RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM CONE YANG EKONOMIS

dokumen-dokumen yang mirip
MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin.

BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA MESIN PENDINGIN

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II LANDASAN TEORI

AC (AIR CONDITIONER)

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Data data yang diperoleh dari penulisan Tugas Akhir ini : pendingin dengan refrigeran R-22 dan MC-22.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

Pembuatan Alat Peraga Lemari Pendingin Sebagai Media Pembelajaran Mata Kuliah Teknik Pendingin di Universitas Negeri Semarang

BAB IV MENGENAL FISIK LEMARI ES

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERANCANGAN LEMARI ES HOT AND COOL

PENERAPAN TERMODINAMIKA PADA REFRIGERATOR (KULKAS)

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

Penerapan Hukum Termodinamika II dalam Bidang Farmasi 1. Penggunaan Energi Panas dalam Pengobatan, misalnya diagnostik termografi (mendeteksi

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

berkembangnya entah sudah berapa banyak mesin yang tercipta hingga saat ini. Mulai dari bentuk pengoperasiannya yang secara manual hingga otomatis. Me

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

Bab III. Metodelogi Penelitian

Komponen mesin pendingin

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

DASAR TEKNIK PENDINGIN

MENGANALISA DAN MEMPERBAIKI KERUSAKAN MESIN PENDINGIN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2006

BAB III LANDASAN TEORI

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T.

REFRIGERATOR DAN FREEZER

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV LANGKAH PENGERJAAN

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

PERAWATAN DAN PERBAIKAN AIR CONDITIONER

Materi Kuliah Teknik Pendingin dan Tata Udara SISTEM PENDINGIN AC MOBIL. Hartoyo

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2)

II. TINJAUAN PUSTAKA

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO

BAB II STUDI PUSTAKA

Basic Comfort Air Conditioning System

SISTEM AIR CONDITIONER (AC)

LATIHAN UJIAN NASIONAL

Bab III Metodelogi Penelitian

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret Yang

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

BAB III PENGETAHUAN DASAR TENTANG AC ( AIR CONDITIONER )

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

PENGARUH PERUBAHAN PUTARAN KOMPRESOR SERTA MASSA REFRIGRANT TERHADAP COP MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara

Maka persamaan energi,

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 2. Trainer dispenser hot and cool unit

RANCANGAN BANGUN MODEL MESINPENDINGIN TERPADU PENGHASIL ES SERUT

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Transkripsi:

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM CE YANG EKOMIS Tugas Akhir Diajukan sebagai persyaratan kelulusan Studi Diploma Tiga (D3) Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh: Nama : Dedy Natalia NIM : 5351303006 Prodi : Teknik Elektro D3 Jurusan : Teknik Elektro FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007 i

HALAMAN PENGESAHAN Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan dihadapan sidang penguji Tugas Akhir Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Pada hari : Tanggal : Penguji II Pembimbing, Penguji I Drs. Abdullah, M.Pd Drs. Agus Murnomo, M.T NIP 130 515 763 NIP 131 616 610 Ketua Jurusan Ketua Prodi Drs. Djoko Adi Widodo, M.T. Drs. Agus Murnomo, M.T NIP 131 570 064 NIP 131 616 610 Dekan Prof. Dr. Soesanto, M.Pd. NIP 130 875 753 ii

ABSTRAK Dedy Natalia, 2007. Rancang Bangun Mesin Pembuat Es Krim (Cone) Yang Ekonomis. Teknik Elektro D3. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang. Rancang bangun mesin pembuat es krim ini dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat kalangan menengah kebawah dalam usaha es krim khususnya es krim jenis cone. Kriteria jenis es krim ini adalah bentuk adonannya lembek yang terdapat kristal es kecil kecil lembut merata pada seluruh bagiannya (www.mesines.com). Dipasaran mesin seperti ini memang sudah ada, tetapi harganya cukup mahal jika dipandang oleh kalangan menengah kebawah. Perbedaan mesin ini dibandingkan dengan mesin yang ada di pasaran adalah komponen-komponen yang digunakan disini menggunakan komponen mesin pendingin bekas, tetapi masih layak pakai, sehingga dengan dibuatnya mesin ini diharapkan dapat dijangkau masyarakat yang ingin berusaha es krim untuk membeli maupun membuatnya sendiri. Mesin ini menggunakan kompresor 1/8 PK, kondensor kulkas 1 pintu, pipa evaporator, pipa kapiler, thermostart, tabung berdiameter 18 cm dan tinggi 35 cm yang kemudian dirangkai sama seperti prinsip kerja mesin pendingin. Dari hasil pengamatan adonan dapat dianalisa sebagai berikut : Posisi tombol termostart 1 menghasilkan es krim yang pinggirnya terbentuk gumpalan kristal es kecil kecil setelah mesin bekerja selama 150 menit. Posisi tombol termostart 2 menghasilkan adonan es krim yang terdapat gumpalan kristal es kecil setelah mesin bekerja selama 90 menit. Posisi tombol thermostart 3 menghasilkan dua bentuk adonan es krim yang terdapat gumpalan kristal es kecil dalam waktu 60 menit dan gumpalan kristal es yang lebih besar selama 120 menit. Posisi tombol thermostart 4 sampai 7 menghasilkan tiga bentuk adonan yaitu adonan terdapat gumpalan kristal kecil dalam waktu 30 menit, gumpalan kristal yang lebih besar dalam waktu 90 menit dan adonan keras (beku) rata rata butuh waktu 150 menit. Kesimpulan dari hasil pengujian mesin ini adalah : (1) Waktu yang diperlukan untuk membentuk es krim jenis cone jika menggunakan mesin ini adalah kurang lebih 1 jam. (2) Untuk membentuk kriteria es krim cone yang paling cepat adalah thermostart di set pada posisi 4 sampai 7, kemudian setelah 1 jam diubah ke posisi tombol thermostart 2. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN v "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. Al Mujadilah [58] : 11). v Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menuliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dituliskan) kalimatkalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS. Al Kahfi [18] : 109). v "Yang bernama ilmu itu bukanlah kepandaian atau banyak meriwayatkan (sesuatu), melainkan hanyalah nuur yang diturunkan Allah ke dalam hati manusia. Adapun bergunanya ilmu itu adalah untuk mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya dari kesombongan diri."(imam Malik bin Annas r.a) Laporan ini kupersembahkan : 1. Allah SWT yang melimpahkan ni mat. 2. Ibu bapak tercinta. 3. Orang spasial yang telah memberi motivasi. 4. Teman-teman seperjuangan. 5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung pembuatan laporan ini. iv

KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan judul Rancang Bangun Mesin Pendingin Es Krim (cone) Yang Ekonomis, sebagai syarat menempuh jenjang Diploma III Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang. Penulisan laporan tugas akhir ini tidak lepas dari sumbagan pemikiran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu disini disampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Soesanto selaku dekan Teknik Universitas Negeri Semarang 2. Drs. Djoko Adi Widodo, M.T, ketua jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Agus Murnomo, M.T, selaku dosen pembimbing sekaligus ketua program studi Teknik Elektro Diploma III Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bimbingan sampai terselesainya laporan ini. 4. Drs. Abdullah, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan arahan pada laporan ini. 5. Teman teman TIL D3 (Andika, Titis, Miftah, Amir, Arif, Asrof, Edi dll) yang telah berbagi ilmu dan pengalaman berharga. 6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. v

