BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen. yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu. sehingga tercipta alat-alat canggih dan efisien sebagai alat bantu dalam

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

Analisis Sifat Fisis dan Mekanis Pada Paduan Aluminium Silikon (Al-Si) dan Tembaga (Cu) Dengan Perbandingan Velg Sprint

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

Analisa Pengaruh Aging 450 ºC pada Al Paduan dengan Waktu Tahan 30 dan 90 Menit Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

ANALISIS MOMEN LENTUR MATERIAL ALUMINIUM DENGAN VARIASI MOMEN INERSIA DAN BEBAN TEKAN

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 )

BAB II DASAR TEORI. Brake Lining. Brake Shoe. Gambar 2.1. Sepatu Rem [15].

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hubungan antara komposisi dan pemprosesan logam, dengan

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

Seminar Nasional IENACO ISSN: DESAIN KUALITAS PERANCANGAN PRODUK LIMBAH PLAT ALUMUNIUM MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMENT

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

ANALISA SIFAT MEKANIK PROPELLER KAPAL BERBAHAN DASAR ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Cu. Abstrak

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik kalangan

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

11 BAB II LANDASAN TEORI

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMUNIUM PADUAN Al, Si, Cu DENGAN CETAKAN PASIR

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar

TUGAS AKHIR. BIDANG TEKNIK PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN MATERIAL PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MnCl2.H2O TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA 7075

Sifat Sifat Material

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH UNSUR ALUMINIUM DALAM KUNINGAN TERHADAP KEKERASAN, KEKUATAN TARIK, DAN STRUKTUR MIKRO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn

PADUAN Al A356 SETENGAH PADAT DENGAN MENGGUNAKAN LAS ASETELIN DAN LAS LISTRIK

BAB III METODE PENELITIAN

Abstraksi. Kata Kunci : Mikrostruktur, Kekerasan, AC4C, ADC12

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Materi #2 TIN107 Material Teknik 2013 SIFAT MATERIAL

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik

Si Si ANALISA KARAKTERISASI PADA LIMBAH VELG DAN primer BOKSTRANSMISI MOBIL. H.Samsudi Raharjo¹) Solichan²)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI BAHAN ALUMUNIUM VELG MERK SPRINT DENGAN METODE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN DENGAN KEKUATAN TARIK PADA LOGAM ULET DAN GETAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

Kategori Sifat Material

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 6 No. 4, Oktober 2017 ( )

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengujian keausan ini bahwa piston genuine part rata-rata dengan 2,284

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

Transkripsi:

5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 ALUMINIUM Aluminium ditemukan oleh Sir Humphrey Davy dalam tahun 1809 sebagai suatu unsur dan pertama kali di reduksi sebagai logam oleh H. C. Oersted. Tahun 1825. Secara industri tahun 1886, Paul Heroult di Prancis dan C. M. Hall di Amerika Serikat secara terpisah telah memperoleh logam aluminium dari alumina dengan cara elektrolisa dari garamnya yang terfusi. Sampai sekarang proses Heroult Hall masih dipakai untuk memproduksi Aluminium. Penggunaan aluminium sebagai logam setiap tahunnya adalah pada urutan yang kedua setelah besi dan baja, yang tertinggi di antara logam non fero. Produksi aluminium tahunan di dunia mencapai 15 juta ton pertahun pada tahun 1981. (Sumber : Surdia dan Saito, 1985) Aluminium merupakan logam yang ringan dan memiliki ketahan korosi yang baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat baik lainnya sebagai logam.untuk meningkatkan sifat mekaniknya aluminium juga bisa di padukan dengan unsur lain seperti Cu, Mg, Si, Mn, Ni, dan sebagainya, sehingga bisa memberikan sifat baik lainnya seperti ketahanan korosi, ketahanan aus tinggi, koefisien pemuaian rendah dan sebagainya. Oleh sebab itu material ini sangat banyak dalam penggunaanya, bukan saja untuk peralatan rumah tangga tapi juga dipakai untuk keperluan material pesawat terbang, industri otomotif, kontruksi bangunan dan lain-lain. (Sumber : Surdia dan Saito, 1985) 2.1.1 Aluminium Murni Al didapat dalam keadaan cair dengan eloktrolisa, umumnya mencapai kemurnian 99,85% berat, dengan mengelektrolisa kembali dapat di capai kemurnian 99,99. Yaitu dicapai bahan dengan angka sembilannya empat.

