BAB IV SIMPULAN. "Dasar Cina lu." "Eh Cina lu! Cina lu!" "Woi Cina ngapain disini?"

dokumen-dokumen yang mirip
1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

BAB IV PENUTUP. keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dari kelompok bermain (0-4 tahun) dan Taman Kanak-kanak (4-6 tahun).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

Materi Bahan Ajar Mata Diklat Etika Publik (Diklat PraJabatan) KOMUNIKASI: ANTARA ETIKA DAN ESTETIKA Oleh: Wardjito Soeharso

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB IV PENUTUP. remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini telah berjalan baik,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

, 2015 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA RAGAM TULIS DALAM SURAT PRIBADI MAHASISWA KOREA DI YOUNGSAN UNIVERSITY

BAB V PEMANFAATAN HASIL ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB SEBAGAI BAHAN AJAR

BAB I PENDAHULUAN. menanyakan sesuatu, mengekspresikan diri, dan mempengaruhi orang lain. penting bagi manusia untuk berinteraksi dengan orang lain.

KISI KISI PENILAIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana seseorang bertindak dan berprilaku. moral. Etika pergaulan perlu di terapkan misalnya (1) Berpakaian rapi di

BAB I PENDAHULUAN. tutur. Kegiatan berinteraksi antara penutur dan mitra tutur dapat berupa dialog

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas untuk memenuhi salah satu kebutuhan sosial manusia,

menafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus,

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

MATERI 7 GLOBALISASI DAN JATI DIRI BANGSA

ABSTRAK

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses berpikir manusia. Tahap kelanjutan dari proses berpikir

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk mengerti

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi)

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF PADA WACANA PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO MASA JABATAN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi jual-beli. Hal ini dapat ditemukan dalam setiap transaksi jual-beli di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. kedua deiksis ini saling melengkapi fungsinya masing-masing saat dipergunakan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil analisis pada bab IV diperoleh temuan-temuan berupa pola

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat

1. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk

PENDAHULUAN. (Susetyo, 2010, h. 29), jumlah populasi orang Jawa kira-kira 47. mendominasi di Indonesia berdasarkan jumlah populasinya.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ini. Akan tetapi, perkembangan teknologi dan industri yang menghasilkan budaya teknokrasi

BAB IV PENUTUP. Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim

I. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan inilah manusia dapat dibina untuk hidup sesuai dengan harkat dan

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 SKALA KOMUNIKASI INTERPERSONAL A-2 SKALA KONSEP DIRI

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam

PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

JENIS-JENIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN BERDASARKAN PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA DALAM TALK SHOW BUKAN EMPAT MATA DI TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang masalah. Suku Karo adalah salah satu suku yang ada di Provinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi atau alat interaksi yang digunakan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. anggota kelompok tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah melakukan pembahasan dan menganalisis data-data penelitian tentang bagaimana proses adaptasi karyawan dan

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

Transkripsi:

BAB IV SIMPULAN Melihat tindakan yang diambil pemerintah dengan menghilangkan panggilan Cina dan menggantinya dengan kata Tionghoa ataupun Tiongkok ke depannya memang merupakan suatu keputusan yang bagus. Akan tetapi apabila keputusan yang dibuat itu tidak tersebar secara merata dan tidak ditanggapi oleh masyarakat Indonesia, maka itu hanya akan menjadi sia sia belaka. Sebab sampai sekarang ini pada kenyataannya tetap saja panggilan Cina masih banyak digunakan, baik di media massa maupun kehidupan sehari-hari. Padahal dengan adanya keputusan itu bisa saja mendorong terjadinya proses asimilasi antara masyarakat etnis Tionghoa dengan masyarakat etnis non Tionghoa di Indonesia dan menghilangkan diskrimasi rasial. Pada hakikatnya, memang panggilan Cina tidak mengandung makna negatif sama sekali. Seperti yang ditulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, maknanya adalah sebuah negeri di Asia / Tiongkok dan bangsa yang tinggal di Tiongkok / Tionghoa. Beberapa narasumber yang ditanya mengenai hal ini juga mengatakan demikian, bahwa sebenarnya panggilan Cina tidak mengandung makna negatif sama sekali, hanya saja panggilan itu menjadi tidak enak didengar di saat panggilan itu diucapkan dalam konteks dan waktu yang memang benarbenar menghina. Contohnya adalah seperti kalimat-kalimat berikut ini: "Dasar Cina lu." "Eh Cina lu! Cina lu!" "Woi Cina ngapain disini?" Kalimat-kalimat di atas dirasa kurang tepat, karena di dalamnya terdapat kata Cina yang terkesan memojokkan suatu etnis Tionghoa. Hal ini juga bisa terjadi pada etnis lain, tidak hanya pada etnis Tionghoa saja. Akan tetapi, hal yang menjadikannya berbeda adalah latar belakang kemunculan kata Cina itu sendiri. Penggunaannya yang berdasarkan sejarah memiliki ketimpangan untuk menjelekkan etnis Tionghoa pada saat itulah yang membuat penggunaan kata Cina hingga sekarang ini masih tetap dirasa memiliki unsur diskriminasi rasial. 40

