MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA



dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/ 8 / PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/31/PBI/2005 TENTANG TRANSAKSI DERIVATIF GUBERNUR BANK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 /PMK. 08/2017 TENT ANG TRANSAKSI LINDUNG NILAI DALAM PENGELOLAAN UTANG PEMERINTAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

No.10/ 42 /DPD Jakarta, 27 November S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/18/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

tetap yang disetujui selama jangka waktu yang disepakati dalam jangka waktu maksimum 1 tahun.

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance)

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak Asing. II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 2 Yang dimaksud dengan ko

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 4 /PBI/2009 TENTANG TRANSAKSI USD REPURCHASE AGREEMENT BANK KEPADA BANK INDONESIA

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

Nanang Hendarsah. Direktur Task Force Program Pendalaman Pasar Keuangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/25/PBI/2005 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 15/24/DPM Jakarta, 5 Juli 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO.17/ 7/49 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/14

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Keseluruhan kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya risiko penurunan capacity to repay (default) dari ULN Korporasi Nonbank. Selain itu, sebagian

No.14/ 11 /DPM Jakarta, 21 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

Pokok-Pokok Materi Pengaturan PBI NO.15/8/PBI/2013 tentang TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK BANK INDONESIA OKTOBER 2013

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/2/PBI/2007 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO.17/ 7/49 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/14

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Transaksi. USD. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4979)

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

2017, No atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3/PMK.05/2014 tentang Penempatan Uang Negara pada Bank Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO. 18/35/DPPK PERIHAL TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING

PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP

-2- M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN VALUTA ASING KORPORASI DOMESTIK MELALUI BANK

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

No. 14/ 18 /DPM Jakarta, 8 Juni 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

No.18/13/DPM Jakarta, 24 Mei Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5 / 5 / PBI / 2003 TENTANG PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment ) Penerapan Tata Kelola BPR

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR. 13/ 8 /PBI/2011 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO

No. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur.

PETUNJUK PENGISIAN LAPORAN TRANSAKSI DERIVATIF

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOMITE AUDIT CHARTER

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 108/PMK.08/2007 TENTANG SISTEM DEALER UTAMA MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

No. 13/ 23 /DPNP Jakarta, 25 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

No. 16/ 2 /DPM Jakarta, 28 Januari 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

Transkripsi:

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA Nomor : S-687 /MBU/10/2014 17 Oktober 2014 Lampiran : 1 (satu) berkas Hal : Penyampaian Pedoman Penyusunan SOP Transaksi Lindung Nilai (Hedging) Kepada Yth. Direktur Utama Seluruh BUMN di tempat Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut: 1. Sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf b Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-09/MBU/2013 tentang Kebijakan Umum Transaksi Lindung Nilai Badan Usaha Milik Negara, maka dalam rangka melaksanakan Transaksi Lindung Nilai, Direksi wajib menyusun Prosedur Operasional Standar untuk pelaksanaan Transaksi Lindung Nilai. 2. Menindaklanjuti acara Peluncuran Pedoman Penyusunan SOP Transaksi Lindung Nilai (Hedging) yang dilaksanakan di Kementerian Keuangan pada tanggal 16 Oktober 2014, yang dihadiri oleh Ketua Badan Pemeriksa Keuangan, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, Perwakilan Bareskrim POLRI, Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Gubernur Bank Indonesia, dan Menteri Keuangan, bersama ini terlampir kami sampaikan Pedoman Penyusunan SOP Transaksi Lindung Nilai (Hedging) dimaksud. 3. Pedoman tersebut dapat menjadi pertimbangan Saudara dalam menyusun SOP Transaksi Lindung Nilai (Hedging) di lingkungan BUMN yang Saudara pimpin. Demikian kami sampaikan, dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. GEDUNG KEMENTERIAN BUMN, LANTAI M, JL. MEDAN MERDEKA SELATAN NO. 13 JAKARTA 10110 TELEPON (021) 29935678, FAKSIMILI (021) 29935740, SITUS: www.bumn.go.id

201 PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) KEGIATAN LINDUNG NILAI (HEDGING)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR 3 PENDAHULUAN 4 I. KONSIDERAN 5 II. PENGERTIAN UMUM DAN RUANG LINGKUP 5 A. Pengertian Umum 5 B. Ruang Lingkup 7 III. STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, DAN KEWENANGAN PERANGKAT HEDGING 8 A. Organisasi yang Menangani Hedging 8 B. Tugas dan Kewenangan Perangkat Hedging 9 IV. TAHAP PERSIAPAN TRANSAKSI 10 A. Rencana Transaksi Hedging 10 B. Keputusan Strategi Pelaksanaan Hedging 11 C. Persiapan Kontrak Hedging 11 D. Penetapan Counterparts dan Pembukaan Forex Line 11 E. Penetapan Limit 12 V. TAHAP PELAKSANAAN TRANSAKSI 13 A. Monitoring limit 13 B. Price checking 13 C. Eksekusi Transaksi 13 D. Konfirmasi Transaksi / Penandatanganan Kontrak 14 VI. TAHAP MONITORING s.d. PENYELESAIAN TRANSAKSI 14 A. Pencatatan Akuntansi Transaksi Hedging 14 B. Pelaksanaan Marking to Market 14 Hal. 1 dari 16

