BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Assalamualaikum Wr. Wb.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses permainannya. Permainan ini bertujuan merangsang kreatif.

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nera Insan Nurfadillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun

BAB I PENDAHULUAN. berjalan seiring dengan perkembangan motorik. antara mata, tangan dan otot-otot kecil pada jari-jari, pergelangan tangan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

2016 PENGARUH MED IA PUZZLE KERETA API D ALAM MENYAMBUNGKAN SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK D OWN SYND ROM

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah anak-anak sangat suka menggambar atau membuat coretancoretan

CREATIVE INOVATIVE EDUCATIVE

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Noviana Martiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hanya melibatkan sebagian anggota halus yaitu mengenggam, melipat, menggunting, menempel menganyam dan menyusun.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

KREATIF LEWAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V MENJAHIT UNTUK ANAK USIA DINI. bahan menjadi satu. Banyak teknik menjahit yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS DAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN ORIGAMI PADA ANAK KELOMPOK B BA AISYIYAH NGALAS II

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak dapat dengan mudah diamati. Tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun anak anak. Sebagai contoh dalam memegang benda benda kecil

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF

Manfaat Deteksi Dini. Tumbuh Kembang Anak SERI BACAAN ORANG TUA

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B3 TK AISYIYAH V PALU

BAB I PENDAHULUAN. l.1 Latar Belakang. Golden age atau masa keemasan anak adalah masa paling penting pada

siap untuk dipenuhi coretan-coretan. Baik buruknya isi coretan tersebut, kita yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, setiap manusia akan melalui tahap perkembangan yang sama.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ulfah Saefatul Mustaqimah,2013

BAB I PENDAHULUAN. belakang pembelajaran tematik integratif dan keadaan nyata di sekolah yang peneliti teliti.

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I1 LANDASAN TEORI

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

kreatif yang dimiliki oleh anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

Munandar dalam Satriani (2011, hlm. 2) bahwa Kreativitas merupakan

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Keberadaan program ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki persepsi terhadap stimulus-stimulus yang ada di sekitarnya. Persepsi tersebut terdiri dari persepsi visual, persepsi auditif, persepsi taktil, serta persepsi kinestetik. Seperti yang sering dijelaskan oleh para ahli, bahwa ternyata ada hubungan antara persepsi-persepsi yang dimiliki oleh manusia, diantaranya adalah kemampuan koordinasi visual motorik dimana persepsi visual dan gerak motorik seseorang saling mempengaruhi satu sama lainnya saat melakukan suatu aktivitas bermakna. Tidak menutup kemungkinan setiap manusia memiliki hambatan pada komponen-komponen yang disebutkan tadi, termasuk siswa yang mengalami hambatan pada fisik dan motoriknya atau tunadaksa. Saat siswa tunadaksa mempersepsikan apa yang dilihat oleh matanya dan ingin merespon dengan menggerakan anggota tubuhnya tidak sedikit gerakan yang muncul akhinya kurang sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini diakibatkan oleh kondisi fisik dan kemampuan bergerak dari siswa tunadaksa itu sendiri. Perlu kita ketahui bahwa ketika seseorang ingin mencapai atau memiliki suatu hal termasuk keterampilan tertentu, maka hal tersebut tidak akan muncul begitu saja, perlu usaha untuk mendapatkannya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan kegiatan secara rutin atau latihan. Bagi siswa tunadaksa pada koordinasi visual motorik dapat ditingkatkan dengan cara memberikan pembelajaran secara rutin. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan atau disingkat KTSP memiliki konsep dasar yang berbeda dengan kurikulum-kurikulum terdahulu. Kurikulum berbasis kompetensi ini salah satu yang diharapkannya adalah semua komponen di sekolah mampu melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar yang berbeda. Sesuai dengan apa yang dijelaskan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007, kegiatan belajar mengajar haruslah 1

2 memenuhi beberapa kriteria diantaranya adalah berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas, menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, kontekstual, menyediakan pengalaman belajar yang beragam, dan belajar melalui berbuat. Perlu kita sadari yang diharapkan pada bentuk kegiatan belajar mengajar yang disebutkan tadi tidaklah mudah, perlu berbagai kiat khusus yang menuntut kreativitas guru untuk mencari dan mencoba berbagai strategi yang tepat. Tentu berbagai kendala yang muncul baik dari pribadi siswa, guru, atau lingkungan sekitar pun sangat mempengaruhi semua itu. Perhatian khusus peneliti pada salah satu kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan yang disingkat SBK bagi siswa Tunadaksa. Sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB-D Kurikulum Tingat Satuan Pendidikan, disebutkan bahwa salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa pada pelajaran SBK adalah mengetahui seni pakai/hias dimana salah satu kompetensi dasarnya adalah membuat benda seni pakai/hias dari kertas. Pada beberapa sekolah, untuk memenuhi standar kompetensi ini para guru lebih sering memberikan pembelajaran mengenai origami (seni melipat), kolase (seni menempel) dan menggunting secara terpisah. Alasannya karena pengajar memiliki sedikit informasi mengenai jenis keterampilan dari kertas dan cenderung mengambil cara yang lebih mudah saat mengajar. Berangkat darisanalah peneliti ingin mengenalkan dan memberikan pembelajaran baru yang memanfaatkan tiga kegiatan yang sering diajarkan tadi, yaitu dengan memberikan pembelajaran keterampilan 3D papercraft pada siswa. Fokus subjek penelitian yang diambil peneliti adalah siswa tunadaksa yang bersekolah di SDLB dengan hambatan skoliosis yang mengalami distropi otot pada keempat organ geraknya dan siswa di SD umum yang mengalami amputee pada jari tangannya. Kedua siswa tersebut mengalami kesulitan saat mengikuti kegiatan akademik yang menuntut kemampuan koordinasi visual motorik seperti menulis, saat menulis siswa terlihat kesulitan dan hasil tulisannya tidak rapi.

