BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cancida albicans dengan sisi terluar paper disc yang mengandung ekstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN. jarak antara koloni bakteri Staphylococcus aureus dengan sisi terluar paper

BAB V PEMBAHASAN. aktivitas antimikroba ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Mikroorganisme ada yang berupa bakteri, protozoa, virus ataupun cendawan,

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap. Pertumbuhan Staphylococcus aureus.

BAB IV HASIL PENELITIAN. penghambatan pertumbuhan. Daerah hambat yaitu jarak antara koloni

BAB IV HASIL PENELITIAN. penambahan berat badan Mencit (Mus musculus). Jarak penimbangan pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap unit penelitian (baglog). Berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah

BAB IV HASIL PENELITIAN. ketebalan (dengan satuan mm). Tingkat ketebalan adalah ukuran dari tinggi zona

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data diambil dari semua unit penelitian, berupa jumlah akar dan hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian. 23

BAB IV HASIL PENELITIAN. Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil penghitungan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat.

DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius L ) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Aeromonas hydrophila SECARA IN VITRO

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jamur Candida albicans diperoleh data yang menunjukkan bahwa F hitung > F tabel

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIFUNGI AIR PERASAN LOBAK (Raphanus sativus L.) TERHADAP Candida albicans SECARA In Vitro

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Candida albicans Pada Plat Resin Akrilik telah dilakukan bulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Candida (Brown dan Bums, 2005; Siregar, 2005). Rosalina dan Sianipar (2006)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN ALAMANDA

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Mikrobiologi dengan judul Daya Kerja Antimikroba dan Oligodinamik yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Adit

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Larutan Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. (TREATMENT) TERHADAP OBJEK PENELITIAN SERTA ADANYA KONTROL PENELITIAN. 50

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur (Ayuningtyas, 2011). Jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Biogenerasi 1 (2) (2017) Biogenerasi. Jurnal Pendidikan Biologi ogenerasi.com/

KONSENTRASI HAMBAT MINIMUM (KHM) BUAH BELIMBING. WULUH (Averrhoa bilimbi L) TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS SKRIPSI. Diajukan untuk Melengkapi

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

MORTALITAS LARVA 58 JAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Metabolit sekunder Alkaloid Terpenoid Steroid Fenolik Flavonoid Saponin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Identifikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana)

DAYA HAMBAT DEKOKTA KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Muhamad Rinaldhi Tandah 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kemurnian Isolat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Patogen Indikator Morfologi Sel

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

SKRIPSI. Disusun oleh: YOGYAKARTA

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BATANG DAN DAUN EVODIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

BAB 5 HASIL PE ELITIA

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. negatif Escherichia coli ATCC 25922, bakteri gram positif Staphylococcus aureus

karena itu, beberapa penelitian dikembangkan untuk terus menemukan bahan yang dapat menghambat pertumbuhan C.albicans dengan memanfaatkan bahanbahan a

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), 12-18

BAB I PENDAHULUAN. folikel rambut dan pori-pori kulit sehingga terjadi peradangan pada kulit.

AKTIVITAS ANTIFUNGI SARI DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Candida albicans. Siska Nuryanti

DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KENDALI (Hippobroma longiflora [L] G. Don.) TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus mutans

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Analisis Kimia Tanah Masam Lampung. Tabel 1: Ringkasan hasil analisis kimia tanah masam Lampung

BAB I PENDAHULUAN. (Uta, 2003). Jerawat terjadi ketika pori-pori kulit dipenuhi oleh minyak, sel kulit

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran jasad hidup yang termasuk mikroba (jasad renik, mikrobia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Identifikasi Masalah Apakah daun beluntas menghilangkan bau badan.

AKTIVITAS POLIFENOL EKSTRAK SELEDRI (Apium graveolens) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB INFEKSI ACNE. Khoirin Maghfiroh*)

Transkripsi:

38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data hasil penelitian ini berupa data hasil pengukuran lebar zona hambat pertumbuhan atau zona bening. Zona bening yaitu jarak antara koloni Cancida albicans dengan sisi terluar paper disc yang mengandung ekstrak daun ceremai (Phyllanthus acidus L.) pada medium SDA (Sabouraund Dextrose Agar). Pengukuran dilakukan pada saat kultur Candida albicans yang ditumbuhkan pada medium SDA yang berumur 1x24 jam, 2x24 jam, 3x24 jam dan 4x24 jam dengan keadaan suhu yang telah dikondisikan yaitu 37 0 C, karena Candida albicans merupakan flora normal yang dapat hidup pada suhu optimum antara 20 0 C - 37 0 C. 32 1. Hasil Pengukuran Lebar Zona Bening (mm) Pertumbuhan Candida albicans pada Umur 1x24 Jam. Data hasil pengukuran lebar zona bening pertumbuhan Candida albicans pada umur 1x24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Adapun hasil rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.1 di bawah ini. 38

