PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IJIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tertibnya peraturan terhadap usaha perikanan dan untuk memanfaatkan Sumberdaya Ikan di Wilayah Kabupaten Lombok Timur secara optimal dan berkelanjutan, maka perlu diadakan pengaturan perijinannya; b. bahwa sebagai upaya penunjang pelaksanaan Otonomi Daerah diperlukan adanya penggalian sumber PAD dari Retribusi guna membiayai Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, dipandang perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Ijin Usaha Perikanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655);
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 426, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3344); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Lembaran Daerah Tahun 2006 117
Nomor 3373); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3954); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593); 12. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 13. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 11 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kabupaten Lombok Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2000 Nomor 12 Tambahan Lembaran Daerah Nomor 2). Lembaran Daerah Tahun 2006 118
Dengan persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR dan BUPATI LOMBOK TIMUR MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRI- BUSI IJIN USAHA PERIKANAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kab.Lombok Timur; 2. Bupati adalah Bupati Lombok Timur; 3. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang undangan yang berlaku; 4. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan adalah Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur; 5. Sumberdaya ikan adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan lainnya; 6. Usaha Perikanan adalah semua usaha perorangan atau Badan untuk menangkap atau membudidayakan ikan, termasuk kegiatan memuat, mengangkut, menyimpan, mengolah, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial; 7. Perusahaan Perikanan adalah Perusahaan yang melakukan Usaha Perikanan dan dilakukan oleh perorangan atau Badan; 8. Usaha Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan Lembaran Daerah Tahun 2006 119
dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyiman, mendinginkan, mengolah ikan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial; memelihara, membesarkan dan/atau membiakkan ikan dan 9. Usaha Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memanen hasilnya, dengan alat atau cara apapun termasuk kegiatan memuat/mengangkut, menyimpan, mengolah, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial; 10. Pembinaan Mutu Hasil Perikanan adalah usaha untuk mencapai tingkatan mutu yang tinggi dari pada ikan dan biota perairan lainnya mulai dari produsen sampai kepada konsumen, seperti sortasi, rading, kualiti kontrol, standarisasi dan lain sebagainya; 11. Kapal Perikanan adalah kapal atau perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, termasuk untuk melakukan survey atau ekplorasi perikanan, pengangkutan, memuat/mengangkut, menyiman, mengolah, mendinginkan atau mengawetkan; 12. Perluasan Usaha Penangkapan Ikan adalah penambahan jumlah kapal perikanan dan atau penambahan jenis kegiatan usaha yang berkaitan dan belum tercantum dalam IUP; 13. Perluasan Pembudidayaan Ikan adalah penambahan areal dan/atau penambahan jenis kegiatan usaha di luar yang tercantum dalam IUP; 14. Ijin Usaha Perikanan (IUP) adalah ijin tertulis yang harus dimiliki perusahaan perikanan untuk melakukan usaha perikanan dengan menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam ijin tersebut; 15. Surat Ijin Menyelenggarakan Pelelangan (SIMP) adalah ijin bagi setiap organisasi nelayan/petani ikan untuk menyelenggarakan pelelangan di tempat tertentu; Lembaran Daerah Tahun 2006 120
