Nanang Suwondo Analisis Frekuensi dan ANALISIS FREKUENSI DAN REKAYASA SINYAL KELUARAN TRAFO STEPDOWN DENGAN FFT Oleh: Nanang Suwondo Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta Email nang_sw@yahoo.com ABSTRAK Ciri sinyal diperoleh dengan FFT. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komponen frekuensi penyebab kecacatan sinyal tegangan output trafo stepdown. Data adalah 4096 cuplikan bagian sekunder trafo stepdown serta sinyal AFG 50 Hz. Grafik hasilhasilnya menunjukkan bentuk sinyal output trafo cacat karena terdapat komponen harmonik yang cukup signifikan, berlawanan dengan data dari sinyal tegangan AFG. Bila komponenkomponen selain 50 Hz dihilangkan, invers FFT akan menghasilkan bentuk sinyal tegangan sinusoida yang bagus. Pencuplikan dilakukan dengan ADC 0809 sedangkan rekonstruksinya dengan DAC0808. Kata kunci: Analisis dan rekayasa sinyal, FFT 1. PENDAHULUAN Ciri sistem diekstraksi antara lain dengan FFT. Analisis dengan FFT antara lain untuk mengetahui secara dini kerusakan mesin (Ifeachor dan Jervis, 1993). Beberapa proses industri, misalnya pengaturan kecepatan motor induksi AC 3 fasa, membutuhkan penentuan saat pemicuan berdasarkan referensi pada nilai dan fasa tegangan AC PLN masukannya. Selain itu tegangan AC PLN sering pula digunakan sebagai masukan untuk pembentukan sinyal segitiga, kotak dan sebagainya (Coughlin dan Drsicoll, 1994). Karena itu penting sekali mengetahui keadaan sinyal tegangan yang akan digunakan untuk suatu instrumentasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan keberadaan komponen frekuensi bukan 50 Hz pada sinyal tegangan output trafo stepdown, serta merekonstruksi sinyal tersebut. 2. DASAR TEORI Transformasi Fourier Cepat (FFT) Sinyal adalah besaran dengan nilai berubah terhadap variabel lain, misalnya waktu, mengandung informasi dan dapat direkayasa (Ifeachor dan Jervis, 1993). Representasinya F112
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahid Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005 dapat berbentuk penjumlahan banyak fungsi sinusoida kontinyu. Namun pencuplikan digital menyebabkan representasi data hasilnya tidak lagi kontinyu. Transformasi data tersebut ke kawasan frekuensi dapat dilakukan dengan Trasformasi Fourier Diskrit (DFT) (Ifeachor dan Jervis, 1993) N 1 X(k) = n= 0 x(nt) e jkσnt k = 0, 1,.., N1 (1) dengan k adalah pengali frekuensi satuan Σ, jumlah data N, dan perioda pencuplikan T. Data kawasan waktu dinyatakan oleh x(nt). Amplitudo sinyal kawasan waktu untuk frekuensi kσ, dapat diperoleh sebagai dua kali amplitudo data komplek kawasan frekuensi (Ifeachor dan Jervis, 1993). Rekonstruksi sinyal ke kawasan waktu penting dilakukan guna verifikasi sekaligus mendapatkan kembali bentuk umum sinyal. Proses ini invers DFT (IDFT) (Ifeachor dan Jervis, 1993) N 1 x(nt) = 1 N k = 0 X(k) e jkσnt n = 0, 1,.., N1 (2) Komputasi DFT memerlukan banyak iterasi sehingga dikembangkan algoritma komputasi transformasi fourier cepat FFT. Algoritma ini diawali dengan dipecahnya data menjadi sederetan data bernomor genap dan ganjil yang kemudian dilanjutkan dengan perhitugan sesuai dengan diagram kupukupu gambar 1 (Ifeachor dan Jervis, 1993) Gambar 1. Diagram kupukupu FFT 8titik F113
Nanang Suwondo Analisis Frekuensi dan Perangkat Keras Instrumentasi Penelitian ini membutuhkan PC sebagi prosesor utama beserta bagianbagian lainnya, diantaranya osiloskop dan frequency analyzer sebagai alat ukur referensi. Sinyal yang diteliti diperoleh dari trafo stepdown sedangkan sinyal pembandingnya diambil dari AFG. Sebelum dicuplik, sinyal dikondisikan dengan pengangkat untuk disesuaikan dengan range tegangan ADC. Sementara filter LPF dipakai untuk menghindari komponen frekuensi tinggi. Untuk meringkas tempat ADC 0809 dan DAC 0808 yang digunakan dirakit pada satu keping interfade. Diagram blok konstruksi perangkat keras sistem