PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BITUMEN PADAT DAERAH ROKAN, PROVINSI RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN OUTCROP DRILLING DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

BAB II GEOLOGI CEKUNGAN SUMATERA TENGAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM KABUPATEN ROKAN HULU DAN ROKAN HILIR, PROVINSI RIAU

BAB II TINJAUAN UMUM

Bab II Geologi Regional II.1 Geologi Regional Cekungan Sumatera Tengah

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. SARI

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DAERAH LOA JANAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KOTA SAMARINDA, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II KERANGKA GEOLOGI CEKUNGAN SUMATERA UTARA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI UMUM

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BATUBARA DI KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

BAB II GEOLOGI REGIONAL

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

By : Kohyar de Sonearth 2009

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BITUMEN PADAT DI DAERAH NANGA DANGKAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI ENDAPAN BITUMEN PADAT DI DAERAH SAMPOLAWA DAN SEKITARNYA KABUPATEN BUTON, PROVINSI SULAWESI TENGGARA (LEMBAR PETA : )

BAB II GEOLOGI REGIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB II STRATIGRAFI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

Gambar 1. Kolom Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara (Arpandi dan Padmosukismo, 1975)

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Bab II Tektonostrigrafi II.1 Tektonostratigrafi Regional Cekungan Sumatra Selatan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTIM DI DAERAH SUNGAI SANTAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUNGAMAS, KABUPATEN LAHAT PROPINSI SUMATERA SELATAN

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SUMATRA TENGAH

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab II Geologi Regional

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

STRATIGRAFI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENELITIAN ASPEK KONSERVASI BAHAN GALIAN DI WILAYAH BEKAS TAMBANG DI PANGARAYAN KABUPATEN KAMPAR, RIAU

BAB II TINJAUAN UMUM

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

PENYELIDIKAN LANJUTAN BITUMEN PADAT DI DAERAH NANGASILAT DAN SEKITARNYA KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT. Soleh Basuki Rahmat 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Geologi Daerah Penelitian. III Hubungan Stratigrafi

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH SUNGAI MERDEKA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, PROV. KALIMANTAN TIMUR

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI CEKUNGAN TARAKAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN I.1

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH LUBUK JAMBI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN INDRAGIRI HULU, PROPINSI RIAU

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Bab II Kondisi Umum Daerah Penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II KEADAAN UMUM DAN KONDISI GEOLOGI

Interpretasi Stratigrafi daerah Seram. Tabel 4.1. Korelasi sumur daerah Seram

BAB II GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi

EKSPLORASI BITUMEN PADAT DENGAN OUT CROPS DRILLING DAERAH MALUTU DAN SEKITARNYA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB II GOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

Transkripsi:

