2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap

PERANAN SUBSEKTOR PERIKANAN TANGKAP DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN LAMONGAN SERTA KOMODITAS HASIL TANGKAPAN UNGGULAN LISTYA CITRANINGTYAS

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014

Jaring Angkat

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net)

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net ) induk udang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

Perikanan: Armada & Alat Tangkap

Ukuran Mata Jaring. Judul desain. Ukuran Utama Kapa; Gross Tonase; Nama Alat tangkap; Kode klasifikasi;

METODE PENANGKAPAN IKAN

Alat Lain. 75 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

KAPAL IKAN PURSE SEINE

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Daerah Penelitian 3.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL)

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERANAN DAN DAMPAK SUBSEKTOR PERIKANAN TANGKAP TERHADAP EKONOMI WILAYAH KABUPATEN CIREBON KERISTINA

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.06/MEN/2010 TENTANG

KLASIFIKASI ALAT / METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL)

4 TINJAUAN UMUM PERIKANAN TANGKAP DI MALUKU

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

Bentuk baku konstruksi pukat tarik cantrang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis 2.2 Perikanan Tangkap

rovinsi alam ngka 2011

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Definisi alat penangkap ikan: sarana dan perlengkapan atau bendabenda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan Pengertian sarana: sarana apung

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

BAB III BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

BAB VI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN OLEH NELAYAN KARIMUNJAWADAN NELAYAN JEPARA

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

Bentuk baku konstruksi pukat tarik lampara dasar

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KOTA SERANG SISKA MAGNAWATI SUMBERDAYA PERIKANANN BOGOR 20100

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Analisis Komparasi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 16 KABUPATEN TAHUN Subsektor Perikanan - Tangkap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP DI SULAWESI SELATAN

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 18 KABUPATEN TAHUN 2015

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

HAND OUT: 03 Pengolahan Data Perikanan. Total SKS: 2 (1 1) Fasilitator:

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Cantrang Alat tangkap cantrang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan. Sumberdaya hayati (ikan) merupakan bagian dari sumberdaya alam yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bentuk baku konstruksi pukat hela arad

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap

Transkripsi:

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkunganya, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan, hal ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor. 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Selanjutnya, di dalam Undang-Undang tersebut, dijelaskan bahwa perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan binatang dan tanaman air, baik di laut maupun di perairan umum secara bebas. Kegiatan ini dibedakan dengan perikanan budidaya, dimana pada perikanan tangkap, binatang atau tanaman air masih belum merupakan milik seseorang sebelum binatang atau tanaman air tersebut ditangkap atau dikumpulkan, sedangkan pada perikanan budidaya, komoditas tersebut telah merupakan milik seseorang atau kelompok yang melakukan budidaya tersebut. Menurut Monintja (1989), komponen utama dari perikanan tangkap adalah unit penangkapan ikan, yang terdiri atas : (1) perahu/kapal; (2) alat tangkap; (3) tenaga kerja/nelayan. 2.1.1 Kapal / Perahu Mengacu Undang-Undang Nomor. 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan., disebutkan bahwa kapal perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Menurut Ekasari (2008), kapal merupakan faktor penting diantara komponen unit penangkapan ikan lainnya dan merupakan modal terbesar pada usaha penangkapan ikan. Kapal penangkapan ikan berguna sebagai sarana transportasi yang membawa seluruh unit penangkapan ikan menuju fishing ground atau daerah penangkapan ikan, serta

