INDONESIA OPTIMIS Selasa, 27 September 2011 Indonesia optimis dapat dirtikan sebagai sebuah sikap bangsa Indonesia untuk selalu berpandangan dan berpengharapan baik dan positif dalam menghadapi berbagai masalah kebangsaan dan kenegaraan untuk mencapai keberhasilan. Sikap optimis bangsa Indonesia harus tumbuh dan berkembang  dalam rangka menghilangkan dan mengikis sikap pesimisme yang cenderung merusak dan tidak memiliki harapan baik dan positif untuk mencapai keberhasilan. Sikap optimis dapat memberikan nuansa harapan keberhasilan yang dapat membangkitan semangat untuk melakukan hal terbaik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita dapat membuktikan bahwa karya-karya agung  bangsa dan dunia juga dihasilkan dari sikap optimis untuk berhasil dan mencapai kesuksesan. Adalah Prof. Denny Indrayana, SH, LLM, PHD, (Sekretaris Satgas Anti Mafia Hukum dan Staf Khusus Presiden Bidang Hukum, HAM dan Pemberantasan KKN) yang membangkitkan semangat optimismeâ dengan meluncurkan buku â œindonesia Optimisâ, untuk didedikasikan secara khusus dalam rangka mengimbangi berbagai pemberitaan yang mengesankan Indonesia selalu berisi masalah tanpa capaian. Indonesia jelas sangat berhak untuk optimistis. Berbagai capaian tanpa apresiasi yang memadai, karena lebih terfokus pada detail masalah dan tidak membuka ruang yang cukup bagi apresiasiâ atas hasil kerja bangsa sendiri.
Dalam peluncuran buku â œindonesia Optimisâ, yang dilakukan di Gedung I Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta tanggal 17 September 2011, dihadiri unsur-unsur akademisi dan mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Dosen Universitas Gadjah Mada, Ketua Mahkamah Konstitusi (Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, SH, SU), Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (Dr. Busyro Muqoddas, SH, MH), Dekan Fakultas Hukum UGM (Prof. Dr. Marsudi Triadmojo, SH, LLM), Wakil Rektor Universitas Paramadina (Ir. Wijayanto, MPP), Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi (Zainal Arifin Muchtar SH, LLM), Aktivis ICW (Febridiansyah, SH), Sekretariat Kabinet,  Kementerian Sekretariat Negara serta unsur-unsur lainnya. Ketua Mahkamah Konstitusi dalam Keynote Speech-nya menyampaikan mengenai demokrasi dan konstitusi â œdunia internasional mengakui betapa baik hukum dan demokrasi di Indonesiaâ. Demokrasi merupakan penunjang pemberantasan korupsi. Pentingnya optimisme terhadap penegakan hukum di Indonesia didasari oleh niat untuk membuat negara menjadi lebih baik dan maju. Penegakan hukum bukan saja berarti pelaksanaan pasal-pasal, tetapi juga diperlukan common sense. Penegakan hukum itu dapat dilakukan apabila pasal dan common sense  berjalan seimbang. Buku Indonesia Optimis merupakan buku yang bagus karena menggunakan indeks disertai data, analisis obyektif dan tidak kehilangan bobot intelektual. Buku ini melawan arus umum opini yang berkembang, karena arus umum saat ini adalah pesimis. Modal untuk Indonesia optimis tetap ada, tinggal bagaimana menjalankan rasa optimis tersebut. Setidaknya ada 3 hal yang menunjukkan peningkatan yaitu demokrasi, pemberantasan KKN dan pemerintahan. Sedangkan Ketua KPK dalam keynote speech-nya menyampaikan bahwa temuan yang didasarkan data dapat dipahami ada pesimisme, tetapi secara akademik ada optimisme. Ada banyak faktor negara mengupayakanâ kebijakan publik untuk good governance. Transparansi penegakan hukum harus menjadi political will dalam rangka meminimalisir problem di Indonesia secara terintegrasi. Fenomena korupsi semakin sistemik dan berhadapan dengan kasus-kasus harus optimis. Dibutuhkan dunia kampus untuk mengajarkan hal-hal yang realâ agar mampu lebih peka menyelami masalah bangsa. Jangan serahkan bangsa ini kepada yang bukan ahlinya atau bukan
