GAMBARAN ORAL HYGIENE LANSIA DI POSYANDU LANSIA RW 01 KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI KESEHATAN DAN KEBERSIHAN MULUT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

KEMANDIRIAN FUNGSIONAL LANSIA DIABETES MELITUS DI KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI

Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Oral Hygiene, Lansia.

PENERAPAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA PADA LANSIA DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

BABI PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah populasi penduduk usia lanjut (lansia) Pertambahan populasi lansia yang pesat akan mendatangkan sejumlah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING

SATUAN ACARA PENYULUHAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN. di R. 26s. STOKE UNIT RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

GAMBARAN KARAKTERISTIK LANSIA DENGAN GANGGUAN TIDUR (INSOMNIA) DI RW 1 KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI

GAMBARAN PERILAKU MENYIKAT GIGI DENGAN KEJADIAN GIGI BERLUBANG PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD YBPK KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

PERAWATAN GIGI SUSU PADA ANAK USIA SEKOLAH DI TAMAN GIZI ANAK SEHAT DESA GUMPANG, KARTASURA SUKOHARJO

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

Kata kunci: gigi tiruan, tingkat perilaku, lansia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian

GAMBARAN SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK USIA BALITA OVERVIEW ATTITUDE OF NURSES IN COMMUNICATION THERAPEUTIC IN CHILDREN

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

GAMBARAN TINGKAT KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI DALAM HAL MAKAN DAN BERPINDAH PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol. 2 No PERSONAL HYGIENE PADA ANAK SD NEGERI MERJOSARI 3

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

MANFAAT TEH ROSELA (Hibiscuss Sabdariffa L) DALAM PENYEMBUHAN GINGIVITIS MARGINALIS KRONIS. Saluna Deynilisa

MEDIA AUDIO VISUAL DAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK PRA SEKOLAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai mikroorganisme terdapat di dalam rongga mulut, termasuk pada

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Praktik Kebersihan Gigi Mulut pada Lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlalunya waktu dan dapat meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. segenap keterbatasannya, pastinya akan dialami oleh seseorang bila ia

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. trisomi kromosom 21. Anak dengan Down Syndrome memiliki gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian. 3 Salah satu kelemahan

ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan tingkat keparahan gingivitis pada tunanetra dan tidak tunanetra usia 9-14 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KARIES GIGI PADA BALITA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN RAMBUT PADA LANSIA DI DESA PATALAN, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL.

GAMBARAN KEPUASAN PASIEN BPJS TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PATIENT SATISFACTION BPJS OVERVIEW OF HEALTH SERVICES

Sikat Gigi Bersama pada Anak SD

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

6

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

GAMBARAN MENYIKAT GIGI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID KELAS V DI MIN 9 KECAMATAN ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA LANJUT USIA (Description Of Spiritual Needs On Elderly)

Jurnal Care Vol.6, No.1,Tahun 2018

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

HUBUNGAN KEMAMPUAN PERSONAL HYGIENE DENGAN CITRA TUBUH PADA LANSIA DI DESA BEJI KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

Transkripsi:

GAMBARAN ORAL HYGIENE LANSIA DI POSYANDU LANSIA RW 01 KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI DESCRIPTION OF ORAL HYGIENE ELDERLY IN POSYANDU LANSIA RW 01 KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend. Panjaitan No. 3B Kediri Telp. (0354) 683470 Email stikesbaptisjurnal@ymail.com ABSTRAK Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap personal hygiene salah satunya adalah oral hygiene. Tujuannya penelitian adalah untuk mengetahui gambaran oral hygiene lansia di posyandu lansia RW 01 Kelurahan Bangsal Kota Kediri. Desain penelitian adalah Deskriptif. Populasi yang diambil adalah Semua Lansia yang berumur 60-74 tahun yang Berada di Posyandu Lansia RW 01 Kelurahan Bangsal Kota Kediri sebanyak 37 responden, besar sampel adalah 35 yang telah dihitung sesuai dengan rumus serta diambil dengan teknik sampling purposive sampling. Variabel pada penelitian ini adalah oral hygiene. Data dikumpulkan dengan observasi (Checklist) tentang oral hygiene meliputi: bibir, lidah, saliva, membrane mukosa, gingiva (gusi), gigi, dan bagian mulut yang memakai gigi palsu, dan kemudian dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi. Hasil didapatkan dari variabel oral hygiene yang dijabarkan pada 6 kategori oral hygiene lebih dari 50% lansia memiliki perilaku oral hygiene yang baik. Kesimpulannya, lansia memiliki perilaku oral hygiene yang kurang. Kata Kunci: oral hygiene, lansia ABSTRACT Entering old age mean setbacks, such as physical deterioration characterized by slackening skin, graying hair, teeth begin toothless less clear hearing, eyesight gets worse, movement. This condition will affect the personal hygiene one of them is oral hygiene. The goal of research is to describe the oral hygiene of the elderly in Posyandu RW 01, Village Ward Kediri. The study design was descriptive. The population is all elderly aged 60-74 years Elderly Being in Posyandu RW 01, Village Ward of Kediri by 37 respondents, sample size is 35, which has been calculated according to the formula as well as taken by sampling purposive sampling technique. The variable in this study is oral hygiene. Data collected by observation (Checklist) of oral hygiene include: lips, tongue, saliva, mucous membranes, gingiva (gums), teeth, and mouth parts that wear dentures, and then analyzed using frequency distribution. The results obtained from oral hygiene variables described in 6 categories of oral hygiene is more than 50% of the 43

Gambaran Oral Hygiene Lansia di Posyandu Lansia RW 01 Kelurahan Bangsal Kota Kediri elderly have good oral hygiene behavior. In conclusion, the elderly have less oral hygiene behavior. Keywords: oral hygiene, elderly Pendahuluan Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh (Azizah, 2011). Menurut Azizah 2011, Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat (Wahjudi, 2008). Oral hygiene (kebersihan mulut) adalah melaksanakan kebersihan rongga mulut, lidah dari semua kotoran atau sisa makanan dengan menggunakan kain kasa atau kapas yang dibasahi dengan air bersih (Eni Kusyati, 2006). Menurut Cawson dalam Ngatia E. M (2008), beberapa tahun terakhir kebutuhan perawatan gigi dan mulut pada orangtua atau lanjut usia umumnya telah diabaikan dan masalah ini memerlukan perhatian khusus, apabila tidak segera ditangani akan memperburuk kesehatan mulut Oral hygiene yang buruk dapat menyebabkan masalah bagi Lansia berisiko terhadap masalah kesehatan mulut karena kurangnya pengetahuan tentang oral hygiene, ketidakmampuan melakukan perawatan mulut, atau perubahan integritas gigi dan mukosa akibat penyakit (Potter & Perry, 2005). Kondisi oral hygiene pada lansia semakin buruk karena lansia pada umumnya tidak memiliki gigi (edentulous), dan gigi yang masih tersisa umumnya memiliki penyakit atau telah busuk, dan membran periodontal yang melemah membuatnya rentan infeksi, dan penyakit kronis seperti diabetes meningkatkan resiko lansia terhadap penyakit periodontal, gigi palsu yang terkadang tidak terpasang dengan baik sehingga menimbulkan nyeri yang dapat mempengaruhi proses pencernaan, penurunan saliva yang terkait usia dan pengobatan seperti antihipertensi menyebabkan mulut kering. Serta keterbatasan biaya dan anggapan bahwa gigi palsu tidak mewajibkan lansia untuk merawat gigi teratur merupakan alasan mengapa lansia tidak mencari perawatan gigi (Isro in, 2012). Menurut Dingwall, 2010 meskipun banyak penelitian yang mendukung pelaksanaan perawatan mulut, banyak perawat dan pemberi asuhan tetap tidak peduli mengenai bagaimana melakukan perawatan mulut secara efektif. Kesehatan mulut secara keseluruhan mengalami peningkatan, meskipun masih ada pasien dalam tatanan perawatan yang memiliki masalah gigi dan mulut yang serius, perawatan mulut tampaknya memperoleh perhatian yang cukup rendah ketika pasien mengalami sakit akut. Penyakit mulut adalah penyakit yang paling sering terjadi di seluruh dunia. 50-90% populasi individu dewasa di Inggris dan Amerika Serikat menderita beberapa jenis masalah gusi, dan di Indonesia tahun 2007 diketahui prevalensi kehilangan gigi pada kelompok usia 64-70 tahun sebesar 23,5% (Depkes, 2008). Data pra penelitian terhadap 10 lansia dengan wawancara dan observasi di posyandu lansia RW 01 Kelurahan Bangsal Kota Kediri menunjukkan 6 responden (60%) lansia mengalami gangguan pelaksanaan oral hygiene dalam hal, membersihkan gigi dengan menggosok gigi dengan mulut berbau, gigi tidak bersih, ada karies gigi, mukosa mulut tidak lembab, dan 4 responden (40%) lansia mampu 44

