BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. retrospektif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA IBU HAMIL DI RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tahun diperkirakan wanita di dunia meninggal sebagai akibat. per kelahiran hidup (Wiknjosastro, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 214 per

BAB III METODE PENELITIAN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsi Di Ruang Bersalin BLU-RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013

PENGARUH USIA DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN PRE EKLAMPSIA DI RSUD SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita, dimana kehamilan merupakan proses fertilisasi atau

BAB IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian Gambaran umum lokasi penelitian Karakteristik sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMPSIA BERAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG 2013

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PREEKLAMPSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS BATURADEN I BANYUMAS

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang muncul ditrimester kedua

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian maternal (maternal mortality) merupakan salah satu

BAB III METODE PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian yang dialami ibu selama masa kehamilan masih cukup tinggi di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perdarahan, pereklamsi/eklamsi, dan infeksi ( Saifuddin, 2001 ).

BAB III METODE PENELITIAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

1

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah observasional analitik komparatif kategorik

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMPSIA PADA IBU HAMIL DI POLI KEBIDANAN RUMAH SAKIT KESDAM BANDA ACEH. Mayang Sari 1, Imelda 2

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

BAB I PENDAHULUAN. atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk. mendapatkan pelayanan ANC. Pada setiap kunjungan ANC, petugas

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI), sehingga menempatkannya diantara delapan tujuan Millennium

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian Metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013.

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2. Agustus 2011 FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA MOLLA HIDATIDOSA DI RSUP DR.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian analitik korelatif

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMSIA DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2012 OLEH : Ajeng Galuh Wuryandari SST.

BAB IV METODE PENELITIAN

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Bersalin di Ruangan Camar II RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2014

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang

BAB III METODA PENELITIAN. pendekatan, populasi dan sampel, definisi operasional, variabel dan skala

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat,

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas, Padang, Sumatra Barat,

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian wanita yang disebabkan oleh karena kehamilan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2009

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut bisa terjadi, kemudian melakukan analisis hubungan antara faktor. dipengaruhi oleh resiko) (Riyanto, 2011, p.28).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMPSIA PADA IBU BERSALIN DI RSUP DR.M.DJAMIL PADANG

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

setiap tahun satu tiap 4 menit. Pendahuluan Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perdarahan postpartum merupakan kunci bagi kesehatan

Oleh : Dra. Hj. Syarifah, M.Kes. ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN. ini dilakukan pada setiap variabel yang diteliti. No. Usia (Tahun) Frekuensi Prosentase (%)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pukesmas Induk yang ada di kota semarang salah satunya yaitu

ANALISIS JUMLAH GRAVIDA TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA SAAT HAMIL DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMPSIA PADA IBU BERSALIN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2015, terlihat

BAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian mengenai hubungan antara jarak kehamilan dengan

Faktor Resiko Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan. The Risk Factors Of Hypertension in Pregnancy PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI PUSKESMAS PAAL X KOTA JAMBI TAHUN 2012

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah descriptive correlative research, atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012, Angka kematian ibu adalah 395 per kelahiran hidup.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN LAHIR DI KLINIK HARYANTARI MEDAN

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang merupakan rumah sakit islam yang terletak di Jl. Wonodri 22 Semarang. Rumah sakit ini didirikan pada tanggal 27 Agustus 1974 dan sudah mempunyai sertifikat ISO 9001-2008 dengan sertifikasi akreditasi penuh 12. RS Roemani mempunyai pelayanan 24 jam, pelayanan rawat jalan, rawat inap, penunjang medis dan pelayanan kerohanian dengan ditunjang oleh tenaga medis yang profesional dan alat medis yang lengkap RS Roemani sedang berkembang dan berupaya meningkatkan manajemen mutu pelayanan dengan sistem standarisasi yang diakui internasional. Pelayanan 24 jam di Roemani yaitu IGD/Emergency, Apotek/ Pharmacy, Bedah Sentral/ Operating Theaters, Laboratorium Diagnostik/Diagnostic Laboratory, Radiodiagnostik/ Radiodiagnostic, Ambulans/ Ambulance. pelayanan rawat inap mempunyai beberapa ruang yaitupediatric, Obstetric and Gynecology, Isolation Room, Operating Theater, Neonatus/ Infant, Utama/ VIP, Kelas IA, Kelas IB, Kelas II, Kelas IIA, Kelas IIB, Kelas III, Intensive Care Unit (ICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU ) HND, BBRT/ NICU. 57

