Praktik Pengelolaan Terbaik untuk Orangutan di Wilayah Konsesi Indonesia



dokumen-dokumen yang mirip
PROTOKOL UJI PENAPISAN BAGI PEMBERI MODAL

Kritis. Genting. Rentan. A: Penurunan tajam

SKRIPSI PENGARUH KREDIT PERTANIAN TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA OLEH. Mardiana Lumbanraja

Abigail Allo Karangan

For data sources, see slide #9: Appendix 1. Data used to produce Sumatra PIM

ABSTRAK. Ardi Arifin Hasoloan Purba ( )

PENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin

KAJIAN PENATAAN LAHAN PT. ANTAM (PERSERO) TBK UNIT BISNIS PERTAMBANGAN BAUKSIT TAYAN KECAMATAN TAYAN HILIR KABUPATEN SANGGAU KALIMANTAN BARAT SKRIPSI

Kata Kunci :perlindungan hukum, konsumen, dan perjanjian pengikatan jual beli.

LEGAL MEMORANDUM PERTANGGUNGJAWABAN PT.O AKIBAT KEBAKARAN WILAYAH YANG DIKUASAI YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI PENGRUSAKAN LINGKUNGAN

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERBURUAN DAN PERDAGANGAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DI DESA KEPARI KECAMATAN SUNGAI LAUR KABUPATEN KETAPANG

Raden Fini Rachmarafini Rachmat ( ) ABSTRAK

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK IAN UNY 2012 UTAMI DEWI

ABSTRAK. Kata kunci : Studi Kelayakan, Pemeriksaan Hukum, Izin Pertambangan. Universitas Kristen Maranatha

Kebijakan Nasional tentang IUPHHK Restorasi Ekosistem dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi

ABSTRACT SITI ROMELAH. Intensive farming practices system by continuously applied agrochemicals,

SCALING SOLUTION OF LAND USE CHALLENGES. Musdhalifah Machmud Deputy to Coordinating Minister for Food and Agriculture

Abstrak. ii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Seri Diskusi Ilmiah Restorasi Ekosistem di IPB

ABSTRACT ABSTRAK. Kata kunci : CITES, Perdagangan Hewan Langka, perdagangan ilegal

Inggang Perwangsa Nuralam, SE., MBA

Pemetaan Keanekaragaman Hayati Dan Stok Karbon di Tingkat Pulau & Kawasan Ekosistem Terpadu RIMBA

Universitas Kristen Maranatha

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

DAMPAK INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN MERAUKE TESIS MAGISTER. Oleh ROMANUS MBARAKA NIM

KOMUNIKE BERSAMA MENGENAI KERJA SAMA UNTUK MEMERANGI PERIKANAN TIDAK SAH, TIDAK DILAPORKAN DAN TIDAK DIATUR (/UU FISHING)

KAJIAN ASPEK RISIKO KEGAGALAN BANGUNAN PADA KELAYAKAN PROYEK PRIVATISASI INFRASTRUKTUR TESIS MAGISTER OLEH : ADI TISNA RAYADI

What is Assisted Natural Regeneration (ANR)? Apa itu Assisted Natural Regenera1on (ANR)?

ANALISIS TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PT. SURVEYOR INDONESIA MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT (STUDI KASUS : PROSES DS 13 - MENGELOLA OPERASI)

PENURUNAN BIAYA-BIAYA OPERASI UNTUK MENINGKATKAN KEUNTUNGAN PADA PT. XYZ

ABSTRACT. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata-kata kunci : Sistem informasi akuntansi, Pengendalian intern persediaan barang dagang, Keamanan persediaan.

ABSTRAK. Kata Kunci : SWOT BSC, Arah Strategi, KPI.