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BITUMEN PADAT DAERAH ROKAN, PROVINSI RIAU Rahmat Hidayat dan Dede Ibnu S. KPP Energi Fosil SARI Tujuan dari penyelidikan ini adalah untuk memetakan batuan dari formasi pembawa bitumen padat di Daerah Rokan serta mengetahui potensi dan sumberdayanya. Daerah penyelidikan secara administratif termasuk dalam dua wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Rokan Hulu (Kecamatan Ujung Batu, Tandun, Kabun dan Rokan IV Koto) dan Kabupaten Kampar (Kecamatan XIII Koto Kampar dan Tapung Hulu), Provinsi Riau. Secara geografis daerah ini terletak diantara koordinat 100 30 00-100 55 00 BT dan 00 20 00-00 45 00 LU. Secara umum daerah inventarisasi tersusun oleh kelompok batuan sedimen berumur Tersier dan sebagian kecil batuan sedimen, metamorf dan batuan intrusi berumur pratersier. Struktur yang berkembang di daerah Rokan dipengaruhi oleh Sistem Sesar Semangko. Sesar mendatar dekstral ini berarah baratlaut tenggara, dimana daerah Rokan berada di bagian timur dari sesar ini. Bitumen padat di daerah penyelidikan diperkirakan terdapat pada batuan sedimen klastik halus terdiri dari serpih abu-abu, batulempung abu abu karbonatan, batulanau dan batupasir halus. Ketebalan lapisan batuan antara 0,2 2,2 m dengan arah sebaran lapisan umumnya berarah baratlaut - tenggara, sesuai dengan arah penyebaran formasi pembawanya yaitu Formasi Telisa. Hasil analisis retort menunjukkan kandungan minyak bervariasi antara 2 13 liter/ton dan perhitungan sumberdaya bitumen padat yang terdapat di daerah Rokan ini berjumlah lebih dari 1 Juta ton dengan kategori tereka. PENDAHULUAN Latar Belakang Peranan minyak bumi sebagai sumber energi utama bagi kebutuhan energi nasional belum sepenuhnya tergantikan oleh energi alternatif lainnya. Kebijakan Energi Nasional 2025 mengisyaratkan peranan minyak bumi pada bauran energi nasional masih memberikan kontribusi yang signifikan. Untuk memenuhi kebutuhan dan menjaga ketersediaan sumber energi tersebut, perlu diupayakan usaha-usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan cadangan minyak bumi nasional, diantaranya penggunaan produksi minyak nasional hanya untuk kebutuhan domestik, konversi minyak bumi dengan energi alternatif secara bertahap dan sektoral, serta meningkatkan pengungkapan potensi baru sumberdaya minyak bumi di Indonesia. Selain itu dalam rangka penyediaan energi, Pemerintah mencanangkan program diversifikasi energi sebagai bagian dari Kebijakan Energi Nasional, dengan mencari dan memanfaatkan sumber daya energi alternatif, yang pada akhirnya baik sebagian maupun keseluruhan mampu menunjang atau menggantikan peran minyak bumi. Bitumen padat merupakan salah satu sumber energi alternatif tersebut yang pengadaan dan pemanfaatannya sampai saat ini belum optimal. Bitumen padat adalah kelompok batuan klastik halus yang mengandung material organik yang cukup untuk dapat menghasilkan/ membentuk minyak namun belum mengalami proses migrasi, sehingga untuk mengeluarkannya diperlukan proses peningkatan temperatur yang dikenal dengan analisa bakar. Indonesia dengan wilayah yang luas diperkirakan memiliki sumberdaya bitumen padat yang melimpah, salah satunya yang terdapat di daerah Rokan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Berdasarkan informasi penyelidikan terdahulu adanya batuan pengandung bitumen, daerah Rokan dan sekitarnya dipilih untuk dilakukan penyelidikan endapan bitumen padat. Kegiatan penyelidikan pendahuluan endapan bitumen padat di daerah Rokan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau adalah dalam rangka pelaksanaan program kegiatan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2008, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.