3 Dapat peneliti ambil kesimpulan bahwa kedua siswa tadi membutuhkan latihan koordinasi visual motorik yang lebih untuk memperbaiki kekurangannya. Pembelajaran keterampilan 3D papercraft menjadi salah satu strategi untuk memanfaatkan kegiatan menggunting, melipat dan menempel serta memberikan pengalaman baru kepada siswa dalam membuat sebuah produk atau hasil karya tiga dimensi. Paling utama melalui tahapan-tahapan yang akan dilalui oleh siswa saat membuat karya 3D papercraft inilah diharapkan koordinasi antara visual dengan motorik anggota gerak atas siswa meningkat. Setiap rangkaian kegiatan saat membuat karya 3D papercraft, siswa harus menggerakan setiap komponen anggota gerak atas secara aktif mulai dari memfungsikan tulang, otot, dan sendi dari ujung lengan sampai ujung jari serta memanfaatkan potensi visual mereka untuk menghasilkan pola gerakan yang lebih baik saat menggunting, melipat dan menempel desain. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa peneliti memilih karya 3D papercraft untuk meningkatkan koordinasi visual motorik siswa. Beberapa keuntungan yang bisa didapatkan jika penelitian ini dilaksanakan adalah dengan 3D papercraft anak bisa lebih kreatif dan tidak segan dalam menuangkan apa yang ada dalam fikirannya menjadi sebuah karya, dalam proses kegiatannya pun setiap detil penyelesaian karya 3D papercraft tentu melatih kemampuan motorik halus siswa dari mulai menggunting, melipat, dan menempel kertas. Melalui contoh dan penjelasan dari peneliti terkait hasil akhir yang akan didapatkan oleh siswa yakni sebuah patung dari kertas, tentu siswa akan lebih semangat saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Tidak lupa bahwa dengan karya 3D papercraft yang dibuat siswa dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang menarik untuk menyampaikan materi pada mata pelajaran lain. Pada akhirnya pembelajaran yang diberikan pada penelitian ini akan memberikan manfaat dan kemudahan yang lebih bagi siswa dan harapan dari kurikulum satuan pendidikan terkait kriteria proses belajar mengajar dapat terpenuhi.

4 B. Indentifikasi Masalah Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan variabel yang akan diteliti yaitu variabel terikat. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Koordinasi visual motorik seseorang dipengaruhi oleh kondisi otak, penglihatan serta organ motoriknya. Koordinasi visual motorik seseorang akan terganggu apabila secara jelas orang tersebut mengalami hambatan pada fisiknya. Hal ini dikarenakan ketika fisik tidak sempurna maka secara otomatis anggota tubuh tersebut tidak berfungsi sebagaimanamestinya. 2. Koordinasi visual motorik seseorang erat kaitannya dengan kematangan pada proses perkembangan fungsi visual dan anggota gerak atas maupun bawah. Jika salah satu komponen pembentuk koordinasi visual motorik ini mengalami keterlambatan dalam kematangannya, maka hal ini akan sangat berpengaruh pada komponen lainnya yang terkait. Keterlambatan ini akan menyebabkan seseorang tidak cukup baik melakukan rangkaian gerakan yang diharapkan. Misalnya terlambatnya kemampuan motorik seseorang dalam memegang kunci, untuk memegangnya saja sulit apalagi ketika ingin memanfaatkan kunci tersebut untuk membuka pintu (memasukan kelubang kunci dan menggerakannya). Keterkaitan antar komponen ini tidak bisa diabaikan begitu saja, karena beberapa kemampuan yang sering dianggap remeh ternyata merupakan modal dasar untuk melakukan rangkaian kegiatan rumit selanjutnya. 3. Koordinasi visual motorik yang baik sangat dibutuhkan oleh semua orang, karena kemampuan ini pada dasarnya dijadikan salah satu modal untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari. Hal ini ini dapat kita rasakan secara langsung, ketika seseorang ingin mengambil sebuah gelas dengan tangannya maka secara tidak sadar dia sudah memanfaatkan kemampuan koordinasi visual dan motorik yang dia miliki dengan cara melihat posisi gelas dan memperkirakan gerakan tangan saat mengambil gelas tersebut.