6 Tabel.2.1 Sifat-Sifat Fisik Aluminium Sifat-sifat Kemurnian Al (%) 99,996 >99,0 Massa jenis 20% 2,6989 2,71 Titik cair 660,2 653-657 Panas jenis (cal g. 0 C)(100 0 C) 0.2226 0,2297 Hantaran listrik (%) 64,94 59(danil) Tahanan listrik koefisien 0,00429 0,00115 temperatur ( 0 C) Koefisien pemuaian (20-100 0 C) 23,86 X 10-6 23,5 X 10-6 Jenis kristal, konstanta kisi Fcc, a=4,013 Fcc, a=4,04kx Sumber: ( Tata Surdia dan shiroku, 1985) Tabel.2.2 Sifat-sifat Mekanik Aluminium Kemurnian Al (%) Sifat-sifat 99,996 >99,0 Dirol Dianil H18 dingin Kekuatn tarik 11,6 9,3 16,9 (kg/mm) Kekuatan mulur 11,0 3,5 14,8 (0,2%)(kg/mm 2 ) Perpanjangan % 5,5 35 5 Kekerasan brinnel 27 23 44 Sumber: ( Surdia dan Saito, 1985) Table 2.1 menunjukan sifat-sifat fisik Al dan table 2.2 menunjukan sifatsifat mekaniknya, ketahanan korosi berubah menurut kemurnian, pada umumnya untuk kemurnian 99,9% atau diatasnya dapat dipergunakan di udara tahan dalam waktu bertahun-tahun, hantaran listrik Al kira-kira 65% dari hantaran listrik tembaga, tetapi massa jenisnya kira-kira sepertiganya sehingga memungkinkan untuk memperluas penampangnya, oleh karena itu dapat dipergunakan untuk kabel tenaga dan dalam berbagai bentuk umpamanya sebagai lembaran tipis (foil). Dalam hal ini dapat di pergunakan Al dengan kemurnian 99,0%, untuk

7 reflector yang memerlukan reflektifitas yang tinggi juga untuk kondensor elektrolitik dipergunakan Al dengan angka Sembilan empat. (Sumber : Surdia dan Saito, 1985) 2.1.2 Karakteristik Aluminium Aluminium dapat larut dalam keadaan cair dengan logam, tetapi kelarutan padat elemen paduan biasanya hanya beberapa persen. senyawa intermetalik dari dan menjadi fase dalam struktur paduan aluminium. ada unsur benar-benar larut dalam aluminium dalam keadaan padat. lebih sering daripada tidak, senyawa intermetalik yang terbentuk dengan penambahan paduan besar yang keras dan rapuh. Mereka sering memiliki efek merusak pada sifat mekanik. persentase unsur paduan adalah paduan aluminium yang berguna tidak melebihi sekitar 15%. paduan elemen paling penting dalam sistem paduan aluminium tembaga (2xxx), mangan (3xxx), silikon (4xxx), magnesium (5xxx), dan seng (7xxx) Gb.2.1 Bagian dari Diagram Keseimbangan Aluminium-Tembaga Sumber : Budinski, 1990.

