BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah



dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Tagihan UKM Kolom Nama Sebagai Catatan Realisasi Simpanan Wajib

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. area Pura Jala Sidhi Amerta dan melayani simpan pinjam untuk umat Hindu. Pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan perbankan Indonesia. Adanya rentang waktu pengembalian pinjaman

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Bentuk-Bentuk Usaha. Dosen : Anna Fitria

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, dunia bisnis mengalami persaingan yang terus meningkat. Dengan adanya persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PELAKSANAAN RETRIBUSI DAERAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 016 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi penjualan, maka semakin besar pula laba yang akan diperoleh (Sulaeman,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan serta sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Tujuan utama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIMPANAN DAN PINJAMAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM MULYA BAKTI JAYA

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Purworejo, berdiri pada tanggal 25 Mei 1960 di desa Cangkrep Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sudah dipercayakan melalui laporan keuangan. Informasi dari

Sekretari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI B

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

Pengantar Bisnis. Kelebihan dan Kelemahan Bentuk-Bentuk Pemilikan Bisnis. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI DAERAH BUPATI BERAU,

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, baik yang baru berdiri maupun yang sudah

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 082 TAHUN 2013

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Agoes (2004) menjelaskan tiga tujuan pengendalian intern, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Seiring berkembangnya perusahaan, siklus bisnis dalam perusahaan

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA

smsi BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

EKONOMI. Pelaku Ekonomi dalam Sistem Perekonomian

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN

PEDOMAN PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA KOPERASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

IKHTISAR / RINGKASAN TUGAS AKHIR. yang dimiliki oleh perusahaan (Apriyono, 2006). Hampir setiap transaksi perusahaan

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara merata diseluruh lapisan masyarakat. Hal ini sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG,

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Salah satu penyebab terjadinya krisis

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Koperasi pegawai PT Prosam Plano adalah koperasi yang bergerak di

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.40/Menhut-II/2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DIREKTORAT PENYULUHAN, PELAYANAN, DAN HUBUNGAN MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi informasi memberikan berbagai kemudahan pada berbagai badan usaha. Dari segi yuridis, badan hukum dapat terbagi menjadi tujuh bagian: Perusahaan Perseorangan; Perusahaan Persekutuan (firma), Perseroan Komanditer (CV), Perseroan Terbatas (PT); Perusahaan Negara; Perusahaan Daerah; Koperasi dan BUMN. Dalam proses bisnisnya, keseluruhan badan usaha tersebut memiliki suatu sistem yang menghubungkan entitas didalamnya hingga dapat mencapai suatu tujuan tertentu. Demi tercapainya tujuan tersebut, tiap badan hukum harus bekerja keras dan terus melakukan perbaikan kearah yang lebih baik. Perbaikan ini harus didukung oleh sistem pengendalian internal yang baik dan sehat agar semua kegiatan operasional dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada. Tidak hanya pada badan usaha dengan skala besar, namun usaha kecil pun perlu menerapkan pengendalian internal yang baik. Salah satu bentuk badan usaha kecil tersebut adalah koperasi. Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 pasal 1, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, 1

2 sosial dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Dr. H. Syarifudin Hasan selaku Menteri Koperasi UKM periode ke-9 dalam sambutan Hari Koperasi Nasional ke-65 mengungkapkan, jumlah koperasi pada tahun 2010 sebanyak 177.482, pada tahun 2011 naik menjadi 188.181 unit koperasi. Hingga tahun 2012, jumlah yang koperasi mencapai 192.443 unit dengan anggota sebanyak 33.687.417 orang. Dengan demikian dapat ditarik garis besar bahwa jumlah koperasi di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa masyarakat masih menaruh perhatian yang cukup besar terhadap koperasi, karena disamping badan usaha ini masih menganut sistem yang kekeluargaan, prosedur operasionalnya relatif lebih mudah dibanding lembaga keuangan lainnya. Sekalipun demikian, koperasi harus menjaga kredibilitas atau kepercayaan dari anggota khususnya dan masyarakat luas. Pada umumnya, setiap jenis koperasi yang ada membutuhkan suatu pedoman sistem kerja dan aliran kerja yang sistematis, yaitu Standard Operating Procedure (SOP). SOP merupakan panduan untuk mengoperasionalkan berbagai kebijakan dan peraturan terkait dengan pengelolaan usaha koperasi. Berdasarkan Pedoman SOP Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi (2009), SOP ini secara garis besar dibagi manjadi tiga bagian yang terdiri dari: SOP Kelembagaan Koperasi, SOP Pengelolaan Usaha Koperasi, dan SOP Manajemen Keuangan Koperasi. SOP sangatlah penting karena koperasi dapat memastikan bahwa setiap tindakan atau keputusan dapat berjalan

