I. PENDAHULUAN. oleh Indonesia adalah suku Cina atau sering disebut Suku Tionghoa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

BAB 5 RINGKASAN. Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beragam etnis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

, 2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seorang warga negara Indonesia dengan paspor Indonesia belum tentu orang

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tersebar di berbagai pulau. Kondisi negara maritim dengan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat unik, karena pariwisata bersifat multidimensi baik fisik, sosial,

BAB V PENUTUP di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum kedatangan bangsa Belanda, etnis Tionghoa sudah menyebar ke seluruh Nusantara.

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. para pendiri bangsa ini ketika merumuskan ide tersebut.

.KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

DINAMIKA TIONGHOA ISLAM PASCA REFORMASI DI YOGYAKARTA ( ) SKRIPSI

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Dimanapun masyarakat Cina berada, termasuk masyarakat Tionghoa di

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam

YUNITA ARY NUGRAHENI A

BAB I PENDAHULUAN. Cina merupakan salah satu Negara yang memiliki beragam budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. menguasai Nusantara, bangsa China telah terlebih dahulu menginjakkan kaki di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. juga multikultural, dimana dalam kehidupan tersebut terdapat berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

49. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH[1].

BAB I PENDAHULUAN. ras, etnis, bahasa dan juga agama yang beragam, karena itulah Indonesia disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan pemikiran-pemikiran mereka dalam masalah sosial politik.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

Oleh: Kartika Cahya Pertiwi 1

BAB 1 PENDAHULUAN. rumah adalah ayah, namun seiring dengan berkembangnya zaman, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena pergantian sistem pemerintahan yang terbilang singkat. Tokoh-tokoh

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu bangsa yang menganut paham demokrasi, didalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

Modul ke: Geopolitik. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang harus mempunyai perencanaan keuangan yang baik dalam pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam budaya yang berbeda-beda, namun saling

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB 1 PENDAHULUAN. Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. kuatlah yang membawa bangsa ini mewujudkan cita-citanya. Peran serta

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Singarimbun, 1989: 33). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

BAB IV PANDANGAN ETNIS TIONGHOA DI SURABAYA TERHADAP KONSEP PLURALISME KH. ABDURRAHMAN WAHID

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

UPAYA PENGUATAN NASIONALISME ORANG INDONESIA TIONGHOA PASCA PERISTIWA MEI 1998

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PEDAHULUA. budaya etnis Tionghoa, yakni Budaya Seni Tari Barongsai. Judul Tayangan : Liukan Barongsai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki banyak pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah salah satu kemampuan dasar dan alamiah yang dianugerahkan. pada umat manusia. Umat manusia tidak akan mungkin mempunyai budaya atau

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup)

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu Negara dikatakan sebagai Negara berdaulat jika memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam etnis suku dan bangsa. Keanekaragaman ini membuat Indonesia menjadi sebuah negara yang kaya akan kebudayaan. Salah satu etnis suku bangsa yang diakui oleh Indonesia adalah suku Cina atau sering disebut Suku Tionghoa. Suku bangsa Tionghoa di Indonesia merupakan keturunan dari leluhur mereka yang berimigrasi secara periodik dan bergelombang sejak ribuan tahun lalu. Catatan-catatan literatur Tiongkok menyatakan bahwa kerajaankerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Tiongkok. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Tiongkok ke Nusantara dan sebaliknya. 1 Mengenai istilah Tionghoa di Indonesia, penduduk Tionghoa Indonesia khususnya generasi tua lebih suka disebut orang Tionghoa ketimbang orang Cina, karena istilah Cina atau Cino dalam bahasa Jawa masih mengandung 1 Dr. Irawan. Indonesia Media. Cina atau Tionghoa. 18 januari 2010. http://www.indonesiamedia.com/2010/01/18/cina-atau-tionghoa/. 14 Mei 2012