C. Setelmen Transaksi 15 VII. DOKUMENTASI 15 VIII. PELAPORAN DAN EVALUASI 15 A. Laporan Pelaksanaan Transaksi 15 B. Rekapitulasi Transaksi Hedging 15 C. Laporan Mark to Market 16 D. Laporan Hasil Monitoring Atas Mark to Market 16 E. Evaluasi Efektivitas Transaksi Hedging 16 F. Evaluasi Berkala Terhadap Kecukupan SOP 16 Hal. 2 dari 16

RATA PENGANTAR (Bagian ini berisi Keputusan Pimpinan Organisasi yang mengesahkan dokumen ini sebagai dokumen yang memiliki kekuatan hukum). Hal. 3 dari 16

PENDAHULUAN (Isi dari bagian ini antara lain mencakup: Ruang Lingkup SOP, menjelaskan tujuan prosedur disusunnya SOP dan kebutuhan organisasi; Ringkasan, memuat ringkasan singkat mengenai prosedur yang dibuat; dan hal-hal lain terkait petunjuk bagaimana membaca dan menggunakan SOP ini) Hal. 4 dari 16

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) KEGIATAN LINDUNG IVILAI (HEDGING) I. KONSIDERAN Yang menjadi konsideran dalam SOP ini adalah: A. Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. B. Undang-undang RI Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara; C. Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-01/ MBU/2011 tentang Penerapan tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN; D. Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-09/MBU/2013 tentang Kebijakan Umum Transaksi Lindung Nilai Badan Usaha Milik Negara; E. Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/ 8/ PBI/ 2013 tentang Transaksi Lindung Nilai kepada Bank; F. Anggaran Dasar Perusahaan; II. PENGERTIAN UMUM DAN RUANG LINGKUP A. Pengertian Umum 1. Transaksi lindung nilai adalah transaksi yang dilakukan perusahaan kepada counterparty dalam rangka memitigasi risiko atau melindungi nilai suatu aset, kewajiban, pendapatan, dan/ atau beban perusahaan terhadap risiko harga di masa yang akan datang. 2. Transaksi Lindung Nilai Valuta Asing yang selanjutnya disebut hedging adalah cara atau teknik untuk memitigasi risiko valuta asing akibat perubahan nilai tukar melalui transaksi derivatif. 3. Transaksi derivatif adalah transaksi yang didasari oleh suatu kontrak atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan Hal. 5 dari 16

turunan dari nilai instrumen yang mendasari seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi, ekuiti dan indeks, baik yang diikuti dengan pergerakan atau tanpa pergerakan dana atau instrumen. 4. Transaksi Forward adalah transaksi jual/beli valuta asing yang penyerahan dananya dilakukan lebih dari 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi (deal date). 5. Transaksi Swap adalah transaksi jual/beli valuta asing melalui pembelian/penjualan dengan penjualan/pembelian kembali secara beriangka yang dilakukan secara simultan dengan counterparty yang sama dan pada tingkat harga yang ditentukan dan disepakati pada deal date. 6. Transaksi Option adalah perjanjian untuk memberikan hak dan bukan kewajiban dari penjual (option writer) kepada pembeli (option holder) untuk membeli atau menjual sejumlah nominal mata uang tertentu untuk masa yang akan datang pada harga yang telah ditetapkan sebelumnya (strike price) pada atau sebelum waktu tertentu (expiry date). 7. Counterparty adalah lembaga keuangan baik bank maupun bukan bank, yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang memadai yang ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu. 8. Exposure adalah posisi yang masih efektif berjalan pada sisi aset maupun kewajiban dan berpotensi menimbulkan kerugian karena adanya ketidakpastian nilai akibat perubahan nilai tukar. 9. Mark to market adalah perhitungan nilai wajar dari kontrak yang sedang berjalan dibandingkan dengan suatu harga acuan yang transparan, akurat, reliable dan konsisten dengan laporan keuangan. 10. Tanggal transaksi (Deal date) adalah tanggal dimana terjadi kesepakatan/kontrak transaksi hedging valuta asing dengan counterparty. Hal. 6 dari 16