41 Tanggapan oleh sebagian besar etnis Tionghoa terhadap masalah panggilan ini masih jelek. Mereka sampai saat ini masih menganggap bahwa penggunaan panggilan Cina masih dirasa menghina mereka. Terdapat sebanyak 90% orang-orang beretnis Tionghoa tidak menyukai panggilan ini. Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara, apabila dibagi berdasarkan jenjang umur, maka akan didapatkan kesimpulan seperti di bawah ini: SUBYEK PENELITIAN SUKA TIDAK SUKA ANAK MUDA 0% 100% DEWASA 9% 91% ORANG TUA 0% 100% TOTAL 3% 97% Peneliti mendapat kesimpulan bahwa ketidaksukaan terhadap panggilan Cina tidak hanya yang berumur tua saja, namun sebagian besar yang berusia muda juga berpendapat demikian. Bagi yang berumur tua berpendapat demikian disebabkan karena pada masanya penggunaan panggilan Cina benar-benar merupakan panggilan yang sangat menghina. Mereka ingin dipanggil Tionghoa ketimbang panggilan Cina. Bahkan ada yang ingin agar dihapus panggilan itu agar diskriminasi rasial di negara Indonesia benar-benar hilang. Berbeda dengan yang memiliki jenjang umur remaja dan dewasa. Sebagian besar dari mereka memang menganggap panggilan Cina adalah panggilan yang menghina. Akan tetapi, sebagian kecil dari mereka menganggap bahwa panggilan Cina sah-sah saja digunakan. Bagi mereka dirinya memang adalah orang keturunan Cina, apabila orang lain ingin memanggil diri mereka adalah orang Cina, hal ini adalah benar. Tidak ada yang harus disalahkan. Mereka juga mengatakan bahwa penolakan penggunaan panggilan Cina sama saja dengan penolakan jati diri sendiri.

42 Bagi masyarakat etnis Tionghoa yang masih muda, ada beberapa dari mereka yang menganggap bahwa panggilan Cina mengandung arti negatif namun sebenarnya mereka mengetahui bahwa di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak ada arti negatif sama sekali. Hal ini dikarenakan mereka mendapat ajaran dari orang tua mereka bahwa panggilan Cina tidak baik. Selain dari faktor tersebut, faktor lingkungan juga mempengaruhi. Faktor lingkungan yang sering menjadikan panggilan Cina sebagai ejekan, lambat laun tersimpan di memori mereka bahwa panggilan Cina tidak baik sama sekali. Berbeda halnya dari pihak orang tua yang menganggap panggilan Cina mengandung arti negatif. Mereka beranggapan demikian karena mereka melewati masa-masa di mana penggunaan panggilan Cina memang digunakan untuk mengejek masyarakat etnis Tionghoa. Masa-masa itu yaitu pada saat seminar angkatan darat. Pengalaman pada masa-masa itulah yang membuat mereka menjadi tidak suka dengan panggilan Cina. Untuk menghindari adanya bentrok dan berbagai macam bentrokan antar etnis kedepannya yang mungkin saja bisa terjadi, maka peneliti ingin memberikan beberapa solusi baik bagi masyarakat yang beretnis Tionghoa maupun bagi masyarakat yang beretnis non Tionghoa. Bagi masyarakat beretnis non Tionghoa sebaiknya lebih memperhatikan penggunaan panggilan Cina itu sendiri secara lebih hati-hati. Pembicara harus memperhatikan penekanan pembicaraannya, karena hal itulah yang menyebabkan suatu kalimat apakah menjadi suatu hinaan atau tidak. Masyarakat beretnis non Tionghoa sebaiknya lebih bersifat terbuka terhadap penggunaan panggilan Cina dan mulai membiasakan diri menggunakannya. Memang walaupun Presiden sudah secara resmi mengubah panggilan itu, namun tetap saja hal itu susah untuk diubah. Dengan kata lain, kedepannya pasti tetap akan terdengar panggilan Cina. Mengingat bahwa panggilan itu sudah sangat lama digunakan, khususnya di Indonesia sudah seabad lebih lamanya. Akan tetapi, tidak ada hasil yang bisa dicapai apabila tidak ada niat untuk mencapai hasil tersebut. Salah satu sumber yang didapatkan peneliti bahwa akar masalah timbulnya diskriminasi rasial terhadap etnis Tionghoa sampai saat ini adalah dikarenakan