Penyusunan laporan ini tidak akan sempurna jika tidak adanya masukan baik kritik maupun saran dari para pembaca. Dan juga laporan ini diharapkan dapat berguna bagi para pembaca. Semarang, Febuari 2007 Penulis Dedy Natalia vi

DAFTAR ISI Halaman Judul......... i Halaman Pengesahan...... Abstrak........ ii iii Motto dan Persembahan...... iv Kata Pengantar...... v Daftar Isi... vii Daftar Gambar...... Daftar Tabel...... Daftar Lampiran...... x xi xii Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang... 1 B. Permasalahan...... 2 C. Pembatasan Masalah...... 2 D. Tujuan... 3 E. Manfaat... 3 Bab II Landasan Teori A. Prinsip Termal... 4 1. Sifat Termodinamika..... 4 2. Perpindahan Kalor. 5 3. Suhu Dan Kalor. 5 B. Komponen Mesin Pendingin Yang Digunakan... 7 vii

1. Refrijeran..... 7 2. Kompresor Unit.... 7 3. Kondensor... 9 4. Evaporator. 10 C. Siklus Pendinginan.... 11 D. Komponen Kelistrikan........ 15 1. Overload Motor Protector.... 15 2. Pengatur Suhu...... 17 3. Start Kapasitor......... 18 4. Start Relay........ 19 E. Teori Dasar Kelistrikan...... 21 1. Arus Listrik....... 21 2. Tegangan Atau Potensial Listrik... 22 3. Daya LIstrik...... 23 Bab III. Metode Pembuatan A. Alat Dan Bahan Yang Digunakan... 24 B. Perancangan...... 26 C. Langkah Pembuatan... 28 D. Langkah Pengujian....... 31 Bab IV. Hasil Dan Pembahasan A. Hasil Pengujian....... 32 B. Pembahasan... 37 viii

Bab V. Penutup A. Kesimpulan.. 40 B. Saran...... 40 Daftar Pustaka... 41 Lampiran... 42 ix

Daftar Gambar Gambar 1. Kompresor Hermatic... 9 Gambar 2. Siklus pendinginan mesin pendingin... 12 Gambar 3. Kontruksi saringan (dryer)... 13 Gambar 4. External Overload Protektor... 16 Gambar 5. Internal overload protector... 16 Gambar 6. Pengatur Suhu...... 17 Gambar 7. Diagram Rangkaian... 26 Gambar 8. Bentuk Rancangan... 27 Gambar 9. Bentuk Lilitan Pipa Evaporator Pada Tabung... 28 Gambar 10. Bentuk Pemasangan Sterofom Pada Tabung... 28 Gambar 11. Hubungan antar komponen... 29 Gambar 12. Pemasangan pompa vakum.... 30 x

Daftar Tabel Tabel 1. Termostart Posisi 1........ 32 Tabel 2. Hasil Pengamatan Adonan... 32 Tabel 3. Termostart Posisi 2........ 33 Tabel 4. Hasil Pengamatan Adonan... 33 Tabel 5. Termostart Posisi 3........... 34 Tabel 6. Hasil Pengamatan Adonan...... 34 Tabel 7. Termostart Posisi 4...... 34 Tabel 8. Hasil Pengamatan Adonan... 35 Tabel 9. Termostart Posisi 5........ 35 Tabel 10. Hasil Pengamatan Adonan... 35 Tabel 11. Termostart Posisi 6........ 36 Tabel 12. Hasil Pengamatan Adonan... 36 Tabel 13. Termostart Posisi 7........ 36 Tabel 14. Hasil Pengamatan Adonan......... 36 xi

Daftar Lampiran Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Bimbingan... 42 Lampiran 2. Lembar Penetapan Dosen Pembimbing TA... 43 Lampiran 3. Alat-alat reparasi yang digunakan dalam mesin pendingin... 44 Lampiran 4. Foto Alat...... 49 Lampiran 5. Spesifikasi Mesin Pembuat Es Krim Lain... 51 Lampiran 6. Data Biaya Pembuatan Mesin... 58 xii

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin-mesin pendingin pada dewasa ini semakin banyak dimanfaatkan seirama dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya taraf hidup manusia. Pemanfatan mesin pendingin yang umum adalah mengawetkan makanan, sebagai penyejuk ruangan, dan digunakan juga pada pengangkut yang menggunakan jasa angkutan laut agar barang-barang yang diangkut tersebut tidak cepat menjadi busuk. Pada temperature -5 0 C sampai 10 0 C, makanan akan lebih tahan lama dan makanan tidak basi, rasanya masih seperti aslinya (Handoko K, 1981 : 8). Di Indonesia sendiri, penggunaan mesin-mesin pendingin akan menjadi lebih meluas karena kita tahu bahwa negara kita beriklim tropis (panas) sehingga banyak orang memerlukan suatu makanan yang dapat membantu kondisi tubuh dalam menghadapi aktifitas sehari-hari. Salah satunya adalah es krim. Dan sekarang ini jenis es krim yang paling banyak digemari adalah es krim cone. Untuk mengolah es krim itu sendiri sekarang telah memanfaatkan komponen mesin pendingin. Dengan perkembangan mesin pendingin ini secara tidak langsung lama kelamaan juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi penduduk di Indonesia. Melihat beberapa uraian pemanfaatan mesin pendingin diatas sangatlah penting. Tetapi di sini permasalahannya adalah mesin pendingin es krim yang sudah ada di pasaran saat ini harganya mungkin 1

2 terlalu mahal untuk dijangkau masyarakat pada umumnya. Dengan melihat dan meninjau prospek usaha es krim untuk saat ini maupun masa yang akan datang cukup menjanjikan, maka dari itu disini dicoba terobosan baru membuat mesin pendingin es krim yang komponen penyusunnya menggunakan komponen mesin pendingin bekas (kompresor dan kondensor), tetapi masih layak untuk digunakan. Hal ini dilakukan supaya masyarakat yang ingin berbisnis es krim lebih terjangkau untuk membeli maupun membuatnya sendiri serta memodifikasinya menjadi produk yang baik. B. Permasalahan Perumusan masalah dari pembuatan mesin ini adalah bagaimanakah efisiensi waktu yang diperlukan untuk dapat membentuk es krim seperti kriteria yang dibutuhkan, dibandingkan dengan mesin lain. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dimaksudkan untuk menghindari timbulnya masalah baru yang menyimpang dari tujuan, sehingga masalah dibatasi oleh : 1. Penggunaan komponen penyusun mesin pendingin es krim ini adalah menggunakan kompresor jenis hermatik 1/8 PK model Nasional 50 Hz 220V. 2. Kondensor tipe lemari es satu pintu (10 lengkung). 3. Gas refrijeran yang digunakan adalah R12 atau Freon.

3 D. Tujuan Tujuan dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah : 1. Menambah perbendaharaan ilmu dan teknologi di lingkungan fakultas teknik terutama jurusan teknik elektro. 2. Dapat menghasilkan mesin pendingin es krim yang daya belinya lebih murah dibandingkan dengan harga di pasaran. 3. Dapat menghasilkan mesin pembuat es krim yang memanfaatan komponen mesin pendingin bekas tetapi masih layak pakai. E. Manfaat Adapun manfaat yang ingin diberikan dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah : 1. Memberikan informasi teknologi kepada khalayak dalam pembuatan mesin pendingin es krim. 2. Memberikan informasi kepada khalayak, bahwa untuk berusaha es krim tidak semahal apa yang dibayangkan. 3. Memberikan kemudahan kepada pengguna dalam pengoperasiannya.