11. Deal confirmation adalah konfirmasi kesepakatan/kontrak yang meliputi antara lain nilai kurs transaksi, volume transaksi dan delivery/ settlement date. 12. Tanggal settlement (settlement date) adalah tanggal jatuh tempo kesepakatan/ kontrak dimana terjadi penyerahan/penyelesaian dana sesuai deal confirmation. 13. Forex line atau treasury line adalah besarnya jumlah transaksi valas, termasuk didalamnya transaksi lindung nilai, yang dapat dilakukan dengan counterparty. 14. Underlying adalah kegiatan yang mendasari pelaksanaan suatu kegiatan hedging. 15. Beban/ penerimaan hedging adalah be ban / penerimaan yang timbul akibat selisih kurs dan pembayaran premi. 16. Premi adalah selisih antara kurs kontrak dengan kurs spot pada tanggal transaksi. Pada transaksi option, premi merupakan jumlah yang harus dibayarkan/diterima dalam rangka kontrak Option. 17. Selisih kurs transaksi hedging adalah besaran selisih antara kurs forward/ swap kontrak dengan kurs spot pada saat tanggal jatuh tempo kontrak dikalikan dengan notional amount. B. Ruang Lingkup 1. Hedging dilakukan melalui pelaksanaan transaksi derivatif valuta asing yang meliputi transaksi Forward, Swap, dan Option. 2. Objek hedging perusahaan berupa aset dan liabilitas perusahaan dalam bentuk valuta asing. 3. Hedging wajib didukung dokumen underlying ekonomi yang dapat dipertanggungjawabkan. 4. Nilai nominal transaksi hedging paling banyak sebesar nilai underlying kegiatan ekonomi. Hal. 7 dari 16

5. Jangka waktu transaksi hedging maksimum sama dengan jangka waktu underlying. 6. Pelaksanaan transaksi hedging dilakukan dengan atau melalui lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang memadai. 7. Segala biaya yang timbul dari selisih kurang transaksi hedging menjadi beban anggaran perusahaan sedangkan selisih lebihnya menjadi pendapatan perusahaan. III. STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, DAN KEWENANGAN PERANGKAT HEDGING A. Organisasi yang Menangani Hedging Organisasi yang menangani transaksi hedging meliputi: 1. Komite Hedging terdiri dari Top Level Management antara lain: Direktur Utama, Direktur yang bertanggung jawab atas keuangan dan anggaran perusahaan, Direktur yang bertanggung jawab atas manajemes risiko dan kepatuhan. 2. Supporting hedging terdiri dari seluruh pimpinan Divisi yang terkait dengan pelaksanaan transaksi hedging, antara lain: pimpinan yang membawahi Divisi Manajemen Risiko, pimpinan yang membawahi Divisi Perbendaharaan, pimpinan yang membawahi Divisi Keuangan dan Operasional Pelaksanaan Transaksi hedging, pimpinan yang membawahi Divisi Perencanaan dan Pengendalian Anggaran, serta pimpinan yang membawahi Divisi Akuntansi, Pajak dan Asuransi yang dikoordinir oleh pimpinan Divisi Manajemen Risiko. 3. Pelaksana Hedging terdiri dari pelaksana pada Divisi Perbendaharaan. Hal. 8 dari 16

B. Tugas dan Kewenangan Perangkat Hedging 1. Tugas dan Kewenangan Komite Hedging: a) Melakukan review dan pembahasan atas usulan rencana transaksi hedging yang diajukan oleh Supporting Hedging. b) Memberikan keputusan atas usulan rencana strategi transaksi hedging yang meliputi antara lain: jumlah/proporsi hedging, jenis instrumen, tenor maksimal, level nilai tukar sebagai indikator masuk pasar, dan hal-hal lain yang perlu ditetapkan. c) Berdasarkan laporan dari Supporting Hedging, melakukan monitoring atas efektivitas jalannya transaksi hedging yang telah dilakukan. 2. Tugas dan Kewenangan Supporting Hedging: a) Menyiapkan kajian usulan rencana kegiatan hedging. b) Melakukan analisa data dan informasi untuk menentukan struktur hedging baik jumlah, instrumen, maupun tenor yang akan digunakan. c) Memastikan ketersediaan dan kesiapan infrastruktur serta kegiatan pendukung pelaksanaan hedging antara lain penetapan daftar eligible counterparties, penetapan dan monitoring limit, pelaksanaan proses akuntansi, pelaksanaan proses monitoring efektivitas transaksi hedging, memastikan keabsahan kontrak, dan pelaksanaan kegiatan pendukung transaksi hedging lainnya. d) Memastikan setiap tahapan pelaksanaan transaksi hedging dilakukan berdasarkan SOP yang tersedia. 3. Tugas dan Kewenangan Pelaksana Hedging: a) Melaksanakan transaksi hedging berdasarkan keputusan strategi lindung nilai yang telah ditetapkan. Hal. 9 dari 16

