BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kompetisi di sektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Program

BAB II TINJAUAN TEORISTIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat melakukan hal tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Caring. Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat

BAB 1 PENDAHULUAN. lain (Crips &Taylor, 2001). Caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati

BAB 1 PENDAHULUAN. Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) yang diharapkan,

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tomey & Alligood, 2006) mendefinisikan caring sebagai suatu proses. merupakan sesuatu yang unik terhadap praktik keperawatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari

APLIKASI TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN JEAN WATSON

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan dan mempertahankan sikap terhadap objek-objek, penilaian moral

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan (Depkes RI, 2009). Salah satu pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu mengelola Sumber Daya Manusia sebaik mungkin. Sebab kunci sukses

BAB I PENDAHULUAN. profesionalisme staf rumah sakit (Hasibuan, 2002). Sebuah RS. pencegahan, penyembuhan dan pemulihan bagi pelanggan (pasien dan

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dalam dunia medis, telah membawa banyak

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai pusat rujukan kesehatan masyarakat. Rumah sakit sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini memacu para penyelenggara pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit

TEORI / KONSEP YG TERKAIT DGN MANAJEMEN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecerdasan emosional terdiri dari dua kata yaitu kecerdasan dan emosional. Kecerdasan

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan inti dari sifat biologis, kognitif, dan aturan-aturan sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. berperasaan, dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. perilaku caring

Ringkasan Teori-teori Keperawatan

UA P E P MB M E B LA L J A A J R A A R N A KH K USUS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa latin Movere yang artinya menimbulkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi

PENGANTAR MANAJEMEN KEPERAWATAN. Sumijatun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab l. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Caring adalah sentral praktik keperawatan. Caring merupakan suatu cara

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang diberikan perawat atau caring, dalam asuhan. pasiennya. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan

Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing Theory ( leininger, 1978) Teori ini berasal dari disiplin ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepuasan kerja merupakan kepuasan yang dirasakan seorang pekerja secara

Tujuan Legeslasi: 1.Memperthankan kualitas pelayanan 2.Memberi kewenangan 3. Menjamin perlindungan hukum 4. Meningkatkan profesionalime

TEORI CARING JEAN WATSON

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan No.75/2004). Sementara menurut

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya dengan komunikasi yang baik dalam organisasi dimana komunikasi

BAB II TINJAUAN TEORETIS

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan pekerjaan staf tersebut sesuai dengan posisinya dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbaiki lingkungan kerja di tempat kerja. Lingkungan kerja yang buruk

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan. Keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Motivasi sembuh merupakan sumber kekuatan untuk pasien yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu, pengaruh

BAB II TINJAUAN TEORITIS

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan sumber pemberi jasa pelayanan kesehatan. Saat ini

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari bahasa Latin yang berarti to move. Secara umum mengacu pada adanya kekuatan dorongan yang menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Menurut John Elder ( 1998 ) dalam Notoatmojo ( 2005 ), mendefinisikan motivasi sebagai interaksi antara perilaku dan lingkungan sehingga dapat meningkatkan, menurunkan atau mempertahankan perilaku. Motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk mendeskripsikan baik kondisi kondisi ekstrinsik yang merangsang timbulnya suatu perilaku tertentu maupun respon - respon intrinsik yang menunjukkan perilaku seorang manusia ( Swansburg, 2001 ). Teori motivasi menurut Abraham ( 1992 ) menyatakan bahwa teori motivasinya didasarkan atas tingkat kebutuhan yang disusun menurut prioritas kekuatannya. Apabila kebutuhan pada tingkat bawah telah dipenuhi, maka kebutuhan ini akan menimbulkan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Dengan begitu motivasi mempengaruhi kinerja, dimana kinerja akan menjadi lebih baik apabila ada motivasi yang baik dari pihak Rumah Sakit. Motivasi tersebut dapat berupa pemberian insentif yang lebih baik, sehingga kinerja perawat akan semakin terpacu dan lebih baik dengan adanya rangsangan pemberian insentif. Menurut Notoatmodjo ( 2010 ) motif atau motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau needs atau want. Kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspons. Tanggapan terhadap kebutuhan tersebut diwujudkan dalam bentuk tindakan untuk pemenuhan