58 B. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang dengan jumlah sampel 32 responden pada kasus dan 32 orang pada kontrol. 1. Analisis univariat a. Umur ibu Hasil penelitian diperoleh data umur ibu ratarata adalah umur reproduksi baik dari kelompok kontrol maupun kasus. Tabel 4.1 Distribusi frekuensi umur pada ibu hamil dengan preeklampsia di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang bulan Januari tahun 2013 sampai Februari tahun 2014. Umur Kasus Kontrol n % n % 20-35 tahun 24 75.0 25 78.1 <20 tahun 8 25.0 7 21.9 atau >35 tahun Total 32 100.0 32 100.0 Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh sebagian besar responden pada kelompok kasus memiliki umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 24 orang (75,0%), pada kelompok kontrol sebagian besar responden berumur 20-35 tahun yaitu 25 orang (78.1%).

59 b. Paritas Berdasarkan penelitian sebagian besar responden memiliki paritas primigravida pada kelompok kasus dan pada kelompok kontrol paritas primigravida dan multigravida memiliki jumlah sama. Tabel 4.2 Distribusi frekuensi paritas pada ibu hamil dengan preeklampsia di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang bulan Januari 2013 sampai Februari 2014 Gravida Kasus Kontrol n % n % 1 kali 20 62.5 16 50.0 2-5 kali 12 37.5 16 50.0 Total 32 100.0 32 100.0 Berdasarkan pengelompokan paritas pada Tabel 4.2 sebagian besar responden pada kelompok kasus memiliki paritas 1 kali atau kehamilan pertama yaitu 20 orang (62,5%), untuk kelompok kontrol yaitu 16 orang (50.0%) pada primigravida. c. Riwayat preeklampsia Hasil penelitian sebagian besar ibu tidak memiliki riwayat preeklamsi sebelumnya baik dari kelompok kasus maupun kontrol.

60 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi riwayat ibu dengan preeklampsia pada ibu hamil dengan preeklampsia di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang bulan Januari tahun 2013 sampai Februari tahun 2014. Riwayat preeklamsi Kasus Kontrol sebelumnya n % n % Tidak ada 25 78.1 32 100.0 Berdasarkan data Tabel 4.3 didapatkan sebagian besar responden pada kelompok kasus tidak memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya yaitu sebanyak 25 orang (78.1%), sementara pada kelompok kontrol semua responden tidak memiliki riwayat preeklampsia yaitu 32 orang (100%). d. Kehamilan kembar Ada 7 21.9 0 0 Total 32 100.0 32 100.0 Hasil penelitian sebagian besar ibu hamil tunggal baik dari kelompok kasus maupun kontrol. Tabel 4.4 Distribusi frekuensi kehamilan kembar pada ibu hamil dengan preeklampsia di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang bulan Januari tahun 2013 sampai Februari tahun 2014. Kehamilan Kasus Kontrol kembar n % n % Tidak 31 96.9 32 100.0 Ya 1 3.1 0 0 Total 32 100.0 32 100.0 Berdasarkan data Tabel 4.4 didapatkan sebagian besar responden pada kelompok kasus hamil tunggal yaitu