16. Surat Keterangan Asal (SKA) adalah ijin yang diwajibkan bagi setiap kali kegiatan pengiriman/pengangkutan sumberdaya ikan dan hasil olahannya, baik yang bersifat komersial maupun non komersial ke luar Kab.Lombok Timur tanpa memandang volume yang diangkut; 17. Surat Keterangan Mutu adalah surat keterangan yang diberikan kepada perusahaan atau pengujian mutu hasil perikanan yang akan ke luar Kabupaten Lombok Timur tanpa memandang volume yang diangkut; 18. Sertifikat Mutu adalah Sertifikat yang diberikan kepada perusahaan perikanan atas pengujian mutu hasil perikanan yang akan diekspor; 19. Pungutan Hasil Perikanan (PHP) adalah pungutan hasil penjualan ikan hasil tangkapan/hasil pembudidayaan yang harus dibayar kepada Pemerintah Daerah oleh perusahaan perikanan dan nelayan atau petani ikan yang telah mendapat Ijin Usaha Perikanan (IUP); 20. Pungutan Pengusahaan Perikanan (PPP) adalah pungutan yang dikenakan 1 (satu) kali selama tenggang waktu berlakunya surat ijin usaha perikanan dan dikenakan pada saat ijin pengusahaan Perikanan diberikan oleh Pemerintah Daerah Cq. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan; 21. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan kegiatan menangkap ikan; 22. Tanda Daftar Usaha Perikanan (TDUP) adalah surat yang diberikan pemberi ijin kepada perusahaan Perikanan yang telah mendaftarkan perusahaannya; B A B II NAMA, OBYEK, SUBYEK DAN PENGGOLONGAN RETRIBUSI Pasal 2 (1) Nama Retribusi adalah Ijin Usaha Perikanan; Lembaran Daerah Tahun 2006 121
(2) Obyek Retribusi adalah Pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah berupa penerbitan Ijin Usaha dan Hasil Usaha Perikanan; (3) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan hukum yang bergerak dibidang usaha perikanan; (4) Retribusi Ijin digolongkan dalam Retribusi Perijinan tertentu; B A B III UKURAN TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 3 Tingkat penggunaan jasa diukur dari jumlah dan jenis ijin yang diberikan. B A B IV PRINSIP, STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF SERTA WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 4 Prinsip dalam penetapan struktur dan besarnya tariff retribusi didasarkan pada biaya administrasi, jenis usaha, luasan atau areal, survey lapangan dan penelitian tehnis serta biaya pembinaan dan pengendalian. Pasal 5 (1) Retribusi Ijin Usaha Perikanan dikenakan berdasarkan luasan/ areal yang dipergunakan dalam usaha perikanan; (2) Struktur dan besarnya tarif Retribusi Ijin Usaha Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut : a. b. c. Usaha Budidaya di laut (bukan impoding net/are Usaha Budidaya Tambak Tradisional/Ha Usaha Budidaya Tambak Semi Intensif/Ha 2.500,- 25.000,- 100.000,- Lembaran Daerah Tahun 2006 122
d. Usaha Budidaya Tambak Intensif/Ha 400.000,- e. Usaha Budidaya Kolam 5 s/d 10 are 10.000,- f. Usaha Budidaya Kolam 10 s/d 25 are 30.000,- g. Usaha Budidaya Kolam 26 are 75.000,- h. i. j. k. l. Usaha Budidaya Karamba 5 s/d 10 unit Usaha Budidaya Karamba di atas 10 unit Imponding net, kurungan dan sejenisnya/ lokal Usaha Budidaya Mutiara 1 (satu) titik koordinat (radius 500 m) Usaha budidaya rumput laut (keramba jarring apung) 25.000,- 50.000,- 5.000,- 7.000.000, 5.000,- Pasal 6 (1) Retribusi Ijin Usaha Penangkapan dikenakan berdasarkan besar armada, daya mesin dan alat tangkap yang digunakan dalam usaha penangkapan. (2) Besarnya Retribusi Ijin Usaha Penangkapan dimaksud pada ayat (1) setiap tahun ditetapkan sebagai berikut : a. Usaha Penangkapan : 1. Jukung, sampan, perahu (tak bermotor) : a. Panjang sama dengan atau lebih dari 7 m tetapi kurang dari 10 m 10.000/buah b. Panjang lebih dari 10 m 20.000/buah 2. Jukung, sampan, perahu (bermotor tempel) : a. Tenaga Penggerak dari 7,5 20 PK 30.000/buah b. Tenaga Penggerak sama dengan atau lebih dari 21 PK, tetapi kurang dari 30 PK 50.000/buah 3. Perahu/Kapal motor bermesin dalam : a. Tonage kurang dari 5 GT 50.000/buah b. Tonage sama dengan atau lebih dari 5 GT, tetapi kurang dari 10 GT 150.000/buah Lembaran Daerah Tahun 2006 123