melaksanakan oral hygiene yaitu, membersihkan gigi dengan pasta gigi dan menggunakan obat kumur, menggosok gigi 2 kali sehari. Menua merupakan proses alami dalam kehidupan manusia. Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata. Perubahan-perubahan yang terjadi seperti kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, fungsi absorbsi melemah, liver makin mengecil, serta kecenderungan terjadinya peningkatan efek samping obat. Hal ini memberikan dampak pada lansia, dimana sel epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan, berkurangnya kapiler dan suplai darah, penebalan serabut kolagen pada lamina propria (selaput lendir atau membran mukosa). Akibat secara klinis mukosa mulut memperlihatkan kondisi yang menjadi lebih pucat, tipis kering, dengan proses penyembuhan yang lambat. Perubahan fisiologis yang terjadi pada jaringan keras gigi sesuai perubahan pada gingiva Setelah gigi erupsi, morfologi gigi berubah karena pemakaian atau aberasi dan kemudian tanggal digantikan gigi permanen. Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi yang buruk. Jika oral hygiene tidak dilakukan, floral normal pada mulut terganggu akibat peningkatan bakteri diseluruh gigi dan gigi palsu, plak dapat terbentuk dalam 24 jam. Pada lansia bila memakai gigi palsu, gigi palsu yang tidak dibersihkan dengan benar dapat menyebabkan sariawan, sedangkan bakteri dalam bentuk plak yang terperangkap di bawah gigi palsu dapat menyebabkan nyeri dan inflamasi pada mulut. Plak pada gigi asli tidak hanya menyebabkan karies (lubang) dan kerusakan, namun juga menyebabkan gingivitis. Kondisi ini akan berdampak terhadap pemenuhan gizi pada Nyeri dan ketidaknyamanan akibat masalah mulut umum yang kronis mempengaruhi kemampuan individu untuk menjalankan fungsi sosial dan psikologis. Oral hygiene adalah perawatan yang diabaikan pada banyak area klinis, seperti membersihkan gigi dan gigi palsu dan tidak diberikan bantuan dalam melakukan oral hygiene atau tidak diberikan bantuan untuk membersihkan gigi dan gigi palsu mereka sebelum tidur pada malam hari (Dingwall, 2010). Mengingat dampak yang buruk dari oral hygiene maka diperlukan upaya peningkatan oral hygiene yaitu dengan cara melakukan pendidikan kesehatan oral hygiene. Oleh karena itu peneliti ingin mengangkat seberapa kuat pengaruh pendidikan kesehatan oral hygiene terhadap oral hygiene pada lansia di posyandu lansia RW 01 kelurahan Bangsal kota Kediri. Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan oral hygiene lansia adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan pada lansia dan keluarga, tentang perawatan oral hygiene, mengajari lansia keterampilan perawatan oral hygiene, komunikasi, sosialisasi (Notoatmojo, 2007). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran oral hygiene lansia di posyandu lansia RW 01 Kelurahan Bangsal Kota Kediri. Metodologi Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif. Populasi yang diambil adalah Semua Lansia yang berumur 60-74 tahun yang Berada di Posyandu Lansia RW 01 Kelurahan Bangsal Kota Kediri sebanyak 37 responden, besar sampel adalah 35 yang telah dihitung sesuai dengan rumus serta diambil dengan teknik sampling purposive sampling. Variabel pada penelitian ini adalah oral hygiene. Data dikumpulkan dengan observasi (Checklist) tentang oral hygiene meliputi: bibir, lidah, saliva, 45