4 BAB II LANDASAN TEORI A. Prinsip Termal 1. Sifat Termodinamika Bagian penting dalam menganalisis sistem termal adalah penentuan sifat termodinamika yang bersangkutan. Suatu sifat adalah setiap karakteristik atau ciri dari bahan yang dapat dijajaki secara kuantitatif, seperti suhu, tekanan, dan rapat massa (Supratman Hara, 1992 : 14). Kerja dan perpindahan kalor dapat dijajaki dalam hal perubahan sifat-sifatnya, tetapi keduanya bukan merupakan sifat itu sendiri. Kerja dan perpindahan kalor adalah hal yang dilakukan terhadap suatu sistem untuk mengubah sifat-sifatnya. Kerja dan kalor dapat diukur hanya pada pembatas sistem dan jumlah energi yang dipindahkan tergantung dari cara terjadinya perubahan. Keadaan atau kondisi termodinamika suatu sistem didefinisikan berdasarkan sifat-sifatnya. Sekali keadaan suatu bahan telah diketahui maka semua sifat termodinamika dapat ditemukan, selama sifat-sifat tersebut bukan variabel atau peubah yang bebas. Sifat-sifat termodinamika yang diutamakan adalah tekanan, suhu, rapat massa dan volume spesifik, kalor spesifik, entalpi, entropi, dan sifat cair-uap dari suatu keadaan. 4

5 2. Perpindahan kalor Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu bahan padat, menyangkut pertukaran energi pada tingkat molekuler (Supratman Hara, 1992 : 23). Sedangkan konveksi adalah suatu perpindahan kalor melalui media gas atau cairan (liquit), sebagai contoh udara di dalam lemari es dan air yang dipanaskan dalam cerek/ketel (Ricky Gunawan, 1988 : 27). Dan radiasi sendiri adalah proses membawa energi dengan jalan pelompatan foton dari suatu permukaan ke permukaan lain (Supratman Hara, 1992 : 23). Radiasi dapat memindahkan energi menyeberangi ruang vakum dan tidak tergantung pada medium perantara untuk menghubungkan dua permukaan. Masing-masing mekanisme perpindahan kalor berada satu sama lainya. Akan tetapi semuanya karakteristik umum karena masing-masing tergantung pada suhu dan dimensi benda yang ditinjau. 3. Suhu dan Kalor Suhu adalah derajat panas atau dingin suatu benda. Suhu sendiri tidak memberikan atau mengambil panas dari suatu benda. Suhu hanya memberikan petunjuk keadaan benda, yaitu hangat, panas, atau dingin. Jika suatu benda berubah maka pada benda tersebut dapat terjadi berbagai perubahan kimia, wujud, volume, daya hantar listrik, warna dan lain-lain. Perubahan-perubahan itu dapat dipakai sebagai ukuran suhu. Perubahan yang umum digunakan sebagai ukuran ialah perubahan volume zat cair dan perubahan warna. Umumnya makin tinggi suhu suatu benda makin besar volumenya. Alat untuk mengukur besarnya suhu suatu benda disebut thermometer.

6 Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda. Suhu benda akan turun apabila kalor dilepaskan. Kalor yang ditambahkan pada suatu benda akan menyebabkan pergerakan molekul-molekulnya bertambah cepat. Kejadian ini dapat dilihat dengan naiknya suhu pada thermometer. Sebaliknya kalor yang dilepaskan atau didinginkan, jumlah molekulnya yang bergerak akan semakin berkurang dan semakin lambat. Pergerakan molekul-molekul akan berhenti apabila suhu benda mencapai suhu mutlak atau 0 0 K. Banyaknya kalor yang diperlukan oleh suatu zat untuk menaikan suhu satu kilogaram zat itu sebesar satu derajat celcius dinamakan kalor jenis. Menurut Kamajaya dan Suardhana Linggih (1987 : 146) besarnya kalor yang diperlukan untuk merubah wujud suatu zat dinyatakan dengan persamaan : Q = m c t Disini: Q = kalor atau kalori ( joule ) m = massa benda ( kg ) c = kalor jenis ( kalori/kg 0 C ) t = perubahan suhu ( 0 C ) Besarnya kalor yang dibutuhkan oleh suatu zat apabila terjadi perubahan wujud dinyatakan dalam persamaan (Kamajaya dan Suardhana Linggih, 1987 : 153) : Q = m L Disini : Q = kalor atau kalori ( joule )

7 m = massa benda ( kg ) L = kalor laten ( kalori/kg ) B. Komponen Mesin Pendingin Yang Digunakan 1. Refrijeran Refrijeran adalah fluida yang dipakai untuk menghisap panas dari suatu tempat atau suatu benda (Ricky Gunawan, 1988 ; 59). Jika bertitik tolak pada pendinginan yang memakai siklus uap yang bertekanan (vapor compression cycle), refrijeran merupakan media kerja yang berubah phasa secara bolak-balik. Menjadi uap setelah mengambil/menghisap panas dan menjadi fluida kembali setelah membuang panas. Beberapa faktor yang harus dipenuhi refrijeran untuk dapat dipakai sebagai refrijeran pendinginan siklus uap bertekanan adalah harus stabil susunan kimianya serta sifat-sifat lainnya. Tetapi walaupun begitu, tidak ada refrijeran yang betul-betul ideal dapat digunakan secara umum untuk setiap keadaan. Dalam pemanfaatannya dalam pembuatan mesin ini digunakan refrijeran jenis R 12. Jenis refrijeran ini biasanya hanya digunakan pada mesin refrijerasi kecil karena panas penguapan per jumlah refrijeran relatif kecil (Sumanto, 2000 : 20). 2. Kompresor Unit Kompresor unit adalah suatu unit mesin yang terdiri atas sebuah kompresor dan sebuah Elektro motor (Karyanto dan.emon Paringga, 2003 : 72) di dalam kompresor terdapat piston. Piston bertugas untuk menghisap dan

8 menekan refrijeran agar beredar dalam sistem pendinginan. Motor elektro atau penggerak bertugas membuat gerakan translasi piston. Kompresor pada sistem refrigerasi gunanya untuk: a. Menurunkan tekanan di dalam evaporator, sehingga bahan pendingin cair di evaporator dapat mendidih/menguap pada suhu yang paling rendah dan menyerap panas lebih banyak dari ruang didekat evaporator. b. Menghisap bahan pendingin gas dari evaporator dengan suhu rendah dan tekanan rendah lalu memampatkan gas tersebut sehingga menjadi gas suhu tinggi dan tekanan tinggi. Kemudian mengalirkannya ke kondensor, sehingga tersebut dapat memberikan panasnya kepada zat yang mendinginkan kondensor lalu mengembun. Unit kompresor berdasarkan kontruksinya dibedakan menjadi tiga (Sumanto, 2000: 1),yaitu jenis terbuka (open unit), semi hermatic, dan hermatic. Kompresor jenis terbuka antara piston dan motornya terpisah. Motor digunakan untuk memutar piston melalui sabuk (belt). Kompresor semi hermatic antar piston dan motor berdiri sendiri tetapi masih dalam satu rumah/dudukan. Untuk menggerakkan kompresor tidak menggunakan sabuk, karena poros motor dihubungkan langsung dengan poros piston. Kompresor hermatic antara motor dan kompresornya benar-benar menjadi satu unit yang tertutup rapat.