b) Memastikan ketersediaan informasi yang reliable untuk mark to market (mtm) secara periodik. IV. TAHAP PERSIAPAN TRANSAKSI A. Rencana Transaksi Hedging 1. Supporting Hedging menyusun usulan rencana transaksi hedging yang mencakup antara lain: a) Membuat kajian/analisa trend dan volatilitas nilai tukar serta proyeksi ke depan dengan berbagai metode yang didukung oleh analisa teknikal dan fundamental. Kajian / analisa tersebut didukung dengan analisa kondisi ekonomi baik global, regional, dan domestik serta faktor lain yang berdampak terhadap pergerakan nilai tukar. b) Menganalisa jumlah kebutuhan hedging berdasarkan underlying dan eksposur valuta asing yang dimiliki sesuai dengan jumlah kewajiban/aset dalam valuta asing. c) Membuat asesmen dampak pelaksanaan hedging terhadap pendapatan/beban perusahaan d) Menganalisa dan mengusulkan alternatif proporsi hedging berdasarkan jumlah underlying dengan mempertimbangkan biaya dan risiko yang dapat diserap oleh perusahaan. e) Mengusulkan jenis dan tenor instrumen hedging yang akan digunakan berdasarkan hasil asesmen perkembangan pasar dan karakteristik underlying. f) Mengusulkan indikator timing masuk pasar (hedging trigger point) yang berupa rentang nilai tukar tertentu, termasuk kisaran harga (premi). g) Menyusun analisa sensitivitas Hal. 10 dari 16

2. Supporting Hedging menyampaikan usulan rencana transaksi lindung nilai kepada Komite Hedging. B. Keputusan Strategi Pelaksanaan Hedging 1. Komite Hedging melakukan review atas semua usulan strategi hedging dan kemudian menentukan keputusan strategi hedging yang akan dilakukan antara lain terkait jumlah/proporsi hedging, jenis instrumen, tenor maksimal, dan rentang level nilai tukar sebagai indikator masuk pasar, termasuk kisaran harga (premi). 2. Komite Hedging menandatangani dokumen keputusan strategi hedging yang disampaikan oleh Supporting Hedging. Dokumen keputusan ditandatangani sekurang-kurangnya oleh dua orang anggota Komite Hedging. 3. Keputusan Strategi Hedging tersebut selanjutnya diserahkan kepada Supporting Hedging dan Pelaksana Hedging sebagai acuan pelaksanaan transaksi hedging. C. Persiapan Kontrak Hedging 1. Pelaksana Hedging mempersiapkan dokumen kontrak transaksi hedging. Adapun hal-hal yang disepakati di dalam kontrak antara lain harga kontrak (termasuk biaya premi), volume/nilai kontrak, jangka waktu kontrak, tanggal transaksi, dan tanggal settlement. 2. Supporting Hedging (Divisi Hukum/Legal) memastikan bahwa setiap kontrak transaksi hedging yang digunakan dalam transaksi adalah benar dan sah secara hukum. D. Penetapan Counterparts dan Pembukaan Forex Line 1. Supporting Hedging (Divisi Risk Management) menetapkan kriteria calon counterparty dengan pertimbangan antara lain: external rating, internal rating, kerja sama perusahaan, dan ketersediaan forex line. Hal. 11 dari 16

2. Supporting Hedging (Divisi Risk Management) melakukan review dan asesmen atas setiap calon counterparty yang mengajukan permohonan kerjasama sebagai counterparty kepada Komite Hedging. Selanjutnya, Supporting Hedging (Divisi Risk Management) mengajukan usulan daftar eligible counterparties kepada Komite Hedging. 3. Komite Hedging menyetujui/ menolak usulan eligible counterparties Counterparties. untuk dimasukkan ke dalam Daftar 4. Supporting Hedging (Divisi Risk Management) secara berkala melakukan review atas daftar eligible counterparties dan mengusulkan perubahan apabila terdapat penambahan/ pengurangan eligible counterparty. 5. Supporting Hedging melakukan proses pembukaan forex line dengan counterparties termasuk kesepakatan standar format kontrak pelaksanaan transaksi, serta melakukan penandatanganan ISDA Master Agreement apabila diperlukan. E. Penetapan Limit 1. Supporting Hedging (Divisi Risk Management) mengusulkan besaran limit transaksi hedging yang meliputi: a) Limit transaksi hedging perusahaan secara keseluruhan b) Limit pengambil keputusan pada setiap level manajemen terkait c) Limit kewenangan transaksi lindung nilai pada setiap j enj ang pelaksana d) Limit Counterparty, yang ditetapkan dengan mempertimbangkan antara lain: Asesmen atas kualitas counterparty berdasarkan external maupun internal rating dan informasi lain yang dapat mendukung asesmen dimaksud. Hal. 12 dari 16

