BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam satu dekade terakhir terjadi transisi epidemiologi karena kematian

dokumen-dokumen yang mirip
Persepsi dan sikap konsumen terhadap (Sari MP; dkk)


BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

Advertisement of Nutrition Message in Food Product. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

Mencermati Label dan Iklan Pangan. Purwiyatno Hariyadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

Kepatuhan Membaca Label Informasi Zat Gizi di Kalangan Mahasiswa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Grup I- Label Pangan

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ekonomis (Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009) (1). Pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak menghasilkan variasi pangan yang dapat di konsumsi. Dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

hiperkolesterolemia, asam urat, dan lain-lain. Pada tahun 2003 WHO (World Health

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

Survei Konsumsi Gizi, oleh Clara M. Kusharto; I Dewa Nyoman Supariasa Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

PENDAHULUAN & NUTRITION LABELING

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesejahteraan penduduk telah mendorong terjadinya. perubahan pola makan yang berdampak negatif dengan mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. menjaga dari penyakit kronik, menurunkan risiko penyakit kardiovaskular,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka insiden dan prevalensi penyakit degeneratif di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan antara..., Noor Risqi Skriptiana, FKM UI, 2009

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir terjadi transisi epidemiologi karena kematian akibat penyakit degeneratif semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit infeksi semakin menurun. Hingga akhir tahun 2008 penyakit degeneratif telah menyebabkan kematian hampir 36 juta orang di seluruh dunia. Beberapa penyakit yang tergolong penyakit degeneratif adalah PJK (penyakit jantung koroner), diabetes melitus, kanker, obesitas, hipertensi, dan stroke (WHO, 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan terjadi peningkatan angka prevalensi penyakit degeneratif pada tahun 2007 hingga 2013. Peningkatan prevelensi terjadi pada diabetes melitus dari 1,1% menjadi 2,1%, hipertensi dari 7,6% menjadi 9,5%, dan stroke dari 8,3% menjadi 12,1%. Adanya transisi epidemiologi erat kaitannya dengan perilaku makan (Popkin et al, 2001). Pemilihan makanan yang awalnya mengandung bermacam-macam nilai gizi (padi, biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, buah, dan pembatasan bahan makanan hewani) berubah ke arah makanan yang lebih bervariasi seperti lebih banyak makanan olahan, tinggi bahan makanan hewani, tinggi gula dan lemak (Popkin et al, 2001). Survei yang dilakukan oleh Consumers International (CI) menyatakan bahwa selama satu dekade terakhir penjualan produk kemasan di seluruh dunia naik menjadi 92% dan mencapai 2,2 triliun dollar AS di tahun 2012. Produk kemasan secara keseluruhan tinggi akan kandungan lemak, natrium, dan 1

2 gula. Kesalahan dalam pemilihan makanan dan kurangnya pengetahuan tentang gizi dapat mengakibatkan timbulnya masalah gizi yang akhirnya dapat mempengaruhi status gizi seseorang (Sediaoetama, 2004). Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan bahan makanan dan zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh (Almatsier, 2004). Pengetahuan gizi konsumen mengenai produk pangan dapat dipengaruhi oleh label produk tersebut. Menurut BPOM (2004), label pangan adalah keterangan yang berbentuk gambar, tulisan maupun kombinasi keduanya, yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, dicetak pada atau merupakan bagian kemasan pangan. Konsumen akan menentukan apakah membeli produk tersebut atau tidak setelah meneliti informasi yang termuat pada label (BPOM, 2009). Di Indonesia, informasi nilai gizi merupakan salah satu informasi yang wajib dicantumkan apabila label pangan memuat sejumlah keterangan tertentu. lnformasi nilai gizi merupakan daftar kandungan zat gizi pada label pangan sesuai dengan format yang telah ditetapkan (BPOM, 2009). Untuk membuat pilihan yang bijak terhadap produk pangan, konsumen harus mampu membedakan produk sehat dengan yang kurang sehat. Hal ini dapat dilakukan dengan menampilkan komposisi gizi makanan secara transparan dalam bentuk informasi nilai gizi (Geiger et al, 1991; Scott dan Worsley, 1994). Namun dalam penerapannya terdapat permasalahan dalam pencantuman informasi nilai gizi. Adanya berbagai istilah seperti low, less, reduced, free, light, lite, maupun extra, akan membingungkan konsumen. Pengertian berbagai istilah tersebut perlu mengacu pada peraturan dan standar internasional, seperti yang