3 dengan efektif dan efisien sesuai ketentuan yang berlaku agar menjaga konsistensi dan kinerja yang maksimal. Hal ini berlaku dalam siklus simpan pinjam yang memegang peranan penting dalam koperasi simpan pinjam. Koperasi Usaha Kesejahteraan Majapahit adalah koperasi simpan pinjam yang memberikan pinjaman dan menyimpan dana para karyawan yayasan Yohannes Gabriel Perwakilan 1 Surabaya. Yayasan ini bergerak dibidang pendidikan. Dibawah yayasan Yohanes Gabriel Perwakilan 1 terdapat 25 unit sekolah yang terdiri dari TK, SD, SMP, dan SMA. Kendatipun demikian, koperasi ini tidak berdiri sendiri ditiap unit sekolah, melainkan terpusat dan terletak di Sekolah Katarina. Untuk mempermudah operasional koperasi, maka koperasi ini menempatkan koordinator di delapan daerah : Surabaya (pusat), Sidoarjo, Katarina, Karang Pilang, Tropodo, Karitas 2, Karitas 3, Karitas 5. Koordinator berperan sebagai penjembatan antara pengurus dan anggota. Sebagai koperasi simpan pinjam, peminjaman kredit merupakan kegiatan utama yang menghasilkan dana atau penerimaan bagi anggota dalam bentuk Sisa Hasil Usaha (SHU). Permasalahan yang timbul dalam koperasi ini, tugas dan tanggungjawab tiap pengurus belum terdefinisikan secara tertulis. Sehingga tidak ada batasan-batasan tanggung jawab dan kewajiban yang dijadikan pedoman kinerja pengurus. Dalam persetujuan permohonan pinjaman, bendahara dipercaya oleh pengurus lainnya bisa menilai kondisi calon kreditur dan kemampuan calon kreditur tersebut dalam memenuhi tanggungjawabnya.

4 Sehingga dalam otorisasi kredit, pengurus seringkali tidak melakukan rapat pengurus dan hanya mengandalkan keputusan bendahara. Akibatnya, jika persetujuan kredit dilakukan oleh satu orang maka hasilnya akan cenderung obyektif. Permasalahan berikutnya berkaitan dengan dokumen yang digunakan dalam operasional koperasi Unit Kesejahteraan Majapahit. Pertama, pada saat koordinator hendak memberikan seluruh formulir pinjaman dari daerah ke pusat. Koordinator tidak membuat dokumen yang berisi ringkasan data seluruh formulir pinjaman pada daerah tersebut. Akibatnya, ketika formulir pinjaman ada yang hilang baik sekretaris maupun koordinator tidak akan tahu. Kedua, koperasi tidak membuat hasil notulen rapat pengurus yang berupa daftar pencairan pinjaman yang merinci urutan pencairan formulir pinjaman dan berapa nominal yang disetujui. Sehingga, bendahara membawa formulir pinjaman yang telah diberi nomor urut sebagai dasar pencairan pinjaman. Apabila formulir terselip/hilang, bendahara tidak memiliki dasar mencairkan pinjaman. Ketiga, ketika anggota membayar tagihan (simpanan, angsuran denda dan bunga), anggota mengisi rincian uang yang disetor pada buku anggotanya lalu diberikan pada koordinator. Buku anggota ini akan dibawa ke bendahara oleh koordinator, setelah ditandatangani dan distempel bendahara maka koordinator akan mengembalikan buku ini pada anggota. Pemindahtanganan dokumen yang berulang-ulang memunculkan resiko hilangnya dokumen tersebut. Apabila buku anggota ini hilang, maka anggota tidak memiliki dokumen lain yang