Besaran Forex Line yang diberikan counterparty kepada perusahaan untuk melakukan transaksi hedging. 2. Komite Hedging menetapkan limit transaksi hedging dengan mempertimbangkan usulan dari Supporting Hedging (Divisi Risk Management). V. TAHAP PELAKSANAAN TRANSAKSI A. Monitoring limit 1. Pelaksana Hedging melakukan monitoring atas ketersediaan limit. 2. Supporting Hedging (Divisi Risk Management) melakukan monitoring atas pelanggaran limit. B. Price checking Pada hari yang sama sebelum pelaksanaan transaksi, Pelaksana Hedging melakukan kegiatan sebagai berikut: I. Melakukan survey harga pada beberapa eligible counterparty. 2. Menganalisa kewajaran kuotasi harga yang diperoleh dari eligible counterparties melalui perbandingan dengan harga yang diperoleh dari sumber lain, seperti : Bloomberg, Reuters, dan sumber informasi lainnya. C. Eksekusi Transaksi Pelaksana Hedging melakukan transaksi hedging apabila pergerakan nilai tukar dan basil price checking berada pada kisaran yang ditetapkan Komite Hedging, dengan mengacu kepada best price dan kecukupan limit. Hal. 13 dari 16

D. Konfirmasi Transaksi / Penandatanganan Kontrak 1. Pelaksana Hedging menghubungi counterparty terpilih untuk mengkonfirmasi pelaksanaan transaksi. 2. Pelaksana Hedging melakukan pengesahan kontrak transaksi hedging dengan counterparty terpilih. Kontrak transaksi dapat berupa dokumen kontrak resmi yang ditandatangani oleh Pejabat Pelaksana Hedging maupun berupa Deal Confirmation. 3. Segera setelah transaksi dilaksanakan, Pelaksana Hedging mengirimkan bukti pelaksanaan transaksi (kontrak atau deal confirmation) kepada Supporting Hedging (Divisi Risk Management dan Divisi Accounting) untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab masingmasing Divisi. 4. Pada hari yang sama, Pelaksana Hedging menyusun Laporan Pelaksanaan Transaksi yang ditandatangani oleh Pejabat Pelaksana Hedging. VI. TAHAP MONITORING s.d. PENYELESAIAN TRANSAKSI A. Pencatatan Akuntansi Transaksi Hedging 1. Supporting Hedging (Divisi Accounting) melakukan proses pencatatan transaksi hedging secara konsisten sesuai dengan sistem akuntansi yang disepakati. 2. Selisih kurang transaksi hedging dan/atau premi option dicatat sebagai biaya hedging pada beban anggaran perusahaan. Sedangkan selisih lebih transaksi lindung nilai dicatat sebagai pendapatan selisih kurs pada penerimaan anggaran perusahaan. B. Pelaksanaan Marking to Market 1. Supporting Hedging (Divisi Accounting) melakukan mark to market secara periodik dengan menggunakan kurs acuan yang disepakati secara konsisten. Hal. 14 dari 16

2. Supporting Hedging (Divisi Risk Management) menetapkan kurs acuan untuk kebutuhan mark to market. C. Setelmen Transaksi Pelaksana Hedging melakukan setelmen transaksi hedging berdasarkan dokumen transaksi dan sesuai dengan Standar Proses Setelmen yang ditetapkan. VII. DOKUMENTASI Masing-masing Divisi yang terkait dengan pelaksanaan hedging wajib mendokumentasikan berbagai dokumen yang terkait dengan bidang tugasnya antara lain: 1. Dokumen rencana transaksi lindung nilai dan underlying 2. Hasil price checking 3. Keputusan Strategi Pelaksanaan Lindung Nilai 4. Bukti transaksi 5. Laporan Pelaksanaan Transaksi Lindung Nilai 6. Rekapitulasi Transaksi Lindung Nilai Harian 7. Laporan Mark to Market VIII. PELAPORAN DAN EVALUASI A. Laporan Pelaksanaan Transaksi Setelah melakukan transaksi, Pelaksana Hedging menyampaikan Laporan Pelaksanaan Hedging kepada Komite Hedging dan Supporting Hedging. Laporan Pelaksanaan Hedging melampirkan Bukti Transaksi (kontrak atau deal confirmation) dan Hasil Price Checking. B. Rekapitulasi Transaksi Hedging Pelaksana Hedging melakukan Rekapitulasi Transaksi Hedging secara periodik yang disampaikan kepada Supporting Hedging. Hal. 15 dari 16