5 membawa pulang kembali ke fishing base atau pangkalan beserta hasil tangkapan yang diperoleh. 2.1.2 Alat tangkap Menurut Subani dan Barus (1989) banyaknya jenis-jenis ikan, udang dan biota laut lain dengan tingkah laku dan sifat-sifat yang berbeda-beda, jelas memerlukan alat penangkapan dan teknologi penangkapan yang berbeda-beda pula. Walaupun hal tersebut diakui bahwa sebagian dari jenis-jenis biota lain yang termasuk sasaran yang kadangkala secara kebetulan ikut tertangkap pula. Pengklasifikasian alat penangkapan ikan dan udang laut di Indonesia ada 8 jenis menurut Statistik Kelautan dan Perikanan (2005), yaitu : 1) Pukat tarik (pukat tarik udang ganda, pukat tarik udang tunggal, pukat tarik berbingkai dan pukat tarik ikan) ; 2) Pukat kantong (payang, dogol, pukat pantai) ; 3) Jaring insang (jarring insang hanyut, jaring insang lingkar, jaring insang klitik, jaring insang tetap, jaring insang tiga lapis) ; 4) Jaring angkat (bagan perahu, bagan tancap, serok, anco, lainnya) ; 5) Pancing (pancing rawai tuna, pancing rawai hanyut, pancing rawai tetap, pancing rawai dasar tetap, huhate, pancing tonda, pancing ulur, pancing tegak, pancing cumi) ; 6) Perangkap (sero, jermal, bubu) ; 7) Alat pengumpul (alat pengumpul rumput laut, alat penangkap kerang, alat penangkap teripang, alat penangkap kepiting) ; 8) Lain-lain (muroami, jala tebar, garpu dan tombak). Dari data yang terlihat di Laporan Statistik Jawa Timur tahun 2003-2008, alat tangkap yang ada di Kabupaten Lamongan yang menangkap ikan komoditas unggulan yaitu alat tangkap payang, alat tangkap pukat cincin, alat tangkap pancing tonda, alat tangkap jarring tiga lapis dan alat tangkap jarring insang hanyut. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), penjelasan pengklasifikasian alat penangkapan ikan dan udang laut di Indonesia yaitu :

6 A) Alat Tangkap Payang Menurut Subani dan Barus (1989) payang adalah pukat kantong lingkar yang terdiri dari kantong, badan dan sayap. Besar mata mulai dari kantong hingga sayap berbedaa-beda mulai dari 1 cm sampai 40 cm. Bagian atas mulut jaring lebih menonjol ke belakang, hal ini dikarenakan payang umumnya digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang hidup dibagian atas perairan dan mempunyai sifat cenderung lari ke lapisan bawah bila terkurung jaring. Oleh karena itu bagian bawah mulut jaring lebih menonjol kedepan maka kesempatan lolos menjadi terhalang dan akhirnya masuk ke dalam kantong. Pada bagian bawah sayap dan mulut jaring diberi pemberat dan pada bagian atas pada jarak tertentu diberi pelampung yang berukuran paling besar diletakkan di bagian tengah. Pada keuda ujung depan sayap disambungkan dengan tali panjang yang umumnya disebut tali selambar. Penangkapan dengan jaring payang dapat dilakukan pada malam maupun siang hari dengan alat bantu petromaks dan rumpon. Payang berbadan jaring panjang merupakan salah satu alat tangkap pukat kantong yang banyak digunakan oleh para nelayan skala kecil, di jalur penangkapan I II di daerah perairan laut jawa dan pesisir perairan samudera indonesia (utara dan selatan jawa) dalam operasi penangkapan ikan pelagis kecil (lapisan perairan pertengahan dan permukaan). Ukuran besar kecilnya pukat kantong payang (panjang total x keliling mulut jaring) sangat beragam, begitu pula bahan jaring yang dipergunakan untuk pembuatan konstruksi paying sangat beraneka ragam pula. Pengoperasian payang tanpa dilengkapi dengan alat pembuka mulut jaring yang berupa papan rentang (otter board) atau palang / gawang (beam). Pengoperasian payang tidak dihela (dragging) di belakang kapal yang berjalan, melainkan ditarik (towing) untuk mengangkat payang ke atas geladak kapal. Desain bentuk baku konstruksi pukat kantong payang berbadan jaring panjang. Gambar 1 konstruksi alat tangkap payang (SNI 2005). B) Alat Tangkap Pukat Cincin Menurut Subani dan Barus (1989) dinamakan pukat cincin karena dilengkapi dengan cincin untuk tali cincin atau tali kerut. Dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang semula tidak berkantong akan terbentuk kantong pada tiap akhir penangkapan. Pukat cincin terdiri dari beberapa komponen penting, yaitu :