3 dikeluarkan oleh Codex Alimentarius Commissions (CAC), agar istilah yang digunakan pada label tidak membingungkan konsumen (Hariyadi, 2005). CAC sebagai organisasi gabungan antara Food Agriculture Organization (FAO) dan World Health Organization (WHO) yang secara khusus bertugas menetapkan standardisasi di bidang pangan, saat ini sedang mengkaji mengenai kewajiban penerapan label gizi (BPOM, 2009). Setiap pemerintah diharapkan secara aktif mencanangkan kebijakan tentang label gizi untuk meningkatkan gizi masyarakat (WHO, 2005). Seperti di Inggris, pemerintah menetapkan kebijakan agar produsen makanan memberikan informasi yang jelas dan konsisten terhadap produk yang dikonsumsi konsumen, serta mendukung diterapkannya format label Traffic Light sebagai format label gizi bagi produsen makanan dan retailer (Cross-Government Obesity Unit, Departmentof Health, Department of Children, Schools dan Families, 2008). Format label Traffic Light (TL) dikembangkan oleh The UK Food Standards Agency (FSA) yang menitikberatkan informasi nilai gizi pada zat gizi tertentu, yaitu lemak total, lemak jenuh, gula, dan natrium. Zat gizi dikategorikan melalui warna dengan tiga indikator yaitu tinggi (merah), medium (kuning), dan rendah (hijau) berdasarkan angka yang ditetapkan oleh the European Regulation for Nutrition and Health Claims (Official Journal of the European Union, 2006). Studi di UK yang meneliti tentang kemampuan dan pemahaman konsumen dalam menggunakan format label TL dan GDA (Guideline Daily Amount) menunjukkan bahwa TL membuat konsumen dapat memilih produk makanan yang lebih sehat secara mudah dan akurat (Conquest Research, 2006).

4 Format label TL juga telah diimplementasikan pada label produk pangan di Australia. Studi yang dilakukan oleh Kelly et al (2009) pada 790 konsumen di Australia menguji persepsi dan kemampuan konsumen menggunakan format label yang berbeda yaitu, TL, monochrome %DI (Daily Intake), dan colour-coded %DI. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa TL merupakan format label yang paling berhasil dalam membantu konsumen untuk memilih produk yang sehat. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana penerapan format label TL dalam bentuk kartu atau Traffic Light Card (TLC) sebagai alat bantu pemilihan produk kemasan di pusat perbelanjaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka disusunlah suatu rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana persepsi dan sikap konsumen tentang penerapan TLC di pusat perbelanjaan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dan sikap konsumen tentang penerapan TLC di pusat perbelanjaan. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui persepsi konsumen tentang penerapan TLC di pusat perbelanjaan.

5 b. Mengetahui sikap konsumen tentang penerapan TLC di pusat perbelanjaan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman peneliti mengenai format dan penerapan label gizi di Indonesia dan negara lain. 2. Bagi masyarakat Dari hasil penelitian ini diharapkan akan tersedia alat bantu yang dapat digunakan konsumen dalam memilih produk kemasan yang lebih sehat. 3. Bagi pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan mengenai penerapan format label gizi. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai format label TL telah banyak dilakukan seperti di Inggris, Australia serta negara-negara di Amerika dan Eropa, namun di Indonesia belum pernah dilakukan penelitian serupa. Beberapa penelitian yang sejalan dengan penelitian ini antara lain: 1. Kelly et al (2009) dengan judul penelitian: Consumer Testing of the Acceptability and Effectiveness of Front-of-pack Food Labelling Systems for the Australian Grocery Market. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap empat format label makanan kemasan dan bagaimana kemampuan format tersebut dalam membantu memilih produk yang sehat. Hasil dari