C. Laporan Mark to Market Berdasarkan Rekapitulasi Transaksi Hedging yang disampaikan oleh Pelaksana Hedging, Divisi Accounting membuat Laporan Mark to Market secara berkala dan dikirimkan kepada Divisi Risk Management. D. Laporan Hasil Monitoring Atas Mark to Market Berdasarkan Monitoring atas Laporan Mark to Market yang dikirimkan oleh Divisi Accounting, Divisi Risk Management melakukan asesmen secara berkala untuk menilai potensi dampak keuangan yang mungkin ditimbulkan oleh transaksi hedging serta menentukan strategi berikutnya. E. Evaluasi Efektivitas Transaksi Hedging Supporting Hedging (Divisi Accounting dan Risk Management) melakukan asesmen atas efektivitas transaksi hedging yang dilengkapi dengan dampak selisih kurs terhadap keuangan perusahaan, terutama terkait pembebanan biaya dan penambahan penerimaan. Laporan tersebut selanjutnya disampaikan kepada Komite Hedging sebagai pertimbangan dalam menetapkan strategi hedging berikutnya. F. Evaluasi Berkala Terhadap Kecukupan SOP Supporting Hedging melakukan evaluasi terhadap SOP Pelaksanaan Transaksi Hedging secara berkala ataupun sewaktu-waktu apabila dibutuhkan. Hal. 16 dari 16

0 CONTOH STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP), KEGIATAN DIED (LINDUNG 1\TILAI) (NAMA INSTITUSI) 2014

DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR 3 Bagian Pertama: KONSIDERAN 5 Bagian Kedua: PENGERTIAN UMUM DAN RUANG LINGKUP 5 A. Pengertian Umum 5 B. Ruang Lingkup 6 Bagian Ketiga: STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS 8v KEWENANGAN PERANGKAT KEGIATAN HEDGING 6 A. Struktur Organisasi yang Menangani Kegiatan Hedging 6 B. Tugas dan Kewenangan Perangkat Kegiatan Hedging 7 Bagian Keempat: TAHAP PERSIAPAN TRANSAKSI 8 A. Rencana Kegiatan Hedging 8 B. Keputusan Strategi Pelaksanaan Hedging 10 C. Persiapan Kontrak Transaksi Hedging 10 D. Penetapan Counterparts dan Pembukaan Forex Line 11 E. Penetapan Limit 11 Bagian Kelima: TAHAP PELAKSANAAN TRANSAKSI 12 A. Monitoring Limit 12 B. Price checking 12 C. Konfirmasi Transaksi/Penandatanganan Kontrak 12 Bagian Keenarn: TAHAP MONITORING s.d. PENYELESAIAN TRANSAKSI 13 A. Pencatatan Akuntansi Transaksi Hedging 13 B. Pelaksanaan Mark To Market (mtm) 13 C. Setelmen Transaksi 13 Bagian Ketujuh: DOKUMENTASI 14 A. Dokumen Rencana Transaksi Hedging dan Underlying 14 B. Dokumen Hasil Price Checking 14 Hal. 1 dari 17

C. Dokumen Keputusan/Arahan Manajemen Strategi Pelaksanaan Lindung Nilai 14 D. Dokumen Bukti transaksi 15 E. Laporan clan Hasil Review Terkait Pelaksanaan Transaksi Lindung Nilai 15 Bagian Kedelapan: PELAPORAN DAN EVALUASI 15 A. Laporan Pelaksanaan Transaksi 15 B. Laporan Rekapitulasi Transaksi Hedging (Periodik)/Harian 16 C. Laporan Mark to Market 16 D. Laporan Hasil Monitoring atas Mark to Market 16 E. Laporan Efektivitas Transaksi Hedging 16 F. Evaluasi Berkala terhadap Kecukupan SOP 16 LAMPIRAN: CONTOH SOP TRANSAKSI LINDUNG NILAI 17 Hal. 2 dari 17

KATA PENGANTAR Pedoman Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) Kegiatan Hedging ini disusun berdasarkan hasil koordinasi Tim Teknis yang terdiri dari perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Negara BUMN dengan tujuan memberikan panduan bagi BUMN/Kementerian/Lembaga Negara dalam menyusun SOP kegiatan hedging yang memenuhi kaidah good governance. Kegiatan hedging merupakan upaya untuk melakukan mitigasi atas risiko atau melindungi nilai suatu aset, kewajiban, pendapatan dan/atau beban BUMN / Kementerian/ Lembaga Negara atas risiko yang berasal dari fluktuasi nilai tukar. Oleh sebab itu, ruang lingkup yang diatur dalam SOP ini hanya mencakup pengaturan transaksi hedging melalui instrumen transaksi derivatif seperti FX Forward, FX Swap maupun FX Option. Untuk mencapai tujuan dari kegiatan hedging serta menghindari adanya potensi moral hazard yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan hedging dimaksud, pedoman ini memberikan panduan mengenai pokok-pokok pengaturan yang harus terdapat dalam SOP kegiatan hedging. Penyusunan pedoman SOP ini juga mempertimbangkan beberapa SOP kegiatan hedging yang telah dimiliki oleh BUMN, lembaga perbankan domestik, maupun institusi asing. Berdasarkan hasil pembahasan Tim Teknis dan dengan mengacu kepada beberapa SOP tersebut di atas, pokok-pokok pengaturan dalam SOP kegiatan hedging adalah sebagai berikut: 1. Adanya konsideran berupa UU, PBI, PP, PerMen maupun peraturan internal institusi terkait dengan kegiatan hedging yang menjadi rujukan atau dasar hukum bagi SOP. Hal. 3 dari 17

