ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

dokumen-dokumen yang mirip
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Memfasilitasi Siswa Dalam Belajar Fisika Dan Berargumentasi Ilmiah

KETERAMPILAN BERARGUMENTASI ILMIAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu

Evriani Yudi Kurniawan Riski Muliyani Prodi Pendidikan Fisika, STKIP Singkawang

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK BERBASIS IT PADA POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA. Syitaul Umaha, Sri Wahyuni, Subiki

Jurnal Pendidikan Matematika & Matematika

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KIMIA MODEL ARGUMENT DRIVEN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN ARGUMENTASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER POSITIF SISWA SD

PENGUASAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN INKUIRI BERBASIS ARGUMEN

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 01 Tahun 2014, ISSN:

JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika Volume 2 Nomor 1, Juni 2016 p-issn: e-issn: Halaman 15

MODEL PEMBELAJARAN INSTRUCTION, DOING, DAN EVALUATING (MPIDE) DENGAN MODUL SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No.2 Desember 2011

PENINGKATAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 TAPEN BONDOWOSO

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta 2)

Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mendukung Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN KOMPETENSI GURU MATEMATIKA DALAM MENGINTEGRASIKAN PEMBELAJARAN MATHEMATICAL LITERACY

PROFIL KETERAMPILAN BERARGUMENTASI SISWA SMP: PERBANDINGAN PADA DUA MODEL PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ernita Vika Aulia dan Ismono Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK DAN STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R PADA MATERI HIMPUNAN KELAS VII SMPN 11 KOTA JAMBI

PENGEMBANGAN PERMAINAN CATCH THE ERLENMEYER BERBASIS ANDROID SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI TATANAMA SENYAWA KELAS X SMA

Pengembangan Modul Fisika pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis dengan Menggunakan Model Discovery Learning di SMAN 5 Banjarmasin

P 32 ANALISIS PEMBENTUKAN KARAKTER CINTA LINGKUNGAN PADA MATERI GEOMETRI DI LABORATORIUM ALAM

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK

Putri Nini Yuliana, Alimufi Arief 47

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

TINJAUAN TENTANG PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS INQUIRY UNTUK PESERTA DIDIK KELAS VII SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SAINS MENGGUNAKAN PA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH DENGAN PA KONVENSIONAL

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA

Kata Kunci : Pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT), Mediated Learning Experience (MLE), Peralatan psikologis, fungsi kognitif.

Elok Nur Fauzia Universitas Negeri Malang

Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia pada Materi Lingkaran untuk Siswa Kelas VIII SMP

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 03, September 2016, ISSN:

Unnes Physics Education Journal

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI DINAMIKA

BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL ARGUMENT- DRIVEN INQUIRY

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DISERTAI RESITASI PADA MATERI KALOR: STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 PONOROGO

Penelitian dan Kajian Konseptual Mengenai Pembelajaran Sains Berbasis Kemandirian Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENGEMBANGAN MODUL SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLEGENT

INOVASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP

Dewi Puji Astuti*, Rasmiwetti**, Abdullah*** No Hp :

Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning

Pengembangan Multimedia Interaktif pada Materi Sistem Saraf untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMA Kelas XI

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Volume 1 Nomer 2 Desember 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN


PERWUJUDAN KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENGEMBANGKAN KNOWLEDGE, SKILL, DAN ATTITUDE PESERTA DIDIK SMA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MATERI SUHU DAN KALOR DI SMK FARMASI ISFI BANJARMASIN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SURABAYA PADA MATERI POKOK ALAT OPTIK

IMPLEMENTASI PROJECT BASED LEARNING BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN SAINS

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7-E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA PADA MATERI LAJU REAKSI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 03 Tahun 2014, ISSN:

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI PELUANG UNTUK SISWA KELAS XI IPA SMA ADABIAH 2 PADANG

Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung

MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA PADA KONSEP ASAM BASA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY SIMULATIONS

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII SMP

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH DOSEN PEMULA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7-E

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATEMATIKA MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK SMK PERKEBUNAN BERTEMAKAN KOPI DAN KAKAO. Randi Pratama Murtikusuma 6