Konservasi dan Perubahan Iklim. Manado, Pipin Permadi GIZ FORCLIME

PT. KORINDO HEAVY INDUSTRY BALARAJA PLANT Ulasan manajemen Management Review

ABSTRAK. Kata Kunci : Enterprise architecture, Zachman Framework, blueprint

Pemrograman Lanjut. Interface

TINJAUAN TERHADAP KONTRAK KERJA PADA DEPARTEMEN KOMERSIAL PT TOBA PULP LESTARI, TBK PORSEA TUGAS AKHIR

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA OLEH DAVID SAHPUTRA SARAGIH

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

Distinct Job Manual. WWF Indonesia

ABSTRAK. vi Universitas Kristen Maranatha

Sistem Informasi. Soal Dengan 2 Bahasa: Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris

LINGKUNGAN BISNIS (Business Environment)

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN DALAM PERKEMBANGAN KOTA NGANJUK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN DAN PENDAPATAN PETANI

SKRIPSI ANALISIS PERANAN PEMBERIAN KREDIT OLEH CU.BUDI MURNI TERHADAP USAHA PETANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA OLEH

Job Vacancy: Landscape Project Manager in Sorong Papua

1. Perbaikan Berkesinambungan. Kaizen Benchmarking

KEY PERFORMANCE INDICATORS

CORE BUSSINES SARJANA KEHUTANAN DI BIDANG KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN 1

Oleh A.A. Alit Mas Putri Dewanti Edward Thomas Lamury Hadjon Program Kekhususan Hukum Internasional ABSTRACT

Upaya-upaya Restorasi Ekosistem Dalam Rangka Pengembalian dan Peningkatan Produktivitas Hutan Konservasi

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN INITIAL PUBLIC OFFERING TERHADAP EMITEN DAN INVESTOR

ABSTRAK. Kata Kunci : Tanggung Jawab Hukum dan Perlindungan Hukum, Persatuan Sepak Bola Indonesia, Menteri Pemuda dan Olahraga.

TINJAUAN YURIDIS PENGEMBAN JABATAN LEGAL OFFICER DAN PERTANGGUNGJAWABANNYA SECARA PERDATA DALAM SUATU PERSEROAN TERBATAS

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH REALISASI KREDIT TERHADAP PRODUKSI TOMAT

KAMAN STRATEGI KEBIJAKSANAAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR SWS LIMBOTO BOLANGO BONE TESIS. Disusun oleh : Enteng Jolly Saerang NIM :

Pendekatan Ekonomi untuk Kebijakan Perikanan

Sekilas Knowledge Management. agus supangat

KAJIAN KEBIJAKSANAAN PENUTUPAN PROPINSI LAMPUNG BAGI PROGRAM TRANSMIGRASI UMUM

can have a positive impact Jambuluwuk Malioboro Boutique Hotel in the increasing number of visitors.

Laporan Tugas Akhir Periode Ganjil 2012/2013

RINGKASAN HASIL PENELITIAN HIBAH BERSAING

Melihat hasil penelitian seperti di atas maka ada beberapa saran yang diberikan untuk peningkatan komitmen organsiasi di PT Telkom Tbk Kantor Divre V

Ilustrasi 1: Teknologi Kamera

PANDUAN IDENTIFIKASI Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia. Oleh: Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia

ABSTRACT. Key Words: Total Quality Management, financial performance, return on assets, champion. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

TESIS FUNGSI BANK DALAM PENYALURAN KREDIT YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN. (Role of Banks in the Distribution of Environment Oriented Credit )

Kebijakan Pelaksanaan REDD

ABSTRACT. Keywords: Capital budgeting, investment decision making, productivity. vii. Universitas Kristen Maranatha

KAJIAN TUMBUH-KEMBANG KEWIRAUSAHAAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (Studi Kasus : Usahatani Sayur-Mayur di Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Kriteria untuk evaluasi dan pemilihan pemasok (klausul 8.4.1)

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Layanan Operasi, ITIL v3, proses bisnis, teknologi informasi.

ABSTRAK. Tresa Telfia

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

HUMAN CAPITAL MANAGEMENT CERTIFICATION (HCMC)

ABSTRAK PERANCANGAN BUKU DOKUMENTASI TENTANG LANDSCAPE DI KAWASAN TAMAN NASIONAL UJUNG KULON. Oleh FREDERIKUS ANGGIORIUS NRP

REDD+ dan Tata Kelola Pemerintahan

ABSTRACT. Key words: Internal audit, effectiveness of internal control of sales. Universitas Kristen Maranatha

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Surakarta, 01 Oktober 2011 Ketua Tim Peneliti. Nurhadiantomo. iii