39 Tabel 4.1 Data Rata-rata Zona Bening (mm) Pertumbuhan Candida albicans pada Umur 1x24 Jam Setelah Ditransformasikan ke y + 1 2 Perlakuan Data Asli Data Transformasi Jumlah Rata-rata Jumlah Rata-rata S 0 (0%) 0 0 2,121 0,707 S 1 (50%) 6,30 1,575 5,751 1,438 S 2 (60%) 8,56 2,140 6,497 1,624 S 3 (70%) 9,35 2,337 6,729 1,678 S 4 (80%) 8,94 2,235 6,605 1,652 S 5 (90%) 6,24 1,560 5,585 1,396 Data pada Tabel 4.1 di atas menunjukan hasil pengukuran rata-rata zona bening pertumbuhan Candida albicans yang disebabkan oleh pemberian ekstrak daun ceremai, dengan taraf perlakuan yang bervariasi. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata lebar zona bening yang terkecil adalah 0,707 mm pada S 0 (0%) sebagai kontrol kemudian 1,396 mm pada taraf S 5 (90%) dan hasil rata-rata zona bening terbesar adalah 1,678 mm pada taraf perlakuan S 3 (70%). Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa perlakuan ekstrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.2 di bawah ini.

40 Tabel 4.2 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Ceremai terhadap Pertumbuhan Candida albicans pada Umur 1x24 Jam Setelah Ditransformasikan ke y + 1 2 Sumber Keragama n Deraja t Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel 1% Perlakuan 5 3,511 0,702 9,8873** 4,440 Galat 18 1,287 0,071 Total 23 4,798 Keterangan : ** = Sangat nyata (F hitung F tabel 1%) tn= berbeda nyata (F hitung F tabel 1%) Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ekstrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans mempunyai pengaruh yang sangat nyata, terlihat dari F hitung (9,8873**) yang lebih besar dari F tabel 1% (4,440), sehingga hipotesis penelitian (H 1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis penelitian (H 0 ) ditolak pada taraf signifikan 1% untuk parameter pertumbuhan Candida albicans umur 1x24 jam. Pengamatan pertumbuhan Candida albicans pada umur 1x24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 3,131%, mendukung nilai F hitung (9,8873) yang lebih besar dari nilai F tabel 1% (4,440) menunjukkan adanya variansi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 1%. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ekstrak daun ceremai terhadap

41 daya antimikroba pertumbuhan Candida albicans yaitu dilakukan dengan uji BNT 1%. Tabel 4.3 Uji BNT 1% untuk pemberian Ekstrak Daun Ceremai terhadap Pertumbuhan Candida albicans pada Umur 1x24 Jam Setelah Ditransformasikan ke y + 1 2 No. Perlakuan Total Rata-rata Notasi 1 S 0 (0%) 1,121 0,707 a 2 S 2 (60%) 6,497 1,624 b 3 S 5 (90%) 5,585 1,396 b 4 S 1 (50%) 5,751 1,438 b 5 S 4 (80%) 6,609 1,652 b 6 S 3 (70%) 6,729 1,678 b BNT 1 % = 0,538 Berdasarkan uji BNT 1% diketahui bahwa semua taraf perlakuan ekstrak daun ceremai pengaruhnya berbeda sangat nyata dengan kontrol (S 0 ) terhadap pertumbuhan Candida albicans. Akan tetapi antara masingmasing taraf perlakuan tidak berbeda nyata sebagaimana tampak pada tabel di atas. Taraf perlakuan S 5 (90%) tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan taraf perlakuan S 1 (50%),S 2 (60%) S 3 (70%) dan S 4 (80%). Data di atas dipahami bahwa pengaruh pemberian ekstrak daun ceremai terhadap Candida albicans pada umur 1x24 jam mempunyai pengaruh yang signifikan, tetapi tidak memiliki perbedaan yang nyata diantara masing-masing taraf perlakuan tersebut. Perbedaan antara masing-masing taraf perlakuan sangat kecil. Adapun taraf yang optimal dalam penghambat pertumbuhan Candida albicans adalah taraf S 1 (50%) dengan notasi b.