kebutuhan tersebut, dan hasilnya adalah orang yang bersangkutan merasa atau menjadi puas. Apabila kebutuhan tersebut belum direspon atau dipenuhi maka akan selalu berpotensi untuk muncul kembali sampai dengan terpenuhinya kebutuhan yang dimaksud. Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang menuju sebuah tujuan. Kata motivasi berasal dari kata latin movere, yang bermakna bergerak. Namun motivasi melibatkan lebih dari sekedar gerakan fisik. Motivasi melibatkan gerakan fisik dan mental. Motivasi juga mempunyai dua sisi : gerakan dapat dilihat, akan tetapi motif harus disimpulkan ( Simamora, 2004 ). Menurut Hasibuan ( 2002 ) motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan tindakan. Menurut penelitian penelitian yang dilakukan maka faktor faktor terpenting yang mempengaruhi motivasi adalah sebagai berikut : a. Kebutuhan kebutuhan pribadi. b. Tujuan tujuan dan persepsi persepsi orang atau kelompok yang bersangkutan. c. Cara dengan apa kebutuhan kebutuhan serta tujuan tujuan tersebut akan direalisasi. 2. Faktor faktor yang berperan sebagai motivator terhadap pegawai Menurut Hezberg dalam Notoadmodjo ( 2010 ) faktor faktor yang berperan sebagai motivator terhadap pegawai adalah mampu memuaskan mendorong orang untuk bekerja dengan baik yaitu dengan : a. Pencapaian hasil ( achievement ) b. Pengalaman ( recognition ) c. Pekerjaan itu sendiri ( the work it self ) d. Tanggung jawab ( responsebilities ) e. Kemajuan / pengembangan ( advansement ).

Menurut Herzberg dalam Notoadmodjo ( 2010 ), Herzberg dikenal sebagai teori motivasi dua faktor atau teori motivasi higienis (motivasi hygiene theory). Faktor - faktor yang berperan sebagai motivator terhadap pegawai menurut Herzberg adalah yang mampu memuaskan mendorong orang untuk bekerja dengan baik yaitu dengan pencapaian hasil (achievement), pengalaman (recognition), pekerjaan itu sendiri (the work it self) tanggungjawab (responsebilities) dan kemajuan / pengembangan (advansement). Rangkaian kepuasan tersebut berkaitan dengan sifat pekerjaan (kedudukan pekerjaan), dan dengan imbalan yang dihasilkan langsung dari prestasi kerjanya serta peningkatan dalam tugasnya. Namun apabila faktor-faktor tersebut tidak terpenuhi, maka tidak akan selalu menimbulkan ketidakpuasan, tetapi mereka akan selalu bersatu untuk memenuhinya. Menurut Sunyoto ( 1999 ) kekuatan yang dinamik mendorong seseorang untuk berprestasi disebut motivasi. Motivasi sering diberi batasan sebuah dorongan untuk mengurangi tekanan yang disebabkan oleh kebutuhan yang belum terpenuhi. Jika seorang manajer dapat memenuhi seluruh kebutuhan karyawan, maka karyawan tersebut tidak termotivasi lagi untuk bertindak. Namun manusia masih menuntut, karena tujuan hidup manusia selalu disesuaikan dengan perubahan jaman, dan kebutuhan seseorang selalu bertambah dan berubah ubah, sehingga menjadi dorongan bagi setiap orang untuk memenuhinya. Setiap orang berusaha meningkatkan citra dirinya, dan dalam proses kebutuhan baru, lebih - lebih jika kebutuhan yang lama telah terpenuhi. 3. Peran manajer dalam menciptakan motivasi Menurut Nursalam ( 2002 ) adalah manajer memegang peran penting dalam memotivasi staf untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk melaksanakan tugas tersebut, manajer harus mempertimbangkan keunikan / karakteristik dari stafnya dan berusaha untuk memberikan tugas sebagai suatu strategi dalam memotivasi staf.