61 sebesar 31 orang (96.9%), sementara pada kelompok kontrol semua responden memiliki kehamilan tunggal yaitu 32 orang (100,0%). e. Kejadian preeklampsia Hasil penelitian diketahui derajat preeklampsia dimana mayoritas ibu hamil dengan preeklampsia berat. Grafik 4.1 Distribusi kejadian preeklampsia pada ibu hamil dengan preeklampsia di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang bulan Januari tahun 2013 sampai Februari tahun 2014. Kejadian preeklampsi preeklamsi ringan preeklamsi berat 96,875 % 3,125 % preeklamsi ringan preeklamsi berat Berdasarkan grafik 4.1 didapatkan sebagian besar responden mengalami preeklampsia berat yaitu sebesar 31 orang (96.9%) dan sangat sedikit responden yang mengalami preeklampsia ringan yaitu 1 orang (3.1%). 2. Analisis bivariat a. Hubungan antara umur dengan preeklampsia Berdasarkan hasil analisis hubungan umur dengan kejadian preeklampsia diketahui bahwa sebagian

62 besar ibu memiliki umur reproduksi yang baik (20-35 tahun) baik dari kelompok kontrol maupun kasus Tabel 4.5 digambarkan sebagai berikut Tabel 4.5 Hubungan umur dengan kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang periode bulan Januari 2013 sampai Februari 2014 Kejadian preeklamsi Umur ibu Kontrol Kasus Jumlah p value n % n % n % OR (95% CI) 20-35 tahun <20 atau >35 tahun 25 51,0 24 49,0 49 100 0,768 1,190 (0,374-3,793) 7 46,7 8 53,3 15 100 Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa prosentase pada kelompok kontrol umur ibu dengan kejadian preeklampsia pada umur ibu 20-35 tahun lebih banyak yaitu 25 orang (51%) dibandingkan dengan umur ekstrim (<20, >35 tahun) yaitu sebanyak 7 orang (46,7 %) sedangkan pada kelompok kasus umur ibu dengan kejadian preeklampsia pada umur 20-35 tahun lebih banyak yaitu sebanyak 24 orang (49%) dibandingkan dengan umur ekstrim (< 20 tahun atau > 35 tahun) yaitu sebesar 8 orang (53,3%). Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menggunakan uji chi-square didapatkan nilai pearson chi-

63 square 0,087 dan nilai p=0,768 > 0,05 dari hasil tersebut Ha ditolak dan Ho diterima maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor umur dengan resiko terjadinya preeklampsia, hal tersebut dimungkinkan sebagian besar umur ibu adalah umur reproduksi (20-35 tahun). Ibu berumur antara 20-29 merupakan umur terendah penyumbang kematian ibu dan bayi, sementara ibu yang lebih muda atau lebih tua mempunyai resiko yang besar, kehamilan ibu dengan umur 16 tahun terjadi peningkatan resiko terjadi preeklampsia, umur >35 berada pada resiko tinggi dan >40 mempunyai resiko lebih besar (Benson dan Martin, 2009: 84). Berdasarkan OR=1,190 dan CI 95%= 0,374-3,793 artinya ibu hamil umur risiko tinggi mempunyai peluang 1,190 kali mengalami kejadian preeklampsia dibangdingkan dengan ibu hamil umur reproduksi. Nilai OR >1, maka artinya umur ibu merupakan faktor resiko terjadinya preeklamsi, hal tersebut tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Afni Sucita Resmi (2013) dimana nilai p=0,015 yang berarti ada hubungan antara umur dengan preeklampsia dan dari penelitian Apriliani asmara (2008) yang menyatakan ada hubungan yang