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

INDUSTRIAL ENGINEERING

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

PEMBELAJARAN KEMAMPUAN GERAK DASAR

DUKUNGAN WHO INDONESIA TERHADAP STANDARISASI KURIKULUM PELATIHAN GIZI OLEH: SUGENG EKO IRIANTO

* ANY CHANGE OF SCHEDULE AND LOCATION SHOULD BE SUBMITTED THROUGH THE INDONESIAN CONSULATE GENERAL IN LOS ANGELES

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI TAHUN ANGGARAN 2013

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI BATIK DALAM MENDUKUNG USAHA PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP PELAYANAN KESEHATAN Dl JAWA, SUMATERA, DAN KALIMANTAN

ABSTRAK. Kata Kunci: COBIT 5, APO (Align, Plan, Organise), PT. POS INDONESIA. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. "The Effect of Compensation, Discipline on Employee Performance" (Case studies on Ardan Group)

ABSTRAK. Kata Kunci: carbon accounting, akuntansi manajemen lingkungan, kinerja managerial, dan kinerja perusahaan. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: balanced scorecard, vision, mission, strategy, strategic management systems, performance, financial and nonfinancial.

Transkripsi:

Praktik Pengelolaan Terbaik untuk Orangutan di Wilayah Konsesi Indonesia Best Management Practices (BMPs) for Orangutans in Indonesian Concessions

Daftar Singkatan List of Abbreviations AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan / environmental impact assessment BKSDA Balai Konservasi Sumber Daya Alam / provincial conservation authority BMP Best Management Practices BOS Borneo Orangutan Survival Foundation CITES Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora CMP Conservation Management Plan CoW Contract of Work CSR Corporate Social Responsibility GIS Geographic Information System GPS Global Positioning System HPH Hak Pengusahaan Hutan / forest concession HTI Hutan Tanaman Industri / timber estate ISO International Organization for Standardization IUCN International Union for Conservation of Nature IUPHHK-HA Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu - Hutan Alam / natural forest concession IUPHHK-HT Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu - Hutan Tanaman / industrial forest concession LSM Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO) M&E Monitoring and Evaluation MCDAS Multiple Criteria Decision Analysis System NGO Non-Governmental Organization OCSP Orangutan Conservation Services Program RA-SAN Rainforest Alliance - Sustainable Agriculture Network Ramsar Convention Convention on Wetlands of International Importance (Ramsar, Iran, 1971) RIL Reduced impact logging RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan / environmental management plan RKLT Rencana Kerja Lima Tahun / five-year concession development plan RPL Rencana Pemantauan Lingkungan / environmental monitoring plan RSPO Roundtable on Sustainable Palm Oil SOP Standard Operating Procedure TNC The Nature Conservancy Tropical Timber 83 International Tropical Timber Agreement, 1983 Tropical Timber 94 International Tropical Timber Agreement, 1994 UNEP United Nations Environment Programme USAID United States Agency for International Development

Pendaluhuan Orangutan adalah spesies mamalia yang saat ini kelangsungan hidupnya paling terancam di dunia. IUCN (International Union for Conservation of Nature) mencatat orangutan Kalimantan sebagai spesies yang terancam punah dan orangutan Sumatra sebagai spesies yang berada dalam kondisi kritis menuju kepunahan. Orangutan Sumatera merupakan primata besar yang paling kritis dan diperkirakan terancam punah dalam waktu yang tidak terlalu lama di habitatnya. Prediksi yang suram ini didasarkan atas dua hal. Introduction Orangutans are among the most threatened mammal species in the world. The IUCN lists the Bornean orangutan as endangered and the Sumatran species as critically endangered. The Sumatran orangutan is considered the most likely species of great ape to become extinct in the wild in the near future. There are two principle reasons for this bleak prognosis. 1.