42 Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Ceremai (Phyllanthus acidus L.) terhadap Pertumbuhan Candida albicans, pada Umur 1x24 Jam 2.5 Rata-rata Lebar zona Penghambatan (mm) 2 1.5 1 0.5 0.707 1.438 1.335 1.678 1.651 1.396 0 0% 50% 60% 70% 80% 90% Konsentrasi Perlakuan Ekstrak Berdasrkan Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa pengaruh dari masing-masing taraf perlakuan ektrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans pada umur 1x24 jam adalah bersifat menghambat pertumbuhan. Hal ini dibuktikan dengan adanya rata-rata zona bening yang dihasilkan dari setiap taraf perlakuan. 2. Hasil Pengukuran Lebar Zona Bening (mm) Pertumbuhan Candida albicans pada Umur 2x24 Jam. Data hasil pengukuran lebar zona bening pertumbuhan Candida albicans pada umur 2x24 jam, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Adapun hasil rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.4 di bawah ini.

43 Table 4.4 Data Rata-rata Zona Bening (mm) Pertumbuhan Candida albicans pada Umur 2x24 Jam Setelah Ditransformasikan ke y + 1 2 Perlakuan Data Asli Data Transformasi Jumlah Rata-rata Jumlah Rata-rata S 0 (0%) 0 0 2,121 0,707 S 1 (50%) 6,48 1,620 5,822 1,455 S 2 (60%) 6,25 1,562 5,741 1,435 S 3 (70%) 6,58 1,645 5,854 1,463 S 4 (80%) 6,17 1,542 5,714 1,428 S 5 (90%) 5,73 1,432 5,559 1,389 Data pada Tabel 4.4 diatas menunjukkan hasil pengukuran rata-rata zona bening pertumbuhan Candida albicans yang disebabkan oleh pemberian ekstrak daun ceremai, dengan taraf perlakuan yang bervariasi. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata lebar zona bening yang terkecil adalah 0,707 mm pada S 0 (0%) sebagai kontrol, kemudian hasil rata-rata zona bening terbesar adalah 1,463 mm pada taraf perlakuan S 3 (70%). Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa perlakuan ekstrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.5 di bawah ini.

44 Tabel 4.5 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Ceremai terhadap Pertumbuhan Candida albicans pada Umur 2x24 Jam Setelah Ditransformasikan ke y + 1 2 Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F F tabel 1 Keragaman Bebas Kuadrat Tengah hitung % Perlakuan 5 2,817 0,563 12,511** 4,440 Galat 18 0,815 0,045 Total 23 3,632 Keterangan : ** = Sangat nyata (F hitung F tabel 1%) tn= berbeda nyata (F hitung F tabel 1%) Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ekstrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans mempunyai pengaruh yang sangat nyata, terlihat dari F hitung (12,511**) yang lebih besar dari F tabel 1% (4,440), sehingga hipotesis penelitian (H 1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis penelitian (H 0 ) ditolak pada taraf signifikan 1% untuk parameter pertumbuhan Candida albicans umur 2x24 jam. Pengamatan pertumbuhan Candida albicans pada umur 2x24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 2,691%, mendukung nilai F hitung (20,867) yang lebih besar dari nilai F tabel 1% (4,440) menunjukan adanya variansi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 1%. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ekstrak daun ceremai terhadap daya antimikroba pertumbuhan Candida albicans yaitu dilakukan dengan uji BNT 1%.

45 Tabel 4.6 Uji BNT 1% Untuk Pemberian Ekstrak Daun Ceremai Terhadap Pertumbuhna Candida albicans pada Umur 2x24 Jam Setelah Ditransformasikan ke y + 1 2 No. Perlakuan Total Rata-rata Notasi 1 S 0 (0%) 1,121 0,707 a 2 S 5 (90%) 5,559 1,389 b 3 S 4 (80%) 5,714 1,428 b 4 S 2 (60%) 5,741 1,435 b 5 S 1 (50%) 5,822 1,455 c 6 S 3 (70%) 5,854 1,463 c BNT 1 % = 0,063 Berdasarkan uji BNT 1% diketahui bahwa semua taraf perlakuan ekstrak daun ceremai pengaruhnya berbeda sangat nyata dengan kontrol (S O ) terhadap pertumbuhan Candida albicans. Taraf perlakuan S 1 (50%) dan perlakuan S 3 (70%) pengaruhnya berbeda sangat nyata dengan taraf S 2 (60%), S 4 ( 80%) dan S 5 (90%). Data di atas dipahami bahwa pengaruh pemberian ekstrak daun ceremai terhadap Candida albicans pada umur 2x24 jam mempunyai pengaruh yang signifikan. Adapun taraf yang optimal dalam penghambat pertumbuhan Candida albicans adalah taraf S 1 (50%) dengan notasi c.