Maksud dan Tujuan Sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi Pusat Sumber Daya Geologi, maksud kegiatan penyelidikan pendahuluan ini adalah untuk mengungkap potensi dan wilayah keprospekan sumberdaya bitumen padat di daerah Rokan dan sekitarnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui informasi awal berupa data geologi melalui kegiatan pemetaaan geologi permukaan yang difokuskan pada formasi pembawa bitumen padat, mencakup posisi, kedudukan dan ketebalan perlapisan, stratigrafi endapan dan unsur-unsur geologi lainnya yang mempengaruhi terbentuknya endapan bitumen padat. Selain itu penyontohan bitumen juga dilakukan untuk kepentingan analisa laboratorium. Berdasarkan kompilasi data geologi dan analisis laboratorium, diharapkan dapat diketahui potensi dan sumber daya bitumen padat di daerah Rokan dan sekitarnya. Lokasi Daerah Penyelidikan Daerah penyelidikan secara administratif termasuk dalam dua wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Rokan Hulu (Kecamatan Ujung Batu, Tandun, Kabun dan Rokan IV Koto) dan Kabupaten Kampar (Kecamatan XIII Koto Kampar dan Tapung Hulu), Provinsi Riau. Secara geografis daerah ini terletak diantara koordinat 100 30 00-100 55 00 BT dan 00 20 00-00 45 00 LU. Lokasi daerah penyelidikan terletak sekitar 170 km di sebelah barat Kota Pekanbaru (Gambar 1). Pencapaian menuju lokasi penyelidikan, dari Pekanbaru melalui jalan provinsi menuju Pasir Pengarayan, Ibukota Kabupaten Rokan Hulu dapat ditempuh selama + 4 jam. Kemudian dari Pasir Pengarayan ke lokasi daerah penyelidikan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat selama + 1,5 jam perjalanan. GEOLOGI UMUM Secara regional daerah penyelidikan termasuk dalam Peta Geologi Lembar Pakanbaru, Sumatra, Edisi 2, Skala 1 : 250.000 (Clarke, M. C. G., Kartawa, W., dkk., 1982). Stratigrafi Daerah penyelidikan merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Tengah, salah satu dari tiga cekungan busur belakang Sumatera (Sumatera back arc basin) yang terbentuk selama periode Tersier Awal (Eosen Oligosen), terdiri dari rangkaian blok horst dan graben yang terbentuk sebagai respon ekstensi busur belakang. Ketebalan sedimen dalam cekungan ini mencapai 2,5 3 km, terdiri dari sekuen-sekuen syn-rift dan post-rift Kelompok Pematang berumur Eosen - Oligosen, Kelompok Sihapas berumur Awal Miosen, Kelompok Petani berumur Miosen Tengah Pliosen dan Formasi Minas berumur Plio-Plistosen. Cekungan ini dengan Cekungan Sumatera Utara dipisahkan oleh Busur Asahan (Asahan Arch), sedangkan dengan Cekungan Sumatera Selatan dipisahkan oleh Tinggian Tigapuluh (Tigapuluh High) (de Coster, 1974) Tatanan stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah telah banyak dipublikasikan, diantaranya oleh De Coster (1974), Clarke, M. C. G., Kartawa, W., dkk. (1982) dan Carnell dkk., (1998). Masing-masing penulis memberikan penamaan formasi yang berbeda. Geologi regional dan pembagian litostratigrafi menurut Clarke, M. C. G., Kartawa, W., dkk., (1982) dapat dilihat pada Gambar 2. Batuan tertua yang terdapat di daerah Rokan adalah Kelompok Tapanuli terdiri dari Formasi Kuantan (Puku). Formasi ini terdiri dari Anggota Pawan (Pukup) dan Anggota Tanjungpauh (Pukt). Formasi ini umumnya didominasi oleh kelompok batuan metamorf. Tidak selaras diatas kelompok ini adalah Kelompok Peusangan terdiri dari Formasi Tuhur (Mtt). Kedua kelompok batuan diatas berumur Pra Tersier. Selanjutnya kelompok batuan Tersier mengisi Cekungan Sumatera Tengah. Batuan tertua adalah Formasi Pematang (Tlpe) berumur Oligosen Awal Miosen. Formasi ini terdiri dari batulumpur merah dan berbintik, konglomerat breksi dan batupasir konglomeratan diendapkan dalam lingkungan fluvio-lakustrin. Tidak selaras diatas formasi ini diendapkan formasi batuan Kelompok Kampar, terdiri dari Formasi Sihapas () dan Formasi Telisa (). Formasi Sihapas berumur Miosen Awal terdiri dari batupasir konglomerat dan batulanau, diendapkan dalam lingkungan sublitoral-deltaik. Selaras diatas Formasi Sihapas, diendapkan Formasi Telisa berumur Miosen Awal-Miosen Tengah, terdiri dari batulumpur gampingan abu-abu gelap, batugamping tipis, batulanau dan sedikit

