Oleh: Dabukke Muhammad. Frans Betsi M. Iqbal Eddy S. Yusuf

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 PROSPEK KERJASAMA PERDAGANGAN PERTANIAN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DAN SELANDIA BARU

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2017

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2016

Analisis Kesepakatan Perdagangan Bebas Indonesia-China dan Kerjasama AFTA serta Dampaknya Terhadap Perdagangan Komoditas Pertanian Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL 2015

Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Utara Oktober 2017

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2016

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

I. PENDAHULUAN. Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada. masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Utara September 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH MEI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2017

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2016

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

LAPORAN AKHIR. Oleh : Achmad Husni Malian Bambang Irawan Hendiarto, Budi Wiryono, Saktyanu K. Dermoredjo Chairul Muslim Sjaiful Bahri

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU

IV. METODE PENELITIAN

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS NOTIFIKASI DAN KERANGKA MODALITAS PERJANJIAN PERTANIAN WTO

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016

Transkripsi:

LAPORAN AKHIR TA. 2013 PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA- NEGARAA MITRA TERHADAP KINERJA DAN DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS PERTANIAN INDONESIA Oleh: Budiman Hutabarat Saktyanu K. Dermoredjo Frans Betsi M. Dabukke Muhammad Iqbal Eddy S. Yusuf Dondy A. Setiabudi Arief Iswariyadi PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2013

RINGKASAN EKSEKUTIF Pendahuluan (25) Gelombang globalisasi dan liberalisasi perdagangan di seluruh dunia yang diformalkan melalui perundingan perdagangan dunia oleh Organisasi Perdagangan Dunia/OPD atau World Trade Organization/WTO, melalui instrumen tiga pilar akses pasar, bantuan domestik, dan subsidi ekspornya, dalam beberapa hal telah mengubah pola perdagangan komoditas dunia dan antara satu negara ke negara yang lain. Akibatnya, kinerja dan daya saing ekspor pertanian negara-negara di dunia dengan sendirinya telah berubah atau menyesuaikan diri terhadap aturan perdagangan yang baru ini. (26) Sebagai anggota dari berbagai lembaga internasional, Indonesia telah berusaha membuka pasar dalam negeri dengan mengikuti kesepakatan menurunkan tarif impor berbagai produk pertanian dan olahannya. Dengan konstelasi pola perdagangan seperti ini, Indonesia masih tetap mengharapkan bahwa ekspor pertanian atau hasil olahannya dapat tetap berkembang dan mampu bersaing di pasar internasional. (27) Permasalahannya adalah apakah harapan seperti diatas terlihat dalam kenyataan dan dapat dibuktikan secara empiris melalui data dan informasi yang ada? Untuk menelaah masalah itulah penelitian ini dilakukan. Penelitian ini diperlukan karena dinamika geopolitik dan perdagangan, bisnis serta investasi menimbulkan tantangantantangan baru dalam konteks pola perdagangan pertanian dunia, yang semakin lama semakin berat dan kompleks. (28) Penelitian ini memiliki tiga tujuan. Pertama, mengidentifikasi komoditas pertanian utama yang diekspor ke negara mitra utama dari Indonesia. Kedua, mengidentifikasi kebijakan perdagangan dan kebijakan pemerintah negara mitra utama yang berkaitan dan berpengaruh terhadap komoditas pertanian utama yang diimpor dari Indonesia. Ketiga, menganalisis dampak kebijakan perdagangan dan kebijakan pertanian negara mitra utama terhadap produksi dan ekspor komoditas pertanian dari Indonesia. Metodologi (29) Penelitian ini menyoroti komoditas-komoditas berupa bahan mentah dan berpotensi dikembangkan menjadi produk setengah jadi atau jadi, tetapi belum banyak diangkat dalam penelitianpenelitian sebelumnya. Komoditas-komoditas tersebut meliputi kelapa berikut produk turunannya (kopra, minyak kelapa mentah, tepung kelapa, arang tempurung, serabut mentah, serabut olahan, ix