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LINGKUNGAN BANTARAN SUNGAI BARITO UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA (MATERI STATISTIK) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING SISTEM 5 M UNTUK SISWA KELAS VII

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015

KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS INKUIRI PADA KONTEKS MATERI SEL AKI UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA

VALIDASI PENGEMBANGAN MODUL FISIKA DASAR BERBASIS PROBLEM BASED INSTRUCTION UNTUK MAHASISWA STKIP PGRI SUMATERA BARAT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MELATIHKAN KEMAMPUAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMAN 1 KALIANGET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melya Dwi Gardiantari, 2013

JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA MODEL INKUIRI TERBIMBING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KALOR DI SMA

Validitas Modul Pembelajaran Berbasis Guided Inquiry pada Materi Fluida di STKIP PGRI Sumatera Barat

PENGEMBANGAN SUBJECT SPECIFIC PEDAGOGY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP

TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SD DENGAN POKOK BAHASAN ENERGI

MODEL PEMBELAJARAN YANG MEMADUKAN PENDEKATAN KONSEPTUAL INTERAKTIF DAN STRATEGI PROBLEM SOLVING UNTUK PERKULIAHAN FISIKA DASAR II

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing disertai diskusi dalam Pembelajaran Fisika Kelas VII di SMP

Transkripsi:

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENGAJARKAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI ILMIAH DAN MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMK Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun TIM PENELITI Supeno, S.Pd, M.Si NIDN: 0007127401 Drs. Sri Handono BP, M.Si NIDN: 0018035802 Dra. Sri Astutik, M.Si NIDN: 0010066705 UNIVERSITAS JEMBER Oktober 2016

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENGAJARKAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI ILMIAH DAN MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMK Peneliti : Supeno 1, Sri Handono BP 1, Sri Astutik 1 Mahasiswa Terlibat : Halimatuz Zahrok 1 Sumber Dana : DRPM 1 Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Universitas Jember ABSTRAK Keterlibatan siswa dalam bernalar melalui kegiatan berargumentasi ilmiah merupakan komponen penting dari literasi sains. Namun demikian hasil studi PISA menunjukkan bahwa literasi sains, termasuk keterampilan berargumentasi siswa Indonesia masih rendah. Model pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya literasi sains siswa, termasuk keterampilan berargumentasi. Beberapa model pembelajaran dapat diterapkan dalam pembelajaran, di antaranya adalah model inkuiri, BSCS 5E, dan Argument Driven Inquiry, namun model-model tersebut memiliki beberapa kelemahan terutama untuk melatihkan keterampilan bernalar dan berargumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran beserta perangkat pendukungnya dengan mengintegrasikan lima pengalaman belajar pokok (5M) melalui pendekatan saintific yang dapat melatihkan berbagai keterampilan, termasuk keterampilan bernalar dan berargumentasi sehingga dapat memfasilitasi siswa dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. Target akhir dari penelitian ini adalah diperolehnya model pembelajaran dan perangkat pendukung model yang valid, praktis, dan efektif. Hasil validasi pakar menunjukkan bahwa model pembelajaran yang dikembangkan valid secara isi dan konstruk. Hasil validasi pakar menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran valid dan dapat digunakan untuk mendukung implementasi model. Hasil uji terbatas dan uji luas dalam pembelajaran fisika di SMK menunjukkan bahwa model terbukti praktis dan efektif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model layak diterapkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika dan keterampilan berargumentasi. Kata kunci: model pembelajaran, argumentasi ilmiah, fisika, siswa SMK. 1