Gambaran Oral Hygiene Lansia di Posyandu Lansia RW 01 Kelurahan Bangsal Kota Kediri membrane mukosa, 4ingival (gusi), gigi, dan bagian mulut yang memakai gigi palsu, dan kemudian dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi dengan menggunakan software komputer. Hasil Penelitian Tabel 1. Distribusi Frekuensi Gambaran Oral Hygiene (Bibir) lansia di posyandu Baik 16 45,7 Cukup 13 37,1 Kurang 6 17.1 Berdasarkan tabel 1 indikator oral hygiene bibir kurang dari 50% lansia melakukan oral hygiene bibir yaitu 16 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gambaran Oral Hygiene (Lidah) lansia di posyandu Baik 16 45,7 Cukup 10 28,6 Kurang 9 25,7 Berdasarkan tabel 2 indikator oral hygiene Lidah kurang dari 50% lansia melakukan oral hygiene Lidah yaitu 16 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Gambaran Oral Hygiene (Saliva) lansia di posyandu Baik 15 42,9 Cukup 13 37,1 Kurang 7 20 Berdasarkan tabel 3 indikator oral hygiene saliva kurang dari 50% lansia melakukan oral hygiene saliva yaitu 16 46

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Gambaran Oral Hygiene (Membran Mukosa) lansia di posyandu lansia RW 01 Kelurahan Bangsal Kota Kediri 15 Juni 2015 15 Juli 2015 Baik 15 42,9 Cukup 15 42,9 Kurang 5 20 Berdasarkan tabel 4 indikator oral hygiene Membran Mukosa kurang dari 50% lansia memiliki tingkatan baik dalam melakukan oral hygiene membran mukosa yaitu 15 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Gambaran Oral Hygiene (Gusi) lansia di posyandu Baik 18 51,4 Cukup 11 31,4 Kurang 6 17,2 Berdasarkan tabel 5 indikator oral hygiene Gusi lebih dari 50% lansia melakukan oral hygiene membran gusi yaitu 18 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Gambaran Oral Hygiene (Gigi) lansia di posyandu Baik 15 42,9 Cukup 16 45,7 Kurang 4 11,4 Berdasarkan tabel 6 indikator oral hygiene Gigi kurang dari 50% lansia memiliki tingkatan cukup dalam melakukan oral hygiene gigi yaitu 16 Pembahasan Oral Hygiene Lansia di Posyandu Lansia RW 01 Kelurahan Bangsal Kota Kediri Berdasarkan hasil dari penelitian Gambaran Oral Hygiene Lansia di Posyandu Lansia RW 01 Kelurahan Bangsal Kota Kediri menunjukan terjadi bahwa dari 6 kategori oral hygiene ratarata kurang dari 50% lansia memiliki tingkatan baik dalam melakukan oral hygiene. Hygiene mulut yaitu membantu mempertahankan gigi dari pertikel makanan, plak, dan bakteri serta mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman (Potter, 2006). Rasa takut terhadap dokter gigi merupakan hambatan yang signifikan bagi individu atau lansia untuk mampu mempertahankan kesehatan mulut mereka, selain itu biaya perawatan 47