makna merendahkan. Di masa lalu istilah ini menyiratkan penghinaan bagi orang Tionghoa (Dawis, 2012:81). Tidak dapat dipungkiri lagi keberadaan masyarakat Tionghoa di Indonesia membawa peranan yang penting bagi kemajuan perkembangan Indonesia baik dalam bidang politik, sosial budaya, dan ekonomi. Seperti dalam catatan-catatan sejarah kemerdekaan Indonesia, suku Tionghoa juga memberikan pengaruh dengan keterlibatannya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Jadi masyarakat Tionghoa saat itu memiliki pengaruh yang amat besar dalam bidang politik seperti Lie Eng Hok seorang perintis kemerdekaan, Kwee Thiam Hong yang terlibat dalam peristiwa sumpah pemuda, dan ada juga Liem Koen Hien pendiri Partai Tionghoa Indonesia (Jahja, 2002: 3, 43, 49). Selain di bidang politik Masyarakat Tionghoa juga memiliki pengaruh penting dalam bidang pendidikan yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah Drs. Yap Tjwan Bing yang merupakan salah satu penandatangan naskah UUD 1945. Pada tahun 1932, Om Yap berangkat ke Negeri Belanda untuk menuntut ilmu dalam bidang farmasi dan menyelesaikan studinya. Setelah Om Yap kembali ke Indonesia, beliau juga ikut mendirikan Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada bersama rektor UGM ketika itu, Prof. Dr. Sardjiti (Effendy, 1988:97, 99). Namun di era Orde Baru kebebasan kehidupan masyarakat Tionghoa mulai terenggut. Dalam bidang budaya, pemerintah Orde Baru rupanya ingin mengikis habis kebudayaan Tionghoa dengan tidak mengizinkan orang mengamalkan tradisi dan adat istiadatnya secara publik, misalnya tidak boleh

mrayakan Imlek dan Cap Gome, tidak boleh main barongsai, belajar bahasa Tionghoa tidak diperbolehkan, koran dan publikasi bahasa Tionghoa tidak diizinkan, hanya sebuah koran setengah Tionghoa yang diasuh oleh masyarakat militer yang diizinkan terbit, dan koran ini dikenal kalangan masyarakat Tionghoa sebagai koran iklan (Suryadinata, 2004:16). Selain itu menurut Suryadinata (2004:16-17), pada saat itu peraturan diskriminatif terus dijalankan sehingga minoritas Tionghoa merasa dirinya berbeda dengan kelompok pribumi. Misalnya nomor KTP etnis Tionghoa dibedakan, jumlah Tionghoa yang boleh masuk universitas dibatasi, dll. Selain itu pemerintah orde baru tidak menizinkan orang Tionghoa masuk ke dunia politik atau pemerintahan. Semua diskriminasi yang terjadi membuat suku Tionghoa mulai mengundurkan diri dari bidang-bidang politik dan kebudayaan sehingga mereka hanya berani memilih pekerjaan sebagai pengusaha atau pedagang. Dengan usaha yang keras banyak pengusaha dan pedagang Tionghoa mendapat kesuksesan dalam bidang ini sampai sekarang. Selain itu, orang Tionghoa di Indonesia sekarang dianggap sebagai satu kelompok yang kuat karena telah mendominasi di bidang perdagangan (Suryadinata 2002:119). Kemudian Reformasi yang digulirkan pada 1998 telah banyak menyebabkan perubahan bagi kehidupan warga Tionghoa di Indonesia. Kebebasan yang telah direnggut dari masyarakat Tionghoa perlahan-lahan mulai dikembalikan kembali. Masyarakat Tionghoa kini sudah memiliki kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia dan untuk menjalakan tradis-tradisi yang ada pada masyarakat Tionghoa.

Namun kehidupan yang penuh diskriminatif di masa Orde baru tentu saja menjadikan doktrin tersendiri bagi pola pikir generasi tua masyarakat Tionghoa dalam hal pemilihan profesi. Mereka yang selama ini sudah meraih kesuksesan di dalam kehidupan berdagang memiliki pandangan positif terhadap pekerjaan seorang pedagang dan hal ini membuat mereka untuk tidak lagi kembali masuk ke dalam dunia politik dan bidang-bidang lain di luar perdagangan. Seperti yang tercantum dalam sebuah artikel di media online Tempo.com, tindakan diskriminasi yang dilakukan pemerintah Indonesia di masa lalu menyebabkan munculnya trauma besar bagi etnis Tionghoa di negeri ini. Trauma itu kemudian mengakibatkan ketakutan mereka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang terus berkepanjangan. Akibatnya saat ini masyarakat Tinghoa kurang tertarik untuk ikut serta dalam kancah politik. 2 Karena adanya trauma seperti itu, masyarakat Tionghoa generasi tua pasti lebih cenderung mengarahkan anaknya untuk mengikuti jejak orangtua demi kebaikan dan kesuksesan anaknya. Tetapi bila kita lihat di masa sekarang masyarakat Tionghoa generasi muda sudah mulai membuka dirinya dan juga memiliki keinginan untuk menekuni profesi-profesi lain di luar bidang perdagangan. Di dalam kasus trauma dan doktrin pola pikir masyarakat generasi tua Tionghoa dan juga kehidupan di era globalisasi masyarakat Tionghoa 2 Tempo.co, Kenapa Etnis Cina di Indonesia Masih Trauma, 21 Januari 2012, http://www.tempo.co/read/news/2012/01/21/078378818/kenapa-etnis-cina-di-indonesia-masih-trauma. 14 Mei 2012

