BABI PENDAHULUAN. Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) berhubungan erat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, dan sumber daya manusia (SDM). Untuk memenuhi hal tersebut

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya. pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

BAB I PENDAHULUAN. awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. adalah satu bidang yang tidak mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK, maka

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. (skill), sikap hidup (attitude) sehingga dapat bergaul dengan baik di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Era persaingan global menuntut pendidikan yang berkualitas. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional.

BAB I PENDAHULUAN. program peningkatan mutu pendidikan, di antaranya adalah program


BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

mengembangkan Sekolah Bertaraf Internasional (Septikasari, 2009).

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sekolah dengan Kategori Mandiri (SKM) dan kelompok Sekolah Biasa (SB). menengah di negara yang tergabung dalam

Menurut Rahmayanti, (2009:1) ada tiga alasan yang melatarbelakangi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang melanda dunia membawa berbagai konsekuensi logis bagi

PEACE International School. -Sekolah Bertaraf Internasional- BAB I PENDAHULUAN

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Refleksi Program Rintisan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dimiliki. E. Mulyasa (2007:3), menyebutkan bahwa Human Development. Index (HDI) melaporkan bahwa pada tahun 1998 Indonesia menduduki

SPMI dan ISO 9001:2008

IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI KOTA YOGYAKARTA

TERM OF REFERENCE NAMA KEGIATAN : STUDI KEBIJAKAN DAN PENGUATAN KOLABORASI INTERNASIONAL

Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional

KEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA

PENERAPAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI INDONESIA. Oleh Judyanto Sirait (Fisika, PMIPA, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

PENGEMBANGAN KURIKULUM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (STUDI DI SMP NEGERI 3 PETERONGAN JOMBANG)

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan yang modern ditandai dengan semakin majunya teknologi yang

SBI adalah sekolah yang telah memenuhi SNP dan diperkaya dengan keungulan mutu tertentu dari negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan optimal kepada peserta didik khususnya dan kustomer pada umumnya, pada titik di mana pelayanan itu harus dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

I. PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

SBI = (SNP + X) Pengembangan PTD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era teknologi ditandai dengan adanya persaingan yang sangat kuat dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijamin dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 50 Ayat 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 101 B. TUJUAN 101 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 101 D. UNSUR YANG TERLIBAT 102 E. REFERENSI 102 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 102

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

PENCAPAIAN INDIKATOR IKKT PADA PENYELENGGARAAN SMK RSBI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LAPORAN PELAKSANAAN PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SEKOLAH RSBI. Oleh : Drs. JOKO PURWANTO, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam

PENCAPAIAN INDIKATOR IKKT PADA PENYELENGGARAAN SMK RSBI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Amat Jaedun (Dosen Jurdiknik Sipil dan Perencanaan FT UNY)

BAB V ALTERNATIF MODEL HIPOTETIK IMPLEMENTASI MANAJEMEN SEKOLAH BERMUTU. kemandirian dan kreativitas sekolah. Oleh sebab itu, SMPN RSBI sebagai

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pendidikan. globalisasi adalah kondisi sumber daya manusia ( SDM ) masih relatif rendah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

PENGERTIAN RINTISAN SBI = (SNP + X),

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) 1. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

BAB. I PENDAHULUAN. Milenium ketiga merupakan tonggak bagi bangsa-bangsa untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendidikan dewasa ini telah mengalami kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Bertaraf Internasional sejak tahun pelajaran 2008/2009 (4 tahun)

V. KESIMPULAN DAN SARAN. implementasi kebijakan RSBI di Propinsi DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

PENGELOLAAN PENERIMAAN SISWA BARU BERBASIS SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 : 2008 Studi Situs SMK 1 Blora Tahun 2010 TESIS

JURNAL SKRIPSI. Oleh Nuryadin Bambang Sutjiroso

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU. Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina.

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Krisis global pada awal tahun 2009 yang menerpa seluruh dunia tanpa

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan.