4. Kegiatan yang perlu dilaksanakan manajer dalam menciptakan suasana motivatif adalah sebagai berikut : a. Mempunyai harapan yang jelas terhadap stafnya dan komunikasikan harapan tersebut kepada para staf b. Harus adil dan konsisten terhadap semua staf / karyawan c. Pengambilan keputusan harus tepat dan sesuai d. Kembangkan konsep tim kerja e. Akomodasikan kebutuhan keinginan staf terhadap tujuan organisasi f. Tunjukkan kepada staf bahwa anda memahami perbedaan perbedaan dan keunikan dari masing masing staf g. Hindarkan adanya suatu kelompok / perbedaan antar staf h. Berikan kesempatan kepada staf untuk menyelesaikan tugasnya dan melakukan suatu tantangan tantangan yang akan memberikan pengalaman yang bermakna. i. Mintalah tanggapan dan masukan kepada staf terhadap keputusan yang akan dibuat dibuat di organisasi. j. Pastikan bahwa staf mengetahui dampak keputusan dan tindakan yang akan dilakukan. k. Beri kesempatan setiap orang untuk mengambil keputusan sesuai tugas limpah yang diberikan. l. Ciptakan situasi saling percaya dan kekeluargaan dengan staf. m. Berikan kesempatan kepada staf untuk melakukan koreksi dan pengawasan terhadap tugas. n. Jadilah role model bagi staf. o. Berikan dukungan yang positif. Nursalam ( 2002 ) menyatakan bahwa motivasi diri sendiri bagi seorang manajer merupakan variabel yang menentukan motivasi pada semua tingkatan, khususnya kepuasan kerja staf dan untuk tetap bertahan bekerja pada institusi tersebut. Sikap yang positif, semangat produktif dan melaksanakan kegiatan dengan baik merupakan faktor utama yang harus dimiliki manajer. Terjadinya burnout salah satunya disebabkan oleh sikap

manajer yang kurang positif. Oleh karena itu, secara kontinyu manajer selalu memonitor tingkat motivasinya dan menjadikan motivasinya sebagai panutan bagi staf. Menurut Nursalam (2002) peran sebagai mentor manajer keperawatan untuk meningkatkan motivasi adalah sebagai berikut : 1. Model : Seseorang yang menjadi contoh dan panutan tentang perilakunya. 2. Envisioner : Seseorang yang dapat melihat dan berkomunikasi arti keperawatan profesional dan keterkaitannya dalam praktik keperawatan. 3. Energizer : Seseorang yang selalu dinamis dan memberikan stimulasi staf untuk berpartisipasi terdapat program kerjanya. 4. Investor : Seseorang yang menginvestasikan waktu dan tenaga dalam perkembangan profesi dan organisasi. 5. Supporter : Seseorang yang memberikan dukungan emosional dan menumbuhkan rasa percaya diri. 6. Standart Prodder : Seseorang selalu berpegang pada standar yang ada dan menolak aktifitas yang kurang atau tidak memenuhi kriteria standar. 7. Teacher-coach : Seseorang yang mengajarkan kepada anda tentang kemampuan skill, interpersonal atau politik yang penting dalam pengembangan. 8. Feedback giver : Seseorang yang memberikan umpan balik baik secara tulus positif atau positif dalam pengembangan. 9. Eye-opener : Seseorang yang selalu memberikan wawasan / pandangan yang luas tentang situasi terbaru yang terjadi. 10. Door-opener : Seseorang yang selalu membuka diri dan memberikan kesempatan kepada staf untuk berkonsultasi. 11. Idea Bouncer : Seseorang yang akan selalu mendengar dan diskusi tentang pendapat anda. 12. Problem solver : Seseorang yang membantu anda dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.

13. Cancer Counselor : Seseorang yang membantu anda dalam pengembangan karier ( cepat atau lambat ). 14. Challenger : Seseorang yang mendorong anda untuk menghadapi. B. Perilaku Caring Perawat 1. Perilaku a. Pengertian Perilaku Ensiklopedi Amerika mengartikan perilaku sebagai suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu. Ciri ciri perilaku manusia yang membedakan dari makhluk lain adalah kepekaan sosial, kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas, usaha dan perjuangan, serta keunikan dari setiap individu. Menurut Notoatmodjo ( 2010 ), menuliskan bahwa perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya. Namun demikian sulit dibedakan atau disimpulkan kejiwaan mana yang mempengaruhi perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya pengalaman, keyakinan, lingkungan fisik, utamanya sarana dan prasarana, sosiobudaya masyarakat yang terdiri dari kebiasaan, tradisi, adat istiadat, dan sebagainya. Selanjutnya faktor - faktor tersebut akan menimbulkan pengetahuan, sikap, persepsi, keinginan, kehendak, dan motivasi yang pada gilirannya akan membentuk perilaku manusia. Teori Reasoned Action ( TRA ) adalah dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu dipengaruhi oleh sikap seseorang menngenai perilaku tertentu dan norma subyektif yang dianutnya.