dan serat kelapa), meter (berkulit dan tidak berkulit), dan nanas (kaleng). (30) Lokasi penelitian berada di provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, Lampung, dan Sulawesi Utara. Sementara itu, kabupaten/kotanya adalah Kota Manado, Minahasa Selatan dan Kota Bitung di Sulawesi Utara; Kota Surabaya, Kabupaten Sampang dan Kabupaten Pamekasan di Jawa Timur; Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah. DKI Jakarta layak menjadi lokasi penelitian, karena penentu kebijakan serta pemangku kepentingan komoditas pertanian ekspor banyak terdapat di wilayah ini. (31) Penelitian ini menggabungkan data primer dan data sekunder. Data primer tentang jenis-jenis hambatan bukan tarif dikumpulkan dari mulai kelompok produsen komoditas pertanian ekspor (petani/kelompok tani); kelompok asosiasi (produsen, pedagang, dan pengekspor); kelompok pedagang (desa, kecamatan, kabupaten, dan provinsi), pedagang besar, serta perusahaan pengekspor produk pertanian, serta dari berbagai literatur dan sumber-sumber laporan dan lain-lain. (32) Penelitian ini menggunakan berbagai macam teknik analisis, kombinasi metode dan alat-alat deskriptif serta simulasi komputer untuk menjelaskan masalah-masalah penelitian. Secara garis besar alat analisis yang digunakan adalah: (a) metode deskriptif menggunakan informasi dan data sekunder dibantu oleh tabeltabel yang diperoleh dari hasil analisis World Integrated Trade Solution/WITS; (b) Indeks Hambatan Perdagangan/IHP; dan (c) metode Model Keseimbangan Umum Global Trade Analysis Project/GTAP. Hasil dan Pembahasan (33) Beberapa komoditas pertanian utama yang diekspor ke negara mitra utama Indonesia telah diidentifikasi dalam penelitian ini. Komoditas-komoditas tersebut berikut kode HS-nya adalah: (a) kopra (HS 1203.00.00.00); (b) minyak kelapa (HS 1513.11.00.00); (c) tepung kelapa (HS 0801.11.00.00); (d) arang tempurung kelapa (HS 4402.00.00.00); (e) serabut kelapa mentah (HS 5305.11.00.00); (f) serabut kelapa olahan (HS 5305.19.00.00); (g) penutup lantai dari serabut kelapa (HS 5702.20.00.00); (h) mete berkulit (HS 0801.31.00.00); (i) mete tidak berkulit (HS 0801.32.00.00); dan (j) nanas kaleng (HS 2008.20.00.00). (34) Negara-negara mitra utama ekspor komoditas pertanian Indonesia meliputi: (a) Bangladesh, Belanda, Malaysia, dan Filipina (kopra); x