8 Diagram fase biner untuk elemen ini semua memiliki kesamaan. mereka menunjukkan kelarutan yang baik dari unsur paduan pada temperatur tinggi tetapi kelarutan rendah pada suhu kamar. (Sumber : Budinski, 1990). diagram fase aluminium-tembaga ditunjukkan pada Gambar 2.1. bagian yang diarsir, α berlabel, adalah wilayah di mana elemen paduan benar-benar larut hingga 5,56% pada suhu eutektik dari 548 c. pada suhu kamar, kelarutan kurang dari 0,02%. pentingnya kelarutan ini terbatas pada suhu kamar adalah bahwa pengerasan presipitasi adalah mungkin pentingnya kelarutan ini terbatas pada suhu kamar adalah bahwa pengerasan presipitasi adalah mungkin sistem ini mirip dalam membuat hingga tembaga berilium dan stainles PH baja dibahas sebelumnya. paduan aluminium-tembaga dengan, misalnya, tembaga 4% dapat presipitasi mengeras dengan memanaskan sampai suhu kelarutan tinggi, katakan 500 c (930 f), tembaga akan masuk ke larutan padat. (Sumber : Budinski, 1990). 2.2 Paduan Al-Si Gambar.2.2 menunjukan diagram fase dari system Ini adalah tipe eutektik yang sederhana mempunyai titik eutektik pada 577 0 C, 11,7% Si, larutan padat terjadi pada sisi Al, karena batas kelarutan padat sangat kecil maka pengersaan penuaan sukar diharapkan. (Sumber: Surdia dan Saito, 1985) Kalau paduan ini didinginkan pada cetakan logam, setelah cairan logam diberi natrium flourida kira-kira 0,05-1,1% kadar logam natrium, tampaknya temperatur eutektik meningkat kira-kira 15 0 C dan komposisi eeutektik bergeser kedaerah kaya Si kira-kira 14%. Hal ini biasa terjadi pada paduan hipereuektik seperti 11,7-14%Si, Si mengkristal sebagai kristal primer, tetapi Karena perlakuan yang disebut diatas. (Sumber: Surdia dan Saito, 1985)

9 a b c Gb.2.2 Diagram Fase Aluminium. (a) Strukturmikro dari komposisi Hypoeutectic (1,65-12,6 wt% Si) 150X. (b) Strukturmikro dari komposisi Eutectic (12,6% Si) 400X. (c) Strukturmikro dari komposisi Hypereutectic (>12,6% Si) 150X. Sumber: (Warmuzek ) Gb.2.3 Diagram Fase Aluminium-Silikon dan Mikrostruktur Coran dari Komposisi Hypoeutectic (<12% Si), Komposisi Hepereutectic (>12%Si) dan Komposisi Eutectic ( 12%Si) Sumber : (D.M Stefanescu dan R. Ruxanda)

10 Al mengkristal sebagai Kristal primer dan struktur eutektiknya menjadi sangat halus. Ini dinamakan struktur yang di modifikasi. Sifat-sifat mekaniknya sangat diperbaiki yang ditunjukan pada Gb 2.2 fenomena ini ditemukan oleh A. Pacz tahun 1921 dan paduan yang telah diadakan perlakuan tersebut dinamakan silumin. (Sumber: Surdia dan Saito, 1985) Paduan Al-Si sangat baik kecairannya, yang mempunyai permukaan bagus sekali, tanpa getasan panas, dan sangat baik untuk paduan coran, sebagai tambahan, Si mempunyai ketahan korosi yang baik, sangat ringan, koefisen muaian yang kecil dan sebagai penghantar yang baik untuk listrik dan panas, karena mempunyai kelebihan yang mencolok, paduan ini sangat banyak di pakai, paduan Al-12%-Si sangat banyak dipakai untuk paduan cor cetak, tetapi dalam hal ini modifikasi tidak perlu dilakukan. (Sumber: Surdia dan Saito, 1985) Paduan aluminium-silikon (Al-Si) digunakan secara luas dibidang otomotif khususnya untuk piston karena memiliki ketahanan aus, korosi yang baik, koefisen ekspansi termal yang rendah dan memiliki rasio kekuatan dan berat yang tinggi. (Sumber: Surdia dan Saito, 1985) Paduan Al-Si dikenal sebagai paduan yang rasio kekuatan yang tinggi sehingga di pakai bahan piston, namun kegagalan karena retak tetap terjadi setelah pemakaian dalam jangka waktu tertentu gambar 1 adalah contoh piston yang terbuat dari paduan Al-Si dimana kegagalan karena pecah. (Sumber: Surdia dan Saito, 1985) A B Gb.2.4(A) Kegagalan Piston karena Pengaruh Tekanan yang Sangat Tinggi, (B) Keausan Piston