Kelembagaan Organisasi 5 menginformasikan posisi keuangan anggota tersebut. Keempat, pada saat anggota membayar simpanan; angsuran; dan bunga, koordinator tidak membuat bukti kas masuk (BKM) atau bukti pendukung transaksi lainnya. Akibatnya, bendahara tidak memiliki bukti telah menerima uang. Apabila terjadi ketidaksesuaian mengenai pembayaran maka tidak ada pihak yang bertanggungjawab. Berdasarkan masalah-masalah diatas, peneliti mengusulkan suatu judul penelitian. Judul penelitian yang akan dibuat adalah Perancangan Standard Operating Procedure (SOP) pada Koperasi Simpan Pinjam untuk Mengingkatkan Pengendalian Internal. Rancangan sistem tersebut dibuat dengan harapan dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan koperasi Usaha Kesejahteraan Majapahit dan memperkecil resiko masalah terulang kembali. 1.2. Perumusan Masalah Perumusan masalah yang ada setelah melihat permasalahan yang telah dijabarkan adalah: Tabel 1.1 Perumusan Masalah Sistem Sebab Akibat Pembagian tugas dan tanggungjawab tidak tertulis dan hanya secara lisan. Pengartian tanggungjawab dan tugas bisa berbeda-beda karena tidak adanya batasan-batasan tanggungjawab dan kewajiban yang dijadikan pedoman kinerja pengurus.

Usaha Koperasi Kelembagaan Organisasi Berkaitan dengan otorisasi kredit, Pengurus sepenuhnya percaya pada penilaian bendahara. Koordinator tidak membuat dokumen yang berisi ringkasan data seluruh formulir pinjaman pada daerah tersebut. Saat rapat pengurus tidak ada notulen rapat yang berisi urutan pencairan formulir pinjaman dan berapa nominal yang disetujui. Saat anggota membayar tagihan, anggota memberikan buku anggotanya sebagai bukti setoran. Pemindahtanganan dokumen yang berulang-ulang memunculkan resiko hilangnya dokumen tersebut. Koordinator tidak membuat bukti kas masuk (BKM) dan/atau bukti pendukung bahwa koperasi telah menerima setoran anggota. 6 Pengurus seringkali tidak melakukan rapat pengurus dan hanya mengandalkan keputusan bendahara. Persetujuan kredit secara sepihak oleh bendahara cenderung tidak objektif. Ketika formulir pinjaman ada yang hilang baik sekretaris maupun koordinator tidak akan tahu. Formulir dijadikan sebagai dasar pencairan pinjaman oleh bendahara, apabila formulir hilang bendahara tidak bisa mencairkan pinjaman. Apabila buku anggota ini hilang, maka anggota tidak memiliki dokumen lain yang menginformasikan posisi keuangan anggota tersebut. Ketika ada permasalahan seperti ketidakcocokan atau hilangnya dokumen, maka tidak ada bukti otentik yang cukup untuk ditelusuri. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah merancang Standar Operasional Prosedur pada sistem simpan pinjam koperasi dalam penerapannya pada Koperasi Unit Kesejahteraan Majapahit untuk memberikan

efisiensi dan efektivitas bagi koperasi serta pengendalian internal yang memadai. 7 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitan ini dijabarkan sebagai berikut: 1. Manfaat Akademik Bagi peneliti sendiri, menjadi semakin memahami kondisi lapangan kerja secara nyata dan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang ditimbulkan. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan bacaan maupun sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti yang melakukan penelitian serupa. 2. Manfaat Praktik Diharapkan dengan adanya perancangan SOP pada Koperasi Unit Kesejahteraan Majapahit ini, dapat menjadi solusi dalam mengatasi kendala-kendala atau pun masalahmasalah yang dialami, sehingga tercipta sistem informasi yang lebih baik serta dapat mengembangkan sistem dalam koperasi untuk menjadi lebih maksimal dalam pencapaian kinerja sesuai dengan tujuan yang diharapkan koperasi. 1.5. Sistematika Penulisan Berdasarkan sistematika penulisan pedoman tugas akhir skripsi, penelitian ini terdiri dari:

8 BAB 1: PENDAHULUAN Pada bab ini berisi pengantar dalam pembuatan penelitian sebelum memasuki bab-bab berikutnya yang mengurai secara singkat mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir skripsi. BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini berisi tentang penelitian terdahulu, landasan teoritis, dan rerangka berpikir yang berhubungan dengan permasalahan yang ada pada penelitian ini. BAB 3: METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai desain penelitian yang digunakan, jenis-jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data yang dilakukan. BAB 4: ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran umum karakteristik obyek penelitian, deskripsi data, analisis data, dan mengemukakan pembahasan dan solusinya. BAB 5: SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Di bagian akhir bab ini merupakan bagian uraian penutup di tugas akhir skripsi, yang terdiri dari kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran yang membangun untuk diterapkan di koperasi.