b. Alat-alat Penangkap : 1. Pukat cincin (Purse seine) 40.000/buah 2. Lampara/Layang 20.000/buah 3. Jaring Kantong (Seine Net) : a. Payang 10.000/buah b. Jala Oras 15.000/buah c. Jala Rompo 10.000/buah d. Dogol 10.000/buah e. Kerakat Pantai 25.000/buah 4. Jaring Angkat (Lift Net) : a. Boke Ami 45.000/buah b. Bagan Perahu 35.000/buah c. Bagan Rakit 25.000/buah d. Bagan Tancap 20.000/buah 5. Alat Perangkap : a. Muro Ami 20.000/buah b. Sero/Jermal/Blat 5.000/buah c. Unit Bubu 2.000/buah 6. Long Line (Rawai) 30.000/basket 7. Pole and Line 20.000/buah 8. Stik Help Dit Net 5.000/buah 9. Jaring Insang (Gill Net) : a. Gill Net Hanyut 30.000/unit b. Gill Net 3 Lapis (Tromel Net) 30.000/unit c. Gill Net 2 Lapis 20.000/unit d. Jaring Klitik 30.000/unit e. Jaring Bendera 20.000/unit c. Usaha Penyelaman kecuali Ikan Hias 50.000/unit d. Usaha Pengolahan atau Pemasaran : 1. Investasi Total Kurang dari atau sama dengan 500.000 2. Investasi Total dari 500.000 sampai dengan 1.000.000 25.000 50.000 Lembaran Daerah Tahun 2006 124
3. Investasi Total dari 1.000.000 sampai dengan 2.500.000 4. Investasi Total dari 2.500.000 sampai dengan 5.000.000 5. Investasi Total dari 5.000.000 sampai dengan 10.000.000 75.000 100.000 125.000 6. Investasi Total lebih dari 10.000.000 250.000 Pasal 7 Wilayah pungutan retribusi adalah Kabupaten Lombok Timur. B A B V TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN Pasal 8 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau Dokumen lain yang disamakan. (3) Retribusi dipungut pada saat pengurusan ijin. (4) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan tanda bukti pembayaran. (5) Setiap pembayaran dicatat dalam Buku Penerimaan Pembayaran. Pasal 9 (1) Kepada petugas pemungut diberikan biaya operasional sebesar 5% (lima persen) dari jumlah pungutan yang telah disetor ke Kas Daerah; (2) Untuk kelancaran pembinaan kepada pengelola disediakan biaya operasional yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Lembaran Daerah Tahun 2006 125
B A B VI PERINGATAN, PEMBEKUAN DAN PENCABUTAN IJIN Pasal 10 (1) Peringatan secara tertulis diberikan kepada perusahaan apabila : a. Melakukan penambahan/perluasan usaha tanpa persetujuan tertulis dari pemberi ijin; b. Tidak menyampaikan laporan/informasi atau dengan sengaja menyampaikan laporan/informasi yang tidak benar; c. Melakukan pemindahan lokasi perusahaan tanpa persetujuan Pejabat yang berwenang; d. Menimbulkan kerusakan dan/atau pencemaran akibat kegiatan perusakan terhadap lingkungan hidup yang melampaui ambang batas baku mutu lingkungan yang ditetapkan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku; (2) Peringatan secara tertulis diberikan kepada perusahaan pemegang sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing- masing 1 (satu) bulan. Pasal 11 (1) Perusahaan dapat dibekukan apabila tidak melakukan perbaikan walaupun telah mendapat peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10. (2) Pembekuan dimaksud ayat (1) diberlakukan paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan perusahaan. (3) Apabila dalam masa pembekuan ijin pemilik perusahaan telah melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka perusahaan dapat beroperasi kembali. Lembaran Daerah Tahun 2006 126
Pasal 12 (1) Ijin dapat dicabut apabila : a. Perusahaan yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku setelah melampaui masa pembekuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11; b. Perusahaan yang bersangkutan telah dijatuhi hukuman oleh Pengadilan atas pelanggaran yang telah memiliki kekuatan hukum tetap; (2) Pejabat yang berwenang mencabut ijin usaha adalah pejabat yang menerbitkan ijin. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN Pasal 13 Pembinaan, pengendalian dan pengawasan atas pelaksanaan pungutan retribusi perijinan ini dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan. B A B VIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 14 Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kuran membayar, dikenakan sanksi administrasi sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah. B A B IX TATA CARA PENAGIHAN Pasal 15 (1) pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran dengan Lembaran Daerah Tahun 2006 127