batupasir glaukonit. Tidak selaras diatas Kelompok Kampar, diendapkan Formasi Petani () berumur Miosen Tengah Pliosen Selanjutnya kelompok batuan berumur Kuarter menutup tidak selaras formasi di bawahnya terdiri dari Formasi Minas (Qpmi) dan Formasi Kerumutan (Qpke), terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lempung. Di atas formasi ini endapan Holosen terdiri dari aluvium dan kipas piedmont menutup tak selaras formasi dibawahnya. Selain kelompok batuan sedimen, daerah Rokan dan sekitarnya juga diendapkan endapan vulkanik dan intrusif. Struktur Geologi Struktur yang terbentuk di Cekungan Sumatera Tengah merupakan hasil proses orogenesa yang terjadi selama tiga fase berbeda. Tahap pertama yaitu orogenesa mid-mesozoikum dimana batuan berumur Paleozoikum dan Mesozoikum termetamorfkan, tersesarkan dan terlipatkan membentuk blok struktur besar yang kemudian diintrusi oleh batolit granit. Tahap kedua berlangsung selama periode Kapur Akhir Awal Tersier saat pembentukan blok blok sesar dan graben berarah dominan utara selatan. Kenampakan struktur paling menonjol terbentuk pada fase ketiga, berupa perlipatan dan pensesaran berarah baratlaut tenggara yang berlangsung selama orogenesa Plio Pleistosen. Unsur unsur struktur penting Plio- Pleistosen di Cekungan Sumatera Tengah yaitu Sesar Semangko (Semangko Wrench Fault) berarah baratlaut tenggara yang terbentuk di sepanjang Pulau Sumatera sebagai hasil dari aktifitas kolisi lempeng Samudra India terhadap lempeng Eurasia. Struktur lainnya berupa lipatan - lipatan bersumbu sejajar dengan Sesar Semangko, umumnya dengan offset lateral menganan. Struktur ketiga berupa sesar sesar normal dan anjakan berarah baratlaut tenggara, sebagian terbentuk berasosiasi dengan lipatan, sebagian lagi merupakan hasil reaktifasi dari sesar yang telah terbentuk selama Awal Tersier. Indikasi Endapan Bitumen Padat Secara geologi formasi batuan yang banyak mengandung bitumen padat dapat terbentuk pada lingkungan pengendapan danau, laut dangkal neritik atau lagun. Batuan ini umumnya merupakan batuan sedimen klastik halus, seperti serpih, napal, lanau atau batupasir halus. Berdasarkan batasan-batasan tersebut dan informasi dari penyelidik terdahulu dapat dilokalisir daerah yang berpotensi mengandung bitumen padat. Diperkirakan formasi pembawa bitumen padat terdapat pada Formasi Telisa, sehingga penyelidikan lebih difokuskan pada Formasi Telisa yang tersingkap di daerah ini. KEGIATAN PENYELIDIKAN Kegiatan Lapangan Pemetaan geologi dilakukan dengan cara mencari singkapan khususnya singkapan pada Formasi Telisa mengikuti arah dan kemiringan lapisan. Sebaran formasi Telisa terletak pada bagian tengah dan baratdaya daerah penyelidikan, yang memanjang mulai dari bagian baratlaut - tenggara, menempati sekitar 40% dari luas daerah penyelidikan. Pada singkapan yang ada dilanjutkan dengan pengamatan, pengukuran, ploting pada peta dasar serta deskripsi dan dokumentasi singkapan. Selain itu dilakukan pengambilan conto beberapa singkapan yang tersebar pada Formasi Telisa untuk analisa laboratorium. Untuk kegiatan pendahuluan ini conto berasal dari singkapan yang diambil secara acak dengan mempertimbangkan sifat-sifat megaskopis batuan bitumen serta keterwakilan seluruh bagian Formasi Telisa. Dari hasil pemetaan geologi ditemukan sekitar 26 singkapan batuan yang diperkirakan mengandung bitumen padat terdiri dari batulempung karbonatan, batu serpih dan batupasir halus karbonatan. Singkapan ditemukan di tebing dan dasar sungai, parit kebun sawit dan kupasan jalan. Tingkat pelapukan yang tinggi, kemiringan lapisan yang cukup landai, dan kondisi sungai yang keruh menyulitkan pengukuran dan pengamatan stratigrafi singkapan. Conto singkapan yang diperoleh kondisinya berkisar dari lapuk cukup baik. Keberadaan singkapan ditemukan secara berkelompok dan tersebur diseluruh bagian formasi, dengan demikian pembahasan dan penghitungan sumberdaya, akan dikelompokkan berdasarkan beberapa blok, dengan mempertimbangkan hasil analisa laboratorium terlebih dahulu. Batuserpih, bertekstur halus, berwarna abu-abu gelap, sedikit karbonatan, umumnya dalam kondisi agak lapuk segar. Kedudukan lapisan umumnya berkisar antara 220 0-330 0 dan kemiringan lapisan antara 5 0-21 0.