Yang pada akhirnya dua hal ini akan memunculkan motivasi (Fishbein & Ajzen, 1975). b. Komponen penting dalam TRA antara lain : Niat perilaku ( BI ), sikap ( A ) dan norma subyektif ( SN ). TRA menunjukkan bahwa niat perilaku seseorang tergantung pada sikap seseorang tentang perilaku dan norma subyektif ( BI = A SN ). Jika seseorang berniat untuk melakukan perilaku maka kemungkinan bahwa orang tersebut akan melakukannya. Selanjutnya niat seseorang itu sendiri dipandu oleh dua hal yaitu sikap seorang terhadap perilaku dan norma subyektif. Niat perilaku mengukur kekuatan negative seseorang dalam niat untuk melakukan perilaku. Sikap terdiri dari keyakinan frekuensi dari melakukan perilaku, norma subyektif dipandang sebagai kombinasi dari harapan dirasakan individu atau kelompok serta keinginan untuk memenuhi harapan-harapan tersebut dengan kata lain persepsi bahwa kebanyakan orang yang penting baginya atau dia berpikir harus atau tidak melakuakn perilaku yang bersangkutan. Untuk menempatkan definisi ke dalam terminologi sederhana kehendak seseorang untuk berperilaku diperkirakan oleh sikap terhadap perilaku dan bagaimana berpikir orang lain akan memandang mereka jika mereka melakukan perilaku tersebut. Sikap seseorang dikombinasikan dengan norma subyektif. Fishbein dan Ajzen mengatakan meskipun sikap dan norma norma tidak berbobot sama dengan memprediksi perilaku. Semua tergantung pada invididu dan situasi. Contohnya jika anda mempunyai sifat penduli dengan apa yang orang lain pikirkan, norma subyektif akan memberikan efek dalam anda berperilaku.

c. Karakteristik TRA adalah sebagai berikut : Bahwa teori ini memberikan kerangka untuk mempelajari sikap terhadap perilaku. Penentu paling penting dalam perilaku seseorang adalah niat perilaku. Tujuan individu untuk melakukan perilaku adalah kombinasi dari sikap terhadap melakukan perilaku dan norma subyektif. Sikap individu terhadap perilaku meliputi kepercayaan perilaku, evaluasi terhadap hasil perilaku, norma subyektif, keyakinan normative dan motivasi untuk mematuhi. Jika seseorang merasakan bahwa hasil dari melakukan perilaku positif, dia akan memiliki sikap yang positif dalam melakukan perilaku tersebut. Hal sebaliknya jika perilaku dianggap negatif. Jika orang lain yang dianggap relevan melihat melakukan perilaku sebagai positif dan individu termotivasi, maka norma subyektif positif yang diharapkan. Jika orang lain melihat perilaku yang relevan adalah negative, dan individu ingin memenuhi harapan ini, maka pengalaman kemungkinan menjadi norma negatif bagi individu. Sikap dan norma subyektif diukur pada skala sebagai contoh Skala Likert untuk mengukur sikap yang menggunakan frase dan istilah istilah baik / buruk, dan setuju / tidak setuju. Maksud untuk melakukan perilaku tergantung pada produk tindakan sikap dan norma subyektif. Jadi dapat disimpulkan bahwa : a. Dalam TRA penentu paling penting dari perilaku seseorang adalah niat perilaku. b. Tujuannya individu untuk melakukan perilaku adalah kombinasi dari sikap terhadap melakukan perilaku dan norma subyektif. c. Sikap individu terhadap perilaku meliputi kepercayaan perilaku, evaluasi terhadap hasil perilaku, norma subyektif, keyakinan normatif dan motivasi untuk mematuhi.

2. Caring a. Pengertian Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berfikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama ( Potter & Perry, 2009 ). Caring adalah esensi dari keperawatan yang membedakan dari profesi yang lain dan mendominasi serta mempersatukan tindakan tindakan keperawatan. Caring dalam keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staf, dan kelompok lain. Swanson ( 1991 ) dalam Perry ( 2009 ) mendefinisikan caring sebagai suatu cara pemeliharaan berhubungan dengan menghargai orang lain, disertai perasaan memiliki dan tanggungjawab. Teori ini mendukung pernyataan bahwa caring merupakan inti dari fenomena keperawatan, tetapi tidak merupakan sesuatu yang unik terhadap praktik keperawatan. Caring dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam filosofi dan persepsi etik, artinya bukan hanya perawat saja yang berperilaku caring tetapi sebagai manusia kita juga harus mampu memperhatikan manusia lain ( Watson, 2004 ). Menurut Madeleine Leininger (2001) dalam Potter Perry (2009) berdasarkan persepsi transkultural, menggambarkan konsep perawatan sebagai inti dan sentral, gabungan dan dominan ruang lingkup yang membedakan keperawatan dari disiplin ilmu lainnya. Perawatan merupakan kebutuhan dasar manusia, penting bagi kesehatan dan kelangsungan hidup semua individu. Perawatan tidak sama dengan pengobatan, membantu individu atau kelompok dalam meningkatkan kondisi manusia. Tindakan caring berhubungan dengan kegiatan, proses dan keputusan pengasuhan yang penuh keterampilan, empati, kasih sayang dan dukungan. Tindakan caring tergantung kebutuhan, masalah, dan nilai nilai klien.