9 Ganbar 1. Kompresor Hermatic Kompresor yang digunakan untuk menyusun mesin ini adalah jenis hermatic, karena bentuk jenis kompresor hermatik lebih ringkas dan memerlukan tempat lebih kecil daripada tipe/jenis yang lain dan mempunyai putaran yang konstan (Karyanto dan Emon Paringga, 2003: 80). 3. Kondensor Kondensor merupakan tempat terjadinya perpindahan panas (Ricky Gunawan, 1988 : 169). Panas dari gas refrijeran menerobos dinding saluran kondensor ke media pendingin kondensor. Hilangnya panas yang terkandung gas refrijeran menyebabkan uap refrijeran berubah menjadi zat cair. Kapasitas kondensor menurut Ricky gunawan (1988 ; 171) dapat dihitung melalui persamaan berikut : Q = A U D Disini : Q = kapasitas kondensor (BTU/jam) A = luas permukaan kondensor (ft 2 )

10 U = faktor perpindahan panas dari dinding kondensor (BTU/jam/der F/ft 2 ) D = perubahan temperature rata-rata antara refrijeran didalam kondensor dengan media pendingin kondensor ( 0 C). Sirkulasi udara sebagai media pendingin kondensor dapat terjadi secara alamiah dan paksaan. Sirkulasi terjadi secara alamiah jika jumlah udara yang melewati kondensor lebih sedikit karena permukaan kondensor relatif agak lebar. Kondensor berpendinginan udara cocok dipakai pada kulkas dan freezer (Ricky Gunawan, 1988 : 174). Jenis kondensor berpendinginan udara yang dipakai pada kulkas memakai pipa bersirip atau pelat. Apabila pipa bersirip yang dipakai letak siripnya berjauhan satu sama lain maka sirkulasi udara berlangsung lancar tanpa ada penghalang dan kondensor terhindar dari gumpalan debu yang menempel pada sirip-sirip. Kondensor jenis pipa bersirip biasanya ditempatkan di bagian belakang kulkas. 4. Evaporator Evaporator adalah salah satu komponen utama dari sistem pendingin, di dalamnya mengalir cairan refrijeran yang berfungsi sebagai penyerap panas dari produk yang didinginkan sambil berubah phasa (Ricky Gunawan. 1988 : 126). Evaporator disebut boiler, freezing unit, low-side, atau nama lainnya yang menggambarkan fungsi atau lokasinya. Temperatur refrijeran di dalam evaporator selalu lebih rendah daripada temperatur sekelilingnya sehingga temperatur sekelilingnya dapat diserap oleh refrijeran.

11 Kapasitas evaporator merupakan kemampuan evaporator untuk menyerap panas dari produk maupun ruangan. Menurut Ricky Gunawan (1988 : 129) kapasitas evaporator dinyatakan dengan persamaan : BTU/jam = U A t t = t 2 - t 1 Disini : U = koefisien perpindahan panas (BTU/hr sg ft 0 F) A = luas permukaan evaporator (sg ft) t = perbedaan temperatur kedua sisi ( 0 F) t 1 = temperatur sisi dalam evaporator ( 0 F) t 2 = temperatur sisi luar evaporator ( 0 F) C. Siklus Pendinginan Pendinginan (refrigerasi) adalah suatu proses pengambilan panas dari suatu zat atau ruang, yang menyebabkan temperaturnya lebih rendah terhadap lingkungannya. Mesin pendingin yang dipakai untuk lemari es terdiri dari beberapa bagian antara lain; kompresor, kondensor, pipa kapiler, evaporator. Komponenkomponen tersebut merupakan serangkaian yang dihubungkan dengan pipa tembaga sehingga membentuk suatu sistem, dan di dalam komponen itu terdapat suatu zat yang cepat menguap. Dengan kata lain yang besar panas laten untuk menguap yang disebut refrigerant (bahan pendingin). Refrigerant tersebut mengalir di dalam saluran

12 serangkaian komponen-komponen tersebut dengan bentuk cair dan gas yang mengalami perubahan wujud (agregasi) benda. Jelasnya sebagai berikut urutan siklus mesin pendingin. Gambar 2. Siklus pendinginan mesin pendingin Kompresor tenaga penggerak, menghisap bahan pendingin gas dari evaporator melalui suction line dengan suhu rendah dan tekanan rendah, lalu dimampatkan sehingga gas dengan tekanan tinggi dan suhu tinggi. Gas tersebut melalui pipa tekan (discharge line), ditekan keluar dari kompresor, lalu mengalir ke kondensor pada bagian yang paling atas. Pipa bagian suction line berukuran diameter 5/16 dan di bagian discharge line berukuran diameter ¼. Kondensor terdiri dari lingkaran-lingkaran pipa tembaga dengan diameter pipa ¼ (inches) yang dipasang berjajar dan jajaran-jajaran pipa-pipa itu dipegag oleh jari-jari besi yang kecil-kecil pada kedua muka dari dari jajaran pipa-pipa tersebut, dan dipasang di bagian belakang kabinet refrigerator. Fungsi dari kondensor adalah menurunkan panas dari gas yang mengalir di dalam pipa-

13 pipa, dan jari-jari besi yang menempel pada lingkaran pipa-pipa kondensor membantu mengendalikan peredaran hawa udara segar, maka suhunya turun. Setelah suhunya mencapai suhu kondensasi lalu mengembun. Wujudnya gas sedikit demi sedikit berubah menjadi cair, tetapi tekanannya masih tetap tinggi. Waktu bahan pendingin keluar dari bagian bawah kondensor wujudnya telah seluruhnya berubah menjadi cair pada suhu ruang atau suhu dingin lanjut tetapi tekanannya masih tetap tinggi. Cairan tersebut lalu mengalir ke pengering (dryer). Pengering (dryer) berisi bahan pengering (silica gel) diantara dua buah kawat saringan (screen). Dapat menyerap lembab air, asam dan menyaring kotoran di dalam sistem. Gambar 3. Kontruksi saringan (dryer) Pipa kapiler (capiliary tube) mempunyai lubang yang sangat kecil diameter pipa 0,026-0,031, dapat menurunkan tekanan. Bahan pendingin cair waktu mengalir di dalam pipa kapiler tersebut, mendapat tahanan dan hambatan yang sangat besar, sehingga tekanannya menurun. Bahan pendingin yang keluar dari pipa kapiler tetap berwujud cair (liquid) dengan suhu ruang, tetapi tekanannya telah turun menjadi rendah sekali, lalu masuk ke dalam evaporator.

14 Evaporator (umum disebut rak es) merupakan sebuah kotak yang dibuat dari pelat alumunium yang pada dinding-dindingnya dipasang menempel lingkaran pipa tembaga berdiameter 5/16 sebagai penyalur gas yang sudah menjadi liquid dan bersuhu rendah. Waktu bahan pendingin cair masuk ke dalam evaporator, cairan tersebut segera menguap dan wujudnya berubah dari cair menjadi gas dengan suhu redah dan tekanan rendah. Telah kita ketahui bahwa untuk mengubah zat cair (liquid) menjadi gas diperlukan kalor (heat) dalam lemari es. Dari evaporator bahan pendingin mengalir ke dalam akumulator (accumulator). Akumulator adalah menampung bahan pendingin gas yang telah menguap dan bahan pendingin cair yang tidak sempat menguap di evaporator. Bahan pendingin cair ditampung pada bagian bawah akumulator, hanya bahan pendingin gas dari bagian atas yang dapat mengalir melalui saluran hisap kompresor. Saluran hisap (suction line) menghubungkan evaporator dan kompresor. Sebagian pipa kapiler dan saluran hisap umumnya diletakkan menempel dan disolder menjadi satu, dinamakan penukar kalor (heat exchanger). Gas dingin dari evaporator mengalir di dalam saluran hisap kompresor. Cairan hangat dari condenser mengalir di dalam pipa kapiler ke evaporator dengan arah yang berlawanan. Dengan membuat penukar kalor seperti ini, kapasitas mendinginkan dari sistem dapat dinaikkan. Di dalam rumah kompresor gas yang dingin masih berguna untuk mendinginkan kumparan motor kompresor dan minyak pelumas kompresor.