5 4. Koordinasi visual motorik seseorang akan lebih baik kualitasnya jika sering dilatih dengan mengerjakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan pergerakan anggota tubuh dan konsentrasi pada penglihatan. 5. Kondisi lingkungan yang tidak mendukung adanya aktivitas yang memerlukan koordinasi visual motorik akan mempengaruhi kualitas kemampuan koordinasi visual motorik seseorang itu sendiri. C. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak melenceng, maka peneliti terfokus kepada permasalahan mengenai koordinasi visual motorik anggota gerak atas siswa yang tidak matang sesuai perkembangannya dikarenakan kondisi lingkungan yang kurang mendukung adanya aktivitas latihan yang memanfaatkan koordinasi visual motorik secara khusus. Maka dari itu peneliti akan munculkan kondisi pembelajaran bagi siswa yang didalamnya memuat latihan koordinasi visual motorik, yakni keterampilan 3D papercraft. Diharapkan pengkondisian pembelajaran ini mampu melatih kordinasi visual motorik siswa ke arah yang lebih baik. Aspek koordinasi visual motorik yang ditekankan pada penelitian ini adalah peningkatan aspek ketepatan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan pada bagian sebelumnya, maka penulis mencoba merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Adakah peningkatan koordinasi visual motorik siswa tunadaksa setelah diberikan pembelajaran keterampilan 3D papercraft? E. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian ini, maka penulis mencoba memaparkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh pembelajaran keterampilan 3D papercraft terhadap kemampuan menggunting secara tepat 10 kelompok lingkaran yang terdiri

6 dari 3 lingkaran dengan ukuran diameter yang berbeda dalam waktu 30 menit bagi siswa tunadaksa? 2. Adakah pengaruh pembelajaran keterampilan 3D papercraft terhadap kemampuan menempel secara tepat 10 kelompok lingkaran yang terdiri dari 3 lingkaran dengan ukuran diameter yang berbeda berbeda dalam waktu 30 menit bagi siswa tunadaksa? F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Suatu kegiatan yang didasari dan direncanakan mempunyai tujuan-tujuan yang ingin diraih serta nilai kegunaan yang dipetik. Adapun tujuan dan kegunaan penulisan yang dimaksud dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan a.umum Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang pengaruh pembelajaran keterampilan 3D papercraft terhadap peningkatan koordinasi visual motorik siswa tunadaksa. b. Khusus Peneliti beranggapan bahwa peningkatan koordinasi visual motorik siswa dapat dilihat dari perubahan kualitas ketepatan penyelesaian tugas menggunting dan menempel lingkaran yang ada pada instrumen penelitian ini, maka secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui pengaruh pembelajaran keterampilan 3D papercraft terhadap kemampuan menggunting 10 kelompok lingkaran yang terdiri dari 3 lingkaran dengan ukuran diameter yang berbeda dalam waktu 30 menit bagi siswa tunadaksa. 2) Mengetahui pengaruh pembelajaran keterampilan 3D papercraft terhadap kemampuan menempel 10 kelompok lingkaran yang terdiri dari 3 lingkaran dengan ukuran diameter yang berbeda berbeda dalam waktu 30 menit bagi siswa tunadaksa.

7 2. Kegunaan Penelitian Sebuah penelitian dikatakan baik ketika dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, dan peneliti berharap besar bahwa hasil dari penelitian ini dapat berguna pada ranah: a. Pendidikan Luar Biasa: Secara teoritis penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan bagi perkembangan Ilmu Pendidikan Luar Biasa, khususnya dalam meningkatkan kualitas koordinasi visual motorik siswa. b. Sekolah Luar Biasa, Klinik, Yayasan, dan berbagai instansi yang terkait: Hasil penelitian ini dapat digunakan sebgai masukan bagi para guru, terapis, dan berbagai disiplin profesi yang terlibat didalamnya guna mengupayakan pelayanan secara maksimal terhadap anak berkebutuhan khusus. Setiap hasil karya dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dan latihan. c. Orang tua, keluarga, kerabat, dan lingkungan sekitar anak berkebutuhan khusus: sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang berada disekitar kehidupan anak berkebutuhan khusus agar dapat membantu anak dalam mengembangkan kreativitas, imajinasi, berbagai keterampilan dan kemampuan akademik secara maksimal. Memberikan kesempatan seluas mungkin agar anak mampu menambah pengalaman-pengalaman yang bermanfaat dalam kehidupannya. d. Bagi para siswa: hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pemacu semangat untuk membuat sebuah karya nyata yang bisa mengekspresikan imajinasi dan daya kreativitas yang ada pada diri siswa. Tidak ada halangan saat seseorang mau berusaha dengan keras mencoba hal-hal baru walaupun dirinya penuh dengan kekurangan dan berbagai hambatan. e. Komunitas yang bergerak dibidang 3D papercraft (PERI Paper Replika Indonesia cabang Bandung): hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi baru bagi para pembuat 3D papercraft. Penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan merangkai karya 3D papercraft dapat memberikan manfaat untuk pendidikan bukan rutinitas hobi semata.