46 Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Ceremai (Phyllanthus acidus L.) terhadap Pertumbuhan Candida albicans, pada Umur 2x24 Jam. 2.5 Rata-rata Lebar zona Penghambatan (mm) 2 1.5 1 1.455 1.435 1.463 1.428 1.389 0.5 0.707 0 0% 50% 60% 70% 80% 90% Konsentrasi Perlakuan Estrak Berdasarkan Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa pengaruh dari setiap taraf perlakuan ektrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans pada umur 2x24 jam masih bersifat penghambat pertumbuhan. Hal ini dibuktikan dengan adanya rata-rata zona bening yang dihasilkan dari setiap taraf perlakuan. 3. Hasil Pengukuran Lebar Zona Bening (mm) Pertumbuhan Candida albicans pada Umur 3x24 Jam. Data hasil pengukuran lebar zona bening pertumbuhan Candida albicans pada umur 2x24 jam, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3. Adapun hasil rata-ratanya disajikan pada tabel 4.7 di bawah ini.

47 Tabel 4.7 Data Rata-rata Zona Bening (mm) Pertumbuhan Candida albicans pada Umur 3x24 Jam Setelah Ditransformasikan ke y + 1 2 Data Asli Data Transformasi Perlakuan Jumlah Ratarata Jumlah Rata-rata S 0 (0%) 0 0 2,121 0,707 S 1 (50%) 5,82 1,455 5,592 1,398 S 2 (60%) 5,89 1,472 5,616 1,404 S 3 (70%) 5,76 1,440 5,569 1,392 S 4 (80%) 5,52 1,380 5,480 1,370 S 5 (90%) 5,27 1,317 5,390 1,347 Data pada Tabel 4.7 di atas menunjukkan hasil pengukuran ratarata zona bening pertumbuhan Candida albicans yang disebabkan oleh pemberian ekstrak daun ceremai, dengan taraf perlakuan yang bervariasi. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata lebar zona bening yang terkecil adalah 0,707 mm pada S 0 (0%) sebagai kontrol, kemudian hasil rata-rata zona bening terbesar adalah 1,404 mm pada taraf perlakuan S 2 (60%). Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa perlakuan ekstrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.8 di bawah ini.

48 Tabel 4.8 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Ceremai terhadap Pertumbuhan Candida albicans pada Umur 3x24 Jam Setelah Ditransformasikan Ke Y + 1 2 Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F F tabel 1 Keragaman Bebas Kuadrat Tengah hitung % Perlakuan 5 2,504 0,501 11,133** 4,440 Galat 18 0,820 0,045 Total 23 3,324 Keterangan : ** = Sangat nyata (F hitung F tabel 1%) tn= berbeda nyata (F hitung F tabel 1%) Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ekstrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans mempunyai pengaruh yang sangat nyata, terlihat dari F hitung (11,133**) yang lebih besar dari F tabel 1% (4,440), sehingga hipotesis penelitian (H 1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis penelitian (H 0 ) ditolak pada taraf signifikan 1% untuk parameter pertumbuhan Candida albicans umur 3x24 jam. Pengamatan pertumbuhan Candida albicans pada umur 3x24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 2,783%, mendukung nilai F hitung (11,133) yang lebih besar dari nilai F tabel 1% (4,440) menunjukan adanya variansi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 1%. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ekstrak daun ceremai terhadap daya antimikroba pertumbuhan Candida albicans yaitu dilakukan dengan uji BNT 1%.

49 Tabel 4.9 Uji BNT 1% Untuk Pemberian Ekstrak Daun Ceremai terhadap Pertumbuhna Candida albicans pada Umur 3x24 Jam Setelah Ditransformasikan Ke Y + 1 2 No. Perlakuan Total Rata-rata Notasi 1 S 0 (0%) 1,121 0,707 a 2 S 5 (90%) 5,390 1,347 b 3 S 4 (80%) 5,480 1,370 b 4 S 3 (70%) 5,569 1,392 b 5 S 1 (50%) 5,592 1,398 b 6 S 2 (60%) 5,616 1,404 b BNT 1 % = 0,432 Hasil Uji BNT 1% menunjukan bahwa semua taraf perlakuan ekstrak daun ceremai pengaruhnya berbeda sangat nyata dengan kontrol terhadap pertumbuhan Candida albicans. Antara masing-masing taraf perlakuan pengaruhnya tidak berbeda nyata sebagaimana tampak pada tabel di atas. Taraf perlakuan S 5 (90%) tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan taraf perlakuan S 1 (50%), S 2 (60%),S 3 (70%) dan S 4 (80%). Data diatas dipahami bahwa pengaruh pemberian ekstrak daun ceremai terhadap Candida albicans pada umur 3x24 jam mempunyai pengaruh yang signifikan. Adapun taraf yang optimal dalam penghambat pertumbuhan Candida albicans adalah taraf S 1 (50%) dengan notasi b.