Pertama, sebagian besar orangutan - terutama yang terdapat di Kalimantan - hidup di luar kawasan yang dilindungi dan di hutan yang sumber daya alamnya dimanfaatkan untuk usaha perkayuan, pertanian, perkebunan, dan pertambangan. Direktorat Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam di Kementerian Kehutanan bertanggung jawab atas pengelolaan keanekaragaman hayati yang dilindungi baik di dalam maupun di luar kawasan konservasi, namun pada kenyataannya pemerintah memiliki keterbatasan dan lebih terkonsentrasi pada pengelolaan tumbuhan dan satwa liar yang berada di dalam kawasan konservasi. Kedua, meskipun orangutan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan di Indonesia, hutan yang merupakan habitatnya tidak sepenuhnya terlindungi. Sejauh orangutan tidak terbunuh secara langsung, habitat atau tempat hidup orangutan dapat tergusur dan berubah peruntukkannya, yang diantaranya atas dasar perijinan yang sah untuk pengusahaan lahan atau kawasan hutan. Hal ini dapat mengakibatkan drastisnya laju pengurangan kawasan habitat orangutan yang tersisa, dan membuat primata ini bertahan hidup di tempat-tempat yang semakin terpisah satu sama lain. Keadaan ini juga akan menyebabkan meningkatnya konflik dengan manusia karena orangutan perlu memanfaatkan daerah yang lebih luas untuk mendapatkan sumber-sumber pakan dan menjadi lebih sering memanfaatkan jenis tanaman bernilai ekonomi seperti kelapa sawit, akasia, maupun pohon buah-buahan yang tumbuh atau ditanam di desa. Konflik dapat menyebabkan terbunuhnya orangutan, termasuk di tangan masyarakat yang tanamannya diganggu ataupun dirusak oleh orangutan dan memandang orangutan sebagai layaknya hama. First, the majority of orangutans especially those in Kalimantan live outside protected areas and in forests where natural resources are extracted for logging, agriculture, plantation development, and mining. While the Ministry of Forestry s Directorate of Forest Protection and Nature Conservation is responsible for maintaining Indonesia s protected biodiversity both inside and outside protected areas, in practice they only have the capacity and focus to manage wildlife in protected areas. The second reason is that even though the orangutan is protected by Indonesian law, its forest habitat is not. Orangutan habitat may be lawfully degraded or converted as long as orangutans are not directly killed in the process. This has resulted in the rapid reduction of their remaining habitat, leaving the animals to survive in increasingly fragmented areas. This leads to increasing conflicts with humans as orangutans search more widely for resources and feed more frequently on commercial crop species like oil palm, acacia and village fruit trees. These conflicts can lead to the death of orangutans at the hands of those affected by their crop raids. 2.

Walau orangutan merupakan spesies yang dilindungi secara nasional, tampaknya untuk dapat menjamin bahwa habitat di luar kawasan konservasi dapat dikelola secara berkelanjutan, tidak cukup dengan peran pemerintah saja. Perusahaan-perusahaan swasta yang menggunakan lahan dan kawasan hutan adalah pihak yang paling mungkin dan yang paling mampu berperan dalam mengurangi penyusutan habitat orangutan. Hal ini jelas berlaku bagi para pemegang konsesi, baik konsesi hutan - IUPHKK/HA dan IUPHHK/HT, areal pertambangan dan perkebunan kelapa sawit. Semua konsesi ini harus sah dan berjangka waktu lama, dan di dalam areal konsesi tersebut dapat dijumpai habitat orangutan. Perusahaan pemegang konsesi mempunyai kemampuan, peralatan dan perangkat pengelolaan yang diperlukan untuk melindungi orangutan. Kesediaan pemegang ijin untuk turut berperan dipengaruhi oleh pandangan dan tanggung gugat akan permasalahan ini sebagai bagian dari tuntutan etis atau sosial, serta kelayakan kegiatan ini dari sudut pandang ekonomi. Bagi perusahaan yang memiliki kemauan untuk turut bertanggungjawab dalam mengelola orangutan dan habitatnya, juga terdapat hambatan/tantangan internal berupa kurangnya pengetahuan tentang konservasi orangutan. Tenaga di lapangan tidak mempunyai pemahaman yang cukup mengenai orangutan dan kurang mengetahui bagaimana menyesuaikan cara pengelolaan yang memadai. Sejauh ini, para ahli/peneliti orangutan telah melakukan beberapa kajian mengenai kebutuhan bagi konservasi orangutan di dalam bentang alam yang mencakup hutan produksi, serta telah merumuskan sedikit rekomendasi tentang pengelolaan orangutan di wilayah tersebut. While orangutans are a national protected species, the government does not appear to have the resources to ensure that habitats outside protected areas are managed sustainably. This leaves the private sector companies now utilizing forest resources as the group most likely and able to reduce further loss of orangutan habitat. This is particularly true for forest concessionaires that hold legal, long-term tenure of their concessions and the orangutan habitats within them. These companies have the capacity, equipment, and management resources needed to protect orangutans. But their willingness to take on that role primarily depends on whether they view it as an ethical or social requirement, and whether it can be justified economically. Yet, even for companies that are willing to take on management responsibility for orangutans and their habitat, a knowledge gap exists. Their field staff are unlikely to have sufficient understanding of orangutans and their needs to set up sensitive management. Indeed, only a very small number of studies on the needs of orangutans in landscapes that contain production forests have been undertaken by orangutan experts, and few recommendations have been made on orangutan management in these areas. 3.