(b) Cina, Belanda, Malaysia, dan Amerika Serikat (minyak kelapa); (c) Jerman, Rusia, dan Singapura (tepung kelapa); (d) Cina, Jepang, dan Korea Selatan (arang tempurung kelapa); (e) Cina, Belanda, Jepang, dan Korea Selatan (serabut kelapa); (f) India, Amerika Serikat, dan Viet Nam (mete berkulit dan tidak berkulit); dan (g) Spanyol dan Amerika Serikat (nanas kaleng). (35) Sepanjang tahun 1999-2012, pertumbuhan volume dan nilai ekspor kopra Indonesia masing-masing sekitar 1,25 persen per tahun dan 7,29 persen per tahun. Sekitar 92 persen pangsa pasar ekspor kopra Indonesia ke pasar dunia ditujukan ke empat negara yaitu Bangladesh, Belanda, Malaysia, dan Filipina. Pada periode yang sama, pertumbuhan volume dan nilai ekspor minyak kelapa mentah Indonesia masing-masing sekitar 0,86 persen per tahun dan 10,47 persen per tahun. Ekspor minyak kelapa mentah Indonesia ke pasar dunia meliputi 72 negara. Negara pengimpor utama adalah Belanda, Malaysia, Cina, dan Amerika Serikat dengan pangsa mencapai 85 persen dari total ekspor minyak kelapa mentah Indonesia. Belanda sendiri menyerap hampir 37 persen dari total ekspor komoditas Indonesia tersebut. (36) Pertumbuhan volume dan nilai ekspor tepung kelapa Indonesia selama tahun 1999-2012 masing-masing sekitar 4,82 persen per tahun dan 10,92 persen per tahun. Indonesia tercatat sebagai negara pengekspor tepung kelapa terbesar ketiga di dunia dengan pangsa sekitar 12,33 persen, setelah Filipina (39%) dan Sri Lanka (15,82%). Sementara itu, pertumbuhan volume dan nilai ekspor arang tempurung kelapa Indonesia masing-masing tercatat 10,19 persen per tahun dan 16,55 persen per tahun. Hampir 60 persen ekspor arang tempurung kelapa Indonesia ditujukan ke Korea Selatan (31,79%), Jepang (18,17%), dan Cina (7,31%). Indonesia tercatat sebagai negara pengekspor arang tempurung terbesar di dunia, diikuti oleh Cina, Polandia, Argentina, dan Belgia. (37) Dari tahun 1999 hingga tahun 2012, pertumbuhan volume dan nilai ekspor serabut kelapa mentah Indonesia masing-masing sekitar 27,65 persen per tahun dan 29,96 persen per tahun. Sementara itu, pertumbuhan volume dan nilai ekspor serabut kelapa olahan Indonesia masing-masing 25,49 persen per tahun dan 30,84 persen per tahun. Sebagian besar ekspor kedua komoditas tersebut ditujukan ke Cina dengan pangsa masingmasing 96,53 persen (serabut kelapa mentah) dan 87,69 persen (serabut kelapa olahan). Secara agregat, Indonesia menempati posisi pengekspor serabut kelapa keenam terbesar di dunia setelah Viet Nam, Sri Lanka, India, Filipina, dan Thailand. xi

(38) Sepanjang tahun 1999-2012, ekspor penutup lantai dari serabut kelapa Indonesia mengalami pertumbuhan negatif, yaitu -0.84 persen per tahun (volume) dan -2.47 persen per tahun (nilai). Sebagian besar (77,59%) ekspor penutup lantai dari serabut kelapa Indonesia ditujukan ke Cina dan Australia. Kendati memiliki bahan baku cukup melimpah, Indonesia hanya menempati peringkat ke 27 dari 73 negara pengekspor penutup lantai dari serabut kelapa di dunia. (39) Selama kurun waktu 1999-2012, pertumbuhan volume ekspor mete berkulit dan mete tidak berkulit Indonesia masing-masing sekitar 2,73 persen per tahun dan 8,47 persen per tahun. Sementara itu, pertumbuhan nilai ekspornya adalah 6,77 persen per tahun (mete berkulit) dan 10,58 persen per tahun (mete tidak berkulit). Negara tujuan utama berikut pangsa ekspor mete berkulit Indonesia adalah India dan Viet Nam (98%), sedangkan untuk mete tidak berkulit yaitu dan Amerika Serikat dan India (46,74%). (40) Selama periode tahun 1999-2012, pertumbuhan volume dan nilai ekspor nanas kaleng Indonesia masing-masing tercatat 1,73 persen per tahun dan 7,08 persen per tahun. Pangsa ekspor terbesar (41,11%) ditujukan ke Amerika Serikat dan Spanyol. Dalam kurun periode yang sama, rataan pertumbuhan permintaan dunia terhadap nanas kaleng Indonesia adalah sekitar 9,48 persen per tahun. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa nanas kaleng Indonesia memiliki daya saing yang cukup kompetitif seiring meningkatnya permintaan dunia. (41) Komoditas ekspor yang berbeda mempunyai negara tujuan ekspor yang berbeda pula, sehingga kebijakannya juga mempengaruhi arus komoditas tertentu ke negara tertentu. Di lingkup internasional telah ditetapkan suatu baku pangan dunia Codex Alimentarius yang dibentuk WTO, FAO, dan WHO yang menganjurkan pengkordinasian semua upaya pembakuan pangan yang dilaksanakan organisasi pemerintah dan bukan-pemerintah secara internasional. Codex mempunyai implikasi yang lebih luas untuk menyelesaikan perselisihan perdagangan. (42) Kendati aturan sejagad ini ada, tetapi dalam prakteknya produk yang diekspor suatu negara ke negara lain telah mematuhi syaratsyarat tersebut dan di fihak lain banyak negara juga menerapkan aturan yang jauh lebih ketat daripada apa yang ditentukan Codex. Tiga komoditas ekspor dari tujuh komoditas ekspor yang diteliti telah memiliki Codex, masing-masing yaitu minyak kelapa mentah, tepung kelapa, dan nanas. Sisanya yakni kopra, arang tempurung kelapa, serabut kelapa, dan mete belum memiliki Codex. xii

