PENYERAPAN ANGGARAN DALAM APBN

dokumen-dokumen yang mirip
BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI SAL DALAM RAPBN I. Data SAL

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBIAYAAN DALAM APBN

APAKAH SUBSIDI BBM BEBAN BERAT BAGI APBN?

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN

Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN

Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga Tahun 2010

Subsidi BBM pada APBN. Komposisi Subsidi pada APBN 55% 50% 44% 44% 43% 35% 33% 33% APBN APBN LKPP LKPP LKPP APBN. Perkembangan Subsidi BBM ( )

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

KEBIJAKAN FISKAL PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH. Abstrak

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

RUANG FISKAL DALAM APBN

REALISASI SEMENTARA APBNP

Pembiayaan Defisit pada APBN-P URAIAN Realisasi APBN-P Realisasi APBN SURPLUS/(DEFISIT) (4,1) (129,8) (87,2) (98,0)

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

POINTER SAMBUTAN/ARAHAN GUBENUR KALIMANTAN TENGAH

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

BEBERAPA CATATAN ATAS LKPP 2008

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. UMUM. Saldo...

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

2 Undang Nomor 3 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5669); MEMUTUSK

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

RINGKASAN LAPORAN QUICK SURVEY: FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT REALISASI BELANJA DAERAH

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

UPAYA-UPAYA UNTUK MENJAGA EFEKTIVITAS DANA BANTUAN SOSIAL

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

APBN YANG TERKIKIS OLEH UTANG 1 Oleh : Dr. Arif Budimanta 2

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

PIDATO PENGARAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PENYERAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2015

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

patokan subsidi (Mean of Pajak BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Biro

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Penyelesaian Infrastruktur Strategis Nasional Menjadi Fokus Anggaran Kementerian PUPR Tahun 2018

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

DAFTAR ISI DISCLAIMER

SUBSIDI PUPUK DALAM RAPBN-P 2014

PAGU ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN 2015

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Disampaikan dalam Kunjungan Kerja Badan Anggaran DPRD Kabupaten Banyumas Jakarta, 6 Februari 2014

Negara Hadapi Risiko Likuiditas

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI. Effektifitas Penyaluran Belanja Bantuan Sosial. I. Pendahuluan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Belanja Pemerintah tersebut dipenuhi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

ANALISIS ATAS KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT Tahun Anggaran 2012

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

Kata Sambutan Kepala Badan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848)

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN. BPK: Wajar Dengan Pengecualian atas LKPP Tahun 2012

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

2017, No dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); c. bahwa sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (2), Pasal 30, dan Pasal 32 Undang-U

Transkripsi:

PENYERAPAN ANGGARAN DALAM APBN 1. Realisasi Pendapatan dan Negara Tahun 2013 Realisasi belanja negara dalam semester I tahun 2013 baru mencapai Rp677.713,2 miliar (39,3%) dari pagu APBN Perubahan. Tidak sebanding dengan pendapatan negara yang sudah mencapai Rp623.240,2 miliar (41,5%). Daya serap belanja negara tahun 2013 tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2012 yang mencapai Rp629.423,1 miliar (40,7%). Rendahnya daya serap belanja negara pada semester I juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2011 realisasi belanja negara mencapai 442.301,1 miliar (33,5%), tahun 2010 mencapai Rp395.777,5 miliar (35,1%) dari pagu APBN Perubahannya. Tabel 1. Realisasi Pendapatan & Negara Tahun 2013 (miliar rupiah) 2,000,000.0 1,500,000.0 1,000,000.0 500,000.0 Sumber: Kementerian Keuangan (diolah) - Pendapatan Negara Negara APBNP 1,502,005.0 1,726,191.3 Realisasi Semester I 623,240.2 677,713.2 modal yang merupakan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan infrastruktur, sampai dengan akhir paruh pertama tahun 2013, realisasinya termasuk kecil jika dibandingkan dengan realisasi jenis belanja lainnya atau hanya mencapai Rp34.037,7 (17,7%) dari pagu APBN Perubahan. Namun sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan realisasi anggaran belanja modal semester I tahun 2012 yang mencapai Rp30.636,9 miliar (17,4%). Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 1