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah. Dalam perencanaan kurikulum lembaga pendidikan tahapan pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) berhubungan erat dengan perspektif global untuk membangun sekolah-sekolah berkinerja tinggi. Perspektif ini menekankan perlunya transformasi sekolah nasional menuju SBI dengan karakteristik otonomi yang lebih lugs, kapasitas inovatif, kinerja berkualitas, dan orientasi nilai. Strategi untuk mewujudkan SBI perlu terlebih dahulu mengungkapkan kondisi keefektifan sekolah sebagai dukungan terhadap, pengembangan SBI dengan karakteristik tersebut. Analisis terhadap SBI di negara maju dan dalam negeri menghasilkan sejumlah tertentu faktor keefektifan maupun karakteristik SBI. Sekolah-sekolah bertaraf intemasional yang muncul sejak tahun 1990an ternyata kemudian meluas sekolah negeri dan swasta nasional di berbagai kota besar. Melihat perkembangan ini, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah ( dalam Tim Direktorat Tenaga Kependidikan, 2006) telah membuat kebijakan mengenai standar komponen-komponen input, proses, dan output. Juga, mengenai pembagian tugas diknas pusat, propinsi, dan kabupaten!kota dan sekolah yang menyangkut kebijakan dan standar, perencanaan dan pembiayaan, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan, dan pengendalian mutu. Untuk memudahkan upaya sekolah-sekolah yang ada mengalihkan diri menjadi SBI, suatu strategi kiranya diperlukan agar transformasi ini bukan sekedar peningkatan kualitas, melainkan

2 sekolah dengan karakteristik-karakteristik tertentu yang tidak dimiliki sebelurnnya. Upaya tersebut dapat dimulai dengan mendeskripsikan sekolah internasional yang sesuai dengan keinginan rnasyarakat dan telah rnapan rnerniliki berbagai karakteristik tertentu dari SBI. Deskripsi ini kemudian dikembangkan rnenjadi karakteristik utama yang dapat dijadikan sebagai rujukan bagi pengernbangan SBI oleh pernerintah kabupatenlk.ota. Direktorat Tenaga Kependidikan telah rnengidentifikasi sejurnlah karakteristik SBI negara-negara rnaju. Karakteristik ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk rnernetakan sekolah-sekolah berbasis internasional yang terdapat di Indonesia. Kesenjangan yang mungkin rnuncul dari basil pemetaan tersebut rnerupakan inforrnasi penting untuk rnerurnuskan strategi pengernbangan SBI, yang antara lain, rnenyangkut kesiapan suatu sekolah. Strategi tersebut rnerupakan upaya untuk rnernenuhi Undang-Undang Nornor 20 Tahun 2003 tentang Sistern Pendidikan Nasional Pasal 50 Ayat 3, yang rnengharuskan pernerintah danlatau pernerintah daerah (pemda) menyelenggarakan pads sernua jenjang sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Visi yang rnendasari ketentuan ini adalah bahwa sistem pendidikan perlu tarnpil sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa. Kondisi seperti ini kiranya diperlukan untuk rnernberdayakan sernua warga negara Indonesia sebagai manusia berkualitas yang rnampu rnenjawab tantangan zarnan yang selalu berubah.

. Penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf intemasional dilatarbelakangi 3 oleh era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen dan cumber daya manusia, upaya peningkatan mutu, efisien, relevan, dan memiliki daya saing kuat. Upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya saing secara nasional dan sekaligus intemasional ditetapkan pentingnya penyelenggaraan pendidikan bertaraf intemasional, baik untuk sekolah negeri maupun swasta. Berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf internasional, pendidikan bertaraf internasional yang bermutu (berkualitas) adalah pendidikan yang mampu mencapai standar mutu nasional dan internasional, pendidikan bertaraf internasional yang efisien adalah.. pendidikan yang menghasilkan standar mutu lulusan optimal (berstandar nasional dan internasional) dengan pembiayaan yang minimal. Pendidikan bertaraf internasional harus relevan, yaitu penyelenggaraan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, orangtua, masyarakat, kondisi lingkungan, kondisi sekolah, dan kemampuan pemerintah daerah (kabupatenlkota dan propinsi). Pendidikan bertaraf internasional harus memiliki days saing yang tinggi dalam hal hashhash pendidikan (output dan outcomes), proses, dan input sekolah baik secara nasional maupun internasional. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan perlu adanya pengembangan sekolah bertaraf internasional agar mencapai tujuan yang diharapkan.

4 Kemajuan globalisasi ditandai dengan persaingan sangat kuat diberbagai bidang memerlukan penguasaan teknologi, keunggulan manajemen dan sumber daya manusia (SDM). Terkait dengan tiga hal inilah, pemerintah Indonesia merasa perlu menyiapkan SDM unggul lewat pembenahan sistem pendidikan nasional (sisdiknas). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas merupakan dasar hukum penyelenggaraan sisdiknas (Depdiknas, 2007:1). Pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tertuang upaya peningkatan mutu pendidikan, tepatnya pada pasal 50 ayat 3 yang berbunyi: "Pemerintah '... danlatau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional". lmplementasi dari undang-undang tersebut, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah akan melaksanakan proses layanan pendidikan yang berkualitas dan menghasilkan lulusan yang diakui secara nasional dan intemasional (Depdiknas, 2008:3). Salah satu realisasi dari layanan pendidikan yang berkualitas ini adalah dengan menyelenggarakan Sekolah Bertaraf Intemasional (SBI).Menurut Slamet (2008), SBI adalah sekolah nasional yang menyelenggarakan pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan mutu intemasional SNP adalah standar nasional yang terdiri dari delapan komponen utama yaitu: standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan

tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. 5 Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi ( tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan ruangltempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupatenlkota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besamya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional

pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik (Tim Asa Mandiri, 2006:2-3). 6 Pemenuhan delapan SNP bagi SBI merupakan indikator kunci minimal. Indikator tambahan atau plus-nya adalah acuan standar pendidikan dari negaranegara anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) atau negara-negara maju lainnya. Dalam proses pembelajaran, sesuai buku panduan SBI, pengajaran matematika dan IPA harus menggunakan bilingual: bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (Dharma, 2008). Selain itu, proses pembelajaran diperkaya juga dengan menerapkan pembelajaran berbasis TIK (teknologi informasi dan komunikasi) atau yang dikenal dengan information 1.... communication technology (Depdiknas, 2008: 15). Penyelenggaraan SBI dilakukan pada semua jenjang pendidikan, terrnasuk sekolah menengah atas (SMA). Haryana (2008) mengemukakan bahwa penyelenggaraan SBI pada jenjang SMA/MA telah dirintis sejak tahun 1990 an, yakni sebanyak l 00 sekolah negeri dan dua sekolah swasta. Sementara itu, jumlah sekolah pada jenjang ini baik negeri maupun swasta lebih dari 22 ribu sekolah. Minimnya SMA bertaraf internasional yang telah ditetapkan sebagai rintisan lebih disebabkan pada minimnya pemenuhan persyaratan kriteria oleh sekolah yang "' ada.

7 Berdasarkan wawancara bebas yang dilakukan peneliti terhadap guru kimia yang mengajar di kelas RSBI SMA yang ada di Kota Medan,Binjai dan Deliserdang. pelaksanaan pembelajaran kimia di kelas RSBI belum memiliki pedoman yang jelaslkongkrit. Terkhusus dalam pembinaan RSBI, peran serta pemerintah daerah juga belum ada sehingga pada saat pelaksanaan, perbedaan yang terlihat antara pembelajaran Kimia di kelas reguler dan RSBI hanya terletak pada penerapan program bilingual dan ICT saja. Dengan kondisi seperti ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang terjadi sesungguhnya pada pembelajaran Kimia dengan menggunakan bilingual dan ICT serta untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Adapun objek penelitiannya adalah kelas X. Peneliti melakukan penelitian yang berjudul " Ana/isis kesulitan mengajar dan be/ajar Kimia di Kelas X Rintisan Sekolah Bertaraf lnternasional (RSB/) SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang ". 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka identiftkasi masalah adalah untuk melihat sejauh mana pembelajaran kimia oleh Guru dan bela jar kimia siswa dengan menggunakan bilingual dan ICT di Sekolah Rintisan Bertaraf Intemasional (RSBI) SMA Negeri di kota Medan,Binjai dan Deliserdang

8 1.3 Batasan Masalah Adapun batasan Masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran Kimia oleh guru dan belajar Kimia siswa dengan menggunakan bilingual dan ICT di Sekolah Rintisan Bertaraf Intemasional(RSBI), pada 3 Sekolah yaitu : SMA Negeri 1 Medan, SMA Negeri 1 Binjai, SMA Negeri I Lubuk Pakam. Rumusan Masalah Dari ulasan di atas, adapun yang menjadi rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah apakah terdapat kesulitan mengajar dan belajar kimia di kelas Rintisan Sekolah Bertaraf lnternasioanal( RSBI) SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah apakah terdapat kesulitan mengajar dan belajar kimia di kelas Rintisan Sekolah Bertaraf lntemasioanal( RSBI) SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang. 1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh :

9 1. Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk memperkecil atau bahkan meniadakan kelemahan-kelemahan yang ada pada pembelajaran kimia di kelas RSBI. 2. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengetahuan tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran kimia di kelas RSBI. 3. Bagi Institusi pendidikan, a. Perguruan Tinggi, terutama FKIP jurusan kimia sebagai salah satu gambaran pelaksanaan pembelajaran kimia di kelas RSBI, dan b. Diknas, sebagai salah satu bahan evaluasi pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMA Negeri yang ada di Kota Medan, Kota Binjai dan Deliserdang. z ~? ffi (J~ ~~ ffi ~