profesional sebab nantinya bisa hancur atau dihancurkan. Prof. Denny Indrayana, SH, LLM, PHD. dalam pemaparan buku Indonesia Optimis menjelaskan hal-hal pokok antara lain : - Indonesia berhak optimis karena selama ini selalu disuguhi dengan berita bernada pesimistis. Jika ada yang menilai buku Indonesia Optimis subyektif, silakan saja, tetapi buku Indonesia Optimis disertai dengan penelitian dan data empiris. Buku ini untuk mengimbangi pemberitaan tentang bangsa ini yang cenderung pesimistis. - Meskipun masalah banyak tetapi harus optimis yang realistis. Ada 3 hal yang dapat memberikan optimisme : Indonesia lebih demokratis, Pemerintah masih efektif, ada capaian pemberantasan korupsi. Sejauh ini belum ada tulisan yang menyatakan bahwa Indonesia tidak demokratis. Buku ini didukung fakta dan data-data tetapi berlawanan arus dengan pemberitaan dan menunjukkan optimisme (Tersirat dalam buku Indonesia Optimis) antara lain : - Reformasi tidaklah mati suri. Reformasi tidak hanya menghadirkan konstitusi yang lebih demokratis, TNI yang menolak Dwifungsi dan lebih profesional â tetapi reformasi jelas menghadirkan Indonesia yang lebih demokratis. Indonesia yang lebih menghargai perbedaan pendapat tanpa tapol/napol, tanpa undang-undang subversi. Indonesia lebih menjamin kebebasan pers, sebagaiâ salah satu pilar utama yang mengawal berjalannya proses Indonesia menuju negara yang lebih baik. - Tantangan Presiden reformasi tidak ringan tetapi mempunyai capaian yang menunjukkan efektifitas kerja yang tidak kecil. Meskipun Presiden pasca reformasi secara signifikan kewenangan konstitusionalnya, tidak mempunyai dukungan politik yang memadai, serta mendapat kontrol ketat dari segala lini, Presiden Reformasi utamanya era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono capaian-capaian tetap berhasil ditorehkan. - Di Bidang anti korupsi yang penuh dengan tantangan lebih berat, Indonesia telah menorehkan capaian. Indeks persepsi korupsi Indonesia telah meningkat meski hanya 0,8 poin pada rentang pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari 2,0 ditahun 2004 menjadi 2,8 di tahun 2010. Kenaikan tersebut merupakan skor peningkatan yang tertinggi di antara sepuluh negara ASEAN. - Terdapat 10 pendekatan dan strategi anti korupsi (Tersirat dalam buku Indonesia Optimis) : - Penerapan pembalikan beban pembuktian yang lebih efektif. - Koruptor harus lebih dimiskinkan maka perampasan aset hasil korupsi harus makin dimaksimalkan.
- Penangkapan kasus korupsi harus makin menerapkan model modern investigation, yaitu penyadapan, penyamaran, forensik audit dan lain-lain. - Perlindungan dan insentif yang lebih bagi pemukul kentongan (whistle blower)  dan pelaku yang bekerjasama (justice collaborator).â   - Penguatan KPK danâ pengadilan tindakâ pidanaâ korupsi (Tipikor). - Penanganan korupsi harus dilakukan dengan strategi three in one, bersama danganâ tindakâ pidanaâ pencucian uang dan tindak pidana perpajakan. - Karena modus korupsi yang paling umum adalah suap menyuap, maka kriminalisasi cashâ paymentâ harus mulai dilakukan. - Prinsip transparansi yang digariskan UU Keterbukaan Informasi Publik harus diterapkan dengan konsisten, utamanya pada bagian pemberian sanksi bagi yang melanggar. - Sejalan dengan transparansi, perlu segera direalisasikan penerapan single identity number bukan saja masalah kependudukan tetapi juga melengkapi sistem anti korupsi. - Semua strategi itu harus diterapkan dalam kerangka pikir â œhukum progresifâ, yaitu cara berfikir yang tidak semata â œteksâ kepastian hukum, tetapi lebih pada â œkonteksâ keadilan dan kemanfaatan hukum. Beberapa tanggapan dalam diskusi dimaksud disampaikan Wakil Rektor Universitas Paramadina (Ir. Wijayanto, MPP), aktifis Indonesian Corruption Watch (Febridiansyah, SH), dan Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi/PUKAT, UGM (Zainal Arifin Muchtar SH, LLM) antara lain : - Buku Indonesia Optimis ditujukan kepada orang yang pesimis tetapi pragmatis. Sebaiknya jangan ajari masyarakat pesimis tetapi negaralah yang harus diberikan optimisme. - Apabila ingin melakukan hal-hal yang bersifat optimis harus realistis. - Indonesia harus bekerja lebih keras untuk dapat membangkitkan optimisme. - Demokrasi tidak selalu identik dengan logika anti korupsi. - Isu penegakan hukum harus menjadi bagian dalam membangkitkan optimisme.
Buku  Indonesia Optimis  telah memberikan gambaran dan menghadirkan pemahaman mengenai pentingnya sikap optimis yang didasarkan kepada realitas, dalam rangka meniti jalan menuju keberhasilan dan menolak pesismisme yang cenderung memberikan kontibusi negatif yang mengarah kepada kegagalan.  (Chairil Abdini/Yuhardi Jusuf/Johar Arifin) Download: Indonesia Optimis.pdf