Didasari akan kesadaran akan perlunya panduan yang memadai bagi para pemegang konsesi yang mengelola sumberdaya alam, Orangutan Conservation Services Program (OCSP) yang didanai oleh USAID telah membuat beberapa panduan tentang Praktek Pengelolaan Terbaik (Best Management Practices/ BMP) untuk konservasi orangutan dan habitatnya pada 4 jenis konsesi: hutan alam (HPH/IUPHHK-HA), hutan tanaman industri (HTI/IUPHHK- HT), perkebunan kelapa sawit, dan pertambangan. Panduan ini merupakan serangkaian rekomendasi praktis untuk membantu pemegang konsesi dalam pembuatan rancangan pengelolaan konservasi yang sesuai dengan kebutuhan orangutan, melakukan perubahan dan penyesuaian prosedur standar operasi atau SOP (Standard Operating Procedure), serta dalam menangani masalahmasalah lainnya untuk membantu konservasi orangutan - baik dalam wilayah konsesi maupun dalam wilayah yang lebih luas dimana orangutan berada. Hasil dari usaha ini dapat dilihat dalam CD (terlampir). Aware of the need to provide adequate guidance to natural resource companies, USAID s Orangutan Conservation Services Program (OCSP) has developed a set of guidelines on Best Management Practices (BMPs) for the conservation of orangutans in four types of concessions: natural forest, industrial plantations, oil palm, and mining. These guidelines are a set of practical recommendations to assist concessionaires to develop topical conservation management plans that are sensitive to orangutans, modify their standard operating procedures, and address other issues to support orangutan conservation - both within the concessions and in the larger landscapes where they are located. The results of these efforts can be found on the accompanying CD. 4.

Peran Perusahaan Pemegang Ijin Konsesi Pada tahun 2007, Pemerintah Indonesia telah mempublikasikan rencana aksi konservasi orangutan untuk menjaga agar populasi orangutan yang tersisa di alam tetap stabil sampai tahun 2017. Tantangan untuk mencapai sasaran ini tidaklah ringan, dan setiap pemecahannya akan memerlukan keterlibatan dan peran dari perusahaan swasta pemegang ijin konsesi. Role of Concessions In 2007, the Indonesian government produced an orangutan conservation plan that committed to stabilize remaining wild orangutan populations by 2017. The challenges in achieving this goal are daunting, and any solution will certainly involve a role for private sector concessionaires. 5.

Secara umum, pemegang ijin konsensi harus merencanakan kegiatan agar tidak mengganggu habitat orangutan dan koridor habitatnya, dan mengelola daerah tersebut untuk dapat menjaga populasi orangutan yang masih tersisa. Keberhasilan usaha ini akan bergantung kepada (a) seberapa jauh pemegang ijin konsesi mengerti tentang ekologi orangutan, dan (b) kemampuan para pemilik konsesi untuk mengembangkan rencana pengelolaan dalam usaha pelestarian orangutan dan dalam memperkecil dampak terhadap orangutan selama masa operasi, rehabilitasi dan penutupan daerah konsesi pada saat berakhirnya masa konsesi. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan pemegang ijin konsesi untuk menghindari gangguan terhadap habitat orangutan, diantaranya: Melestarikan habitat orangutan baik di dalam dan di sekitar wilayah konsesi dengan membuat rencana pengelolaan konservasi (Conservation Management Plan/CMP) yang baik, termasuk indikator-indikator yang secara efektif dapat dipakai untuk memonitor dan mengevaluasi perencanaan. Diperlukan komitmen dari seluruh jajaran perusahaan agar CMP tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Menerima panduan tentang bagaimana membuat dan melaksanakan CMP, serta memasukkan pokok-pokok rencana ke dalam SOP di setiap jenis konsesi. In general, concessionaires should plan their operations so as to avoid disturbing orangutan habitats or habitat corridors, and manage the area in a way that maintains the existing orangutan population. Success in these endeavors will depend on (a) how well they understand the ecology of orangutans, and (b) their ability to develop a management plan that conserves the orangutan and minimizes the impact on orangutans during operations, rehabilitation and closure of the concession. There are a number of steps a concessionaire can take to avoid disturbing orangutan habitats: Conserve orangutan habitat both within and adjacent to concessions by developing an appropriate conservation management plan (CMP), including indicators that will effectively monitor and evaluate its implementation. Commitment will be needed from all levels of the company in order to successfully implement a CMP. Accept guidance on how to develop and implement the CMP, incorporating key elements of the plan in the concessionaire s standard operating procedures (SOP). 6.