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENGAJARKAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI ILMIAH DAN MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMK Peneliti : Supeno 1, Sri Handono BP 1, Sri Astutik 1 Mahasiswa Terlibat : Halimatuz Zahrok 1 Sumber Dana : DRPM Kontak Email : supeno.fkip@unej.ac.id Diseminasi : belum ada 1 Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Universitas Jember Latar Belakang dan Tujuan Reformasi pendidikan yang mengintegrasikan berbagai keterampilan abad ke- 21 dalam pembelajaran fisika perlu terus dilakukan. Untuk itu pemerintah telah mengembangkan dan menerapkan kurikulum 2013 sebagai usaha untuk menyiapkan lulusan yang memiliki berbagai keterampilan, di antaranya adalah keterampilan bernalar. Hal ini tertuang dalam Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang struktur kurikulum SMK/MAK yang menyebutkan bahwa kompetensi yang harus dicapai oleh siswa SMK/MAK melalui pembelajaran fisika di antaranya adalah kemampuan bernalar. Keterampilan bernalar merupakan aspek penting dalam pembelajaran fisika. Duschl (2008) menjelaskan bahwa pembelajaran fisika telah bergeser kepada apa yang perlu siswa lakukan (to do) untuk mempelajari sains (to know). Dushl (2008) menyatakan bahwa to do adalah proses dialogis dalam membangun pengetahuan untuk membuat penjelasan, prediksi, dan penalaran tentang alam yang melibatkan keterampilan berargumentasi siswa. Beberapa penelitian dilakukan untuk menentukan model yang tepat dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam berargumentasi. Wilson, dkk. (2010) menerapkan model pembelajaran BSCS 5E untuk mengembangkan keterampilan berargumentasi namun normalized gain yang diperoleh masih dalam kategori sedang dan dalam implementasinya banyak memerlukan waktu. Walker, dkk. (2010) menerapkan model pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) dimana hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran ini kurang efektif dan efisien. 2

Sementara itu Acar dan Patton (2012) menerapkan model pembelajaran inkuiri namun dalam implementasinya tidak mampu mengembangkan argumen siswa. Pembelajaran fisika di SMK harus dilakukan melalui kegiatan nyata dengan pengalaman langsung dan materi pembelajaran harus dikaitkan dengan dunia nyata siswa. Mengacu pada model-model pembelajaran yang telah digunakan serta kelemahannya maka perlu dikembangkan suatu model pembelajaran yang mampu melatih keterampilan siswa SMK dalam memperoleh, menganalisis, dan mengevaluasi data untuk menjelaskan fenomena alam secara ilmiah; membantu siswa dalam mengembangkan dan menggunakan kebiasaan berpikir secara ilmiah; memahami konten sains; mengembangkan keterampilan berargumentasi ilmiah, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk berperan dalam proses sains. Untuk itu dalam penelitian ini dikembangkan model pembelajaran yang mampu mengembangkan keterampilan siswa SMK dalam berargumentasi ilmiah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan konsep fisika dan keterampilan berargumentasi ilmiah. Model pembelajaran yang dikembangkan harus memenuhi unsur valid, praktis, dan efektif. Model pembelajaran dikatakan valid apabila memenuhi kriteria valid secara isi dan valid secara konstruk. Valid secara isi berarti terdapat unsur kebaruan (state-of-the-art) dan kebutuhan (need) sedangkan valid secara konstruk berarti terdapat konsistensi antar bagian model serta terdapat konsistensi antara model yang dikembangkan dengan teori yang melandasinya. Kepraktisan model pembelajaran ditunjukkan oleh keterlaksanaan, aktivitas siswa, dan kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa saat model diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas. Keefektifan model pembelajaran ditunjukkan oleh peningkatan hasil belajar dan keterampilan berargumentasi ilmiah. Metodologi Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua tahapan yaitu tahap pengembangan model pembelajaran (dilaksanakan pada penelitian tahun I) dan tahap implementasi model pembelajaran (penelitian tahun II). Pengembangan desain model dan perangkat pendukung mengacu pada desain model penelitian menurut Wademan dan Mckenney (dalam Plomp, 2010). Teknik pengumpulan data disesuaikan dengan 3