11 2.2.1 Bentuk Partikel Silikon Piston Suzuki Strukturmikro untuk sampel yang diambil dari sepada motor dengan merek Suzuki seperti Gambar.2.5.Berdasarkan pengujian sebelumnya terlihat struktur ini bisa terbentuk karena ada tambahan unsur besi (Fe) kedalam paduan membentuk fase Al-Fe-Si dari jenis fase β, unsur besi ditambahkan bertujuan untuk mengurangi sifat lengket coran pada cetakan, penambahan Fe juga meningkatan kekerasan dibandingkan dengan paduan tanpa Fe yang berakibat pada perbaikan sifat ketahanan Ausnya. Penting untuk di sampaikan disini bahwa struktur berbentuk seperti jarum tersebut tidaklah berbentuk runcing, salah satu penyebabnya penyebab yang di kemukakan disini adalah padauan tersebut dapat mengandung unsur mangan (Mn), unsure mangan di tambahkan dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan paduan terhadap suhu tinggi yang berarti piston masih dapat berfungsi dengan baik pada saat kendaraan panas. (Sumber : Nindhia T.G.T, 2010) Gb.2.5 Struktur Piston Suzuki 400X

12 2.2.2 Bentuk Partikel Silikon Piston Honda Strukturmikro dari piston yang diambil dari merek honda seperti pada gambar 2.6. Berdasarkan pengujian sebelumnya Strukturmikro seperti ini diproleh melalui proses modifikasi dari marfologi dan jarak spasi dari silikon eutektik dengan penambahan sodium (Na) atau srontium (Sr) dengan penambahan ini akan menyebabkan perubahan dari sebelumnya dimana silikon terpisah secara luas (large divorced) menjadi tersebar secara halus diantara fase aluminium (fine coupled aluminium silicon) sebagai mana kita ketahui penghalusan butiran akan meningkatan ketahanan aus dan juga kekuatan tarik, usaha-usaha untuk meningkatkan kealusan butiran dari silikon adalah merupakan kunci keberhasilan untuk meningkatkan ketahanan aus. (Sumber : Nindhia T.G.T, 2010) Gb.2.6 Strukturmikro Piston Honda 400X 2.2.3 Bentuk Partikel Silikon Piston Yamaha Dari penelitian sebelumnya kita perhatikan struktur mikro dari silikon yang terdapat pada paduan Al-Si dari sampel dari diambil dari sepda motor merek yamaha seperti terlihat pada gambar terlihat bahwa partikel silikon berbentuk jarum dan juga terdapat partikel silikon eutektik

13 Strukturmikro silikon berbentuk jarum ini dihasilkan akibat penambahan unsur Fe. Seperti kita ketahui pada pembahasan sebelumnya penambahan unsur Fe dapat meningkatan ketahanan aus serta pengalusan butir dalam bentuk silikon eutektik memepunyai efek yang sama dalam meningkatkan keausan. Untuk memperoleh pengalusan butir menjadi silikon eutektik dapat dilakukan melalui peningkatan laju pendinginan setelah pengecoran. Selain meningkatan kekerasan, penghalusan butiran juga dapat meningkatkan kekuatan tarik. (Sumber : Nindhia T.G.T, 2010) Gb.2.7 Strukturmikro piston Yamaha 2.3 Uji Tekuk (Bending Test) Uji Tekuk (bending test) merupakan salah satu pengujian material yang digunakan untuk mengetahui kekuatan tekuk (bending) yang dimiliki oleh benda rigid atau semirigid, sampai patah, mengalami retak (crack) atau mengalami perubahan bentuk yang permanen saat menerima tegangan tertentu. (Sumber : JIS Z 2204 ). Uji kekuatan lentur dilakukan dengan memberikan pembebanan pada suatu material uji ke arah transversal, hingga material tersebut mengalami