64 signifikan antara umur dengan kejadian preeklampsia (p=0,02). b. Hubungan antara paritas dengan preeklampsia Berdasarkan hasil analisis pada kelompok kasus sebagian besar responden memiliki paritas primigravida dan pada kelompok kontrol paritas primigravida dan multigravida memiliki jumlah sama. Tabel 4.6 digambarkan sebagai berikut: Tabel 4.6 Hubungan paritas dengan kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang periode bulan Januari 2013 sampai Februari 2014 Kejadian Preeklampsia Paritas ibu Kontrol Kasus Jumlah p value OR (95%) n % n % n % Primigravida 16 44,4 20 55,6 36 100 0,313 0,600 (0,222-1,625) Multigravida 16 57,1 12 42,9 28 100 Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol paritas ibu dengan kejadian preeklampsia pada ibu dengan primigravida sebanyak 16 orang (44,4%) sama dengan multigravida 16 orang (57,1%) pada multigravida, sedangkan kelompok kasus paritas ibu dengan kejadian preeklampsia lebih banyak primigravida yaitu 20 orang (55,6 %) dibandingkan dengan multigravida yaitu 12 orang (42,9%).

65 Hasil uji chi-square didapatkan nilai pearson chi square 1,016 dan nilai p=0,313 > 0,05 berdasarkan nilai tersebut maka Ha ditolak dan Ho diterima dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor paritas dengan resiko terjadinya preeklampsia, hasil tersebut dimungkinkan masih banyak paritas responden yang memiliki paritas ideal (2-3) hal tersebut membenarkan hasil penelitian ini, nilai phi coefficient sebesar 0,125 hal ini menunjukkan nilai korelasi antara umur dengan preeklampsia sebesar 0,125. Berdasarkan analisis nilai OR= 0,600 dan CI 95%= 0,222-1,625, artinya ibu hamil paritas primigravida mempunyai peluang 0,600 kali mengalami kejadian preeklampsia dibandingkan dengan ibu hamil multigravida/ grande. Nilai OR <1, maka artinya paritas ibu bukan merupakan faktor resiko terjadinya preeklampsia, hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayang Sari (2013) mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan preeklampsia pada ibu hamil di poli kebidanan RS KESDAM dimana tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian preeklampsia (p=0,858) (OR=0,563) sedangkan penelitian dari

66 Nurmalichatun (2013) ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian preeklampsia (p= 0,01). Paritas yang ideal adalah 2-3, ibu yang mempunyai anak >5 memiliki kecenderungan untuk mengalami masalah dalam kehamilannya (Siswosudarmo dan Ova, 2008:82). Pada primigravida memiliki kecenderungan terjadi preeklampsia dua kali lipat lebih besar (JNPK-KR, 2009:188). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan teori yang ada tidak sesuai. c. Hubungan antara riwayat ibu dengan preeklampsia sebelumnya dengan kejadian preeklampsia. Berdasarkan hasil analisis sebagian besar ibu tidak memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya baik dari kelompok kasus maupun kontrol, Tabel 4.7 digambarkan sebagai berikut Tabel 4.7 Hubungan riwayat ibu dengan preeklamsi sebelumnya dengan kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang periode bulan Januari 2013 sampai Februari 2014 Riwayat preeklamsi Kejadian preeklamsi Kontrol Kasus Jumlah p value Tidak ada riwayat n % n % n % 32 56,1 25 43,9 57 100 0,01 ada riwayat 0 0 7 100 7 100

67 Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol riwayat preeklampsia dengan kejadian preeklampsia semua ibu tidak mempunyai riwayat preeklampsia yaitu 32 orang (56,1%), sedangkan pada kelompok kasus riwayat preeklampsia dengan kejadian preeklampsia ibu yang tidak mempunyai riwayat preeklampsia lebih banyak yaitu 25 orang (43,9%) dibandingkan dengan ibu yang mempunyai riwayat preeklampsia yaitu sebanyak 7 orang (100 %). Hasil uji chi-square ternyata ada sel yang nilai harapan kurang dari 5 sehingga yang dibaca adalah Fisher exact. Nilai exact test diperoleh nilai sigtwo tail didapatkan nilai Fisher exact p=0,01< 0,05 berdasarkan nilai tersebut maka Ha diterima dan Ho ditolak dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat preeklampsia ibu dengan resiko terjadinya preeklampsia, hasil penelitian ini dimungkinkan proporsi berdandingan ada riwayat preeklampsia antara kasus dan kontrol yang relatif banyak atau signifikan sehingga memang benar adanya hubungan pada penelitian ini, nilai phi coefficient sebesar 0,331 hal ini menunjukkan nilai korelasi antara riwayat preeklampsia sebelumnya dengan preeklampsia sebesar 0,331, perempuan mempunyai