Gambaran Oral Hygiene Lansia di Posyandu Lansia RW 01 Kelurahan Bangsal Kota Kediri merupakan menjadi alasan yang paling sering disampaikan mengapa tidak melakukan pemeriksaan ke layanan kesehatan gigi (Dingwall, 2010). Maryam (2010) Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan kumur-kumur secara teratur, meskipun sudah ompong. Bagi lansia yang masih mempunyai gigi agak lengkap dapat menyikat giginya sendiri 2 kali sehari, pada pagi dan malam sebelum tidur. Tujuan dilakukan oral hygiene (kebersihan mulut) yaitu Agar mulut tetap bersih atau tidak berbau, Mencegah infeksi mulut, bibir dan lidah pecah-pecah, stomatitis, Membantu merangsang timbulnya nafsu makan, Meningkatkan daya tahan tubuh, dan Melaksanakan kebersihan perorangan serta Merupakan suatu usaha untuk pengobatan. Menurut Perry dan Potter, (2005) faktor yang mempengaruhi oral hygiene, pertama Status sosial-ekonomi, Sumber daya ekonomi (SDE) seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan klien menyediakan bahan-bahan yang penting seperti pasta gigi. Kedua Praktik sosial, Kelompok sosial wadah seseorang berhubungan dapat mempengaruhi praktek hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, anak-anak mendapatkan praktik oral hygiene dari orang tua mereka. Ketiga adalah Pengetahuan, Pengetahuan yang kurang pada seseorang dapat membuat orang enggan memenuhi kebutuhan hygiene pribadi. Pengetahuan tentang pentingnya oral hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik oral hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk melakukan oral hygiene. Keempat Status kesehatan Klien paralisis atau memiliki restriksi fisik pada pada tangan mengalami penurunan kekuatan tangan atau ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan hygiene mulut (Phipp, 1995). Kelima Cacat jasmani atau mental. Akibat Tidak Dilakukannya Oral Hygiene dapat menyebabkan Masalah. Masalah umum yang muncul yaitu Karries gigi, Penyakit periodontal, Plak, Halitosis, Keilosis. Sedangkan Masalah mulut yang lain yaitu Stomatitis, Glosisitis, Gingivitis. Hasil penelitian yang dilakukan tentang oral hygiene, didapatkan bahwa oral hygiene lansia secara keseluruhan adalah kurang. Dalam hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada bibir, lidah, saliva, membran mukosa, ginggiva atau gusi dan gigi permanen atau asli masih banyak ditemukan bahwa bibir ulserasi, perdarahan, atau inflamasi, lidah masih banyak ditemukan lepuh, pecah-pecah, bibir kering, serta tanda-tanda peradangan, saliva masih ditemukan saliva yang kental dan tidak ada saliva, membran mukosa terlihat kemerahan atau tertutup lapisan, ginggiva (gusi) terlihat gusi berdarah dengan atau tanpa adanya penekanan, dan adanya plak pada gigi. Oral hygiene lansia yang kurang dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi pada lansia yang dalam hal ini sebagian responden bekerja sebagai wiraswata. Wiraswasta yang dilakukan oleh lansia adalah membuka toko yang menjual bahan-bahan kebutuhan pokok. Secara produktivitas lansia mendapatkan penghasilan hanya dari berdagang saja. Hal ini sangat mempegaruhi lansia dalam memperhatikan kebersihan mulut. Selain faktor ekonomi juga dapat disebabkan oleh faktor sosial budaya, kebiasaan lansia dalam merawat kebersihan mulut secara umum. Simpulan Oral hygiene lansia di Posyandu Lansia RW 01 Kelurahan Bangsal Kota Kediri adalah kurang. Saran Saran dibagi menjadi 2 yang pertama Bagi Lansia perlu aktif 48

mengikuti posyandu lansia agara mendapatkan Pendidikan kesehatan tentang kesehatan lansia khususnya tentang oral hygiene sehingga lansia dapat menerapkan oral hygiene sebagai kegiatan untuk meningkatkan derajat kesehatan oral hygiene Selanjutnya yang kedua Bagi Kader Posyandu Lansia RW 01 Kelurahan Bangsal Kota Kediri kader harus lebih aktif dalam memberikan Pendidikan kesehatan kepada lansia pada saat kegiatan posyandu lansia sehingga lansia akan lebih antusias atau semangat untuk datang mengikuti kegiatan posyandu Pendidikan kesehatan digunakan sebagai bahan penyuluhan bagi kader kepada lansia untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada lansia di Posyandu Lansia RW 01 Kelurahan Bangsal Kota Kediri. Nugroho, Wahjudi. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC. Perry, Potter. (2005). Buku ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC. Potter A. Patricia. (2006). Buku Ajar Fundametal Keperawatan. Jakarta: EGC. Daftar Pustaka Azizah, Lilik Ma rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Dingwall, Lindsay. (2010). Hygiene Personal. Jakarta: EGC. Eni Kusyati, dkk. (2010). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC Isro in, Laily dan Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Personal Hygiene: Konsep, Proses dan Aplikasi dalam Praktek Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Maryam, R. Siti. (2010). Mengenal usia Lanjut dan Mengenalnya. Jakarta: Salemba Medika. Ngatia E. M, et. all (2008): Nutritional and Oral Health Status of An Elderly Population In Nairobi East African Medical Journal Vol. 85. 49