7 bagian jaring, srampatan, tali temali, pelampung, pemberat dan cincin. Penangkapan dengan pukat cincin dilengkapi dengan rumpon dan kadang menggunakan lampu untuk malam hari sebagai alat bantu penangkapan. Jaring lingkar atau Purse Seine yang merupakan satu jenis alat tangkap yang banyak digunakan dalam operasi penangkapan untuk jenis ikan yang hidup bergerombol. Jaring lingkar memiliki efektivitas yang cukup tinggi dalam menghasilkan tangkapan ikan karena ikan yang ditangkap dalam jumlah banyak dan bergerombol. Prinsip dasar alat tangkap jaring lingkar adalah menutup jalan renang ikan baik horizontal maupun vertikal (pada jenis jaring lingkar dengan kolor) sehingga ikan terperangkap dalam alat tangkap. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan dengan jarring lingkar adalah ikan tongkol, kembung, tembang, selar, cakalang, tuna sirip kuning dan ikan pelagis lainnya.jenis-jenis ikan tersebut di atas kebanyakan adalah golongan ikan pelagis yang hidup berkelompok/bergerombol. Operasi penangkapan ikan dengan jaring lingkar tidak dapat dilakukan setiap saat, karena gerombolan ikan tersebut hanya berada di permukaan air pada waktu-waktu tertentu seperti siang atau sore hari. Oleh karena itu, dalam operasi penangkapan jaring lingkar sering digunakan berbagai alat bantu untuk mengumpulkan ikan sehingga dapat memaksimalkan hasil tangkapan. Dibeberapa daerah, pengoperasian alat tangkap jaring lingkar dibantu dengan pemasangan rumpon yang terbuat dari rangkaian daun kelapa. Rumpon berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan-ikan kecil yang merupakan mangsa ikan-ikan yang lebih besar yang menjadi tujuan penangkapan jaring lingkar. Sekarang ini jaring lingkar telah mengalami perkembangan yang cukup pesat yang pengoperasiannya membutuhkan berbagai alat dan mesin bantu penangkapan. Keberadaan alat dan mesin bantu penangkapan ini bertujuan agar pengoperasian jaring lingkar dapat lebih efektif dan efisien sehingga mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal. Hal ini tentunya membutuhkan kemampuan dan keahlian tambahan untuk dapat mengoperasikannya dengan baik. Desain baku konstruksi pukat cincin dapat dilihat pada Gambar 2.

8 Sumber : BSN, SNI 2005 1) Panjang bagian-bagian jarring 2)Lebar bagian-bagian jaring Panjang tali ris atas : l Keliling mulut jaring : a Panjang tali ris bawah : m Setengah keliling mulut jaring : h Keliling mulut jaring : a Lebar ujung depan bagian sayap atas :g2 Panjang total jaring : b Lebar ujung belakang bagian sayap atas :g1 Panjang bagian sayap atas : Lebar ujung depan bagian sayap bawah: h2 Panjang bagian sayap bawah : d Lebar ujung belakang bagian sayap bawah :h1 Panjang bagian medan jaring bawah:bsm Jarak ujung-ujung belakang bagian sayap atas : g* Panjang bagian badan : e Jarak ujung-ujung belakang bagian sayap bawah : h* Panjang bagian kantong : f Lebar ujung-ujung depan bagian bosom: h Lebar ujung belakang bagain bosom : h1 Lebar ujung depan bagian badan : i Lebar ujung belakang bagian badan : i1 Lebar ujung depan bagian kantong : j Lebar ujung belakang bagian kantong : j1 Gambar 1 Desain baku pukat kantong payang berbadan jaring panjang.

9 Sumber : (http://arusinstitute.com) Keterangan : a. Badan jaring yang terdiri dari: d. Tali pelampung 1. Sayap e. Pelampung 2. Perut f. Tali ris bawah 3. Bahu g. Pemberat 4. Kantong h. Tali cincin b. Selvadge i. Cincin c. Tal iris atas j. Tali kerut atau kolor Gambar 2 Desain baku pukat cincin. C) Alat Tangkap Pancing Tonda Menurut SNI (2006) pancing tonda adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik oleh perahu atau kapal. Pancing diberi umpan ikan segar atau umpan palsu yang karena pengaruh tarikan bergerak di dalam air sehingga merangsang ikan buas menyambarnya. Pada prinsipnya pancing yang digunakan terdiri dari tali panjang, mata pancing tanpa pemberat. Pancing ini umumnya menggunakan umpan tiruan/umpan palsu. Umpan tiruan tersebut bisa dari bulu ayam, kain-kain berwarna menarik atau bahan dari plastik berbentuk miniatur menyerupai aslinya (misalnya cumi-cumi, ikan dan lain-lain). Konstruksi pancing tonda terdiri dari gulungan senar, tali pancing, swivel, pemberat atau tanpa pemberat dan mata pancing. Pancing tonda terdiri dari komponen-komponen yang penting, yaitu: a) Tali utama ( monofilament nomor 1000) dengan panjang tali utama sekitar 150 m. b) Tali cabang (monofilament nomor 800) dengan panjang tali berkisar mulai dari 15 cm 225 cm