400,000.0 350,000.0 300,000.0 250,000.0 200,000.0 150,000.0 100,000.0 50,000.0 - Tabel 2. Realisasi APBNP Tahun 2013 per Jenis (miliar rupiah) Pegawai Barang Modal Pembayar an Bunga Utang Subsidi Hibah Bantuan Sosial Lain-lain APBNP 232,978.6 206,507.3 192,600.4 112,517.8 348,119.0 2,346.5 82,487.9 19,270.8 Realisasi Semester I 106,905.8 45,078.6 34,037.7 52,805.8 155,543.2 9.7 26,031.7 688.8 2. Realisasi Defisit Anggaran Realisasi belanja negara dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) selalu lebih kecil dibandingkan pagu dalam APBN Perubahan. Pada tahun 2009 realisasi belanja negara sebesar Rp937.382,1 miliar (93,7%) dari pagu APBN Perubahan. Sedangkan tahun 2010 sebesar Rp1.042.117,2 miliar (92,5%) dan tahun 2011 sebesar Rp1.294.999,2 miliar (98,1%). Dalam LKPP Tahun 2012 yang diajukan oleh Pemerintah, seperti trend tahun-tahun sebelumnya. realisasi belanja negara masih lebih kecil dari pagu dalam APBN Perubahan. Realisasinya sebesar Rp1.491.410,2 (96,3%). 1,400,000.0 1,200,000.0 1,000,000.0 800,000.0 600,000.0 400,000.0 200,000.0 - Tabel 3. Realisasi Negara dalam APBNP dan LKPP Tahun 2009-2011 (miliar rupiah) 2009 2010 2011 APBNP 1,000,844.0 1,126,146.4 1,320,751.3 LKPP 937,382.1 1,042,117.2 1,294,999.2 Sedangkan realisasi pendapatan negara dalam LKPP lebih besar dari target APBN Perubahan. Tahun 2010 mencapai 100,3% dan tahun 2011 mencapai 103,5%. Tidak seperti LKPP tahun-tahun sebelumnya, dalam LKPP Tahun 2012 yang diajukan oleh Pemerintah, realisasi pendapatan negara lebih rendah dari pagu APBN Perubahan. Realisasinya sebesar Rp1.338.109,6 miliar atau 98,5% dari pagu APBN Perubahan. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 2

1,400,000.0 1,200,000.0 1,000,000.0 800,000.0 600,000.0 400,000.0 200,000.0 - Lebih tingginya realisasi pendapatan negara dari yang ditargetkan dan lebih rendahnya belanja negara dari pagu APBN Perubahan, menyebabkan realisasi defisit menjadi lebih kecil dari yang telah ditetapkan. Rendahnya realisasi defisit dari yang ditetapkan dalam APBN Perubahan telah menyebabkan kelebihan pada sisi pembiayaan. Pembiayaan ini bersumber dari pembiayaan dalam negeri (neto) dan pembiayaan luar negeri (neto) yang sebagian memiliki komitmen fee yang harus dibayar. Kelebihan pembiayaan ini setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 terdapat kelebihan pembiayaan sebesar Rp23.964,4 miliar. Meningkat menjadi Rp44.706,3 miliar pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi Rp46.549,3 miliar. Dalam LKPP Tahun 2012 yang diajukan oleh Pemerintah, masih terdapat kelebihan pembiayaan sebesar Rp21.857,5 miliar. Kelebihan pembiayaan ini akan menjadi Sisa Anggaran Lebih (SAL). 3. Daya Serap Kementerian/ Lembaga Tabel 4. Realisasi Pendapatan Negara dalam APBNP dan LKPP Tahun 2009-2011 (miliar rupiah) 2009 2010 2011 Pendapatan Negara APBNP 870,999.0 992,398.8 1,169,914.6 LKPP 848,763.2 995,271.5 1,210,599.6 Rata-rata daya serap Kementerian/ Lembaga secara nasional untuk semester I tahun 2013 sebesar 26,2 persen atau lebih rendah dari rata-rata daya serap nasional dalam semester I tahun 2012 yang mencapai 30,0 persen. Dari keseluruhan Kementerian/ Lembaga, terdapat 10 K/L penerima alokasi anggaran terbesar dalam APBN Perubahan 2012 dan 2013 yaitu (1) Kementerian Pertahanan; (2) Kementerian Pekerjaan Umum; (3) Kementerian Pendidikan Nasional; (4) Kepolisian Negara Republik Indonesia; (5) Kementerian Agama; (6) Kementerian Kesehatan; (7) Kementerian Perhubungan; (8) Kementerian Keuangan; (9) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; dan (10) Kementerian Pertanian. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 3