68 resiko lebih besar mengalami preeklampsia pada ibu yang pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan dahulu atau yang telah mengidap hipertensi kurang lebih 4 tahun (Cunningham, 2006:1355), hal tersebut diperkuat penelitian yang dilakukan oleh Rozhikan (2007) di RS Suwondo Kendal bahwa seorang ibu hamil yang mempunyai riwayat preeklampsia mempunyai kecenderungan untuk mengalami preeklampsia berat (p=0,001) dan penelitian Bakti utama (2007) yang menyatakan ada hubungan antara riwayat preeklampsia kehamilan dengan kejadian preeklampsia RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan (OR=17,588). d. Hubungan antara kehamilan kembar dengan kejadian preeklampsia Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden pada kelompok kontrol hamil tunggal dan pada kelompok kontrol semua responden hamil tunggal. Tabel 4.8 digambarkan sebagai berikut:

69 Tabel 4.8 Hubungan antara kehamilan kembar dengan kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang periode bulan Januari 2013 sampai Februari 2014 Kehamilan kembar Kejadian preeklamsi Kontrol Kasus Jumlah p value n % n % n % Tidak 32 50,8 31 49,2 63 100 1,0 Ya 0 0 1 100 1 100 Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa data pada kelompok kontrol kehamilan kembar dengan kejadian preeklampsia semua ibu hamil tunggal yaitu sebesar 32 orang (50,8%), sedangkan pada kelompok kasus kehamilan kembar dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil tunggal lebih banyak yaitu 31 orang (49,2 %) dibandingkan dengan ibu yang hamil kembar yaitu hanya 1 orang (100 %). Hasil uji chi square ternyata ada sel yang nilai harapan kurang dari 5 sehingga yang dibaca adalah Fisher exact. Nilai exact test diperoleh nilai sigtwo tail (p)=1,00> 0,05 berdasarkan nilai tersebut maka Ha ditolak dan Ho diterima dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kehamilan kembar dengan resiko terjadinya preeklampsia, hasil penelitian ini dimungkinkan banyaknya proporsi jumlah responden yang melahirkan

70 anak tunggal yang lebih besar daripada ibu yang melahirkan anak kembar jadi memang benar penelitian ini tidak ada hubungan. Nilai phi coefficient sebesar 0,331 hal ini menunjukkan nilai korelasi antara riwayat preeklampsia sebelumnya dengan preeklampsia sebesar 0,331. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan berbeda dengan teori yang ada dimana wanita dengan kehamilan kembar berisiko tinggi mengalami preeklampsia hal ini biasanya disebabkan oleh peningkatan massa plasenta dan produksi hormon (Varney, dkk. 2007), hal ini diperkuat dengan adanya penelitian terdahulu yaitu penelitian dari Apri Rahmadani (2012) tidak terdapat hubungan antara kehamilan ganda dengan terjadinya preeklampsia-eklampsia di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2012 (p=0,620) dan penelitian dari Erni Wardayanti dan Sulastri (2013) RSUD DR.Moewardi Surakarta bahwa kehamilan kembar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kejadian preeklampsia (p=0,160 ).

71 C. Keterbatasan penelitian Jumlah sampel yang digunakan relatif sedikit sehingga kurang bagus untuk menunjang penelitian dan jenis penelitian ini merupakan retrospektif yang respondennya diambil dari data rekam medik pasien dari RS Roemani Muhammadiyah Semarang pengambilan data hanya sebatas catatan dan bukan langsung dari responden (data primer).