10 c) Mata pancing No 6 terdiri dari 15 mata pancing d) Umpan palsu dari bahan kain sutera e) Pelampung yang terbuat dari bahan gabus f) Kili-kili dari bahan timah Sebelum melakukan operasi penangkapan, diperlukan beberapa persiapan yang matang, mengingat operasi penangkapan dengan tonda yang cukup singkat (lama trip satu hari) dan juga keadaan daerah penangkapan yang penuh resiko, seperti arus dan ombak. Oleh karena itu persiapan yang dilakukan sebelum melakukan operasi penangkapan antara lain ; perawatan dan pengecekan mesin motor tempel, pengisian bahan bakar minyak, perbekalan dan konsumsi. Pada prinsipnya penangkapan ikan dengan tonda ini adalah memasang pancing pada bagian buritan kapal, yang kemudian ditarik oleh kapal selama operasi penangkapan dengan harapan umpan pada pancing tersebut disambar oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan. tenaga kerja biasanya 1 2 orang saja (SNI 2006). D) Alat Tangkap Jaring Tiga Lapis Menurut Subani dan Barus (1989) jaring tiga lapis terdiri dari dua lapis yang terdapat diluar mempunyai mata lebih besar sedangkan lapisan yang berada di tengah mata jaringnya lebih kecil dan dipasang agak longgar. Dalam pengoperasiannya jaring ini dilabuhkan di dasar maupun dihanyutkan dan dapat pula ditarik lurus ke depan melalui kedua ujung sisinya atau dapat juga ditarik menelusuri dasar melalui salah satu sisinya yang nantinya akan berbentuk seperti lingkaran dengan ujung sisi yang pertama kali diturunkan sebagai pusatnya. Cara ini dilakukan untuk memperoleh cakupan area penangkapan seluas mungkin. Jaring tiga lapis (trammel net) merupakan salah satu alat tangkap dari jenis jaring insang (gillnet) yang dipergunakan untuk menangkap udang dengan cara terpuntal dan banyak dipergunakan oleh nelayan skala kecil. Ada 2 (dua) macam trammel net, yakni trammel net udang dan trammel net induk udang yang terdiri dari dua lapis jaring luar (outer net) dan satu lapis jaring dalam (inner net). Ukuran banyaknya pis jaring tiga lapis tergantung dari ukuran tonase kapal. Pengoperasian trammel net dipasang tegak dengan cara aktif atau pasif di dasar perairan. Jaring tiga lapis (trammel net) dioperasikan di dasar perairan dengan

11 sasaran tangkapan udang. Waktu pengoperasian dilakukan pada siang hari (jam 04.00 jam 14.00). Operasi penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara penangkapan yaitu secara pasif dan aktif. Pengoperasian aktif dilakukan dengan cara memutar jaring dari ujung belakang dengan menggunakan perahu. Sedangkan pengoperasian pasif dilakukan dengan cara membiarkan jaring hanyut bersama perahu atau dengan cara memasang tetap (SNI 2006). Sumber : Nomura, 1987 Gambar 3 Desain baku pancing tonda. Operasi penangkapan pasif: penurunan jaring dilakukan ditebar dari salah satu sisi lambung perahu/kapal dengan arah penurunannya menyilang arus. Ujung depan jarring dipasang pemberat batu dan ujung belakang disambung dengan tali selambar yang diikatkan pada perahu/kapal, kemudian trammel net dibiarkan hanyut mengikuti gerakan arus. Operasi penangkapan aktif: penurunan jaring

12 dilakukan dari salah satu sisi lambung perahu/kapal dengan arah penurunannya menyilang arus. Ujung depan jaring dipasang pemberat jangkar dan ujung belakang disambung dengan tali selambar yang diikatkan pada perahu/kapal, kemudian trammel net diputar dengan perahu/kapal membentuk gerakan setengah lingkaran atau bahkan membentuk 2-3 kali gerakan lingkaran/putaran. Dapat dilihat pada Gambar 4 (SNI 2006). Sumber : BSN, SNI 2006 Gambar 4 Desain baku jaring tiga lapis. E) Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut Jaring insang permukaan merupakan alat penangkap ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran jaring dilengkapi dengan sejumlah pelampung yang dipasang pada bagian atas dan sejumlah pemberat yang dipasang pada bagian bawah jaring. Jaring insang permukaan dapat dioperasikan dengan cara hanyut di permukaan perairan (jaring insang hanyut permukaan) atau cara hanyut di pertengahan perairan (jaring insang hanyut pertengahan) untuk menghadang arah gerakan ikan.