Lapisan serpih sebagian ditemukan berselingan dengan batulempung dengan ketebalan serpih antara 1 2,2 m. Batulempung umumnya berwarna abu-abu abu-abu gelap, umumnya karbonatan, mudah diremas-kompak, masif menyerpih, sebagian terkekarkan dan terisi kalsit, terdapat nodul gamping dan koral berukuran > 1 40 cm. Kedudukan lapisan antara 34 0-275 0 dengan kemiringan lapisan antara 3 0-25 0, ketebalan bervariasi antara 0,2-1,7 m. Sebagian batulempung berselingan dengan batuserpih dan batupasir. Batupasir berwarna abu-abu sedang, berukuran halus, sebagian karbonatan, terkekarkan dengan pelapukan choncoidal weathering dan terisi kalsit, terdapat struktur paralel laminasi. Analisis Laboratorium Analisis conto bitumen padat di laboratorium adalah untuk mengetahui kualitas bitumen padat antara lain mengenai kandungan minyak (analisis retorting), kandungan air dan Specific Gravity dari batuan. Analisis dilakukan pada laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, Lemigas, Jakarta. Pengolahan Data Kompilasi data geologi dan analisa laboratorium digunakan untuk mengevaluasi potensi bitumen padat di daerah Rokan, berupa keterdapatan, korelasi dan geometri endapan bitumen serta kualitas dan sumberdaya. Informasi ini dapat dijadikan acuan untuk mempertimbangkan kegiatan penyelidikan tahap berikutnya. HASIL PENYELIDIKAN Geologi Daerah Penyelidikan Morfologi Berdasarkan aspek morfologi daerah penyelidikan dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi yaitu Satuan Morfologi Lereng Bukit Barisan, Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang dan Satuan Morfologi Dataran Rendah. Stratigrafi sebagian kecil batuan sedimen, metamorf dan batuan intrusi berumur pratersier. Urutan satuan batuan dari tua ke muda adalah sebagai berikut: Kelompok Batuan Pra Tersier Formasi Kuantan, Anggota Pawan (Pukup), terdiri dari sekis klorit dan karbonat, muskovit dan tremolit yang terlipat kuat. Formasi Bahorok (), terdiri dari wake, wake konglomerat dan turbidit. Kelompok Batuan Tersier Formasi Pematang (Tlpe), terdiri dari breksikonglomerat kasar dan batupasir berselingan dengan batulempung merah dan batulumpur. Mengandung lapisan basal berbutir kasar tipe endapan Piedmont, secara lokal mengandung lapisan batubara. Satuan ini menindih tak selaras satuan batuan dibawahnya. Formasi Sihapas (), terdiri dari batupasir konglomeratan dibagian bawah dan batupasir. Mengandung lapisan-lapisan batubara, menindih tak selaras satuan batuan dibawahnya. Formasi Telisa (), formasi ini tersingkap di bagian tengah dan baratdaya daerah penyelidikan berorientasi baratlaut tenggara dengan sebaran 40% dari luas daerah penyelidikan. Formasi ini terdiri dari batuserpih karbonatan berwarna abu-abu tua, seringkali mengandung fosil, berselingan dengan lapisan batupasir glaukonit, batulanau dan lapisan tipis batugamping. Di daerah penelitian formasi ini diperkirakan mengandung endapan bitumen padat. Formasi Patani (), terdiri dari perselingan serpih hijau dan batupasir dan batulanau, mengandung batubara coklat, batulumpur karbonatan, menindih tak selaras satuan batuan dibawahnya. Kelompok Batuan Kuarter Formasi Minas (Qpmi), terdiri dari kerikil, pasir dan lempung yang belum terkonsolidasikan. Satuan ini menindih tak selaras batuan di bawahnya. Aluvial (Qp dan ), endapan aluvial tua dan muda terdiri dari kerikil, pasir dan lempung, mengandung sisa-sisa tumbuhan dan rawa gambut pada aluvial tua, menindih tak selaras satuan batuan dibawahnya. Kelompok Batuan Intrusi Granit Giti (Mpigt), terdiri dari batuan granit mengandung timah dan pegmatit turmalin. Satuan ini tersingkap pada bagian horst seluas 5% dari luas daerah penyelidikan. Secara umum daerah inventarisasi tersusun oleh kelompok batuan sedimen berumur Tersier dan

