1 BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai efek antifungi ekstrak etanolik seledri (Apium graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang secara statistik menggunakan uji t test dan uji two way anova diperoleh hasil yang bermakna. Menurut Dalimartha, (2000) daun seledri mempunyai banyak manfaat karena mengandung golongan senyawa kimia flavonoid, apigenin dan quercetrin 1,7%, golongan senyawa triterpenoid berupa saponin 0,36%, golongan senyawa polifenol berupa tanin 1%, limonene, sedanoline dan kumarin yang telah terbukti sebagai senyawa yang efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur. Zat antibakteri ekstrak daun seledri antara lain flavonoid, saponin, dan tanin. Flavonoid merupakan kumpulan dari polifenol yang terdiri dari lima belas karbon dan dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga rantai karbon. Turunan dari flavonoid yang terkandung dalam seledri adalah flavon, yaitu seperti luteolin, apigenin, dan chrysoeriol (Crozier, 2006). Kandungan flavonoid pada 100 gram daun seledri segar adalah 5,3-16 µmol apigenin, 18-51 µmol glikosida apigenin, 7,1-21 µmol glikosida luteolin, dan 13-38 µmol glikosida chrysoeriol (Sakakibara, 2002). Flavonoid memiliki beberapa manfaat selain sebagai agen antibakteri yaitu sebagai agen antifungi, dan antivirus (Cushnie, 2005). Mekanisme antibakteri dari flavonoid ada tiga macam, yaitu yang pertama dengan cara menghambat sintesis asam nukleat. Cara kedua yaitu dengan menghambat
2 fungsi membran sitoplasma dengan merusak fluiditas membran pada regio hidrofilik dan hidrofobik sehingga fluiditas lapisan luar dan lapisan dalam membrane akan menurun, dengan mekanisme ini diharapkan mampu untuk menghambat adanya pertumbuhan spora baru dari jamur. Cara ketiga dengan menghambat metabolisme energi. Selain itu flavonoid memiliki kemampuan sebagai anti glukosiltransferase (Vasconcelos, 2006). Komponen antibakteri lainnya adalah saponin yang merupakan produk glikosida alam dengan berat molekul tinggi (Johnson, 2013). Saponin dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu triterpenoid, steroid alkaloid dan glikosilat steroid (Saxena, 2013). Saponin dapat membentuk busa yang stabil pada larutan encer seperti sabun. Mekanisme saponin sebagai agen antibakteri adalah dengan cara berinteraksi dengan kolesterol pada membran sel dan menyebabkan membran sel mengalami modifikasi lipid yang akan mengganggu kemampuan bakteri untuk berinteraksi dengan membran yang sudah mengalami modifikasi tersebut. Terganggunya interaksi antara bakteri dengan membranselnya akan menyebabkan kemampuan bakteri untuk merusak atau berinteraksi dengan host akan terganggu. Ketika membran sel terganggu, zat antibakteri akan dapat dengan mudah masuk kedalam sel dan akan mengganggu metabolisme hingga akhirnya terjadilah kematian bakteri (Karlina, 2013). Selain flavonoid dan saponin, terdapat komponen lain yang memiliki daya antibakteri yaitu tanin. Kemampuan tanin sebagai antibakteri dapat dilihat dari aksinya pada membran. Menurut Vasconcelos et al., tanin dapat melewati membran sel karena tanin dapat
3 berpresipitasi pada protein (Abdollahzadeh, 2011). Tanin juga dapat menekan jumlah beberapa enzim seperti glukosiltransferase. Mekanisme antifungi dari daun seledri diharapkan mampu mengobati kandidiasis rongga mulut (Hofling et al, 2011). Selain seledri, tanaman kemangi telah membuktikan adanya flavonoid, glikosid, asam gallic dan esternya, asam kaffeic, dan minyak atsiri yang mengandung eugenol sebagai komponen utama. Kandungan senyawa flavonoid dikatakan dapat merusak dinding sel jamur yang terdiri atas lipid dan asam amino.sedangkan minyak atsiri dari daun kemangi memiliki efek antimikrobiologi yaitu efek melawan Microbacterium tuberculosis, Staphylococcus aureus in vitro dan bakteri serta jamur lainnya (Yosephine et al, 2013). Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Cahyani (2014) yang menyatakan bahwa efek yang diperankan oleh eugenol dan methyl eugenol menunjukkan reaksi yang positif, oleh karena itu infeksi bakteri dan jamur kulit dapat diobati dengan jus daun kemangi. Pernyataan ini sama dengan pernyataan Yulianti (2013) bahwa penggunaan ekstrak etanolik secara umum dipilih karena sifat etanol yang mampu melarutkan hampir semua zat, baik yang bersifat polar, semi polar dan non polar serta kemampuannya untuk mengendapkan protein dan menghambat kerja enzim, sehingga mencegah terjadinya proses hidrolisis dan oksidasi. Hasil dari uji potensiasi campuran antara ekstrak etanolik seledri dan kemangi menunjukkan hasil bahwa tidak dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Dimana seharusnya, untuk mengetahui secara pasti mekanisme reaksi kimia apa yang dapat menyebabkan efek saling meniadakan dari kedua
4 ekstrak ini, diperlukan tinjauan khusus sebelum dilakukannya pencampuran ekstrak dan pengujian di laboratorium. Dimana tinjauan ini dimaksudkan adalah untuk mengetahui secara pasti kandungan senyawa kimia dalam bahan alam yang telah diekstraksi. Jika pada seledri dan kemangi, dikatakan bahwa kandungan senyawa kimia yang memiliki efek sebagai antifungi adalah golongan flavonoid, maka perlu diketahui sebelumnya jenis dari golongan flavonoid yang terkandung pada ekstrak etanolik seledri dan kemangi yang telah dibuat. Dimana pada akhirnya ekstrak tersebut akan digunakan untuk diujikan pada Candida albicans. Karena dapat dikatakan juga bahwa kandungan dari senyawa kimia dari ekstrak yang satu dengan yang lainnya dapat memiliki beberapa perbedaan. Hal ini dapat diakibatkan karena perbedaan species bahan ekstraksi, metode ekstraksi yang digunakan, pelarut ekstraksi yang digunakan, cara penyimpanan ekstrak serta kontaminasi yang dapat terjadi pada ekstrak tersebut. Hal ini juga dapat diakibatkan karena senyawa flavonoid tidak stabil terhadap perubahan pengaruh oksidasi, cahaya dan perubahan kimia, sehingga apabila teroksidasi strukturnya akan berubah dan fungsinya sebagai bahan aktif akan menurun bahkan hilang dan kelarutannya rendah. Dimana untuk dapat mengetahui reaksi kimia yang dapat terjadi di antara ekstrak etanolik seledri dan kemangi, perlu diketahui terlebih dahulu struktur kimia dari masing-masing ekstraknya. Dengan metode yang dapat digunakan adalah dengan metode kimia komputasi, yaitu cabang kimia teori yang bertujuan menghitung sifat-sifat molekul (seperti energi total, momen dipol, frekuensi vibrasi, dan spektroskopi molekul) dan perubahannya maupun simulasi terhadap
5 molekul-molekul besar (seperti protein dan asam nukleat, atau sistem gas, cairan, dan padatan) menggunakan perangkat komputer dan menerapkan program tersebut pada sistem kimia nyata. Kimia teori didefinisikan sebagai deskripsi matematika untuk kimia, sedangkan kimia komputasi umumnya menggunakan metode matematika yang telah dikembangkan dengan bantuan komputer untuk menyelesaikan suatu permasalahan-permasalahan di dalam ilmu kimia.