13 Ikan sasaran tertangkap pada jaring insang dengan cara terjerat insangnya pada mata jaring atau dengan cara terpuntal badannya pada tubuh jarring (SNI 2006). Menurut Subani dan Barus (1989) pengoperasian jaring insang hanyut dihanyutkan mengikuti atau searah dengan jalannya arus. Dalam bentuk ukuran besar jaring insang hanyut dapat mencapai ukuran panjang antara 300-500 m, yaitu terdiri dari beberapa pieces yang digabung menjadi satu. Komponen jaring insang permukaan terdiri dari tali-temali (tali pelampung dan tali ris atas, tali ris samping/sisi serta tali ris bawah dan tali pemberat), lembaran jaring (tubuh/badan jaring) serta beberapa pelampung dan pemberat. Pengoperasian jaring insang permukaan dilakukan dengan cara mengapungkan dan dipasang tegak lurus arah arus di permukaan perairan dan menghadang arah gerakan ikan. Ikan sasaran tertangkap dengan cara terjerat insangnya pada mata jaring atau dengan cara terpuntal badan pada tubuh jaring. Jaring insang permukaan lemuru merupakan salah satu jaring insang permukaan yang mempunyai daya apung lebih besar daripada daya tenggelam jaring (SNI 2006). Sumber : BSN, SNI 2006 Gambar 5 Desain baku jaring insang hanyut.

14 2.1.3 Nelayan Menurut Statistik Kelautan dan Perikanan (2006) nelayan dapat diklasifikasikan berdasarkan kegiatan atau waktu yang digunakan dalam melakukan operasi penangkapan ikan, yaitu sebagai berikut : 1) Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. 2) Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Disamping melakukan pekerjaan penangkapan nelayan kategori ini dapat mempunyai pekerjaan lain. 3) Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian kecil waktunya digunakan melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan. 2.2 Ilmu Pembangunan Wilayah Wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang membutuhkan organisasi dan pengaturan ruang dan waktu dalam pemanfaatan segala kekayaannya, selain dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung secara internal (Budhiharsono 2001). Ilmu pembangunan wilayah merupakan disiplin ilmu yang mencakup berbagai teori dan ilmu terapan misalnya geografi, ekonomi, sosiologi, matemátika, statistika, ilmu politik, perencanaan daerah, ilmu lingkungan dan lain-lain. Pembangunan wilayah bukan hanya merupakan pendisagegasian pembangunan karena pembangunan wilayah, mempunyai peranan dan tujuan yang berbeda. Pentingnya ilmu pembangunan wilayah dalam konteks pembangunan di Indonesia pada umumnya di wilayah pesisir dan lautan pada khususnya, dikarenakan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Indonesia merupakan negara kepulauan dalam pembangunannya terkonsentrasi di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan sebagian Kalimantan. Konsentrasi pembangunan yang ada akan menimbulkan berbagai masalah yang berdimensi wilayah. (2) Pembangunan masa lalu lebih menitikberatkan pada eksploitasi daratan daripada lautan. Sehingga pembangunan wilayah pesisir relatif lebih tertinggal daripada wilayah daratan

15 lainnya (3) Letak geografis Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh faktor geologis dan ekologi, yang menyebabkan keanekaragaman lingkungan yang lebih mempengaruhi sumberdaya alam dari aspek kuantitas maupun kualitasnya. (4) Keanekaragaman tata nilai dan norma-norma menyebabkan adanya persepsi terhadap pembangunan. (5) Sifat pembangunan politik di Indonesia yang mengakibatkan adanya keinginan dari beberapa daerah yang kaya akan sumberdaya alamnya untuk melepaskan diri dari Republik Indonesia. (6) Adanya kebijakan otonomi daerah yang diharapkan pemerintah daerah dapat membangun sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sendiri sehingga akan melupakan tuntutannya untuk melepaskan diri dari Republik Indonesia. (7) Pembangunan Indonesia masih bersifat sektoral (Budiharsono 2001) Pembangunan wilayah dalam perkembangannya mendekati ilmu ekonomi. Ruang menjadi perbedaaan yang mendasar antara pembangunan wilayah dan ilmu ekonomi. Pembangunan wilayah menjelaskan tentang aktivitas produksi yang dilaksanakan. Oleh karena itu, analisis ekonomi lebih tepat penggunaanya apabila analisis tersebut ditempatkan pada suatu wilayah (Budiharsono 2001). Pertumbuhan ekonomi menurut Ahmad (2004) adalah pertambahan atau perubahan pendapatan nasional dalam satu tahun tertentu, tanpa memperhatikan pertumbuhan penduduk dan aspek lainnya. Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari besarnya kontribusi yang diberikan suatu sektor, kontribusi merupakan suatu sumbangan atau bantuan dari suatu sektor yang mampu menunjang sektor lainnya. Arus pendapatan yang masuk ke dalam suatu wilayah akan menyebabkan kenaikan konsumsi maupun kenaikan investasi dalam wilayah, yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja menurut Kadariah (1985) Untuk dapat meningkatkan pendapatan dan investasi perikanan diperlukan sumberdaya manusia yang mempunyai tenaga siap pakai tingkat operasional di bidang kelautan, harus dapat melakukan kegiatan perikanan secara optimal. Selain itu, peningkatan pencegahan, penanggulangan pencemaran laut, perusakan biota laut dan pencurian kekayaan laut melalui peningkatan pengawasan, pengamatan, serta penegakan hukum yang tegas dari konsisten agar mampu mempertahankan.