b. Tujuh asumsi yang mendasari caring Menurut Watson ( 2004 ) ada tujuh asumsi yang mendasari konsep caring. Ketujuh asumsi tersebut adalah : 1) Caring hanya akan efektif bila diperhatikan dan dipraktekkan secara interpersonal. 2) Caring terdiri dari factor karatif yang berasal dari kepuasan dalam membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien. 3) Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga. 4) Caring merupakan respon yang dapat diterima oleh seseorang tidak hanya saat itu saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang tersebut nantinya. 5) Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri. 6) Caring lebih kompleks daripada curing, praktek caring memadukan antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit. 7) Caring merupakan inti dari keperawatan. c. Jenis Jenis Caring 1) Caring sebagai suatu proses Caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Caring sebagai suatu proses merupakan perilaku yang membutuhkan jiwa besar dan mampu berlapang dada. 2) Caring sebagai suatu bentuk moral. Caring sebagai moral imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat dan

menghargai pasien sebagai manusia istimewa. Cara perawat melihat pasien sebagai manusia yang mempunyai kekuatan, dan bukan hanya fisik, tapi juga mempunyai jiwa dan kebutuhan harus menjadi bagian penting dari perilaku caring. 3) Caring sebagai suatu affect. Caring sebagai suatu affect digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih, atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi klien / pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat agar dapat merawat pasien dengan baik. d. Caring dalam praktek keperawatan Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang dan selalu mendengarkan klien. Perawat melakukan caring dengan menggunakan pendekatan pelayanan dalam setiap pertemuan dengan klien ( Potter & Perry, 2009 ). 3. Perilaku Caring a. Pengertian Perilaku caring penting karena caring adalah fokus utama dalam praktek keperawatan dan merupakan esensi dari keperawatan. Caring mengandung nilai humanistik, menghormati kebebasan manusia, menekankan pada peningkatan kemampuan dan kemandirian, peningkatan pengetahuan dan menghargai setiap orang. Perilaku caring akan memungkinkan terjalinnya hubungan interpersonal yang harmonis antara perawat - klien yang membantu dalam pemenuhan kebutuhan klien yang akhirnya memberikan rasa nyaman pada klien, ( Tomey,1994 ).

b. Aspek - Aspek yang Mendasari Perilaku Caring Perawat Menurut Watson ( 2004 ), Caring yang diharapkan dalam keperawatan adalah sebuah perilaku perawatan yang didasari oleh beberapa aspek diantaranya : 1. Human altruistic Human altruistic meyakini kebaikan dan nilai-nilai manusia sebagai suatu komitmen dalam bekerja untuk kemanusiaan. Contoh perilaku yang manusiawi adalah ikhlas, ramah, empati, terharu, dan menghargai kehidupan. Humanisme ini mendapat tempat yang khusus dalam keperawatan. Humanisme merupakan suatu sikap dan pendekatan yang memperlakukan pasien sebagai manusia yang mempunyai kebutuhan lebih dari sekedar nomor tempat tidur atau sebagai orang berpenyakit tertentu. Perawat yang menggunakan pendekatan humanistik dalam prakteknya memperhitungkan semua yang diketahuinya tentang pasien yang meliputi pikiran, perasaan, nilai nilai, pengalaman, kesukaan, perilaku, dan bahasa tubuh. 2. Menanamkan kepercayaan harapan Memberikan kepercayaan harapan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Disamping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan kesehatan. 3. Mengembangkan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain Kesadaran bahwa tidak mungkin seseorang memahami secara tuntas tentang orang lain. Tetapi dengan belajar dari pengalaman dan ilmu yang dikembangkan setiap hari serta menggunakan nuraninya perawat akan mengerti dan memahami pasiennya. Hal tersebut dapat membantu dalam menumbuhkan dan mengembangkan kepekaan atau kesensitifan terhadap diri sendiri dan orang lain, sehingga perawat dapat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan

kepada klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain. 4. Mengembangkan hubungan saling percaya. Dapat dilakukan dengan cara memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati, yaitu turut merasakan apa yang dirasakan pasien. 5. Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif dan negatif. Dapat dilakukan dengan cara perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien. 6. Sistematis dalam metode pemecahan masalah. Dilakukan untuk pengambilan keputusan dengan menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien. 7. Pengembangan pendidikan dan pengetahuan interpersonal, memberikan asuhan mandiri, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien. 8. Meningkatkan dukungan, perlindungan mental, fisik, sosial budaya, dan lingkungan spiritual. 9. Senang membantu kebutuhan klien/pasien. Sebagai seorang perawat, kita harus dapat mengenali kebutuhankebutuhan pasien / klien. Pemenuhan kebutuhan paling mendasar sangat perlu dicapai sebelum beralih ke kebutuhan tingkat selanjutnya. 10. Menghargai kekuatan eksistensial phenomenological. Untuk perawat, faktor ini sangat diperlukan untuk membantu pasien / klien untuk menemukan arti kehidupan atau kesulitan dari hidup. Faktor ini memberi pengetahuan pada perawat untuk menggali kekuatan dalam diri pasien untuk menghadapi kehidupan atau kematian. Seorang perawat harus dapat menunjukkan sikap yang ramah dalam melakukan tindakan

keperawatan sehingga mampu membantu pasien mengatasi kesulitan hidup yang dialami seperti rasa sakit yang dideritanya. Watson dalam potter & perry ( 2009 ) menekankan dalam perilaku caring ini harus tercermin sepuluh faktor karatif yang berasal dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar. Faktor karatif membantu perawat untuk menghargai manusia dari dimensi pekerjaan perawat, kehidupan, dan dari pengalaman nyata berinteraksi dengan orang lain sehingga tercapai kepuasan dalam melayani dan membantu klien. Membangun perilaku caring perawat harus menggunakan tiga pendekatan, antara lain : b. Pendekatan individu melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan caring. c. Pendekatan organisasi dapat dilakukan melalui perencanaan pengembangan, imbalan atau yang terkait dengan kepuasan kerja perawat dan serta adanya effective leadership dalam keperawatan. d. Peran organisasi ( rumah sakit ) adalah menciptakan iklim kerja yang kondusif dalam keperawatan melalui kepemimpinan yang efektif, perencanaan jenjang karir perawat yang terstruktur, pengembangan sistem remunerasi yang seimbang dan berbagai bentuk pencapaian kepuasan kerja perawat. Karena itu ketiga pendekatan tersebut dapat berdampak pada meningkatnya perilaku caring. Perilaku caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Dalam memberikan asuhan caring perawat menggunakan keahlian, kata-kata, yang lemah lembut, memberikan sentuhan, harapan, serta selalu berada disamping klien. Bersikap caring untuk klien / pasien dan bekerja sama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan essensi dari keperawatan. Untuk membangun pribadi Caring, perawat dituntut memiliki pengetahuan tentang manusia, aspek tumbuh kembang,

respon terhadap lingkungan yang terus berubah, keterbatasan dan kekuatan serta kebutuhan kebutuhan manuasia. C. Kerangka Teori Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka maka dapat di susun kerangka teori yang merupakan ringkasan tinjauan pustaka dan dapat di gambarkan dalam bentuk hubungan antara variabel yang secara teoritis sebagai motivasi dengan perilaku caring perawat pada RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Kepercayaan akan hasil dari perilaku caring Evaluasi hasil yang diharapkan Sikap terhadap perilaku caring Keyakinan normatif atas akibat perilaku caring Niat Berperilaku Caring Perilaku Caring Motivasi untuk memenuhi perilaku caring Norma subyektif terhadap perilaku caring Gambar 1 : Kerangka Teori (Stroebe, 2000) dimodifikasi

D. Kerangka Konsep Berdasarkan dari kerangka teori tersebut diatas, dikaitkan dengan permasalahan penelitian maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen Motivasi Perawat Perilaku Caring Perawat Gambar 2 : Kerangka Konsep E. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini mencakup variabel bebas dan variabel terikat : 1. Variabel bebas ( independen ). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi kerja. 2. Variabel terikat ( dependen ). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku caring perawat. F. Hipotesa Hipotesis yang ingin dibuktikan kebenarannya dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan motivasi kerja dengan perilaku caring perawat di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.