mengeluarkan surat bayar/penyetoran atau surat lainnya yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran peringatan/surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi terutang. (3) Surat Teguran/penyetoran surat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk. B A B X K E D A L U W A R S A Pasal 16 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3(tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila : a. Diterbitkan surat teguran dan surat paksa atau; b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung; (3) Pedoman dan tata cara penghapusan piutang retribusi yang kedaluwarsa diatur dengan Keputusan Bupati. B A B XI P E N Y I D I K A N Pasal 17 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untukmelakukan penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah. Lembaran Daerah Tahun 2006 128
(2) Wewenang Penyidik sebagai dimaksud ayat (1) adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah; d. Memeriksa buku-buku, catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen serta melakukan penyitaan terhadap bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan dibidang tugas tersebut; g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meningkatkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud huruf a; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana tersebut; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang diperlukan untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. Lembaran Daerah Tahun 2006 129
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. B A B XII KETENTUAN PIDANA Pasal 18 (1) Wajib Retribusi yang tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam asal 5 dan Pasal 6, sehingga merugikan keuangan Daerah, diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi yang terutang. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran. B A B XIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 19 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2002 tentang Retribusi Ijin Usaha Perikanan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. B A B XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Hal-hal lain yang belum diatur sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Lembaran Daerah Tahun 2006 130
Pasal 21 Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan, pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran daerah Kabupaten Lombok Timur. Ditetapkan di Selong pada tanggal 10 Oktober 2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR Cap. t t d. LALU NIRWAN Ditetapkan di Selong pada tanggal 9 Oktobner 2006 BUPATI LOMBOK TIMUR Cap. t td. H.MOH ALI BIN DACHLAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2006 NOMOR Lembaran Daerah Tahun 2006 131
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IJIN USAHA PERIKANAN I. U M U M Bahwa dengan makin meningkatnya perkembangan sosial ekonomi masyarakat serta meningkatnya pelayanan jasa yang diberikan Pemerintah kepada masyarakat menyebabkan keperluan dana yang dibutuhkan makin meningkat. Hal ini sejalan dengan gerak langkah, perkembangan pembangunan yang sedang dan akan dilaksanakan di Kabupaten Lombok Timur, dimana penyediaan dana dari sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah memerlukan penanganan yang lebih intensif. Untuk mencapai target tersebut, Pemberian Ijin Usaha Budidaya seperti usaha budidaya di laut, usaha budidaya tambak tradisional, semi intensif, intensif, usaha budidaya kolam, usaha budidaya karamba, inponding Net serta usaha budidaya mutiara perlu dikenakan Retribusi atas Ijin Usahanya. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Lembaran Daerah Tahun 2006 132
. Ayat (3) Ayat (4) Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Lembaran Daerah Tahun 2006 133
Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Ayat (3) Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Ayat (3) Lembaran Daerah Tahun 2006 134
Pasal 16 Ayat (3) Pasal 17 Ayat (3) Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR. Lembaran Daerah Tahun 2006 135
Lembaran Daerah Tahun 2006 136