(43) Beberapa aspek kebijakan pertanian dan perdagangan negara mitra terhadap ekspor komoditas pertanian Indonesia berhubungan dengan tarif dan non-tarif. Selain itu, aspek lainnya berkaitan juga dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk, pendapatan dan pertumbuhan tingkat pendapatan, nilai tukar dan perkembangannya, serta tingkat harga konsumen atau inflasi di negara-negara tujuan ekspor komoditas pertanian Indonesia. (44) Dampak kebijakan pertanian dan perdagangan negara mitra terhadap produksi dan ekspor komoditas pertanian Indonesia dapat ditelusuri menggunakan 7 (tujuh) skenario pemotongan tarif dan advalorem tariff serta liberalisasi jasa-jasa bilateral dan kebijakan peningkatan efisiensi untuk mengurangi harga efektif impor barang dan jasa. Ketujuh skenario tersebut adalah: (a) skenario 1 (pemotongan tarif impor/tms sebesar 50%); (b) skenario 2 (pemotongan tarif ekspor/txs) sebesar 50%); (c) skenario 3 (peningkatan efisiensi teknis/ams sebesar 50%); (d) skenario 4 (gabungan skenario 1, 2, dan 3); (e) skenario 5 (gabungan scenario 1 dan 2); (f) skenario 6 (gabungan skenario 1 dan 3); dan (g) skenario 7 (gabungan skenario 2 dan 3). (45) Peningkatan efisiensi sistem komoditas-komoditas yang diteliti dapat mendorong peningkatan ekspor Indonesia atas komoditaskomoditas tersebut. Semakin mampu ekspor komoditas pertanian Indonesia bersaing di pasar internasional karena perubahan tarif ekspor dan terjadi efisiensi alokatif dalam proses produksi yang selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan. Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan (46) Kecuali ekspor penutup lantai dari serabut kelapa, ekspor komoditas lainnya (kopra, minyak mentah kelapa, tepung kelapa, arang tempurung kelapa, serabut kelapa, mete, dan nanas) mengalami pertumbuhan yang positif baik volume maupun nilai ekspornya selama periode 1999-2012. Secara teknis, peningkatan efisiensi sistem komoditas dapat mendorong peningkatan ekspor komoditas pertanian Indonesia ke pasar dunia. Namun perlu dicatat bahwa masing-masing negara tujuan ekspor memiliki spesifikasi kebijakan pertanian dan perdagangan tersendiri yang selalu harus disiasati oleh Indonesia dalam hal ekspor komoditas pertanian. (47) Perlu instrumen yang mampu mengidentifikasi kebutuhan, kekhususan, dan keunggulan produk lokal secara ilmiah. Tujuannya agar produk dalam negeri dapat bersaing guna membendung ekspansi produk impor sejenis. Untuk itu, para peneliti Indonesia di bidang produksi dan pengolahan produk xiii

pertanian ditantang untuk dapat menciptakan teknologi atau menghasilkan inovasi teknologi dengan biaya yang lebih rendah untuk mencapai tujuan tersebut. (48) Untuk menghadapi ragam hambatan perdagangan komoditas ekspor komoditas pertanian Indonesia di negara-negara tujuan, fihak pengekspor seyogianya bekerjasama dengan pemerintah guna mengkaji secara mendalam tentang berbagai ragam hambatan tersebut. Tujuannya agar diperoleh suatu pemahaman yang lebih jelas tentang cakupan isunya, antara lain tentang kerumitan aspek hukum, ekonomi dan aturan-aturannya karena faktor-faktor tersebut sering sekali menjadi pengganjal bagi penentuan saat dan cara pemerintah mengambil langkah-langkah yang tepat. xiv