Bekerja dengan pemerintah, pihak swasta lainnya, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat setempat dalam membuat dan melaksanakan CMP, serta mengambil bagian dalam konservasi orangutan di wilayah lansekap yang lebih luas di sekitar wilayah konsesi. Mentaati peraturan perundangan yang berlaku (baik hukum atau peraturan negara, maupun hukum adat) serta perjanjian internasional yang diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia. Melibatkan, jika mungkin, masyarakat setempat dengan membantu membangun ekonomi atau sumber penghidupan alternatif di dalam atau dekat dengan wilayah konsesi yang mendukung konservasi orangutan. Membantu kegiatan penelitian mengenai syarat-syarat ekologis bagi kehidupan orangutan di setiap wilayah konsesi. Membantu usaha untuk membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap perlunya usaha pelestarian orangutan. Mempertimbangkan pemanfaatan dana jasa lingkungan untuk perlindungan habitat orangutan. Membantu konservasi orangutan melalui pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility - CSR). Work with the government, private sector, NGOs, and local communities to develop and implement the CMP, and participate in orangutan conservation in the greater landscape around the concession. Comply with relevant laws and regulations (both statutory and customary), including international treaties and agreements to which Indonesia is a signatory. Where possible, involve local communities in implementation of the CMP, and assist them in developing economic alternatives in or near concessions that support the conservation of orangutans. Support research on the ecological requirements of orangutans in each concession type. Support efforts to raise public awareness of the need to conserve orangutans. Consider using funds from environmental service payments to protect orangutan habitats. Support orangutan conservation through Corporate Social Responsibility (CSR) payments.. 7.

Siapa yang harus menggunakan Panduan BMP untuk Orangutan? BMP ini ditujukan bagi pelaksana dan pengelola di tingkat operasional dalam sebuah wilayah konsesi. BMP dimaksudkan untuk memberikan panduan tim dalam pengelolaan wilayah konsesi dan lingkungan sekitarnya. Dapat dimengerti bahwa pemegang konsesi tidak dituntut sebagai penanggungjawab utama dalam menjamin keberadaan populasi orangutan; dengan sekurangkurangnya 250 orangutan sebagai populasi minimum yang harus dipertahankan keberadaannya di dalam wilayah konsesinya. Who should use the Best Management Practice Guidelines for Orangutan? The BMPs are targeted at the operational level of the concession unit. They are designed to guide the concession management team to meet the basic requirements needed to conserve orangutans within the concession and its environs. It is understood that concessionaires cannot assume primary responsibility for ensuring the viability of orangutan populations, since few, if any, concessions are likely to contain at least 250 apes (the minimum viable population). 8.

Memperhatikan hal ini, BMP membantu memandu apa yang perlu dilakukan dalam suatu bentang alam yang lebih luas, dan dorongan untuk usaha-usaha yang semakin besar dalam melestarikan populasi orangutan melalui keterlibatan di forum-forum serta bersama dengan masyarakat dan pihak berwenang setempat. Pemegang ijin konsesi dapat menggunakan BMP sebagai alat sebelum memulai negosiasi untuk memperoleh kawasan konsesi baru, dan menjamin bahwa rencana pengelolaan konservasi telah memperhatikan kebutuhan orangutan. OCSP juga membuat sebuah protokol yang dapat digunakan oleh lembaga keuangan untuk melakukan penilaian dan juga menjajagi risiko lingkungan sebelum memberikan pinjaman bagi perusahaan untuk mendapatkan ijin konsensi baru. BMP mendorong perusahaan-perusahaan untuk bekerja sama secara terbuka dan mengadakan konsultasi secara luas dengan para ahli lingkungan, lembaga-lembaga akademis, dan LSM pelestari/pemerhati lingkungan, terutama dalam pembuatan, pelaksanaan, dan pengawasan dan evaluasi rencana pengelolaan konservasi di wilayah konsesi. Keterlibatan ini harus memasukkan, misalnya, kerjasama dalam survei awal keanekaragaman hayati dan dalam keputusan-keputusan mengenai luas dan lokasi konservasi yang disisihkan dalam sebuah konsesi. However, the BMPs do address how concessionaires should view their actions in the context of the greater landscape, and how they can support broader efforts to conserve viable orangutan populations in their region by engaging in forums and with local communities and local authorities. Concessionaires can use the BMPs as a due diligence tool prior to entering into negotiations to purchase a new area, and to ensure their conservation management planning is sensitive to orangutan needs. OCSP has also developed a protocol that financial institutions can use to screen prospective concessions for environmental risk. The BMPs encourage companies to collaborate openly and consult widely with conservation specialists, academic institutions, and environmental NGOs, particularly in the development, implementation, and monitoring and evaluation of their concession conservation management plans. This engagement should include collaboration in the initial biodiversity surveys and in decisions on the size and location of conservation set-asides, among other things. 9.