tampak pada gambar 2. OSILOSKOP FFT TRAFO PENGANGKAT LPF ADC PC DAC LPF FREQ ANLYZR IFFT Gambar 2. Diagram blok perangkat keras Interface ADC dan DAC, pengangkat dan LPF dirancang seperti gambar 3. Konverter D/A (DAC) didrive melalui PPI8255 karena dibutuhkan 8bit input DAC. Jadi interface ini mempunyai dua alamat, masingmasing untuk ADC dan PPI8255. D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 U6 D0 IN0 D1 IN1 D2 IN2 D3 IN3 D4 D5 IN5 D6 IN6 D7 IN4 IN7 A0 A1 REF A2 VCC ALE CLK START EOC OE REF ADC0809 5 V AEN IOW IOR RESET (a) D0 PA0 D1 PA1 D2 PA2 D3 PA3 D4 PA4 D5 PA5 D6 PA6 D7 PA7 A0 A1 PB0 RESET PB1 RD PB2 WR PB3 CS PB4 PB5 PB6 PB7 PC0 PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7 8255 U9 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 DAC0808 U9 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 DAC0808 COMP VR VR COMP VR VR 15 V 15 V 5 V 5 V LF351 LF351 F114
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahid Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005 5V VR1 5K Rf V() Vin Rv() 3K3 LM741 Vo=Vin V() Vi R C Vo (b) (c) Gambar 3. (a) Interface ADCDAC, (b) pengangkat, (c) LPF 3. METODE PENELITIAN Algoritma FFT maupun inversnya diimplementasikan memakai Delphi 5. Data yang ditampilkan adalah sinyal tegangan dari bagian sekunder trafo stepdown. Pembandingnya adalah sinyal tegangan sinus AFG 50 Hz. Selain data kawasan waktu, ditampilkan pula grafik kawasan frekuensi, fasa terhadap frekuensi dan hasil invers FFT. Dengan demikian profil kedua macam data tersebut dapat dibandingkan secara visual, terutama kandungan frekuensifrekuensi yang dimiliki. Untuk mengetahui pengaruh dari komponen sinyal yang seharusnya tidak ada, data hasil FFT dihilangkan pada bagian frekuensi yang seharusnya tidak ada tersebut. Kemudian dilakukan invers FFT dan ditampilkan kembali sinyal kawasan waktunya lewat DAC dan LPF. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Tampilan sinyal tegangan AFG tampak seperti gambar 4. (a) (b) Gambar 4. (a) Sinyal AFG, hasil FFT dan inversnya. (b) Hasil FFT dizoom F115
Nanang Suwondo Analisis Frekuensi dan Gambar 4(a) adalah sinyal AFG (kiri atas) 50 Hz (kanan atas) dan inversnya (kanan bawah). Bila gambar 4(a) kanan atas dizoom hasilnya gambar 4(b), dimana hampir tidak ada komponen frekuensi selain 50 Hz. Untuk tegangan trafo akan dihasilkan data pada gambar 5. (a) (b) Gambar 5. (a) Sinyal trafo, hasil FFT dan inversnya. (b) Hasil FFT dizoom Nyata sekali dari gambar 5(a) bentuk sinyal tegangan trafo (kiri atas) bukan bentuk sinusoida yang bagus. Penyebabnya adalah karena, seperti tampak pada gambar 5(b), terdapat komponen frekuensi harmonik 150 Hz, 250 Hz, 350 Hz, 450 Hz yang cukup signifikan nilai amplitudonya. Bila komponen harmonik dihilangkan dan data hasil invers di rekonstruksi melalui DAC akan diperoleh bentuk sinyal yang lebih baik, seperti tampak pada gambar 6 kanan bawah. Gambar 6. Sinyal dengan dan tanpa komponen harmonik (kiri atas dan kanan bawah) 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya dapat disimpulkan: F116
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahid Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005 Algoritma FFT dapat digunakan untuk menentukan frekuensifrekuensi yang terkandung dalam sinyal tegangan output trafo stepdown Cacat sinyal trafo stepdown dikenali berasal dari komponen harmonik Bila komponen harmonik dihilangkan, diperoleh bentuk sinyal yang lebih baik Disarankan agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi kajian kualitas tegangan PLN atau kualitas trafo stepdown. 6. DAFTAR PUSTAKA Coughlin, R. F., dan F. F. Driscoll, 1994, Penguat Operasional dan Rangkaian Terpadu Linear, Edisi Kedua, Terjemahan oleh Herman W. Soemitro, Penerbit Erlangga, Jakarta Ifeachor, E.C., dan B. W. Jervis, 1993, Digital Signal Processing, Addison Wesley Publishing Company Inc. F117