50 Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Ceremai (Phyllanthus acidus L.) terhadap Pertumbuhan Candida albicans, Umur 3x24 Jam 2.5 Rata-rata Lebar zona Penghambatan (mm) 2 1.5 1 0.5 0.707 1.398 1.404 1.392 1.37 1.347 0 0% 50% 60% 70% 80% 90% Konsentrasi Perlakuan Ekstrak Berdasrkan Gambar 4.3 di atas terlihat bahwa perlakuan dari beberapa taraf perlakuan ektrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans pada umur 3x24 jam memiliki pengaruh penghambat terhadap pertumbuhan Candida albicans, hal ini dibuktikan dengan adanya rata-rata zona bening yang dihasilkan dari setiap taraf perlakuan. 4. Hasil Pengukuran Lebar Zona Bening (mm) Pertumbuhan Candida albicans pada Umur 4x24 Jam. Data hasil pengukuran lebar zona bening pertumbuhan Candida albicans pada umur 4x24 jam, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4. Adapun hasil rata-ratanya disajikan pada tabel 4. 10 di bawah ini.

51 Table 4.10 Rata-rata Zona Bening (mm) Pertumbuhan Candida albicans Pada Umur 4x24 Jam Setelah Ditransformasikan ke Y + 1 2 Data Asli Data Transformasi Perlakuan Jumlah Ratarata Jumlah Rata-rata S 0 (0%) 0 0 2,121 0,707 S 1 (50%) 4,51 1,127 5,100 1,275 S 2 (60%) 4,80 1,200 5,210 1,302 S 3 (70%) 4,88 1,220 5,245 1,311 S 4 (80%) 4,77 1,192 5,202 1,300 S 5 (90%) 4,51 1,127 5,102 1,275 Data pada Tabel 4.10 di atas menunjukkan hasil pengukuran ratarata zona bening pertumbuhan Candida albicans yang disebabkan oleh pemberian ekstrak daun ceremai, dengan taraf perlakuan yang bervariasi. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata lebar zona bening yang terkecil adalah 0,707 mm pada S 0 (0%) sebagai kontrol, kemudian hasil rata-rata zona bening terbesar adalah 1,311 mm pada taraf perlakuan S 3 (70%). Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa perlakuan ekstrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.11 di bawah ini.

52 Tabel 4.11 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Ceremai terhadap Pertumbuhan Candida albicans pada Umur 4x24 Jam Setelah Ditransformasikan Ke Y + 1 2 Sumber Keragama n Deraja t Bebas Jumlah Kuadrat Kuadr at Tengah F hitung F tabel 1% Perlakuan 5 1,943 0,389 7,939** 4,440 Galat 18 0,899 0,049 Total 23 2,842 Keterangan : ** = Sangat nyata (F hitung F tabel 1%) tn= berbeda nyata (F hitung F tabel 1%) Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ekstrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans mempunyai pengaruh yang sangat nyata, terlihat dari F hitung (7,939**) yang lebih besar dari F tabel 1% (4,440), sehingga hipotesis penelitian (H 1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis penelitian (H 0 ) ditolak pada taraf signifikan 1% untuk parameter pertumbuhan Candida albicans umur 4x24 jam. Pengamatan pertumbuhan Candida albicans pada umur 4x24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 3,082%, mendukung nilai F hitung (7,939) yang lebih besar dari nilai F tabel 1% (4,440) menunjukan adanya variansi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 1%. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ekstrak daun ceremai terhadap

53 daya antimikroba pertumbuhan Candida albicans yaitu dilakukan dengan uji BNT 1%. Tabel 4.12 Uji BNT 1% Untuk Pemberian Ekstrak Daun Ceremai terhadap Pertumbuhna Candida albicans pada Umur 4x24 Jam Setelah Ditransformasikan Ke Y + 1 2 No. Perlakuan Total Rata-rata Notasi 1 S 0 (0%) 1,121 0,707 a 2 S 1 (50%) 5,100 1,275 b 3 S 5 (90%) 5,102 1,275 b 4 S 4 (80%) 5,202 1,300 b 5 S 2 (60%) 5,210 1,302 b 6 S 3 (70%) 5,245 1,311 b BNT 1 % = 0,224 Berdasarkan uji BNT 1% diketahui bahwa semua taraf perlakuan ekstrak daun ceremai pengaruhnya berbeda sangat nyata kontrol (S 0 ) terhadap pertumbuhan Candida albicans. Antara masing-masing taraf perlakuan pengaruhnya tidak berbeda nyata sebagaimana tampak pada tabel di atas. Taraf perlakuan S 5 (90%) tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan taraf perlakuan S 1 (50%), S 2 (60%),S 3 (70%) dan S 4 (80%). Data diatas dipahami bahwa pengaruh pemberian ekstrak daun ceremai terhadap Candida albicans pada umur 4x24 jam mempunyai pengaruh yang signifikan. Adapun taraf yang optimal dalam penghambat pertumbuhan Candida albicans adalah taraf S 1 (50%) dengan notasi b.