Kebutuhan Orangutan Orangutan Needs Para ahli ekologi telah lama meyakini bahwa orangutan hanya dapat hidup di hutan primer atau hutan yang hanya sedikit sekali rusak. Meski demikian, dalam pembuatan BMP, para peneliti mengamati bahwa tampaknya orangutan di Kalimantan lebih mudah menyesuaikan diri secara ekologis, dibandingkan dengan perkiraan semula. Di Kalimantan Timur, penelitian menunjukkan bahwa sub-spesies orangutan yang ditemukan di sana telah menyesuaikan diri dengan semakin menyusutnya ketersediaan makanan akibat pengaruh siklus kering El-Nino yang jauh lebih parah mempengaruhi Kalimantan Timur dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain dimana orangutan hidup. Pengamatan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa orangutan dapat tinggal di hutan sekunder yang sudah cukup rusak. Sejumlah besar populasi orangutan ditemukan di hutan tanaman industri akasia (paling tidak dalam jangka waktu pendek). Orangutan tampaknya juga terlihat berkembang-biak, bertahan-hidup dan tinggal bersama dalam beberapa wilayah tata guna lahan. Dengan demikian, hutan yang sudah mengalami kerusakan dan hutan tanaman industri dapat berperan penting dalam mendukung konservasi populasi orangutan. Keadaan ini menunjukkan bahwa para pemegang konsesi, termasuk di dalamnya para manajer operasi dan stafnya perlu bekerja secara hati-hati pada wilayah konsesinya. Dengan rusaknya hutan primer, maka konsesi hutan alam, hutan tanaman industri dan perkebunan kelapa sawit dan konsesi pertambangan akan memainkan peran penting dalam konservasi orangutan. Karena alasan-alasan tersebut, panduan BMP menjadi kebutuhan bagi para pemilik ijin konsesi untuk tidak hanya mengelola konservasi orangutan di wilayah konsesi mereka sendiri, tetapi juga secara aktif mendukung usaha-usaha konservasi di dalam bentang alam sekitar wilayah mereka. Recent observations show that orangutans can survive, at least temporarily, in secondary forest that has been damaged significantly. Large numbers of orangutans have been found (at least in the short term) in several industrial acacia plantations. This is most likely due to the compression effect, where population density increases due to habitat loss. This increase in population density is usually unsustainable, and is often followed by a crash in population size as the animals exceed the carrying capacity of the area (in other words, the habitat does not provide sufficient food and other resources necessary for the increased population in the long term). Orangutans do appear to be successfully breeding, surviving and coexisting within some industrial land use areas. Degraded forests and industrial plantations may therefore play a significant role in supporting viable orangutan populations. This highlights the need for landowners, operational managers and their staff to operate with care in these environments. As primary forest areas are depleted, natural forest, industrial plantation, oil palm plantation and mining concessions will play an increasing role in the conservation of orangutans. For all of these reasons, the BMP guides recognize the need for concessionaires not only to manage orangutan conservation in their own concessions, but also to actively support orangutan conservation efforts in the surrounding landscapes. 10.