generasi muda, memungkinkan terjadinya suatu perbedaan pendapat mengenai pandangan mereka dalam menilai sebuah profesi. Generasi tua yang sudah terbiasa hidup berdagang dan tidak pernah mau ikut campur lagi dalam masalah politik ataupun bidang-bidang lain di luar dunia dagang memungkinkan mereka untuk selalu berpendapat bahwa profesi di luar bidang perdagangan adalah profesi yang kurang baik bagi anak-anak mereka karena mereka takut kejadian pelarangan masyarakat Tionghoa untuk hidup dalam kebebasan menentukan profesi lain di luar dunia perdagangan yang terjadi di orde baru terulang kembali dan mempengaruhi kehidupan anakanak mereka. Apalagi jika usaha perdagangan mereka sukses dan maju menambah kemungkinan mereka menginginkan anak-anak mereka mengikuti jejak kesuksesan mereka daripada melihat anaknya susah payah mencari kesuksesan di bidang lain yang belum tentu dapat berhasil. Namun generasi muda di era reformasi seperti sekarang mungkin juga memiliki keinginannya sendiri dalam menenutkan pofesi mereka apakah mereka ingin mengikuti jejak usaha orangtuanya sebagai pengusaha dagang atau mereka ada cita-cita lain di luar dunia usaha dagang karena jika seseorang sudah memasuki masa pubertas urang lebih dari usia 12-14 tahun, mereka akan mengalami perkembangan fisik dan intelektual yang sangat cepat dimana pada masa itu juga seseorang akan mulai dapat berpikir dan menimbang mana yang baik dan yang buruk untuk menentukan sebuah keputusan (Hurlock 1980:17), termasuk dalam membuat sebuah keputusan mengenai pekerjaan atau profesi yang akan mereka jalankan kelak.

Perbedaan pola pikir kedua generasi masyarakat Tionghoa dalam menentukan profesi ini menjadikan sebuah bentuk komunikasi keluarga sangat penting dalam proses pengambilan keputusan penentuan profesi seorang anak. Dengan adanya bentuk komunikasi keluarga ini para orangtua maupun anak dapat memberikan masukan dan pendapatnya Proses awal penelitian ini dilakukan penulis dengan melakukan pra riset pada tanggal 10 September 2011, yaitu dengan melakukan wawancara kepada beberapa narasumber. Penulis menanyakan bagaimanakah pandangan masyarakat tentang profesi masyarakat Tionghoa yang ada di Indonesia. Dan hampir seluruh narasumber mengatakan bahwa yang mereka tahu masyarakat Tionghoa di Indonesia lebih dominan bekerja sebagai pedagang. Pada penelitian ini, peneliti memilih melakukan penelitian pada para orangtua dan anak di dalam keluarga batih etnis Tionghoa yang berada di Kelurahan Sawah Brebes, Bandarlampung. Kelurahan Sawah Brebes merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Tanjung Karang Timur, Kota Bandarlampung. Kelurahan ini terdiri dari 2 lingkungan dan 11 Rukun Tetangga. Alasan utama pemilihan Kampung Sawah Brebes sebagai tempat penelitian penulis karena di Kelurahan Sawah Brebes terdapat beberapa keluarga etnis Tionghoa yang memilih pekerjaan di dalam bidang perdagangan dan juga bidang perdagangan yang ada di Kampung Sawah Brebes lebih variatif, seperti pedagang warung kelontongan, pedagang kue, pedagang mie, dll, yang membuat lokasi ini lebih menarik diteliti dibandingkan dengan lokasi lain.

Selain itu, penulis memiliki poin kedekatan (proximity). Kedekatan jarak dapat memungkinkan penulis untuk lebih mudah mendapatkan informasi, karena penulis kenal secara langsung dengan objek penelitian yang akan menjadi narasumber untuk penelitian ini. B. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah bagaimanakah peranan komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan profesi anak pada etnis Tionghoa? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan profesi anak pada etnis Tionghoa. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dalam penelitian ini adalah : 1. Secara Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi bidang ilmu komunikasi khususnya ilmu sosial pada umumnya yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam keluarga dalam budaya masyarakat Tionghoa. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran penulis untuk keluarga dalam mengambil keputusan untuk langkah pengambilan profesi bagi anak melalui komunikasi yang efektif dan berkesinambungan antara anggota keluarga