Pemerintah Genjot Perbaikan sektor manufaktur jadi salah satu pilihan untuk bertahan dari pengaruh global. PEMERINTAH berupaya keras menjaga agar dampak pelemahan ekonomi tidak langsung memengaruhi perekonomian riil. Salah satu caranya ialah menggenjot belanja untuk menambah kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi. Demikian pernyataan Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati dalam menanggapi kemungkinan melesetnya asumsi penting dalam APBN Perubahan 2013. Asumsi yang diprediksikan meleset ialah pertumbuhan ekonomi mengalami deselerasi hingga sulit mencapai 6,3%, inflasi melampaui 7,2%, dan realisasi kurs rupiah jauh di atas 9.600 per dolar AS. Kini kami terus mengkaji penerimaan dan pengeluaran APBN serta melakukan asset liability management.kami panggil instansi yang lamban mengeksekusi proyek, kata Anny, kemarin. Dari sisi penyerapan tenaga kerja juga kami masih berupaya. (Data) Bappenas menyebutkan setiap 1% pertumbuhan ekonomi bisa menyerap 250 ribu orang. Selama ini ternyata sektor penyerap tenaga kerja terbesar ialah proyek pemerintah, lanjut Anny.Sebelumnya, Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Bambang Brodjonegoro mengakui per tumbuhan ekonomi tidak akan sesuai APBN Perubahan 2013, yaitu 6,3%. Inflasi juga bisa melewati 7,2% dan realisasi kurs sudah jauh di atas 9.600 per dolar AS. Kita sedang menuju ekonomi dalam keseimbangan baru. Bersikap realistis. Sementara itu, ekonom Fauzi Ichsan dan Ahmad Erani Yustika meminta pemerintah bersikap realistis menghadapi pelambatan ekonomi, tren inflasi, dan nilai tukar rupiah yang tidak sesuai APBN Perubahan 2013 tersebut. Gampang menyelesaikan kon-disi ekonomi Indonesia yang mem buruk. Implementasikan Master-plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia dan perbaiki struktur industri terutama sektor manufaktur, ujar ekonom dari Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan.Menurut Fauzi, itulah jurus yang mesti dijalankan pemerintah jika ingin meredam tekanan akibat me ngendurnya pertumbuhan ekonomi, tingginya inflasi, dan melemahnya kurs. Di atas kertas, asumsi yang meleset itu tidak banyak berpengaruh terhadap perekonomian riil. Namun, yang berpengaruh ialah kebijakan pemerintah atas perubahan asumsi tersebut, tambah ekonom dari Universitas Brawijaya Malang, Ahmad Erani Yustika.Erani mencontohkan bagaima-na lambannya pemerintah mengambil keputusan penaikan harga BBM beberapa waktu lalu sehingga inflasi menjadi tidak terkendali karena harga bahan pangan me lonjak. Sejak awal Erani memprediksikan pertumbuhan ekonomi hanya 6%. Adapun inflasi bisa menembus 9% dan nilai tukar rupiah me lemah hingga 10.000/dolar AS. Pemerintah dan DPR selalu menyelesaikan dengan pendekatan politik. Pemerintah mau (pertumbuhan ekonomi) 6,2%, tetapi DPR 6,5%. Akhirnya disetujui 6,3%.Pendekatannya harus teknokratik, bukan negosiasi, ungkap Erani. Senada dengan Erani, Fauzi menilai melesetnya tiga asumsi ekonomi dalam APBN Perubahan 2013 itu karena penetapannya bersifat politis, sementara kondisi per ekonomian global tengah memburuk. Pertumbuhan ekonomi akan berada pada ekuilibrium baru, yakni terus dibawah 6%, tandas Fauzi. (Wes/X- 3) (sumber: http://scraperone.com/koran/mediaindonesia_20130813.pdf, diunduh tanggal 14 Agustus 2013) Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 4

