BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jasmani dan rohani merupakan bagian terpenting dalam kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan terganggu karena terhindar dari rasa sakit,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menuju hidup sehat (Mantra dalam Yani, 2005). Hal serupa dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang dapat hidup tanpa berkomunikasi. Apalagi di zaman modern ini ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. anak usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi. 1 Hasil Survei Kesehatan Rumah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. trobosan demi peningkatan mutu pendidikan. Hal itu ditandai dengan hadirnya

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat. mendorong siswa sekolah dasar untuk meningkatkan kemampuannya dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian penting dari kesehatan

STAND UP BERGILIR SEBAGAI SOLUSI MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu dinamika kehidupan guru dan murid di sekolah. Masalah itu tidak akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014

PENGENALAN DINI KESEHATAN GIGI DAN MULUT MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL DAN PERMAINAN PADA SISWA SEKOLAH LAB PAUD YASMIN FKIP UNMUH JEMBER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keseluruhan (Lossu dkk.,2015). Dengan memiliki gigi dan mulut yang sehat,

BAB I PENDAHULUAN. memimpin, mengajar anak baik dari segi jasmani maupun rohaninya.

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MELALUI METODE PERMAINAN PADA SISWA KELAS 1-3 SDN SUCOPANGEPOK 02 JELBUK JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. konsep berkomonikasi, berintreraksi serta menerima informasi. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan yang dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat Video Seri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mentransfer nilai-nilai moral. Maka dalam pelaksanaannya, ketiga kegiatan tadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui. yang lebih lanjut.(yamin & Jamilah, 2012: 1)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mengalami kemajuan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

NOVI NUR ENDAH RAHAYU A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan tangguh bagi pembangunan nasional. Indonesia seperti adanya program sertifikasi, dan SM-3T.

BAB I PENDAHULUAN. menulis guru cenderung menganggap dirinya sebagai sumber utama pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan

2.1 Perkembangan anak sekolah dasar. Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi juga merupakan hasil interaksi antara kondisi fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kata pengajaran atau teaching. Pembelajaran merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat. Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pola penyajian narasi, deskripsi, dan ekspositoris. Pola penyajian laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu media yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB I PENDAHULUAN. menuntut peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pendidikan dapat mengarahkan pola pikir manusia untuk menjadi lebih. pendidikan menjadi penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Profesional seorang guru adalah salah satu faktor yang dapat menentukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMP RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan naluri alamiah yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi belajar mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agaranak memiliki kesiapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. IPA atau sains merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang alam

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh banyak faktor pendukung, di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesehatan jasmani dan rohani merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Setiap orang tua menginginkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh mereka sehat. Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang penting diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum. 1 Anak usia sekolah khususnya peserta didik sekolah dasar adalah satu kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut karena umumnya pada usia tersebut anak masih mempunyai perilaku atau kebiasaan diri yang kurang menunjang terhadap kesehatan gigi. 2 Sejak tahun 1951, pemerintah Indonesia mengupayakan usaha peningkatan pengetahuan kesehatan gigi anak usia sekolah dasar melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). 3 Program UKGS tersebut merupakan upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada peserta didik Sekolah Dasar (SD) yang menitikberatkan pada upaya penyuluhan dan gerakan sikat gigi masal serta pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada setiap murid. 4 Penyuluhan kesehatan gigi pada anak merupakan salah satu usaha menanamkan pengertian kepada anak sejak usia dini untuk menekankan bahwa kesehatan gigi tidak kalah pentingnya dengan kesehatan tubuh secara umum. Penyuluhan kesehatan gigi bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan perorangan dan masyarakat guna tercapainya tingkat kesehatan gigi yang lebih baik di masa mendatang. 3 1

2 Salah satu bentuk usaha penyuluhan yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut adalah dengan metode pendidikan kesehatan. 5 Pendidikan kesehatan gigi pada anak yaitu suatu usaha yang secara emosional akan menghilangkan rasa takut, menumbuhkan rasa ingin tahu, mau mengamati, dan akhirnya secara fisik akan melakukan aktivitas sedemikian rupa sehingga baik untuk kesehatan pribadi. Maksud dan tujuan pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak adalah memperkenalkan anak dengan dunia kesehatan gigi serta segala persoalan mengenai gigi, sehingga mampu memelihara kesehatan gigi, melatih anggota badan anak sehingga mereka dapat membersihkan gigi sesuai dengan kemampuannya, dan mendapatkan kerjasama yang baik dari anak bila memerlukan perawatan pada giginya. 6 Penyampaian pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak harus dibuat semenarik mungkin, antara lain melalui penyuluhan yang atraktif tanpa mengurangi isi pendidikan, demonstrasi secara langsung, program audio visual, atau melalui sikat gigi masal yang terkontrol. 5 Penyuluhan dapat dikatakan sebagai pendahulu program kesehatan gigi yang lain. 7 Penyuluhan kesehatan gigi pada setiap anak harus disesuaikan dengan tingkat usia anak. Peran komunikasi dalam menyampaian penyuluhan sangat penting karena jika pesan yang disampaikan tidak mengenai sasaran maka penyuluhan tidak akan berhasil. 8 Penggunaan komunikasi dalam penyuluhan dapat menyebabkan perubahan pola pikir dalam diri seseorang yang mendengarkannya. Penyuluhan akan memberikan hasil yang maksimal apabila proses komunikasi berjalan dengan efektif. Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat dipahami dan dimengerti oleh audience. 9 Ada begitu banyak pilihan metode