15 Kemudian gas dihisap oleh kompresor masuk ke dalam silinder dan dimampatkan kembali oleh torak, sehingga menjadi gas tekanan tinggi dan suhu tinggi. Gas tersebut keluar dari kompresor lalu mengalir ke kondensor lagi. Demikian kerja ini diulangi teus menerus sampai suhu di dalam sistem menjadi dingin. Kontak listrik pada pengatur suhu (thermostat) akan membuka dan kompresor motor berhenti.setelah lewat beberapa menit kemudian, suhu di dalam lemari es akan naik. Kontak listrik pada pengatur suhu akan menutup lagi dan kompresor motor bekerja kembali. D. Komponen Kelistrikan 1. Overload motor protector Overload disingkat (OL) adalah suatu pengaman atau sekering yang dapat membuka kontaknya dan memutuskan arus listrik (Karyanto dan Emon Paringga, 2003 : 138). Overload ditempatkan di luar bagian yang terpanas dari rumah kompresor hermatic. Overload dipakai untuk melindungi motor listrik dari ampere dan panas yang terlalu tinggi. Di dalam overload terdapat bimetal yang kedua ujungnya mempunyai kontak listrik, yang dapat membuka dan menutup. Bimetal terdiri dari dua buah pelat logam tipis yang disatukan dan masing-masing logam mempunyai koefisien muai yang berlainan. Suhu kompresor yang terlalu tinggi menyebabkan bimetal melengkung dan membuka kontaknya sehingga aliran listrik ke kompresor terputus. Setelah kerja kompresor berhenti, suhu motor dan kompresor turun maka kontak listrik akan menutup dan kompresor dapat bekerja kembali.

16 Dilihat dari segi pemasangannya overload motor protector dibedakan menjadi external overload dan internal overlaod. External overload ditempatkan diluar rumah kompresor sehingga tidak dapat menerima secara langsung panas dari motor listrik. External overload lebih mudah dipasang, ditukar, diperbaiki, dan harganya relatif murah. Internal overload ditempatkan di dalam kumparan motor listrik yang langsung menerima panas yang timbul dari kumparan motor listrik. Internal overload di dalam kompresor hermatic tidak dapat ditukar sebelum membuka rumah kompresor hermatic terlebih dahulu. Internal overload lebih dapat diandalkan bekerjanya untuk melindungi motor listrik. Gambar 4. External Overload Protector Gambar 5. Internal overload protector

17 Keterangan : 1. Terminal luar 2. Isolasi dari keramik 3. Kontak yang diam 4. Kontak yang dapat membuka 5. Rumah dari logam 6. Terminal di dalam 2. Pengatur Suhu (Thermostart) Pengatur suhu (thermostart) disebut juga temperatur control, cooling control,refrigerator control, unit control, control thermo. Berguna untuk mengatur batas-batas suhu di dalam lemari es, menghentikan, dan menjalankan kembali kompresor secara otomatis serta mengatur lamanya kompresor berhenti bekerja (Sumanto, 2000 : 39). Gambar 6. Pengatur Suhu Keterangan: 1. Bulb 2. Pipa kapiler 3. Bellow 4. Pegas 5. Kontak yang bergerak 6. Kontak yang diam atau terminal 7. Tombol

18 Kerja pengatur suhu dipengaruhi perubahan suhu yang diterima oleh bulb. Gas akan mengembang sebanding dengan suhunya. Perubahan suhu tersebut dapat menyebabkan cairan dan gas di dalam pipa dan bulb mengembang atau menyusut sehingga dapat menimbulkan tekanan yang berubah-ubah. Jika terjadi perubahan suhu, tekanan akan bertambah atau berkurang sesuai dengan perubahan suhu yang dialaminya. Perubahan tekanan didalam bellow diubah menjadi gerakan lurus yang dapat menekan batang sehingga dapat membuka atau menutup kontak listrik membuat kompresor berhenti atau bekerja. Diatas bellow diberi pegas yang melawan tekanan dari bellow. Tekanan pegas dapat diatur dengan tombol di atasnya. 3. Start Kapasitor Kapasitor adalah komponen listrik untuk menyimpan muatan listrik (Vitex Grandis, 1999 : 23). Start kapasitor mempunyai kapasitas besar dengan bentuk fisik yang kecil. Kapasitas start kapasitor mempunyai toleransi 0 20 %. Pada start kapasitor mempunyai dua nilai kapasitas, yaitu kapasitas yang terendah dan kapasitas yang tertinggi. Jika hanya disebutkan satu nilai kapasitas, itu adalah kapasitas yang terendah. Suatu contoh pada start kapasitor disebutkan nilai 80 µf. kapasitor tersebut mempunyai toleransi yang tertinggi 20 %. Kapasitansi yang tertinggi yang boleh digunakan untuk menggantikan start kapasitor 80 µf adalah 80 x 20 % = 16 µf. jadi, start kapasitor tertinggi yang boleh digunakan untuk menggantikan start kapasitor 80 µf adalah 80 + 16 = 96 µf. Start kapasitor mempunyai dua satuan, yaitu µf atau VAC. µf menjelaskan kapasitas listrik

19 dari kapasitor tersebut. VAC (Volt Alternating Current) menjelaskan arus-bolak dan maksimal tegangan yang dapat dipakai. Start kapasitor direncanakan untuk dipakai dalam waktu yang singkat saja, paling lama tiga detik dan tidak berulang-ulang. Biasanya hanya diperlukan waktu satu detik untuk memutar motor listrik sampai mencapai putaran penuh. Start kapasitor jika penggunaannya lebih dari tiga detik maka start kapasitor akan terus menerus dialiri arus listrik maka akan lebih cepat panas dan rusak. Kompresor lemari es jika memakai start kapasitor pemasangannya harus dihubungkan dengan relay yang dapat menghubungkan dan memutuskan arus listrik dari start kapasitor. Star kapasitor dihubungkan seri dengan kumparan pembantu untuk menambah gaya gerak putar mula. Dengan memakai start kapasitor, daya gerak putar mula motor listrik dapat dinaikkan sampai 40 %. Menurut Sumanto (2000 : 85) persamaan pendekatan untuk menentukan kapasitas start kapasitor adalah sebagai berikut : µ F 159300x1 = fxe Disini : I = arus listrik (ampere) E = tegangan (V) f = frekwensi (Hz) 4. Start Relai Start relai merupakan suatu saklar yang dapat bekerja secara otomatis untuk menghubungkan dan memutuskan arus listrik ke kumparan pembantu dan

