BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Candida albicans Pada Plat Resin Akrilik telah dilakukan bulan

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KERING DAUN Ocimum americanum L. SEBAGAI ANTIFUNGI Candida albicans

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terkumpul dilakukan pengolahan serta analisis data dengan hasil sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terutama disebabkan oleh kurangnya kebersihan. Penanganan penyakit yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB I PENDAHULUAN. orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Identifikasi Masalah Apakah daun beluntas menghilangkan bau badan.

I. PENDAHULUAN. timbulnya berbagai macam penyakit seperti jantung koroner, kanker, diabetes,

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. Hasil dan Pembahasan. A. Hasil penelitian. kamboja putih (Plumeria acuminataw.t.ait ) terhadap hambatan pertumbuhan

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Candida yang dapat menyebabkan infeksi kulit dan selaput lendir. C. albicans

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

PENDAHULUAN. Kondisi ini akan lebih diperparah lagi akibat penjualan. pengawetan untuk menekan pertumbuhan bakteri.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumberdaya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beranekaragam.

BAB I PENDAHULUAN. (Uta, 2003). Jerawat terjadi ketika pori-pori kulit dipenuhi oleh minyak, sel kulit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel dan pembanding yang digunakan sama seperti pada uji aktivitas antibakteri metode hitungan cawan.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. dari segi jumlah tanaman obat yang sebagian besar belum dapat dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. banyak 2-3 kali lipat dibandingkan dengan negara maju (Simadibrata &

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan ancaman yang besar untuk umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya dengan berbagai tumbuhan, terdapat

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

Transkripsi:

1 BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai efek antifungi ekstrak etanolik seledri (Apium graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang secara statistik menggunakan uji t test dan uji two way anova diperoleh hasil yang bermakna. Menurut Dalimartha, (2000) daun seledri mempunyai banyak manfaat karena mengandung golongan senyawa kimia flavonoid, apigenin dan quercetrin 1,7%, golongan senyawa triterpenoid berupa saponin 0,36%, golongan senyawa polifenol berupa tanin 1%, limonene, sedanoline dan kumarin yang telah terbukti sebagai senyawa yang efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur. Zat antibakteri ekstrak daun seledri antara lain flavonoid, saponin, dan tanin. Flavonoid merupakan kumpulan dari polifenol yang terdiri dari lima belas karbon dan dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga rantai karbon. Turunan dari flavonoid yang terkandung dalam seledri adalah flavon, yaitu seperti luteolin, apigenin, dan chrysoeriol (Crozier, 2006). Kandungan flavonoid pada 100 gram daun seledri segar adalah 5,3-16 µmol apigenin, 18-51 µmol glikosida apigenin, 7,1-21 µmol glikosida luteolin, dan 13-38 µmol glikosida chrysoeriol (Sakakibara, 2002). Flavonoid memiliki beberapa manfaat selain sebagai agen antibakteri yaitu sebagai agen antifungi, dan antivirus (Cushnie, 2005). Mekanisme antibakteri dari flavonoid ada tiga macam, yaitu yang pertama dengan cara menghambat sintesis asam nukleat. Cara kedua yaitu dengan menghambat

2 fungsi membran sitoplasma dengan merusak fluiditas membran pada regio hidrofilik dan hidrofobik sehingga fluiditas lapisan luar dan lapisan dalam membrane akan menurun, dengan mekanisme ini diharapkan mampu untuk menghambat adanya pertumbuhan spora baru dari jamur. Cara ketiga dengan menghambat metabolisme energi. Selain itu flavonoid memiliki kemampuan sebagai anti glukosiltransferase (Vasconcelos, 2006). Komponen antibakteri lainnya adalah saponin yang merupakan produk glikosida alam dengan berat molekul tinggi (Johnson, 2013). Saponin dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu triterpenoid, steroid alkaloid dan glikosilat steroid (Saxena, 2013). Saponin dapat membentuk busa yang stabil pada larutan encer seperti sabun. Mekanisme saponin sebagai agen antibakteri adalah dengan cara berinteraksi dengan kolesterol pada membran sel dan menyebabkan membran sel mengalami modifikasi lipid yang akan mengganggu kemampuan bakteri untuk berinteraksi dengan membran yang sudah mengalami modifikasi tersebut. Terganggunya interaksi antara bakteri dengan membranselnya akan menyebabkan kemampuan bakteri untuk merusak atau berinteraksi dengan host akan terganggu. Ketika membran sel terganggu, zat antibakteri akan dapat dengan mudah masuk kedalam sel dan akan mengganggu metabolisme hingga akhirnya terjadilah kematian bakteri (Karlina, 2013). Selain flavonoid dan saponin, terdapat komponen lain yang memiliki daya antibakteri yaitu tanin. Kemampuan tanin sebagai antibakteri dapat dilihat dari aksinya pada membran. Menurut Vasconcelos et al., tanin dapat melewati membran sel karena tanin dapat