Struktur Geologi Struktur yang berkembang di daerah Rokan dipengaruhi oleh Sistem Sesar Semangko. Sesar mendatar dekstral ini berarah baratlaut tenggara, dimana daerah Rokan berada di bagian timur dari sesar ini. Selain itu berkembang struktur lipatan dengan sumbu lipatan sejajar dengan sesar Semangko, umumnya berarah Baralaut - Tenggara. Struktur lipatan ini terdiri dari sinklin dan antiklin dengan sudut kemiringannya relatif kecil. Selain itu terdapat sesar normal berarah baratlaut tenggara membentuk pola horst dan graben di daerah XIII Koto Kampar dan Tandun, merupakan hasil reaktifasi dari sesar yang telah terbentuk selama Awal Tersier. Pada bagian horst terangkat batuan intrusi dan metamorf berumur pra- Tersier. Berkembang juga struktur sesar sesar kecil dengan arah baratlaut tenggara dan utara selatan terdapat memotong struktur lipatan umumnya berupa sesar geser. Kualitas Bitumen Padat Hasil proses pengujian analisa Retort Extraction kualitas bitumen padat yang dilakukan di laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi terhadap 12 conto batuan menunjukkan hasil adanya kandungan minyak pada 6 sampel yaitu RH-2, RH-5, RH-7, RH-14, RH-22 dan RH-23 dengan kandungan minyak masing-masing 13 liter/ton, 8 liter/ton, 2 liter/ton, 5 liter/ton, 4 liter/ton dan 7 liter/ton. Enam sampel lainnya tidak mengandung minyak dan diperkirakan telah mengalami migrasi. Potensi Endapan Bitumen Padat Perhitungan sumberdaya bitumen padat tergantung dari hasil analisa bakar (retort analysis) conto batuan yang diambil dari lapangan. Perhitungan sumber daya bitumen padat dilakukan berdasarkan pada penyebaran kearah lateral yang didapatkan dari korelasi beberapa singkapan yang ditemukan selama pemetaan geologi permukaan. Perhitungan sumberdaya untuk kegiatan survey pendahuluan diklasifikasikan sebagai sumberdaya hipotetik, sehingga titik jarak informasi dalam hal ini data singkapan tidak dibatasi. Namun keberadaan struktur dan batas formasi diperhitungkan sebagai batasan untuk mengkorelasikan kemenerusan lapisan. Perhitungan sumberdaya bitumen padat dihitung dengan rumus sebagai berikut : - Penyebaran kearah jurus tiap lapisan (p) yang dapat dikorelasikan dibatasi sampai sejauh 500 meter dari singkapan terakhir atau berhenti pada struktur sesar. - Penyebaran kearah kemiringan (l) lapisan dibatasi sampai kedalaman 100 meter dihitung tegak lurus dari permukaan singkapan. Untuk lebar batuan dihitung menggunakan rumus : 100 l = ( m), α = kemiringan lapisan sinα - Tebal lapisan adalah tebal rata-rata (t) dari lapisan batuan hasil pengukuran singkapan, dengan tebal minimal yang dihitung adalah satu meter. - Berat jenis adalah berat jenis batuan (bj) diperoleh berdasarkan analisa retort di laboratorium. - Sumberdaya bitumen padat dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut : Sumberdaya Bitumen Padat = kg p ( m) xl( m) xt( m) xbj ton Hasil perhitungan sumberdaya bitumen padat berjumlah lebih dari 1 Juta ton dengan kategori tereka. Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan Bitumen Padat Bitumen padat merupakan salah satu sumberdaya energi alternatif yang pemanfaatan dan pengembangannya sampai saat ini belum optimal. Potensi bitumen padat di Indonesia diperkirakan cukup besar. Di daerah Rokan potensi bitumen padat belum diketahui secara pasti, mengingat penyelidikan ini baru pada tahap awal dan informasi hanya berdasarkan data permukaan. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa lapisan bitumen diperkirakan terdapat pada seluruh bagian formasi. Untuk mengetahui prospek pemanfaatan bitumen padat di daerah ini belum dapat disajikan mengingat kandungan minyak belum diketahui. Kandungan minyak berdasarkan analisa laboratorium meupakan indikator penting untuk mengetahui kandungan minyak dan nilai tersebut dapat digunakan dalam penghitungan sumberdaya bitumen padat.