54 Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Ceremai (Phyllanthus acidus L.) terhadap Pertumbuhan Candida albicans Umur 4x24 Jam 2.5 2 Rata-rata Lebar zona Penghambatan (mm) 1.5 1 0.5 0.707 1.275 1.302 1.311 1.300 1.275 0 0% 50% 60% 70% 80% 90% Konsentrasi Perlakuan Ekstrak Berdasrkan gambar 4.4 di atas terlihat bahwa perlakuan dari beberapa taraf perlakuan ektrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans pada umur 4x24 jam memiliki pengaruh penghambat terhadap pertumbuhan Candida albicans, hal ini dibuktikan dengan adanya rata-rata zona bening yang dihasilkan dari setiap taraf perlakuan. 5. Hasil Pengukuran Lebar Zona Bening (mm) Pertumbuhan Candida albicans pada Umur 1x24,2x24,3x24 dan 4x24 Jam. Rangkuman dari hasil analisis pengaruh ekstrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans,dapat dilihat pada tabel berikut.

55 Tabel 4.13 Pengaruh Ekstrak Daun Ceremai ( Phyllanthus acidus L.) terhadap Pertumbuhan Candida albicans, pada Umur 1x24, 2x24, 3x24, dan 4x24 Jam Perlakuan S Zona beningumur PertumbuhanCandida F Tabel albicans pada Umur: F hitung 1%** 1x24 2x24 3x24 4x 24 jam jam jam jam 9,8873** 12,511** 11,133** 7,939** 4,440 Keterangan : ** = Sangat nyata (F hitung F tabel 1%) tn= berbeda nyata (F hitung F tabel 1%) Tabel 4.13 di atas merupakan rangkuman dari keseluruhan hasil analisis variansi untuk pengaruh ekstrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans, pada umur 1x24 jam, 2x24 jam, 3x24 jam dan 4x24 jam. Ringkasan pengaruh ekstrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans, pada umur 1x24, 2x24, 3x24 dan 4x24 jam, menunjukan terjadinya penurunan daya hambat pertumbuhan dari senyawa-senyawa yang ada di dalam ekstrak daun ceremai. Meskipun demikian, semua taraf perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans dibandingkan dengan kontrol.

Rata-rata Lebar zona (Daerah) Penghambat (mm) 56 Gambar 4.5 Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Ceremai (Phyllanthus acidus L.) terhadap Pertumbuhan Candida albicans pada Umur 1x24, 2x24, 3x24 dan 4x24 Jam. 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 1x24 Jam 2x24 Jam 3x24 Jam 4x24 Jam Umur Pertumbuhan S0 (0%) S1 (50%) S2 (60%) S3 (70%) S4 (80%) S5 (90%) Berdasarkan Gambar 4.5 di atas terlihat bahwa perlakuan dari beberapa taraf konsentrasi ekstrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans pada umur 1x24 jam menghasilkan lebar zona hambat tertinggi yaitu pada perlakuan S 3 (70%) dengan lebar zona hambat sebesar 1,678 mm dengan notasi b meskipun tidak berbeda nyata dengan taraf S 1 (50%) yang juga mempunyai notasi b. Tetapi taraf perlakuan yang optimal dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans adalah pada taraf perlakuan S 1 (50%) karena dengan konsentrasi ekstrak daun ceremai 50% pengaruhnya sama dengan pengaruh pada konsentrasi S 3 (70%) dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. Taraf optimal pada S 1 ini