20 start kapasitor pada saat motor start. Prinsip kerjanya berdasarkan magnet yang dibangkitkan. Ada dua macam start relay yaitu: Relay magnetik (current type relay) dan relay potensial (potensial type relay). Namun pada lemari es hanya memakai relay magnetik. Relay magnetik umumnya hanya dipakai untuk motor kecil dari 1/12 sampai 1 PK, terutama dipakai pada kompresor hermatik untuk lemari es dengan daya gerak putar mula tinggi maupun rendah. Kontak dari relay dalam keadaan normal atau terbuka. Jumlah lilitan relay sedikit dan terdiri dari kawat dengan diameter yang besar. Lilitan pada relay dihubungkan seri dengan kumparan utama kompresor. Pada waktu start, relay magnetik dipengaruhi oleh perubahan arus listrik yang mengalir ke kumparan kompresor. Relay magnetik harus dipasang dengan batang dan kontak yang dapat bergerak pada kedudukan tegak agar batang dapat bergerak tanpa banyak mendapat gesekan. Umumnya pada relay diberi tanda panah menghadap ke atas atau berupa tulisan This side Up. Relay magnetik mempunyai kapasitas yang berbeda-beda, tergantung dari jumlah lilitan dan besar diameter lilitan kawat. Relay magnetic memerlukan ampere yang besar untuk dapat membangkitkan magnet yang kuat agar batang dan kontak dapat bergerak. Sedangkan relay magnetik yang terlalu kecil kapasitasnya, setelah kontaknya bergerak atas akan terus menutup dan tidak dapat lepas walaupun rotor sudah mencapai putaran penuh. Pada waktu motor start, ampere yang diperlukan besar. Lilitan relay juga butuh arus listrik yang besar sehingga dapat membangkitkan tenaga guna

21 mendorong batang atau kern bergerak ke atas sampai kontanya menutup. Kumparan pembantu mendapat arus listrik untuk memberikan tambahan daya saat rotor berputar. Setelah tiga detik, kompresor hamper mencapai kecepatan penuh. Tenaga yang diperlukan untuk menggerakkan rotor berkurang sehingga arus yang dibutuhkan normal kembali. Magnet yang dibangkitkan menjadi lemah. Batang turun dan kontak akan membuka sehingga arus listrik terputus. Kumparan pembantu dan start kapasitor tidak mendapat arus listrik lagi dan rotor akan terus berputar sampai mencapai putaran penuh hanya dengan kumparan utama saja. E. Teori Dasar Kelistrikan. 1. Arus Listrik Arus listrik adalah perubahan muatan yang pindah melewati suatu titik per satuan waktu di dalam sistem yang berkonduksi. Secara rumus dinyatakan sebagai berikut : Disini : dq I = dt I = arus listrik (ampere) dq = muatan (coloumb) dt = waktu (detik) Arus listrik yang mengalir melalui penghantar mengalami hambatan dari penghantar tersebut. Untuk menyatakan besarnya hambatan yang dialami arus listrik dari suatu penghantar, menurut hukum Ohm dinyatakan sebagai berikut :

22 V R = I Disini : I = arus listrik (ampere) R = hambatan (ohm) V = tegangan (volt) Hambatan suatu penghantar sebanding dengan panjang penghantar dan berbanding terbalik dengan luas penampangnya. Jika panjang penghantar (l), luas penampang (A), maka hambatan penghantar secara matematis ditulis sebagai berikut : R l A Hambatan jenis merupakan faktor perbandingan yang besarnya bergantung pada jenis bahan penghantar, dan dinyatakan dengan persamaan : Disini: R = ρ l A = tahanan jenis (ohm meter) A = luas penampang (meter 2 ) R = hambatan (ohm) l = panjang penghantar (meter) 2. Tegangan atau Potensial Listrik Adanya gaya tolak-menolak antar muatan listrik sejenis akan mengakibatkan benda yang bermuatan listrik terdapat suatu tegangan listrik

23 yang mencoba untuk menjauhkan letak muatan yang satu dengan yang lain. Tegangan listrik juga disebut potensial listrik. Alat untuk mengukur beda potensial disebut voltmeter. Sumber tegangan yang menyebabkan energi sebesar 1 joule untuk setiap coloumb disebut mempunyai beda potensial 1 joule/coloumb atau 1 volt. Satuan potensial listrik ialah volt (V). 3. Daya Listrik Penggunaan konsep daya sangat penting seiring dengan pemanfaatan energi untuk menjalankan peralatan listrik yang berbeda-beda. Jika daya suatu alat diketahui maka dapat dihitung energi yang digunakan selama satu jam, satu hari, atau selang waktu yang lain. Daya listrik ialah energi listrik yang digunakan suatu alat per satuan waktu. Jika daya listrik diberi lambang P, dan suatu alat listrik dalam suatu waktu tertentu (t) detik menggunakan energi sebesar W joule maka : Disini : W P = t P = daya (watt) VI cosθt = t = VI cosθ (watt) V = tegangan (volt) I = arus listrik (ampere)

24 BAB III METODE PEMBUATAN A. Alat Dan Bahan Yang Digunakan Alat yang digunakan ialah : a. Pemotong pipa b. Pengembang pipa c. Pembengkok pipa d. Kompor atau Brander e. Cermin f. Obeng plus (+) g. Obeng min (-) h. Tang cucut i. Tang kombinasi j. Tang ampere k. Pompa vakum l. Charging manifold m. Cairan metil n. Tabung gas LPG o. Tabung gas Freon atau R 12 1 kg. 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 24

25 Bahan yang digunakan : a. Kompresor hermatik 1/8 PK b. Kondensor (10 lengkung) c. Filter atau Saringan d. Pipa evaporator e. Pipa kapiler sedang 5/16 f. Pipa kapiler kecil 0,031 g. Plat stanlesteel dibentuk tabung dan tutupnya, ukuran : t = 30 cm, D = 16 cm h. Sterofom bentuk tabung, ukuran : t = 30 cm, D =17 cm i. Isolasi untuk AC j. Plat alumunium dibentuk balok, ukuran : p = 27 cm, l = 40 cm, t = 60 cm k. Ruji tembaga l. Pompa manual galon 1 buah 1 buah 1 buah 3 meter 2 meter 2 meter 1 buah 1 buah 1 rol 1 buah Secukupnya 1 buah

26 B. Perancangan Steker Lampu Indikator Kompresor Refrijeran Kondensor Saringan (Filter) Pipa Kapiler Evaporator Termostart Gambar 7. Diagram Rangkaian

27 40 cm 60 cm 27 cm Gambar 8. Bentuk Rancangan. Kapasitas isi adonan es krim dapat dihitung dengan rumus isi tabung yaitu : V =.r 2.t Dengan melihat r = 8 cm, t = 30 cm maka : V = 3,14 x (8) 2 x 30 = 3,14 x 64 x 30 = 3,14 x 1920 = 6028,8 cm 3 = 6,0288 Liter

28 C. Langkah Pembuatan 1. Lilitkan pipa alumunium melingkar ke tabung seperti gambar 9. Lilitan pipa evaporator Gambar 9. Bentuk Lilitan Pipa Evaporator Pada Tabung 2. Kemudian pasang sterofom ke tabung, dalam melekatkannya pastikan sterofom benar-benar menempel rapat dengan melekatkan isolasi AC ke sambungansambungan sterofom, seperti nampak dalam gambar 10. Sterofom Lubang Pipa Evaporator Gambar 10. Bentuk Pemasangan Sterofom Pada Tabung. 3. Lalu salah satu lubang ujung pipa kapiler tersebut dihubungkan dengan pipa kapiler kecil, filter, kondensor, dan lubang pipa evaporator yang satunya