tahapan penelitian. Pada studi pendahuluan, pengumpulan data melalui kegiatan dokumentasi tentang perangkat pembelajaran meliputi RPP, buku siswa, LKS dan soal semester disertai dengan wawancara singkat untuk mengidentifikasi profil pembelajaran fisika di sekolah. Pada ujicoba model, melalui kegiatan FGD dan lembar validasi pakar untuk melihat kelayakan secara teoritis model yang dikembangkan. Pada ujicoba model lanjutan, pengumpulan data dilakukan melalui (i) observasi untuk mendapatkan data keterlaksanaan model, aktivitas siswa, dan kendala yang dihadapi; (ii) tes untuk memperoleh data peningkatan hasil belajar dan keterampilan berargumentasi ilmiah serta respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran, (iii) wawancara untuk mendapatkan dukungan terhadap data kemampuan berargumentasi dan respon siswa. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan masing-masing data yang telah diperoleh selama tahapan penelitian. Data kevalidan model pembelajaran yang diperoleh dari kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dianalisis dengan rata-rata skor tiap aspek yang diperoleh dari 3 (tiga) orang validator. Data keterlaksanaan pembelajaran yang diperoleh dari dua pengamat dianalisis menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data hasil pengamatan aktivitas siswa dianalisis menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan kualitatif untuk memberikan deskripsi aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model. Data tentang kendala selama pelaksanaan pembelajaran diperoleh pengamat dan peneliti dengan cara memberikan catatan tentang hambatan atau kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan pembelajaran fisika dengan menerapkan model dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data nilai tes hasil belajar dan nilai tes argumentasi ilmiah dianalisis secara deskriptif kualitatif. Peningkatan hasil belajar dan keterampilan argumentasi ilmiah dari pretest ke posttest dihitung dengan persamaan normalized gain score yang telah digunakan oleh Hake (1998). Pemaparan Hasil Hasil penelitian tahun pertama adalah diperolehnya model pembelajaran yang valid baik secara isi maupun konstruk serta perangkat pembelajaran yang valid dan dapat digunakan untuk mendukung implementasi model dengan beberapa revisi. Untuk penelitian tahun kedua dilakukan revisi terhadap beberapa kelemahan pada 4

model dan perangkat pendukung dan dilanjutkan dengan uji model secara luas di dua sekolah untuk mendapatkan model dan perangkat pendukung yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif secara final. Uji secara luas dilakukan pada dua sekolah, yaitu di SMK Negeri 2 Probolinggo dan SMK Negeri Pasirian. Hasil tes kognitif pada uji luas di SMK Negeri 2 Probolinggo menunjukkan bahwa beberapa siswa masih dalam kategori belum tuntas. Namun demikian, secara umum peningkatan rata-rata nilai dari pretest ke posttest pada uji luas termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata nilai pretest bahan kajian sifat mekanik zat pada uji luas di kelas X Pb2 adalah sebesar 30,5; meningkat menjadi 72,8 pada posttest dengan N-Gain sebesar 60,9% dan termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata nilai pretest bahan kajian suhu dan kalor pada uji luas di kelas X Pb2 adalah sebesar 29,7; meningkat menjadi 73,1 pada posttest dengan N-Gain sebesar 61,7% dan termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata nilai pretest bahan kajian sifat mekanik zat pada uji luas di kelas X Pb3 adalah sebesar 29,8; meningkat menjadi 72,9 pada posttest dengan N-Gain sebesar 61,4% dan termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata nilai pretest bahan kajian suhu dan kalor pada uji luas di kelas X Pb3 adalah sebesar 30,4; meningkat menjadi 72,3 pada posttest dengan N-Gain sebesar 60,3% dan termasuk dalam kategori sedang. Walaupun secara umum diperoleh N-Gain dalam kategori sedang, namun berdasarkan hasil analisis nilai tes kognitif, terdapat beberapa siswa yang memperoleh N-Gain dalam kategori tinggi. Hasil tes kognitif pada uji luas di SMK Negeri Pasirian menunjukkan bahwa beberapa siswa masih dalam kategori belum tuntas. Namun demikian, secara umum peningkatan rata-rata nilai dari pretest ke posttest pada uji luas termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata nilai pretest bahan kajian sifat mekanik zat pada uji luas di kelas X Ps1 adalah sebesar 23,9; meningkat menjadi 71,7 pada posttest dengan N- Gain sebesar 62,8% dan termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata nilai pretest bahan kajian suhu dan kalor pada uji luas di kelas X Ps1 adalah sebesar 25,0; meningkat menjadi 71,9 pada posttest dengan N-Gain sebesar 62,5% dan termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata nilai pretest bahan kajian sifat mekanik zat pada uji luas di kelas X Ps2 adalah sebesar 20,5 meningkat menjadi 70,3 pada posttest dengan N-Gain 5