43 sikap superior masyarakat etnis Tionghoa pada zaman penjajahan Belanda terhadap kaum pribumi juga harus dihilangkan jauh-jauh dari pikiran kita. (Charles A. Coppel, 1994: 36). Hal tersebut adalah masa lalu negara kita. Sudah seharusnya di dalam negara kita, baik masyarakat etnis Tionghoa dan masyarakat etnis non Tionghoa masing-masing berpikiran terbuka yaitu dengan menghilangkan jauh-jauh pikiran superior bagi masyarakat etnis Tionghoa dan penerimaan dari masyarakat non etnis Tionghoa sendiri. Hal lain yang harus diperhatikan baik oleh masyarakat beretnis Tionghoa maupun yang beretnis non Tionghoa adalah mereka masing-masing harus benarbenar mempunyai rasa kesatuan, rasa memiliki negara Indonesia ini. Apabila kita semuanya mempunyai pemikiran seperti itu, tentunya kita masing-masing akan mencoba sekuat tenaga untuk tetap mempertahankan persatuan yang ada. Sebab bagaimanapun juga, negara Indonesia adalah negara kesatuan yang terdiri dari 1.128 etnis bangsa di dalamnya. Artinya apabila salah satu etnis merasa bahwa dirinya tidak lagi menjadi kesatuan negara ini, atau semua etnis bersama-sama meniadakan salah satu etnis tertentu, apakah negara kita tetap akan disebut sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia? Penjelasan di atas sama dengan teori Talcott Parsons mengenai fungsionalis struktural. Masyarakat adalah sebuah suatu kesatuan sistem. Dengan demikian, sudah seharusnya kita menganggap hilangnya keeksistensian etnis lain sebagai suatu hal yang mempengaruhi keseluruhan sistem. Berikut adalah hal-hal yang sekiranya dapat dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk menjaga persatuan Indonesia. Pertama, kita harus mensosialisasikan panggilan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu Tionghoa untuk menyebut nama etnis, dan Tiongkok untuk penyebutan nama negara China. Kedua, setelah disosialisasikan, maka kita harus sebaik mungkin menyerapnya dalam kehidupan kita, sehingga kita juga menjadi sadar apa makna dari pengubahan panggilan ini. Kedepannya tidak akan ada lagi kesalahan pengucapan panggilan yang bisa menimbulkan diskriminasi sosial. Dalam pembahasan teori linguistik pragmatik, peneliti menemukan kesimpulan bahwa sebuah percakapan menjadi berbau diskriminasi rasial, pada saat kita cenderung menggunakan panggilan Cina tidak pada saat yang tepat.

44 Tidak peduli apakah itu dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja, masyarakat yang beretnis non Tionghoa harus mulai memperhatikan pengucapannya apakah akan menyinggung perasaan mitra tuturnya atau tidak. Peneliti menemukan pelanggaran terhadap prinsip kerjasama dan prinsip sopan santun. Memang pelanggaran terhadap kedua prinsip tersebut tidak menjamin bahwa suatu percakapan memang menjadi tidak sehat, begitu pula sebaliknya, ketaatan terhadap kedua prinsip itu tetap tidak menjamin suatu percakapan menjadi lancar, tanpa salah paham. Yang perlu diingat disini adalah, apabila kita saja sudah tidak lagi memikirkan hati lawan tutur kita, dengan kata lain selalu melanggar prinsip kerjasama dan sopan santu dalam percakapan, maka kemungkinan terjadinya kesalahpahaman juga menjadi semakin besar. Kedua prinsip di atas hanya sebagai lampu kuning, untuk mengingatkan kita betapa pentingnya berbicara secara jelas dan sopan. Selain itu juga peneliti menyarankan agar kita harus mengganti panggilan Cina untuk memanggil masyarakat etnis Tionghoa. Pertama, karena tidak terlalu sopan menyebut seseorang dengan menggunakan panggilan etnisnya, masing-masing orang mempunyai namanya masing-masing, lebih baik langsung memanggil nama saja; kedua, penyebutan etnis seringkali tidak hanya menyulut kemarahan satu pihak, namun bisa jadi sekelompok orang bahkan dalam kelompok yang lebih besar lagi; ketiga, panggilan Cina mempunyai sejarah panjang hingga munculnya panggilan itu, sudah selayaknya kita tidak menyamakan dengan panggilan etnis lain. Dalam artian bahwa apabila panggilan etnis lain pada saat digunakan tidak terkesan negatif karena memang dari awal tidak ada arti negatif dalam pembuatan nama etnis itu, sedangkan panggilan etnis Cina muncul karena memang dari awal sudah mempunyai makna negatif; keempat, kita telah mengetahui keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengganti panggilan Cina dengan panggilan Tionghoa, sebaiknya kita menghormati keputusan tersebut, sebab tujuan dari keputusan itu adalah untuk menjaga persatuan dan kesatuan di negara Indonesia. Kita sendiri sudah tahu jelas maksud dan tujuan adanya keputusan itu, mengapa kita tidak memaksimalkan keputusan yang sudah ada itu.

45 Pada akhir pembahasan penelitian ini, peneliti berharap kedepannya akan mengurangi adanya diskriminasi rasial baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Negara yang kita tinggali ini adalah sebuah negara yang menganut Bhineka Tunggal Ika, yang artinya adalah berbeda-beda tetapi tetap satu. Negara kita akan menjadi negara yang besar dan kuat apabila kita sebagai masyarakatnya masing-masing memahami dengan benar apa artinya kesatuan. Bhineka Tunggal Ika yang dianut oleh kita sekarang sepertinya bukanlah lagi yang maknanya sebagai: berbeda-beda tetapi tetap satu, namun sebaliknya adalah: satu tetapi tetap berbeda-beda. Semoga kita bisa tetap mengayomi makna Bhineka Tunggal Ika yang sebenarnya.