Keuntungan penggunaan BMP Benefits of utilizing BMPs Perencanaan dan pengelolaan orangutan yang baik dapat meningkatkan hubungan yang lebih baik antara perusahaan dengan lembaga pemerintah pusat dan daerah, masyarakat setempat, badan-badan konservasi dan pemodal/investor. BMP dapat juga secara nyata mengurangi banyak risiko kegiatan operasi perusahaan dari sumber-sumber luar. Keuntungan yang dapat diperoleh antara lain: Akses yang semakin baik terhadap lahan pada tahap pengembangan proyek dan eksplorasi yang sedang berlangsung, serta dalam memperpanjang masa usia usaha yang ada sekarang ini. Reputasi yang semakin baik sebagai perusahaan yang peduli lingkungan. Akses yang semakin baik pada proses permodalan. Kepercayaan investor yang tinggi untuk menanam modal, loyalitas dan perbaikan nilai saham. Kemudahan dalam proses perijinan usaha, sebagai akibat dari kinerja yang baik. Hubungan yang semakin baik dengan masyarakat. Hubungan dengan karyawan yang semakin baik. Hubungan yang semakin baik dengan LSM pelestari lingkungan dan organisasi kemasyarakatan. Good planning and management of orangutans can enhance a company s relationships with local and central government agencies, local communities, conservation organizations and financial backers. It may also significantly reduce operating risks arising from external sources. Potential benefits include: Improved access to land at the project development stage and in ongoing exploration to extend the lifetime of existing projects. Enhanced reputation as a concerned environmental partner. Improved access to capital. Greater equity investor confidence and loyalty, and increased share value. Shorter and less contentious permit cycles as a result of better relationships with regulatory agencies. Improved community relations. Better employee relations. Improved relations with conservation NGOs and communitybased organizations. 11.

Panduan BMP BMP Guidelines Di dalam CD yang terlampir terdapat Panduan BMP Konservasi Orangutan bagi empat jenis konsesi (ijin usaha) yang bergerak dalam pengelolaan sumberdaya alam, yang terdiri dari (i) konsensi hutan alam (HPH/ IUPHHK-HA), (ii) konsesi hutan tanaman industri (HTI/IUPHHK-HT), (iii) konsesi perkebunan kelapa sawit, dan (iv) konsesi pertambangan. Juga disertakan beberapa informasi yang terkait, seperti: Lampiran 1. Panduan umum dalam membuat rencana pengelolaan konservasi (CMP) Lampiran 2. Panduan umum dalam memasukan kebutuhan konservasi di dalam prosedur standar operasi perusahaan Lampiran 3. Panduan umum pengembangan pendidikan masyarakat dan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan konservasi Lampiran 4. Panduan umum pembuatan sistem pemantauan dan evaluasi konservasi Lampiran 5. Syarat ekologis kebutuhan kelestarian orangutan Lampiran 6. Potensi ancaman bagi orangutan Lampiran 7. Peta distribusi orangutan di Kalimantan dan Sumatera The accompanying CD contains Guides to Best Management Practices for Orangutan Conservation in four concession types: natural forest concessions, industrial plantation concessions, oil palm plantation concessions, and mining concessions. A set of annexes that support the BMP Guidelines is also included on the CD. These annexes are: Annex 1. General guide to developing conservation management plans Annex 2. General guide to incorporating conservation measures in standard operating procedures Annex 3. General guide to development of community education and community engagement in conservation activities Annex 4. General guide to development of monitoring and evaluation systems Annex 5. Ecological resources required by orangutans Annex 6. Potential threats to orangutans Annex 7. Maps of the distribution of orangutans in Kalimantan and Sumatra 12.

USAID Contract: Submitted by: Submitted to: 497-C-00-07-00016-00 DAI 7600 Wisconsin Ave., Ste. 200 Bethesda, MD 20814 Indonesian Mission U.S. Agency for International Development, Environment Office, Jakarta, Indonesia These guidelines are made possible by the support of the American People through the United States Agency for International Development (USAID). The contents of this document are the sole responsibility of DAI and do not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government. Praktik Pengelolaan Terbaik untuk Orangutan di Wilayah Konsesi Indonesia Best Management Practices (BMPs) for Orangutans in Indonesian Concessions August 2010 ACKNOWLEDGMENTS Contributors: Rona Dennis, Adam Grant, Yokyok Hadiprakarsa, Paul Hartman, Darrell Kitchener, Tim Lamrock, Fergus MacDonald, Erik Meijaard and Didik Prasetyo Edited by: Richard Pedler Design & photography by: Donald Bason

ORANGUTAN CONSERVATION SERVICES PROGRAM www.theworldiswatching.info