sebesar 62,6% dan termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata nilai pretest bahan kajian suhu dan kalor pada uji luas di kelas X Ps2 adalah sebesar 21,7; meningkat menjadi 71,2 pada posttest dengan N-Gain sebesar 63,3% dan termasuk dalam kategori sedang. Walaupun secara umum diperoleh N-Gain dalam kategori sedang, namun berdasarkan hasil analisis nilai tes kognitif, terdapat beberapa siswa yang memperoleh N-Gain dalam kategori tinggi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sistem pendukung yang disediakan oleh model mampu memfasilitasi siswa dalam belajar sehingga meningkatkan hasil belajar kognitif. Hasil angket respon pada saat uji luas menunjukkan data bahwa sebagian besar siswa merasa mudah dalam memahami bahasa dalam buku siswa (84,0% siswa); materi dalam buku siswa (66,0% siswa); contoh-contoh soal yang diberikan guru (84,0% siswa); LKS (76,0% siswa). Peningkatan hasil belajar kognitif juga disebabkan karena guru mampu menjalankan perannya sebagai fasilitator, pembimbing, dan mediator selama implementasi model. Hasil angket respon menunjukkan 84,0% siswa merasa mudah memahami cara mengajar guru; 82,0% siswa menyatakan kejelasan bimbingan dan penyampaian materi oleh guru. Sebagai fasilitator, guru mampu menyediakan sumber-sumber belajar, memotivasi siswa agar semangat dalam belajar, mengatur dan mendorong siswa agar kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Sebagai pembimbing, guru mampu berperan sebagai tempat untuk bertanya saat siswa mengalami kesulitan, guru dapat memberikan bantuan, petunjuk, dan arahan agar siswa dapat mengkonstruksi klaim pengetahuan secara optimal dan memastikan bahwa siswa melaksanakan kegiatan yang ditugaskan dengan baik. Sebagai mediator, guru mampu memberikan sejumlah kegiatan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas siswa yang baik selama implementasi model berakibat pada meningkatnya hasil belajar siswa. Untuk mengantisipasi masih adanya beberapa siswa yang termasuk dalam kategori N-Gain rendah, guru perlu memberikan bimbingan secara khusus kepada siswa yang berkemampuan rendah pada saat proses pembelajaran. Beberapa alternatif yang dapat dilakukan guru diantaranya adalah sering memantau perkembangan belajar siswa dengan cara memberi penjelasan materi dan mengajukan pertanyaan serta 6

menugaskan siswa untuk mengungkapkan ide kepada siswa lain. Untuk mengantisipasi masih adanya beberapa indikator yang termasuk dalam kategori belum tuntas, guru dapat memberikan penjelasan ulang pada konsep-konsep tertentu yang terkait dengan indikator yang belum tuntas. Selain itu, guru dapat memberikan tugas tambahan berupa latihan soal agar siswa dapat memperdalam penguasaan indikator dengan cara belajar mandiri di rumah. Implementasi model dalam pembelajaran memberikan dampak terhadap peningkatan rata-rata skor posttest untuk setiap sub keterampilan berargumentasi ilmiah. Rata-rata skor posttest meningkat sehingga mencapai kriteria sangat tinggi, tinggi, dan sedang. Hasil tes argumentasi pada uji luas menunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai dari pretest ke posttest. Rata-rata nilai pretest bahan kajian sifat mekanik zat pada uji luas di kelas X Pb2 adalah sebesar 38,7 meningkat menjadi 70,1 pada posttest dengan N-Gain sebesar 51,3% dan termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata nilai pretest bahan kajian suhu dan kalor pada uji luas di kelas X Pb2 adalah sebesar 43,2 meningkat menjadi 68,9 pada posttest dengan N- Gain sebesar 44,7% dan termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata nilai pretest bahan kajian sifat mekanik zat pada uji luas di kelas X Pb3 adalah sebesar 45,1 meningkat menjadi 71,4 pada posttest dengan N-Gain sebesar 47,8% dan termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata nilai pretest bahan kajian suhu dan kalor pada uji luas di kelas X Pb3 adalah sebesar 42,8 meningkat menjadi 70,8 pada posttest dengan N-Gain sebesar 49,0% dan termasuk dalam kategori sedang. Secara umum diperoleh peningkatan rata-rata tes argumentasi berdasarkan hasil uji luas dalam kategori sedang. Namun demikian terdapat beberapa siswa yang memperoleh N-Gain dalam kategori tinggi. Jumlah siswa kelas X Pb2 dalam pembelajaran bahan kajian sifat mekanik zat yang memperoleh N-Gain kategori tinggi sebanyak 5 siswa, kategori sedang sebanyak 13 siswa, dan kategori rendah sebanyak 7 siswa. Jumlah siswa kelas X Pb2 dalam pembelajaran bahan kajian suhu dan kalor yang memperoleh N-Gain kategori tinggi sebanyak 3 siswa, kategori sedang sebanyak 18 siswa, dan kategori rendah sebanyak 5 siswa. Jumlah siswa kelas X Pb3 dalam pembelajaran bahan kajian sifat mekanik zat yang memperoleh N-Gain kategori tinggi sebanyak 3 siswa, kategori sedang sebanyak 16 siswa, dan kategori rendah sebanyak 5 siswa. Jumlah siswa kelas X Pb3 dalam pembelajaran 7