16 2.3 Konsep Basis Ekonomi Berdasarkan Glasson (1977), perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor, yaitu kegiatan basis dan kegiatan non basis. Kegiatan-kegiatan basis (basic activities) adalah kegiatan mengekspor barang-barang dan jasa-jasa ke tempat-tempat di luar batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan, atau yang memasarkan barang-barang dan jasa-jasa mereka kepada orang-orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan-kegiatan bukan basis (non-basic activities) adalah kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan-kegiatan ini tidak mengekspor barang-barang jadi, luas lingkup produksi dan daerah pasar terutama adalah bersifat lokal. Budiharsono (2005) mengatakan bahwa terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non basis, yaitu (1) metode pengukuran langsung dan (2) metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dengan survei langsung untuk mengidentifikasi sektor mana yang merupakan sektor basis. Metode ini dapat menentukan sektor basis dengan tepat. Namun, metode ini memerlukan biaya, waktu dan tenaga kerja yang banyak. Mengingat hal tersebut diatas, maka sebagian besar pakar ekonomi wilayah menggunakan metode pengukuran tidak langsung. Beberapa metode pengukuran tidak langsung, yaitu ; (1) metode melalui pendekatan asumsi ; (2) metode location quotient ; (3) metode kombinasi (1) dan (2) ; dan (4) metode kebutuhan minimum. Dari keempat metode diatas, Glasson (1977) diacu dalam Budiharsono (2005) menyarankan untuk menggunakan metode location quotient dalam menentukan apakah sektor tersebut basis atau tidak. 2.4 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan Penentuan komoditas hasil tangkapan unggulan pada suatu daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan perikanan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan, yang akan dihadapi oleh rakyat Indonesia.

17 Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan menggunakan komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komoditas ikan unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial ekonomi nelayan yang dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan. Dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar baik domestik maupun internasional (Syafaat dan Supena 2000) Berbagai pendekatan dan alat analisis telah banyak digunakan untuk mengidentifikasi komoditas ikan unggulan, menggunakan beberapa kriteria teknis dan non teknis dalam memenuhi aspek permintaan dan penawaran (Hendayana 2003). Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga dalam memilih metode analisis untuk menentukan komoditas ikan unggulan ini perlu dilakukan secara hati-hati dan bijaksana. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis komoditas hasil tangkapan unggulan adalah metode location quotient (LQ) (Kohar dan Suherman 2006). Location Quotient (LQ) merupakan suatu indikator sederhana yang menunjukkan kekuatan atau besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan peranan sektor yang sama didaerah lain (Budhiharsono 2005). 2.5 Strategi Pengembangan Menurut Rangkuti (1997), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan. Strategi pengembangan adalah suatu strategi yang mengikat semua bagian usaha menjadi satu. Salah satu strategi yang dapat digunakan dalam pembangunan perikanan adalah analisi keragaan yang dikenal sebagai analisis SWOT. Analisis SWOT ini umum digunakan karena memiliki kelebihan, yakni sederhana, fleksibel, menyeluruh, menyatukan, dan berkolaborasi. Dalam analisis ini dapat diketahui keterkaitan antara faktor eksternal dan internal, sehingga dapat menghasilkan kemungkinan alternatif strategis. Faktor-faktor internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan suatu sektor dan berasal dari dalam sektor tersebut. Faktor-faktor eksternal yang terdiri

18 atas peluang dan ancaman adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi suatu sektor yang berasal dari luar sektor tersebut (Rangkuti 1997). Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai sektor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan suatu sektor. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian, perencana strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti 1997).