14 pelenturan dan mengalami perubahan bentuk secara permanen, rusak, atau retak (crack) pada tingkat pembebanan tertentu. Beberapa tujuan dari uji lentur ini adalah untuk mengetahui tentang kekuatan lentur material yang akan dipakai dalam keperluan desain, elastisitas dan kekakuan material juga untuk mengetahui spesifikasi dari material dan pengendalian kualitas material produksi. (Sumber : JIS Z 2204, 1976 ). Pengujian lentur yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada JIS Hand book yaitu Ferrous Materials and metallurgy ( JIS Z 2204, 1976 ). Analisa data secara manual menggunakan kurva tegangan tekuk yang dibuat dari data tegangan secara transversal dari benda uji (Sumber: Surdia dan Saito, 1985 ). Tegangan tekuk dapat diperoleh dengan rumus : 1. Tegangan Tekuk 3FL... (2.1) 2 2bd Keterangan : : Tegangan ( MPa ) F : Beban ( N ) L : Support Span (mm) b : Lebar benda uji (mm) d : Tebal benda uji (mm)

15 2.3.1 Spesimen Uji Bending Spesimen uji bending dibentuk dari piston yang dipotong sesuai dengan dimensi spesimen uji bending. Sesuai JIS Z 2204, tes pengujian no 3 yaitu pengujian ini biasanya untuk semua logam dan mempunyai ketebalan yang tipis. Ukuran yg di tentukan pada tes ini yaitu ketebalan original/di tentukan sendiri, lebar 20 mm dan panjang 150 mm. Untuk spesimen uji bending piston di gunakan lebar dan panjang di perkecil 5x dari ketentuan. Jadi lebarnya 4 mm dan panjang 30 mm 0,5 mm 30 mm 4 mm Gambar 2.8 Dimensi Spesimen Uji bending Sumber : ( JIS Z 2204, 1976 ) 2.4 Pengujian Vikers Prinsip Pengujian Vickers sama seperti Pengujian Brinell. Dimana Identor ditusukan/ditekan terhadap benda uji dengan beban tertentu, sampai menghasilkan tapak/bekas penekanan yang permanen, identor yang dipakai adalah piramida intan dengan sudut puncak 136 0. Bekas tapak tekan diukur diagonalnya, untuk dipakai menghitung luasnya.kekeransan Vickers dihitung dengan cara beban dibagi oleh luas penampang tapak tekan.. Untuk menghasilkan tapak tekan yang akurat, pembebanan ditahan 15 detik untuk logam keras, dan 30 detik untuk logam lunak/ulet. 2F sin 2 HV 2 d Dimana:...(2.2) HV= Kekerasan Vikers (kgf/mm 2 )

16 P = Gaya Tekan (kg) d = Diagonal tapak tekan rata-rata (mm) = α = Sudut puncak identor nilai numerik untuk HV secara umum satuannya tidak harus di tentukan. Dimana α = 136 0 maka persamaan di atas akan menjadi seperti brikut : P HV 1,854 2 d.( 2.3) Sumber : ( JIS Z 2244, 1976 ) 2.5.1 Prinsip Pengujian Vickers Pengujian Vikers dapat dipakai untuk segala jenis bahan logam dan berbagai ketebalan, pembebanan dapat dipilih mulai 1 Kg sampai 120 Kg. tetapi yang sering dipakai adalah 30 Kg, 50 Kg dan 120 Kg. Pemilihan beban harus memperhatikan ketebalan bahan uji dan kekerasannya. Pada dasarnya makin keras bahan uji makin besar beban dab untuk bahan uji tipis lebih ringan beban. Sumber : ( JIS Z 2244, 1976 ) Hasil pengujian vikers ditulis: HV 30= 270 (contoh) HV = hardness vikers 30 = beban yang dipakai 270 = nilai kekerasan vikers Pedoman penentuan beban dikaitkan dengan jenis bahan dan ketebalan benda uji secara empiric dapat diambil berdasarkan table berikut: Hal yang harus diperhatikan agar pengujian akurat 1. Benda uji dipersiapkan dengan baik, permukaannya harus halus,rata, sejajar Terbebas dari kotoran 2. Pemilihan Beban dan tebal benda uji harus sesuai 3.Waktu Pembebanan harus sesuai 4. Pengujian lebih dari 3 kali penekanan, jarak penekanan satu dengan lainya harus lebih besar dari 1,5 dia. Tapak tekan 5. Pengukuran tapak tekan harus cermat..