Kesepuluh K/L tersebut alokasi anggarannya mencapai lebih dari 70 persen dari total anggaran K/L. Namun demikian realisasi semester I tahun 2012 dan 2013 kesepuluh K/L tersebut masih dibawah 50 persen. Untuk realisasi semester I tahun 2012, dari sepuluh K/L dengan alokasi anggaran terbesar tersebut, dengan daya serap terbesar adalah Kementerian Pertahanan (40,7%). Sedikit lebih tinggi dari ratarata daya serap nasional yang mencapai 30 persen. Sedangkan Kementerian Pekerjaan Umum daya serapnya hanya 22,1 persen atau lebih rendah dari daya serap nasional. Sedangkan untuk realisasi semester I tahun 2013, dari kesepuluh K/L tersebut hanya 3 K/L dengan daya serap lebih tinggi dari realisasi semester I tahun 2012, yaitu (1) Kementerian Pekerjaan Umum (24,5%); (2) Kementerian Kesehatan (31,0%); dan (3) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (13,7%). Rendahnya penyerapan anggaran Kementerian/ Lembaga dalam semester I untuk 3 (tiga) tahun terakhir, antara lain dipengaruhi oleh masih terdapatnya dana blokir, belum dilengkapinya dokumen pendukung, proses pengadaan barang dan jasa serta kehati-hatian Kementerian/ Lembaga dalam pengelolaan anggaran. Dari Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2012, dari 10 K/L penerima alokasi anggaran terbesar tersebut 2 (dua) KL diantaranya mendapatkan Opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) yaitu Kementerian Keuangan dan Kementerian Energi & Sumber Daya Mineral. 5 (lima) KL mendapatkan opini WTP-DPP (Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan yaitu Kementerian Pertahanan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, Kementerian Pekerjaan Umum dan Kepolisian Negara RI. Sedangkan Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertanian dan Kementerian Pendidikan & Kebudayaan mendapatkan opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian). Sebelumnya, tahun 2010 dan tahun 2011, Kementerian Pendidikan & Kebudayaan masih mendapatkan opini TMP (Tidak Memberikan Pendapat) dari BPK. No BA Tabel 5. Laporan Keuangan K/L Penerima Anggaran Terbesar Tahun 2012 Dan Realisasi Semester I Tahun 2013 Tahun 2012 Tahun 2013 Kementerian/ Lembaga APBNP LKPP % APBNP Opini (miliar Rp) thd APBNP (miliar Rp) 1 012 Kementerian Pertahanan 72.935,5 61.305,3 84,1 WTP-DPP 83.528,0 2 033 Kementerian Pekerjaan Umum 74.977,1 67.981,5 90,7 WTP-DPP 83.328,6 3 023 Kementerian Pendidikan & Kebudayaan 77.179,8 67.585,4 87,6 WDP 79.707,7 4 060 Kepolisian Negara RI 41.892,9 39.507,9 94,3 WTP-DPP 47.109,4 5 025 Kementerian Agama 39.375,8 36.896,8 93,7 WTP-DPP 45.419,6 6 024 Kementerian Kesehatan 31.204,5 30.575,6 98,0 WTP-DPP 36.592,2 7 022 Kementerian Perhubungan 38.147,1 30.083,6 78,9 WDP 35.269,3 8 015 Kementerian Keuangan 16.913,7 16.325,4 96,5 WTP 18.381,5 9 020 Kementerian ESDM 16.286,3 9.886,9 60,7 WTP 17.371,5 10 018 Kementerian Pertanian 17.097,8 18.247,0 106,7 WDP 16.380,1 Sumber: Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan APBN Semester I TA.2013 dan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas LKPP TA.2012 Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 5

Dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas LKPP TA.2012, dari 10 K/L penerima anggaran terbesar hanya Kementerian Pertanian realisasi anggarannya yang melebihi pagu APBN Perubahan 2012 yaitu 106,7 persen. Sedangkan realisasi anggaran K/L lainnya tidak mencapai 100 persen dari pagu APBN Perubahan. Walaupun tahun 2012 realisasi anggaran 10 K/L tersebut diatas tidak mencapai 100 persen, namun tahun 2013 hampir semuanya mengalami peningkatan pagu anggaran dari tahun 2012. Termasuk Kementerian ESDM yang realisasi anggarannya dalam LKPP Tahun 2012 hanya 60,7 persen dari pagu APBN Perubahan. 4. Penutup Perencanaan kegiatan di setiap Kementerian/ Lembaga perlu diperkuat agar kualitas penyerapan anggaran dapat ditingkatkan. Dengan demikian diharapkan penyerapan anggaran terdistribusi secara merata atau tidak hanya terfokus pada kuartal III dan IV. Selain itu optimalisasi belanja pemerintah dan penyerapan anggaran perlu dilakukan agar target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan dalam APBNP Tahun 2013 yaitu sebesar 6,3 persen dapat dicapai. Terutama dalam kondisi perekonomian dunia saat ini yang tidak menguntungkan. IMF memperkirakan perekonomian global tahun 2013 hanya akan tumbuh 3,1 persen atau turun 0,25 persen dibandingkan proyeksi sebelumnya. Sedangkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menurut Bank Dunia lebih rendah lagi cuma 2,2 persen yang sebelumnya diproyeksikan 2,4 persen. Total penyerapan anggaran seluruh K/L dalam LKPP 2012 sebesar 94,5% atau terdapat Rp58,9 triliun anggaran yang tidak terserap. Penajaman prioritas belanja perlu dilakukan untuk meminimalkan dana yang tersisa yang mungkin dapat dialokasikan ke prioritas lainnya. *** Sumber: 1. Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Negara Semester Pertama Tahun Anggaran 2013; 2. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas LKPP TA.2012 3. http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/427867-imf-turunkan-pertumbuhan-ekonomi-dunia--pasarsaham-ri-tertekan, diunduh tanggal 14 Agustus 2013; 4. http://economy.okezone.com/read/2013/06/13/213/821220/bank-dunia-pangkas-proyeksipertumbuhan-ekonomi-global, diunduh tanggal 14 Agustus 2013; dan 5. http://scraperone.com/koran/mediaindonesia_20130813.pdf, diunduh tanggal 14 Agustus 2013) Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 6

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 7

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 8