29 dihubungkan dengan output kompresor dengan cara kita las gas LPG, seperti pada gambar 11. Gambar 11. Hubungan Antar Komponen 4. Ujung lubang pipa kapiler besar yang satunya disambung dengan pipa kapiler sedang dan baru dihubungkan ke lubang kompresor input. 5. Cek sambungan las gas LPG, jika terlihat tidak rapi / kurang pas, tambahkan tembaga atau hanya meratakan hasil las dengan memanasinya saja. 6. Pasang termostart pada evaporator sekaligus indikator lampunya. 7. Setelah semua terhubung, barulah divakumkan dengan menggunakan mesin vakum. 8. Pastikan posisi kedua keran baik dari tabung refrijeran maupun pompa vakum benar-benar tertutup 9. Meter ganda pastikan menunjukkan angka vakum kurang lebih 30 psig. Jika dalam waktu beberapa menit angka turun berarti ada kebocoran pipa

30 Gambar 12. Pemasangan Pompa Vakum 10. Bahan pendingin diisikan melalui manifolt dan mengalirkannya melalui pipa pengisian ke kompresor. Keran manifolt kemudian ditutup. 11. Kompresor dihidupkan. Meter ganda angkanya akan turun sekitar 5 psig dan meter tekan akan naik sekitar 80 psig. Pada kondisi ini, keran dekat meter ganda dibuka sedikit. Angka pada meter ganda akan naik. Usahakan hanya mencapai angka sekitar 20 psig. Isi terus bahan pendingin hingga angka pada meter ganda sekitar 160 psig. Tutuplah keran pada manifolt dan tabung gas. Perhatikan apakah bunga es apakah sampai saluran hisap ke kompresor. Jika belum, isi kembali sedikit bahan pendingin hingga angka meter tekan maksimal 200 psig dan bunga es jangan sampai masuk ke saluran kompresor.

31 D. Langkah Pengujian Pengujian dilakukan untuk menghasilkan data-data yang digunakan sebagai dasar untuk menjawab permasalahan yang timbul. Alat yang digunakan : jumlah 1. Tang ampere 1 buah 2. Stopwatch 1 buah Bahan yang dibutuhkan : Adonan es krim 1 Liter Langkah-langkah yang dilakukan adalah : 1. Masukkan adonan es krim 1 Liter ke dalam tabung. 2. Set termostart ke posisi 1 (minimum). 3. Hubungkan mesin dengan sumber tegangan 220 V, dan sebelumnya pasang tang meter pada salah satu konektor yang masuk ke mesin. 4. Setelah terhubung dengan sumber tegangan, amati dan catat arus startnya dan setelah mesin bekerja stabil dicermati juga arus normalnya. 5. Amati mesin bekerja dalam kurun waktu ini : 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit, 150 menit, 180 menit, kemudian catat waktu yang dibutuhkan mesin untuk mencapai suhu maksimal termostart posisi 1 dan amati adonannya. 6. Setelah selesai set termostart ke posisi berikutnya sampai dengan posisi 7, dan lakukan perintah seperti posisi 1.

32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh data data berikut : Tabel 1.Termostart posisi 1 No Waktu (menit) Posisi Mesin Arus Start Arus Normal Keterangan 1. 2. 25,43 3,12 OFF 1,2 A - 0,4 A - Mengalami defrost sekali dalam 30 menit Tabel 2. Hasil Pengamatan Hasil Adonan Es Krim No. Waktu Posisi Kondisi Adonan Keterangan (menit) Mesin 1. 2. 3. 4. 5. 6. 30 60 90 120 150 180 OFF Lembek Lembek Lembek Lembek Pinggir Ada Gumpalan Kristal Es Kecil Pinggir Ada Gumpalan Kristal Es Kecil Mengalami perubahan bentuk adonan menjadi ada gumpalan kristal es yang kecil kecil pada bagian pinggirnya. 32

33 Tabel 1, dimaksudkan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan mesin untuk mencapai suhu maksimal termostart posisi 1. Sedangkan tabel 2 untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk membentuk adonan menjadi bentuk yang diinginkan. Tabel 3. Termostart posisi 2 No Waktu (menit) Posisi Arus Start Arus Keterangan Mesin Normal 1. 27,26 1,8 A 0,4 A 2. 2,54 OFF - - 3. 4. 1,04 3,07 OFF 1,7 A - 0,4 A - Mengalami defrost 3 kali dalam 30 menit 5. 9,48 1,6 A 0,4 A 6. 2, 34 OFF - - Tabel 4. Hasil Pengamatan Adonan Es Krim No. Waktu Posisi Kondisi Adonan Keterangan (menit) Mesin 1. 2. 3. 4. 5. 30 60 90 120 150 OFF OFF Lembek Lembek Pinggir Terbentuk Kristal Es Kecil Terbentuk Kristal Es Kecil Rata Terbentuk Kristal Es Kecil Rata Mengalami perubahan bentuk adonan menjadi ada gumpalan kristal es kecil yang merata. 6. 180 Terbentuk Kristal Es Kecil Rata

34 Tabel 5.Termostart posisi 3 No Waktu Posisi Arus Arus Keterangan (menit) Mesin Start Normal 1. 2. 3. 26,04 2,54 9,04 OFF 2,2 A - 1,9 A 0,4 A - 0,4 A Mengalami defrost 2 kali dalam waktu 30 menit 4. 3,07 OFF - - 5. 9,48 2,1 A 0,4 A Tabel 6. Hasil Pengamatan Adonan Es Krim No. Waktu Posisi Kondisi Adonan Keterangan (menit) Mesin 1. 2. 3. 4. 5. 6. 30 60 90 120 150 180 Lembek Pinggir Ada Gumpalan Kristal Es Kecil Gumpalan Kristal Es Kecil Rata Pinggir Ada Gumpalan Kristal Es Besar Pinggir Ada Gumpalan Kristal Es Besar Gumpalan Kristal Es Besar Rata Adonan terbentuk kristal es besar rata setelah mesin bekerja 180 menit Tabel 7.Termostart posisi 4 No Waktu Posisi Mesin Arus Start Arus Normal Keterangan 1. - - 2,4 A 0,4 A Tidak terjadi defrost

35 Tabel 8. Hasil Pengamatan Adonan Es Krim No. Waktu Posisi Kondisi Adonan Keterangan (menit) Mesin 1. 2. 3. 4. 30 60 90 120 Pinggir Ada Gumpalan Kristal Es Kecil Gumpalan Kristal Es Kecil Rata Pinggir Ada Gumpalan Kristal Es Besar Pinggir Ada Gumpalan Kristal Es Besar Adonan mengeras setelah mesin bekerja 180 menit. 5. 150 Gumpalan Kristal Es Rata 6. 180 Adonan Keras (Beku) Tabel 9.Termostart posisi 5 No Waktu Posisi Mesin Arus Start Arus Normal Keterangan 1. - - 0,4 A 2,3 A Tidak terjadi defrost Tabel 10. Hasil Pengamatan Adonan Es Krim No. Waktu Posisi Kondisi Adonan Keterangan (menit) Mesin 1. 2. 3. 4. 30 60 90 120 Pinggir Ada Gumpalan Kristal Es Kecil Gumpalan Kristal Es Kecil Rata Pinggir Ada Gumpalan Kristal Es Besar Gumpalan Kristal Es Rata Adonan mengeras setelah mesin bekerja 150 menit. 5. 150 Adonan Keras (Beku) 6. 180 Adonan Beku (Beku)

36 Tabel 11. Termostart posisi 6 No Waktu Posisi Mesin Arus Start Arus Normal Keterangan 1. - - 0,4 A 2,4 A Tidak terjadi defrost) Tabel 12. Hasil Pengamatan Adonan Es Krim No. Waktu Posisi Kondisi Adonan Keterangan (menit) Mesin 1. 2. 3. 4. 30 60 90 120 Pinggir Ada Gumpalan Kristal Es Kecil Gumpalan Kristal Es Kecil Rata Pinggir Ada Gumpalan Kristal Es Besar Gumpalan Kristal Es Rata Adonan mengeras setelah mesin bekerja 150 menit. 5. 150 Adonan Keras (Beku) 6. 180 Adonan Beku (Beku) Tabel 13. Termostart posisi 7 No Waktu Posisi Mesin Arus Start Arus Normal Keterangan 1. - - 0,4 A 2,5 A Tidak terjadi defrost Tabel 14. Hasil Pengamatan Adonan Es Krim No. Waktu Posisi Kondisi Adonan Keterangan (menit) Mesin 1. 2. 3. 30 60 90 Pinggir Ada Gumpalan Kristal Es Kecil Gumpalan Kristal Es Kecil Rata Pinggir Ada Gumpalan Kristal Es Besar Adonan mengeras setelah mesin bekerja 150 menit.

