab kompor induksi tidak menggunakan gas dan tidak mengeluarkan api sehingga dapat meminimalisir kecelakaan pada saat memasak. 28