2. Pengertian umum dan ruang lingkup dari SOP untuk memberikan kejelasan agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dalam pelaksanaan kegiatan hedging. 3. Struktur Organisasi, Tugas dan Kewenangan Perangkat Kegiatan Hedging yang mengatur jenjang, organ dan fungsi organisasi di institusi yang akan menangani kegiatan hedging. Dalam pengaturan ini juga ditetapkan kewenangan dan tanggung jawab dari masing-masing jenjang/pelaksana fungsi dimaksud. 4. Pengaturan kegiatan hedging yang meliputi tahap persiapan transaksi, tahap pelaksanaan transaksi dan tahap monitoring transaksi hingga penyelesaian transaksi. 5. Sebagai bagian dari penerapan good governance, SOP juga perlu mencantumkan pengaturan mengenai dokumentasi kegiatan, pelaporan dan evaluasi. Dalam penyusunan SOP di masing-masing institusi, pedoman dapat disesuaikan dengan kebutuhan, karakteristik, dan kemampuan dari masingmasing institusi dengan tetap memenuhi prinsip-prinsip good governance. Adapun format penyusunan SOP dapat mengacu kepada Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 35 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Pro sedur Administrasi Pemerintahan. Jakarta, 17 September 2014 Hal. 4 dari 17

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) Bagian Pertama: KONSIDERAN Bagian ini memuat berbagai regulasi/ketentuan yang menjadi rujukan dalam penyusunan SOP Kegiatan Hedging seperti misalnya Undang-Undang, Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, dan Anggaran Dasar. Bagian ini sekurang-kurangnya merujuk kepada: Undang-undang tentang Keuangan Negara, Undang-undang tentang Badan Usaha Milik Negara atau Kementerian/Lembaga Negara terkait, Peraturan Bank Indonesia tentang Transaksi Lindung Nilai kepada Bank, dan Anggaran Dasar masing-masing Institusi. Bagian Kedua: PENGERTIAN UMUM DAN RUANG LINGKUP Bagian ini memuat pengertian umum dari berbagai istilah/terminologi yang digunakan dalam SOP dan ruang lingkup yang merupakan batasan-batasan dari SOP. Secara lebih rinci adalah sbb: A. Pengertian Umum Pengertian umum adalah definisi/penjelasan dari term/istilah pokok dan sering digunakan dalam SOP. Contoh: Definisi hedging Definisi Instrumen FX Forward Definisi Selisih Kurs Hal. 5 dari 17

B. Ruang Lingkup Ruang lingkup menjelaskan cakupan unsur atau kegiatan yang menjadi bagian dari transaksi hedging, termasuk penentuan batasan-batasan yang terdapat pada unsur atau kegiatan tersebut. Contoh: Cakupan Risiko yang akan di-hedge Cakupan Instrumen yang digunakan Bagian Ketiga: STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS & KEWENANGAN PERANGKAT KEGIATAN HEDGING Bagian ini memuat mengenai struktur fungsi dan kewenangan baik dalam kebijakan maupun pelaksanaan hedging, termasuk dukungan kompetensi sumber daya manusia yang memadai. Hal-hal tersebut meliputi: A. Struktur Organisasi yang Menangani Kegiatan Hedging Struktur Organisasi merupakan bagan jenjang/hirarki dari organisasi yang menangani dan/ atau yang mempunyai hubungan dengan kegiatan hedging, dari tingkatan pengambil keputusan sampai tingkatan pelaksana kegiatan hedging. Organisasi yang menangani transaksi hedging meliputi: 1. Fungsi yang melakukan pengambilan keputusan (Fungsi Pengambil Keputusan) Fungsi pengambil keputusan dapat dilakukan oleh: a) 1 (satu) orang pejabat pada level tertentu yang disesuaikan dengan fungsi serta level kewenangan yang telah ditetapkan, atau b) Komite, yang terdiri dari beberapa Top Level Management dari masing-masing fungsi pada institusi yang terkait dengan pelaksanaan transaksi hedging. Hal. 6 dari 17