Pemanfaatan dan pengembangan bitumen padat dapat dilakukan setelah mengetahui besar sumberdaya bitumen padat. Selain itu mempertimbangkan faktor non-teknis lainnya, diantaranya kelayakan infrastruktur dan tataguna lahan. Untuk infrastruktur, terutama akses jalan darat maupun sungai daerah Rokan dilalui oleh jalan provinsi yang kondisinya cukup baik, selain itu daerah Rokan dilalui oleh dua sungai besar yaitu Sungai Rokan dan Sungai Kampar. Sedangkan untuk tataguna lahan, daerah Rokan dan sekitarnya sudah sejak dulu merupakan kawasan perkebunan dengan komoditas unggulan kelapa sawit, baik yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara V, PIR maupun pihak swasta. Clarke, M. C. G., Kartawa, W., Djunuddin, A., Suganda, E., dan Bagdja, M., 1982, Peta Geologi Lembar Pakanbaru, Sumatra, Skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Tobing, S.M. 2000, Survei Pendahuluan Endapan Bitumen Padat di Daerah Sijunjung, Propinsi Sumatra Barat, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. Amarullah, Deddy, 2006, Inventarisasi Endapan Bitumen Padat dengan Outcrop Drilling Daerah Muara Selaya, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas baik hasil studi literatur maupun hasil pekerjaan lapangan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : - Bitumen padat di daerah penyelidikan diperkirakan terdapat pada batuan sedimen klastik halus terdiri dari serpih abu-abu, batulempung abu abu karbonatan, batulanau dan batupasir halus. Arah sebaran lapisan umumnya berarah baratlaut - tenggara, sesuai dengan arah penyebaran formasi pembawanya yaitu Formasi Telisa. - Batuan serpih umumnya berselingan dengan batulempung karbonatan dengan ketebalan lapisan batuan antara 0,2 2,2 m, umumnya berarah baratlaut-tenggara dengan kemiringan landai antara 3 0-25 0. - Singkapan ditemukan secara berkelompok dan tersebar disemua bagian Formasi Telisa. - Hasil analisis retort menunjukkan kandungan minyak bervariasi antara 2 13 liter/ton. - Perhitungan Sumberdaya bitumen padat yang terdapat di daerah Rokan sebanyak lebih dari 1 juta ton DAFTAR PUSTAKA De Coster, G.L., 1974, The Geology of The Central and South Sumatra Basins, Proceedings Indonesian Petroleum Association, 3 rd Annual Convention.