57 terjadi pada saat 1x24 jam, sedangkan 4x24 jam atau pada setiap kali pengukuran data. Gambar 4.5 di atas juga terlihat adanya penurunan rata-rata lebar zona hambat pada tiap umur inkubasi. Hal ini menunjukan bahwa senyawa antimikroba yang terdapat di dalam daun ceremai dipengaruhi oleh waktu yang menyebabkan daya hambatnya semakin hari semakin menurun. B. Pembahasan Taraf perlakuan ekstrak daun ceremai dengan berbagai konsentrasi menunjukkan hasil bahwa ekstrak tersebut berpengaruh sangat nyata terhadap penghambatan pertumbuhan Candida albicans yang ditunjukan dengan adanya zona bening. Konsentrasi yang digunakan untuk menguji daya antimikroba ekstrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans dibuat dalam 6 taraf perlakuan yaitu: (50%), (60%), (70%), (80%), (90%) dan (0%) yang digunakan sebagai control perlakuan. Selama penelitian berlangsung, setiaf taraf diinkubasikan dalam kondisi yang sama yaitu 37 0 C, karena Candida albicans ini merupakan fungi fatogen yang dapat tumbuh pada suhu 30 0 C- 37 0 C Pengujian daya antimikroba ekstrak daun ceremai dilakukan terhadap Candida albicans yang termasuk flora normal yang bersifat pathogen menggunakan metode difusi cakram. Metode ini dilakukan dengan cara mengukur zona bening antara koloni Candida albicans dengan sisi terluar paper disc.

58 1. Hasil Pengukuran Zona Bening (mm) Pertumbuhan Candida albicans pada Umur 1x24 jam. Pengujian daya hambat ekstrak daun ceremai dilakukan terhadap Candida albicans yang termasuk dalam fungi fatogen menggunakan metode difusi cakram. Metode ini dilakukan dengan cara mengukur jarak zona bening anatara koloni Candida albicans dengan sisi terluar paper disc. Hasil pengukuran uji daya antimikroba dalam ekstrak daun ceremai pada umur 1x24 jam (Phyllanthus acidus L.) pada taraf perlakuan S 2 (60%), S 3 (70%), S 4 (80%), S 5 (90%) dan S 0 (0%) yang digunakan sebagai kontrol menunjukkan bahwa ekstrak daun ceremai berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan Candida albicans, hal ini terlihat dari nilai F hitung yang lebih besar dari F tabel 1%. Taraf konsentrasi perlakuan yang optimal pada umur 1x24 jam berada pada taraf S 1 (50%). 2. Hasil Pengukuran Zona Bening (mm) Pertumbuhan Candida albicans Pada Umur 2x24 jam. Pengaruh ekstrak daun ceremai berpengaruh terhadap pertumbuhan Candida albicans pada umur 2x24 jam pada taraf perlakuan S 1 (50%), S 2 (60%), S 4 (80%), S 5 (90%) dan S 0 (0%) yang digunakan sebagai control menunjukan bahwa ekstrak daun ceremai berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan Candida albicans. Ekstrak daun ceremai memiliki pengaruh yang optimal pada konsentrasi S 3 (70%), karena pada taraf S 1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan S 2 (60%), S 4 (80%) dan S 5 (90%).

59 Esktrak daun ceremai pada umur 1x24 jam dan 2x24 jam mempunyai pengaruh yang cukup signifikan, sehingga lebar zona bening penghambat yang dicapai pada umur 1x24 jam mengalami penurunan pada umur 2x24 jam. Hal ini disebabkan oleh sifat daya antimikroba dalam daun ceremai semakin hari semakin menurun. 3. Hasil Pengukuran Zona Bening (mm) Pertumbuhan Candida albicans Pada Umur 3x24 jam. Pengaruh ekstrak daun ceremai sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan Candida albicans pada umur 3x24 jam menunjukan bahwa ekstrak daun ceremai berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan Candida albicans, hal ini dapat dilihat berdasrkan data hasil pengamatan yang menunjukan bahwa taraf perlakuan S 2 (60%) berbeda sangat nyata dengan perlakuan S 3 (70%) dan S 4 (80%) dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Ekstrak daun ceremai memiliki pengaruh yang optimal pada konsentrasi S 1 (50%) karena memiliki notasi yang sama dengan perlakuan yang lain sehingga tidak berbeda nyata. Pada umur 3x24 jam mempunyai daya penghambat yang semakin menurun jika dibandingkan dengan umur 1x24 jam dan 2x24 jam. Hal ini memperlihatkan bahwa senyawa yang ada pada daun ceremai semakin hari semakin menurun.