2. Fungsi Supporting Hedging Fungsi supporting hedging terdiri dari seluruh fungsi yang terkait dengan pengajuan usulan strategi kegiatan hedging yang dapat meliputi antara lain: fungsi manajemen risiko, fungsi akuntansi, fungsi anggaran, dan fungsi hukum/legal. 3. Fungsi Pelaksana Hedging Fungsi pelaksana hedging terdiri dari fungsi yang melaksanakan transaksi hedging. B. Tugas dan Kewenangan Perangkat Kegiatan Hedging Tugas adalah pekerjaan yang menjadi tanggung jawab organ /jabatan / pemangku jabatan dalam proses pelaksanaan transaksi hedging. Tugas ini mencakup tanggung jawab yang terkait pada seluruh tahapan pelaksanaan hedging, mulai perencanaan, persiapan sebelum transaksi, pelaksanaan transaksi dan monitoring serta evaluasi transaksi. Kewenangan adalah kekuasaan yang diberikan kepada organ/jabatan/pemangku jabatan untuk menangani dan bertanggung jawab atas hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan hedging. Kewenangan yang diberikan ini berlaku pada tahapan-tahapan kegiatan hedging seperti: perencanaan, persiapan sebelum transaksi, pelaksanaan transaksi dan monitoring serta evaluasi transaksi. Dalam kewenangan ini juga diatur mengenai besar tanggung jawab dari organ / jabatan / pemangku jabatan. Contoh: Tugas dan wewenang Pengambil Keputusan, Pelaksana Kegiatan, dan Supporting Limit jumlah transaksi hedging pada setiap jenjang jabatan. Hal. 7 dari 17

Bagian Keempat: TAHAP PERSIAPAN TRANSAKSI Bagian ini memuat mengenai tahap awal dari kegiatan hedging yang meliputi: A. Rencana Kegiatan Hedging Rencana kegiatan hedging memuat kegiatan-kegiatan yang diperlukan sebelum kegiatan hedging dilakukan, yang meliputi antara lain: analisis pasar, penentuan jumlah kebutuhan hedging, penetapan proporsi hedging, pemilihan instrumen hedging, analisis biaya hedging, dan penetapan timing. 1. Analisis Pasar Analisis pasar adalah suatu kegiatan untuk menilai potensi hasil, baik keuntungan atau kerugian, yang dapat timbul dari pelaksanaan kegiatan hedging dan rencana mitigasi risikonya. Analisis pasar digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan terkait strategi hedging berdasarkan analisa perkembangan kondisi pasar serta asesmen risiko yang antara lain meliputi: Analisa trend dan volatilitas nilai tukar serta proyeksi ke depan dengan berbagai metode yang didukung oleh analisa teknikal dan fundamental Monitoring perkembangan kondisi ekonomi global, regional, dan domestik yang berdampak terhadap pergerakan nilai tukar Dampak pelaksanaan hedging terhadap beban/pendapatan institusi dll Analisis pasar mencakup pula uji prospektif yang didasarkan pada berbagai skenario kondisi ekonomi. Uji prospektif adalah kegiatan melakukan analisis risiko, manfaat, dan biaya dari instrumen lindung nilai melalui analisis skenario dan/atau sensitivitas keluaran (output). Hal. 8 dari 17

2 Penetapan Jumlah Kebutuhan Hedging Penetapan Jumlah Kebutuhan Hedging adalah kegiatan untuk menetapkan jumlah kebutuhan hedging berdasarkan net exposure valas yang dihadapi oleh institusi. Net exposure Valas adalah selisih bersih aktiva/tagihan valas dan pasiva/kewajiban valas dalam neraca. 3. Penetapan Proporsi Hedging Penetapan Proporsi Hedging adalah kegiatan penentuan persentase dari total net exposure valas yang akan di-hedge. Penentuan persentase tersebut mempertimbangkan efektivitas hedging, biaya, risiko yang mampu diserap oleh institusi, serta risk appetite manajemen / pelaksana. 4. Pemilihan Instrumen dan Tenor Hedging Pemilihan Instrumen Hedging merupakan kegiatan penetapan jenis transaksi derivatif yang akan digunakan dalam rangka hedging. Dalam hal ini, jenis instrumen hedging yang dapat digunakan adalah FX Forward, FX swap, atau FX Option. Tenor hedging adalah jangka waktu kontrak dari instrumen hedging yang ditetapkan. Penetapan instrumen dan tenor hedging dilakukan berdasarkan karakteristik underlying yang akan di-hedge, kondisi likuiditas institusi, dan risk appetite. Underlying adalah objek transaksi hedging (item yang dilindungi) berupa aset, kewajiban, pendapatan, dan/atau arus kas. 5. Analisis Biaya Hedging Analisis Biaya Hedging adalah kegiatan perhitungan potensi beban biaya yang timbul sebagai dampak risiko dari kegiatan hedging. Perhitungan potensi biaya hedging diperlukan institusi terutama terkait dengan penyusunan anggaran dan penetapan perkiraan Harga Hal. 9 dari 17