101 102 103 104 2 Bengkalis 1 Pa sir Pengara ian Pe ka n ba r u PROVINSI RIAU Ta njungpinang PROVINSI KEP. RIAU Bangkina ng 0 Renga t Te mbilaha n U -1 DAERAH PENYELIDIKAN 50 0 50 Km Gambar 1. Lokasi Penyelidikan Daerah Rokan Gambar 2. Susunan Stratigrafi Daerah Penyelidikan (disederhanakan dari Clarke, Kartawa, dkk, 1982).

3 RH-01 RH-17 6 00 45'00" LU 00 40'00" LU 10 RH-18 00 35'00" LU 00 30'00" LU 00 25'00" LU RH-19 9 Ujung Batu 20 RH-02 RH-27 25 10 RH-15 RH-26 9 RH-25 11 RH-14 19 RH-23 5 13 RH-04 RH-07 3 RH-08 3 RH-09 11 Tandun 00 20'00" LU RH-20 100 30'00" BT 100 35'00" BT 100 40'00" BT 100 45'00" BT 100 50'00" BT 100 55'00" BT 21 RH-22 4 Aliantan RH-06 10 RH-13 15 Kabun RH-12 7 7 RH-21 2 00" LU 1 00" LU 0 00" DALUDALU PASIRPANGARAIAN Keterangan : KOTATENGAH SEDINGINAN Daerah penyelidikan UJUNGTANJUNG DUMAI DURI PEKANBARU BANGKINANG BALAIPUNGUT LIPATKAIN MINAS BATUPANJANG MUARALEMBU SIAKSRIINDRAPURA LANGGAN TELUKKUANTAN LUBUKJAMBI BASERAH CERINTI BENGKALIS P. PADANG SUNGAIAPIT PANGKALANBUNUT KUALANAPUH AIRMOLEK PERANAP P. RANGSANG SELATPANJANG TELUKMERANTI RENGAT SEBERIDA KUALAKAMPAR KERITANG 100 00" BT 101 00" BT 102 00" BT 103 00" BT A 0 2 4 6 8 10 Km 0 2 4 6 8 10 Cm 15 Jurus B TANJUNG BALAI KARIMUN P. PENYELER TEMBILAHAN TEMPULING ENOK P.KARIMUN P.KENDUR GADING PULAUKIJANG RANTAU MANDAH PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN S. Rokankiri S. Tapungkanan Qp 1 00" LS PROVINSI SUMATERA BARAT PETA INDEK U SKALA 1 : 100.000 Qpmi KETERANGAN : Aluvium Muda Aluvium Tua Formasi Minas S. Tapungkiri Formasi Patani Formasi Telisa Formasi Sihapas Formasi Pematang Qpmi Formasi Bahorok Anggota Pawan, Formasi Kuantan Granit Giti Batas Formasi Sesar, gerakan relatif Tlpe Sesar direka MPigt Sinklin Antiklin Qpmi dan Kemiringan Batuan Sungai Jalan Batas Kabupaten Batas Desa Kecamatan Lapangan Minyak atau Gas Garis Penampang S. Kamparkanan QTv S. Kamparkanan MPipg DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETA GEOLOGI DAN SUMBERDAYA BITUMEN PADAT DAERAH ROKAN KABUPATEN ROKAN HULU, PROVINSI RIAU Disusun : Rahmat H. ST Diperiksa : Ir. Asep Suryana Tahun : 2008 Digambar : Hari P. Disetujui : Ir. Sukardjo, M.Sc Nomor Peta : 1 Gambar 3. Peta Geologi Daerah Rokan dan Sekitarnya