3 berpresipitasi pada protein (Abdollahzadeh, 2011). Tanin juga dapat menekan jumlah beberapa enzim seperti glukosiltransferase. Mekanisme antifungi dari daun seledri diharapkan mampu mengobati kandidiasis rongga mulut (Hofling et al, 2011). Selain seledri, tanaman kemangi telah membuktikan adanya flavonoid, glikosid, asam gallic dan esternya, asam kaffeic, dan minyak atsiri yang mengandung eugenol sebagai komponen utama. Kandungan senyawa flavonoid dikatakan dapat merusak dinding sel jamur yang terdiri atas lipid dan asam amino.sedangkan minyak atsiri dari daun kemangi memiliki efek antimikrobiologi yaitu efek melawan Microbacterium tuberculosis, Staphylococcus aureus in vitro dan bakteri serta jamur lainnya (Yosephine et al, 2013). Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Cahyani (2014) yang menyatakan bahwa efek yang diperankan oleh eugenol dan methyl eugenol menunjukkan reaksi yang positif, oleh karena itu infeksi bakteri dan jamur kulit dapat diobati dengan jus daun kemangi. Pernyataan ini sama dengan pernyataan Yulianti (2013) bahwa penggunaan ekstrak etanolik secara umum dipilih karena sifat etanol yang mampu melarutkan hampir semua zat, baik yang bersifat polar, semi polar dan non polar serta kemampuannya untuk mengendapkan protein dan menghambat kerja enzim, sehingga mencegah terjadinya proses hidrolisis dan oksidasi. Hasil dari uji potensiasi campuran antara ekstrak etanolik seledri dan kemangi menunjukkan hasil bahwa tidak dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Dimana seharusnya, untuk mengetahui secara pasti mekanisme reaksi kimia apa yang dapat menyebabkan efek saling meniadakan dari kedua

4 ekstrak ini, diperlukan tinjauan khusus sebelum dilakukannya pencampuran ekstrak dan pengujian di laboratorium. Dimana tinjauan ini dimaksudkan adalah untuk mengetahui secara pasti kandungan senyawa kimia dalam bahan alam yang telah diekstraksi. Jika pada seledri dan kemangi, dikatakan bahwa kandungan senyawa kimia yang memiliki efek sebagai antifungi adalah golongan flavonoid, maka perlu diketahui sebelumnya jenis dari golongan flavonoid yang terkandung pada ekstrak etanolik seledri dan kemangi yang telah dibuat. Dimana pada akhirnya ekstrak tersebut akan digunakan untuk diujikan pada Candida albicans. Karena dapat dikatakan juga bahwa kandungan dari senyawa kimia dari ekstrak yang satu dengan yang lainnya dapat memiliki beberapa perbedaan. Hal ini dapat diakibatkan karena perbedaan species bahan ekstraksi, metode ekstraksi yang digunakan, pelarut ekstraksi yang digunakan, cara penyimpanan ekstrak serta kontaminasi yang dapat terjadi pada ekstrak tersebut. Hal ini juga dapat diakibatkan karena senyawa flavonoid tidak stabil terhadap perubahan pengaruh oksidasi, cahaya dan perubahan kimia, sehingga apabila teroksidasi strukturnya akan berubah dan fungsinya sebagai bahan aktif akan menurun bahkan hilang dan kelarutannya rendah. Dimana untuk dapat mengetahui reaksi kimia yang dapat terjadi di antara ekstrak etanolik seledri dan kemangi, perlu diketahui terlebih dahulu struktur kimia dari masing-masing ekstraknya. Dengan metode yang dapat digunakan adalah dengan metode kimia komputasi, yaitu cabang kimia teori yang bertujuan menghitung sifat-sifat molekul (seperti energi total, momen dipol, frekuensi vibrasi, dan spektroskopi molekul) dan perubahannya maupun simulasi terhadap

5 molekul-molekul besar (seperti protein dan asam nukleat, atau sistem gas, cairan, dan padatan) menggunakan perangkat komputer dan menerapkan program tersebut pada sistem kimia nyata. Kimia teori didefinisikan sebagai deskripsi matematika untuk kimia, sedangkan kimia komputasi umumnya menggunakan metode matematika yang telah dikembangkan dengan bantuan komputer untuk menyelesaikan suatu permasalahan-permasalahan di dalam ilmu kimia.