bahan kajian suhu dan kalor yang memperoleh N-Gain kategori tinggi sebanyak 3 siswa, kategori sedang sebanyak 18 siswa, dan kategori rendah sebanyak 3 siswa. Secara umum diperoleh peningkatan rata-rata tes argumentasi berdasarkan hasil uji luas dalam kategori sedang. Namun demikian terdapat beberapa siswa yang memperoleh N-Gain dalam kategori tinggi. Simpulan Akhir Berdasarkan hasil penelitian, baik penelitian tahun pertama dan penelitian tahun kedua dapat diuraikan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini termasuk valid secara isi dan konstruk. Valid secara isi karena terdapat unsur kebutuhan (need) dan kebaruan (state-of-the-art) serta valid secara konstruk karena terdapat konsistensi antar bagian model serta terdapat konsistensi antara model yang dikembangkan dengan teori-teori belajar yang melandasinya. 2. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan, yaitu Silabus, RPP, Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Lembar Penilaian (LP) terbukti valid dan dapat digunakan untuk mendukung implementasi model. 3. Model pembelajaran termasuk dalam kategori praktis karena dapat dilaksanakan oleh guru dan siswa. Langkah-langkah pembelajaran sebagai bentuk operasional model dapat terlaksana sehingga mampu memainkan peran penting dalam membelajarkan fisika dan keterampilan berargumentasi. 4. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori efektif karena memberikan dampak terhadap peningkatan hasil belajar kognitif dan kemampuan berargumentasi ilmiah. Daftar Pustaka Acar, O. dan Patton, B. R. (2012). Argumentation and formal reasoning skills in an argumentation based guided inquiry course. Social and Behavioral Sciences. 46, pp. 4756-4760. Duschl, R. (2008). Science education in three-part harmony: balancing conceptual, epistemic, and social learning goals. In: G.J. Kelly, A. Luke, & J. Green (Eds.), Review of Research in Education: What Counts and Knowledge in Educational Settings: Disciplinary Knowledge, Assessment, and Curriculum (pp. 268-291). Thousand Oaks, CA: Sage. 8

Hake, R. R. (1998). Interactive-engagement versus traditional methods: a sixthousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses. American Journal of Physics, 66(1), pp. 64-74. Plomp, T. (2010). Educational design research: an introduction. In T Plomp and N Nieveen (Eds.), An Introduction to Educational Design Research (pp. 9-35). Enschede: SLO, Netherlands Institute for Curriculum Development. Walker, J., Sampson, V., Grooms, J., Anderson, B., dan Zimmerman, C. (2010). Argument driven inquiry: an instructional model for use in undergraduate chemistry labs. In Paper Presented at The 2010 Annual International Conference of the National Association of Research in Science Teaching (NARST), Philadelphia, PA. Wilson, C. D., Taylor, J. A., Kowalski, S. M., dan Carlson, J. (2010). The relative effects and equity of inquiry-based and commonplace science teaching on students knowledge, reasoning, and argumentation. Journal of Research in Science Teaching, 47(3), pp. 276-301. 9