60 4. Hasil Pengukuran Zona Bening (mm) Pertumbuhan Candida albicans Pada Umur 4x24 jam. Pengaruh ekstrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans pada umur 4x24 jam menunjukan bahwa ekstrak daun ceremai berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan Candida albicans, hal ini dapat dilihat berdasarkan data hasil penelitian yang menunjukkan bahwa taraf perlakuan S 3 (70%) berbeda sangat nyata dengan perlaukan lainnya. Pada umur 4x24 jam menunjukan lebar zona bening pertumbuhan Candida albicans semakin mengalami penurunan dari umur 1x24, 2x24 dan 3x24 jam. Hal ini menunjukan bahwa senyawa antimikroba yang terdapat dalam daun ceremai daya hambatnya semakin hari semakin menurun. 5. Hasil Pengukuran Zona Bening (mm) Pertumbuhan Candida albicans pada umur 1x24, 2x24, 3x24 dan 4x24 jam. Berdasarkan hasil pengamatan pada umur 1x24 jam hingga 4x24 jam menunjukan bahwa terjadi penurunan daya hambat dari senyawasenyawa yang ada dalam daun ceremai. Senyawa-senyawa tersebut memberi pengaruh yang sangat nyata pada setiap pengukuran zona bening dari hari ke-1 hingga hari ke-4. Kemampuan ekstrak daun ceremai dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans disebabkan oleh adanya kandungan zat kimia yang terdapat pada ekstrak daun ceremai yaitu senyawa saponin,

61 flavonoida, tannin, polifenol, alkaloid merupakan senyawa aktif yang banyak ditemukan. Daun ceremai mengandung zat yang bersifat bakteriostatik tergantung konsentrasi yang digunakan. 32 Daya kerja antimikroba dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : konsentrasi zat antimikroba, ph, suhu, spesies mikroorganisme, serta adanya bahan organik lain. 31 Pemberian konsentrasi yang berbeda-beda menunjukan pengaruh yang berbeda pula terhadap zona bening yang dihasilkan. Semakin luas daerah zona bening yang terbentuk disekitar paper disc, maka semakin besar pula daya antimikroba yang terdapat pada ekstrak daun ceremai (Phllanthus acidus L.). Hal ini ditunjukan dengan adanya zona bening disekitar paper disc pada pertumbuhan Candida albicans, yang menyebabkan nilai konsentrasi 90% lebih rendah dibandingkan 70% pada umur 1x24 jam, hal itu diduga semakin pekat baham antimikroba maka akan berpengaruh pada proses difusi mikroorganisme tersebut, serta kelemahan dari metode paper disc yaitu konsentrasi tinggi bahan antimikroba akan memperkecil daya serap bahan antimikroba pada medium yang ditumbuhi mikroba, akibatnya pengaruh bahan antimikroba kurang meluas sehingga dihasilkan zona bening kecil. 32 Michael, J, Pelezer, Jr dan E,C,S Chan, Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta: Universitas Indonesia. 2009. H. 489-49 33 Ibid h. 61

62 Kebanyakan zat antimikroba yang efektif kerjanya mengganggu sintesis, penyusun atau fungsi komponen-komponen makromolekul sel, seperti penghambatan pembentukan dinding sel, penghambatan sintesis protein. 32 C. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pendidikan Antimikroba merupakan zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme, digolongkan sebagai antiseptik dan antibiotik. Daya kerja antiseptik tidak membedakan terhadap mikroorganisme dan jaringan tubuh. 33 Tumbuhan ceremai (Phyllanthus acidus L.) merupakan tumbuhan pohon kecil memiliki percabangan yang banyak yang tergolong family Euphorbiaceae dan genus Phllanthus yang dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropics. Tumbuhan ini selain digunakan untuk obat diare dan obat batuk berdahan ternyata juga dapat sebagai antimikroba. Selain itu daun ceremai juga mengandung golongan senyawa aktif seperti flavonoid, tannin, polifenol dan saponin. fenol dan flavonoid merupakan senyawa aktif yang paling banyak ditemukan. 34 Penelitian ini dilakukan dengan memberikan beberapa perlakuan ekstrak yang konsentrasinya berbeda-beda. Perlakuan ini dilakukan untuk mengetahui lebar zona bening dari ektrak daun ceremai terhadap pertumbuhan Candida albicans. 34 Koes Irianto. Menguak Dunia MIkrobiologi Jilid 1. Bandung : Penerbit Yrama Widya. 2006. H.93 35.Ibid..hal..108 36 Setiawan Dalimartha. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1, Jakarta: Trubus Agriwidya,1999.hal.33

63 Penelitian ini diperoleh hasil bahwa daun ceremai memiliki senyawasenyawa yang berpotensi sebagai antimikroba, hal ini membuktikan bahwa Allah SWT menciptakan segala sesuatu agar umat-nya berfikir terkait dengan manfaat tumbuhan bagi kehidupan manusia seperti dalam Al-Quran surah Ar-Rad (13) ayat 4 menjelaskan: Artinya: Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir. Ayat di atas menerangkan bahwa Allah menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang baik dan dapat dimanfaatkan sebagai makanan maupun obatobatan. Salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat-obatan adalah daun Phyllanthus acidus L. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam proses pembelajaran dan saran menunjang materi pelajaran dan dikembangkan pada praktikum mata kuliah Mikrobiologi.