37 4. 120 Gumpalan Kristal Es Rata 5. 150 Adonan Keras (Beku) 6. 180 Adonan Beku (Beku) B. Pembahasan Data-data yang diperoleh dari pengukuran dapat digunakan sebagai dasar untuk menjawab permasalahan yang ada yaitu: Bagaimana efisiensi waktu yang dibutuhkan mesin tersebut untuk menjadikan es krim yang diinginkan. Analisa data yang ada diantaranya: 1. Jika berdasarkan hasil es krim yang diinginkan : Posisi tombol termostart 1 menghasilkan es krim yang pinggirnya terbentuk gumpalan kristal es kecil kecil setelah mesin bekerja selama 150 menit. Posisi tombol termostart 2 menghasilkan adonan es krim yang terdapat gumpalan kristal es kecil setelah mesin bekerja selama 90 menit. Posisi tombol termostart 3 menghasilkan 2 bentuk adonan es krim yang terdapat gumpalan kristal es kecil dalam waktu 60 menit dan gumpalan kristal es yang lebih besar selama 120 menit. Posisi tombol termostart 4 sampai 7 menghasilkan 3 bentuk adonan yaitu adonan terdapat gumpalan kristal kecil dalam waktu 30 menit, gumpalan kristal yang lebih besar dalam waktu 90 menit dan adonan keras (beku) rata rata butuh waktu 150 menit. Dari hasil pengamatan adonan, jika dilihat dari dari termostart posisi 1 sampai 7 menghasilkan 3 macam bentuk yaitu adonan terdapat gumpalan kristal es kecil, gumpalan kristal es yang lebih besar dan adonan keras (beku). Untuk adonan yang

38 diamati pada posisi termostart 4 sampai 7 menghasilkan bentuk adonan yang sama jumlahnya dikarenakan set termostart itu sendiri yang mempunyai batas nilai lebih kecil dibandingkan dengan posisi 1 sampai 3. Karena dapat diketahui bahwa batas nilai termostart rata rata untuk membuka pada 5 sampai 13 0 C dan untuk menutup dari - 5 sampai 9 0 C (Karyanto dan Emon Paringga, 2003 : 195). 2. Ditinjau berdasarkan waktu cepat tidaknya mesin mencapai suhu maksimal pada setiap posisi tombol termostart : Posisi tombol termostart 1 sampai dengan 3, jika dilihat untuk mencapai suhu maksimal rata-rata kurang dari 30 menit. Posisi tombol termostart 4 sampai dengan 7, jika dilihat untuk mencapai suhu maksimal rata-rata lebih dari 3 jam. Posisi termostart 4 sampai 7 jika dianalisa hasil pengamatan berdasarkan waktu untuk mencapai suhu maksimal dalam batas nilai termostart berbeda dengan posisi 1 sampai 3, hal ini disebabkan karena : a. Kontruksi pembungkus sterofom kurang rapat sehingga untuk mencapai suhu batas maksimal tidak bisa. b. Letak termostart berada dekat kondensor (walaupun ditutup dengan sterofom), dengan demikian suhu panas kondensor mempengaruhi kerja termostart. 3. Arus yang terukur rata-rata menunjukkan 0,4 Ampere dan arus start pada saat kompresor bekerja rata-rata mencapai 1,2 sampai dengan 2,5 Ampere.

39 Kriteria es krim yang diinginkan adalah adonannya berbentuk adonan lembek yang terdapat kristal es kecil kecil lembut merata pada bagiannya. Dengan melihat data percobaan yang ada posisi tombol termostart yang dapat digunakan untuk membentuk es krim dengan kriteria yang diinginkan hampir semua dapat digunakan, kecuali posisi 1 yang hanya dapat menghasilkan adonan terdapat gumpalan kristal kecil di pinggir adonan (tidak rata). Mesin lain (BT 7230 dan BH 7256) rata rata memerlukan waktu kurang dari 1 jam. Mesin ini paling cepat memerlukan waktu dari 1 jam dengan posisi termostart tombol 4 sampai 7. Tetapi saat setelah mencapai kriteria adonan, posisi ini harus segera diubah ke posisi 2 karena jika tetap di set pada posisi tersebut adonan akan berubah bentuk. Pada posisi 2 jika di set tetap hasilnya tidak berubah. Jika dibandingkan dengan mesin yang lainnya mesin ini memang tergolong lebih lama. Hal ini disebabkan : 1. Kemungkinan hal ini terjadi karena kompresor yang digunakan lebih kecil dan kompresinya lebih lemah (setengah pakai). 2. Disain tabung evaporatornya berbeda atau disini dibuat lebih besar sehingga waktu untuk menghasilkan kedinginan yang maksimal lebih lama. 3. Kemungkinan juga sterofom yang digunakan belum tertutup rapat sehingga kedinginan yang dihasilkan keluar dari sterofom.

40 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari analisa data yang telah dipaparkan dapat diambil kesimpulan diantaranya : 1. Waktu yang diperlukan untuk membentuk es krim jenis cone jika menggunakan mesin ini adalah kurang lebih 1 jam. 2. Untuk membentuk kriteria es krim cone yang paling cepat adalah posisi tombol termostart di set pada posisi antara tombol 4 sampai 7, kemudian setelah 1 jam baru diubah ke posisi tombol termostart 2. B. Saran 1. Untuk mempercepat proses pembentukan es krim sebaiknya setelah 30 menit dilakukan pengadukan agar adonan marata. 2. Pemasangan sterofom dibuat serapat mungkin agar suhu yang dihasilkan tidak mudah keluar sehingga mempercepat kerja kompresor untuk mencapai suhu yang diharapkan. 3. Kompresor yang digunakan lebih besar dan lebih baik kompresinya sehingga memungkinkan lebih cepat mencapai suhu maksimal. 40

41 DAFTAR PUSTAKA Handoko K, 1981, Teknik Memilih, Memakai, Dan Memperbaiki Lemari Es, Jakarta : PT. Ichtiar Baru. Karyanto dan Emon Paringga, 2003, Teknik Mesin Pendingin, Volume 1, Jakarta : CV. Restu Agung. Kamajaya dan Suardhana Linggih, 1987, Penuntun Pelajaran Fisika Untuk SMU Kelas 1, Bandung : Erlangga. Ricky Gunawan, 1988, Pengantar Teori Teknik Pendingin, Jakarta : Depdikbud. Sumanto, 2000, Dasar - dasar Mesin Pendingin. Yogyakarta: Penerbit, Andi. Supratman Hara, 1992, Refrijerasi dan Pengkondisian Udara, Jakarta : Erlangga. 41