3 penyuluhan kesehatan untuk menunjang terciptanya komunikasi yang baik dan metode penyuluhan konvensional merupakan metode yang umum untuk dilakukan. Kata konvensional sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dapat diartikan sebagai konvensi (kesepakatan) umum (seperti adat, kebiasaan, dan kelaziman) atau tradisional. Beberapa contoh metode penyuluhan konvensional misalnya ceramah, curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain peran, dan sebagainya. Selain menggunakan metode penyampaian yang bervariasi, penyuluhan konvensional juga dapat dilakukan dengan bantuan media yang menarik bagi audience misalnya dengan media cetak, media elektronik, dan papan reklame. 10 Metode penyuluhan atau pendidikan kesehatan yang baik dilakukan pada anak selain dengan menggunakan metode konvensional sebagai metode yang paling umum untuk diterapkan adalah metode storytelling. 11 Metode storytelling merupakan metode pembelajaran yang paling menarik, paling disukai, dan paling melekat dalam ingatan seorang anak karena pada hakekatnya sebuah cerita sulit untuk dilupakan. 12 Penelitian yang dilakukan oleh Murdiono pada tahun 2008 mendukung pernyataan tersebut dengan menunjukkan bahwa metode storytelling merupakan metode pembelajaran yang efektif dan paling banyak disukai oleh anak. 13 Metode storytelling juga merupakan suatu alternatif belajar yang cocok diterapkan pada anak usia 6 (enam) sampai 8 (delapan) tahun karena pada usia tersebut anak masih sangat antusias dan bersemangat dalam mendapatkan edukasi dengan media buku cerita bergambar. 14 Ada beberapa alasan mengapa storytelling dianggap efektif dalam memberikan pendidikan kepada anak. Pertama, cerita pada

4 umumnya lebih mengesankan dari pada nasehat, sehingga cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Kedua, melalui storytelling anak diajarkan mengambil pesan moral pada cerita sehingga pada akhirnya penggunaan metode bercerita akan membuat anak merasa lebih nyaman dari pada diceramahi dengan nasehat. 13 Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua metode edukasi kesehatan yang cocok untuk digunakan, namun perbedaan tingkat pengetahuan yang dapat terjadi antara kedua metode penyuluhan tersebut setelah diterapkan pada anak usia sekolah dasar belum dapat dibuktikan sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut setelah mendapatkan edukasi melalui penyuluhan dengan metode konvensional dan kegiatan storytelling pada peserta didik kelas 1 di SD X Bandung. SD X yang dimaksud dalam penelitian ini adalah SDN Cijagra yang sampai saat ini belum pernah memberlakukan program UKGS, dikarenakan pihak sekolah masih kurang mengerti tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Selain itu, kurangnya sosialisasi dan perhatian dari pihak puskesmas setempat tentang masalah ini juga menyebabkan sekolah jarang atau hampir tidak pernah mendapatkan fasilitas penyuluhan kesehatan. Peserta didik kelas 1 SD ditetapkan sebagai sampel oleh peneliti dengan beberapa alasan diantaranya karena pendidikan kesehatan gigi secara sederhana sudah dapat diberikan pada anak dalam rentang usia tersebut. Peserta didik kelas 1 SD dengan rata-rata usia 6 (enam) sampai 8 (delapan) tahun juga mulai memasuki masa sekolah sehingga dikhawatirkan asupan makanan yang diterima tanpa

5 pengawasan penuh dari orang tua dapat berpotensi merusak gigi sulung apabila tidak disertai dengan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang baik dan benar. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Identifikasi mengenai apakah terdapat perbedaan dalam hal tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak kelas 1 di SD X Bandung setelah mendapatkan edukasi melalui penyuluhan dengan metode konvensional 2. Identifikasi mengenai apakah terdapat perbedaan dalam hal tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak kelas 1 di SD X Bandung setelah mendapatkan edukasi melalui penyuluhan dengan metode storytelling. 3. Identifikasi mengenai apakah terdapat perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang signifikan antara kelompok yang mendapatkan penyuluhan konvensional dengan kelompok yang mendapatkan penyuluhan storytelling. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut setelah penyuluhan dengan menggunakan metode konvensional dan kegiatan storytelling pada anak kelas 1 di SD X Bandung. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat akademis dan manfaat praktis:

6 1.4.1 Manfaat Akademis Memberikan informasi ilmiah mengenai metode dalam memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada anak sekolah dasar. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bahan pertimbangan dalam memberikan metode edukasi kesehatan gigi dan mulut kepada anak usia sekolah dasar. 2. Pilihan alternatif pendidikan kesehatan gigi bagi sekolah yang tidak memiliki program UKGS. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1.5.1 Kerangka Pemikiran Penyuluhan dengan metode konvensional diharapkan dapat memberi manfaat yang berkesinambungan bagi sasaran berupa perubahan konsep sehat pada aspek pengetahuan, sikap dan perilaku individu maupun masyarakat. 15 Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut secara konvensional dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, namun salah satu metode penyuluhan yang paling sering digunakan adalah ceramah. 16 Ceramah merupakan metode pembelajaran yang paling tua. Metode ini paling sering dipergunakan dalam bidang pendidikan, mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Metode ceramah adalah cara mengajar melalui penyajian fakta dan ide secara lisan, baik dengan atau tanpa media. Adapun para peserta penyuluhan hanya mendengarkan dan memperhatikan hal-hal yang dianggap penting. 17 Metode ceramah dalam pelaksanaannya

7 memerlukan beberapa faktor penunjang yang penting, yaitu ruangan yang bisa ditempati sekelompok orang, operator yang menguasai materi yang akan diberikan serta dapat memikat dan menarik perhatian sasaran. Ceramah efektif diberikan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pada saat melakukan penyuluhan dengan metode ceramah, operator diharapkan untuk menyertakan gambar atau foto untuk memperjelas materi. 18 Meskipun ceramah seringkali dijadikan pilihan sebagai metode penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, metode ini masih memiliki beberapa kekurangan, diantaranya seperti dapat menimbulkan sifat pasif pada sasaran dan dapat menyebabkan kejenuhan. Kekurangan ini menyebabkan banyak orang mencari metode alternatif yang dapat memudahkan dan memaksimalkan sasaran dalam menyerap materi penyuluhan yang disampaikan tanpa merasa jenuh. 19,20 Salah satu metode pembelajaran yang efektif dan menarik bagi anak adalah metode storytelling. 13 Saat ini pendidikan dengan menggunakan dengan metode storytelling sangat diperlukan. 14 Metode storytelling secara umum disukai oleh anak, baik anak balita, anak usia sekolah dasar, maupun yang telah beranjak remaja dan bahkan orang dewasa. Storytelling merupakan sebuah seni bercerita yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai pada anak yang dilakukan tanpa perlu menggurui sang anak. Sehingga, anak akan mendapatkan pengetahuan tanpa merasa terpaksa untuk mempelajarinya. 21 Pada saat proses storytelling berlangsung terjadi penyerapan pengetahuan yang disampaikan operator kepada audience sementara anak dapat menikmati cerita yang diberikan sekaligus memahami nilai atau pesan yang terkandung dari cerita tersebut tanpa perlu diberi tahu secara

8 langsung atau didikte. Operator hanya menyampaikan tanpa perlu menekankan atau membahas tersendiri mengenai nilai yang terkandung dalam cerita. 21,22,23 Metode storytelling sendiri dipilih karena metode tersebut dikenali sebagai cara kuat untuk mengomunikasikan gagasan dan menyebabkan transformasi belajar pada anak. Selain itu, melalui kegiatan storytelling anak dapat menafsirkan dan menggambarkan peristiwa yang belum pernah terjadi dalam hidupnya sehingga anak dapat mengambil hikmah tanpa perlu mengalaminya secara langsung. 24 Hasil penelitian Deborah Peel dan Sue Shortland pada tahun 2004 juga berhasil membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecerdasan setelah penyampaian nilai melalui metode storytelling. 25 Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

9 1.5.2 Hipotesis Penelitian 1. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang signifikan setelah penyuluhan dengan menggunakan metode konvensional. 2. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang signifikan setelah penyuluhan dengan menggunakan metode storytelling. 3. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang signifikan antara kelompok yang mendapatkan penyuluhan konvensional dengan kelompok yang mendapatkan penyuluhan storytelling. 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental semu dengan cara memberikan perlakuan pada dua kelompok yang dibandingkan. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Cijagra Bandung dan berlangsung selama bulan Februari Juni tahun 2016.