6 penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen memberikan dukungan terhadap penetapan informasi gizi yaitu, lemak total, lemak jenuh, gula, dan natrium. Konsumen yang menggunakan format label TL dapat lima kali lebih besar untuk memilih makanan sehat dengan benar dibandingkan dengan Monochrome %DI serta tiga kali lebih besar dibandingkan Colour-Coded %DI. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel format label serta subjek penelitian, yaitu konsumen di pusat perbelanjaan. Perbedaan terdapat pada rancangan penelitian. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental sedangkan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan rancangan penelitian survei yang bersifat eksploratif didukung data dari wawancara mendalam (in-depth interview). 2. Moeser et al (2010) dengan judul penelitian: Simplified Nutrient Labelling: Consumers' Perceptions in Germany and Belgium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap format label GDA dan TL. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen di Belgia lebih memilih GDA, sedangkan konsumen di Jerman lebih memilih TL. Perbedaan hasil tersebut dipengaruhi oleh karakteristik sosiodemografi dan persepsi konsumen terhadap masing-masing format label. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel format label dan persepsi serta subjek penelitian. Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu pada rancangan penelitian. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif dengan kuesioner sedangkan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan penelitian survei yang bersifat eksploratif didukung data dari wawancara mendalam (in-depth interview).

7 3. Tymms (2011) dengan judul penelitian: Design, Format, and Impact of Front-of-pack Nutrition Labelling: An Independent Review of Refereed Literature. Penelitian ini berisi tentang review beberapa penelitian yang dipublikasikan setelah tahun 2004 untuk melihat dampak dari label gizi terhadap perilaku pembelian makanan. Hasil dari penelitian ini secara keseluruhan adalah bahwa anggapan label gizi pada kemasan dapat memperbaiki perilaku konsumen dan pola makan ternyata tidak selalu mendapat hasil yang sama pada setiap penelitian. Pada penelitian di atas belum ada standar format label yang diujikan pada konsumen. Pemahaman konsumen terhadap penggunaan label gizi juga berbeda-beda pada setiap daerah. Pada akhirnya perlu dipertimbangkan dampak dari label gizi untuk membuat kebijakan baru. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel pemilihan desain dan format label gizi serta subjek penelitian, yaitu konsumen di pusat perbelanjaan. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan terdapat pada rancangan penelitian. 4. Thorndike et al (2012) dengan judul penelitian: A 2-Phase Labelling and Choice Architecture Intervention to Improve Healthy Food and Beverage Choices. Penelitian ini berisi tentang penerapan format label berbasis TL dan perubahan tata letak produk di kafetaria untuk meningkatkan pemilihan produk makanan dan minuman yang sehat. Hasil dari penelitian tersebut adalah penjualan produk makanan sehat, berwarna hijau, meningkat 4,5% sedangkan produk berwarna merah menurun 9,2%. TL akan terus dilanjutkan penggunaanya di kafetaria ini karena mampu meningkatkan penjualan produk makanan sehat. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel pemilihan desain dan format label berbasis

8 TL. Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu pada subjek dan rancangan penelitian. Subjek penelitian ini adalah konsumen di kafetaria Rumah Sakit Massachusetts sedangkan subjek penelitian yang dilakukan adalah konsumen di pusat perbelanjaan. Penelitian ini menggunakan desain intervensi sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian survei yang bersifat eksploratif didukung data dari wawancara mendalam (in-depth interview). 5. Davis dan Prakash (2013) dengan judul penelitian: A Pilot Study to Develop Nutritional Guidance Signage for a University Cafetaria Based on Traffic Light Design. Penelitian ini berisi tentang penerapan pedoman berbasis TL untuk mahasiswa dalam memilih makanan sehat. Hasil dari penelitian tersebut adalah mahasiswa memberikan respon bahwa uji coba TL yang telah diterapkan di kafeteria dapat membantu mereka dalam membandingkan dan memilih makanan sehat secara cepat, bahkan mereka meminta agar TL diterapkan seterusnya di kafeteria tersebut. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel format label dan penerapan format label berbasis TL. Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu pada subjek dan rancangan penelitian. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa sedangkan subjek penelitian yang dilakukan adalah konsumen di pusat perbelanjaan. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian survei yang bersifat eksploratif didukung data dari wawancara mendalam (in-depth interview).