Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

HASIL BASIS DATA TERPADU (BDT) 2015 PROVINSI BALI

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.

I. PENDAHULUAN. dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya. di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

Gorontalo. Menara Keagungan Limboto

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR NOVEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 50,38% DAN AKOMODASI LAINNYA 37,26%

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

Sumatera Barat. Jam Gadang

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR KABUPATEN BOGOR

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan.

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI JAWA BARAT

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015

Katalog BPS :

Pemanfaatan Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial di Kota Tanjung Balai

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN (KEADAAN SEPTEMBER TAHUN 2015)

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 53,21% DAN AKOMODASI LAINNYA 43,97%

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 42,95% DAN AKOMODASI LAINNYA 36,06%

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM)

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah... 11

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KONDISI KEMISKINAN DI KALIMANTAN SELATAN SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN 184,16 RIBU ORANG

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN SEPTEMBER 2012

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. merupakan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT }

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2015

Sulawesi Tenggara. Tugu Persatuan

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN MENURUN DARI SEPTEMBER 2015 KE MARET 2016

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

Transkripsi:

Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung Dari kajian terdahulu memberi kesimpulan bahwa tingginya persentase dan jumlah penduduk miskin Lampung lebih disebabkan oleh masih tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh rumahtangga untuk perumahan, kesehatan dan pendidikan. Dari hasil kajian indikator perumahan, kesehatan dan pendidikan di kabupaten/kota di Lampung memberi kesimpulan bahwa : 1. Persentase rumahtangga di Lampung yang tidak memiliki rumah sendiri tertinggi ada di Kota Bandar Lampung yaitu sebesar 30,16 %, Kota metro (24,77%) dan Lampung Barat (14,06%) dan yang terendah adalah di Lampung Timur (4,49 %) padahal persentase rata-rata pengeluaran rumahtangga untuk perumahan cukup tinggi, yaitu 6,69 persen. Sementara itu di Kabupaten Mesuji ada sebesar 12,07 persen. 2. Tingginya pengeluaran untuk perumahan di Bandar Lampung lebih disebabkan oleh tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh rumahtangga untuk memiliki rumah tinggal. 3. Pada tahun 2010 angka keluhan kesehatan tertinggi ada di Tulang Bawang Barat yaitu sebesar 30,73 % dan yang terendah di Lampung Timur 12,42 %. Sementara itu angka keluhan Kabupaten Tanggamus cukup tinggi, yaitu 23,23 % dan Lampung Barat 14,83%. 4. Tingginya pengeluaran untuk kesehatan di tanggamus lebih disebabkan oleh mahalnya biaya kesehatan dan bukan karena banyaknya rumahtangga yang akses terhadap fasilitas kesehatan. Begitu juga, tingginya angka keluhan kesehatan di Tulang Bawang Barat juga memberikan catatan bahwa biaya kesehatan cukup mahal di bandingkan dengan kabupaten/kota lain di Lampung. 5. Persentase pengeluaran rumahtangga untuk biaya pendidikan di Lampung Barat cukup rendah, yaitu 2,19%, sementara angka partisipasi sekolah penduduk usia 10-25 tahun hanya sebesar 44,38 %,. Hal ini berarti rendahnya biaya pendidikan yang dikeluarkan rumahtangga di Lampung Barat lebih disebabkan karena mahalnya biaya pendidikan di Lampung Barat.

6. Persentase rata-rata pengeluaran rumahtangga untuk biaya pendidikan di Tanggamus sangat rendah, yaitu 2,20%, sementara itu angka partisipasi sekolah penduduk usia 10-25 tahunnya juga sangat rendah, yaitu hanya sebesar 49,33%. Hal ini juga berarti rendahnya biaya pendidikan yang dikeluarkan rumahtangga di Tanggamus juga lebih disebabkan karena mahalnya biaya pendidikan di Tanggamus dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Lampung. Analisis hasil keterbandingan Kemiskinan Mikro Kabupaten/Kota se-provinsi Lampung menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Tercatat bahwa dari 739.994 RTS di Provinsi Lampung, 116.838 (15,79%) masuk ke dalam kategori rumah tangga sangat miskin, 333.194 (45,03%) masuk kategori miskin dan sisanya 289.962 (39,18%) rumah tangga hampir miskin. 2. RTS terbanyak berada di Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur. Masing-masing sebanyak 15,50% (114.688 RTS), 14,18% (104.929 RTS) dan 12,68% (93.862 RTS). Sementara persentase terkecil ada di Kota Metro yaitu sebesar 0,81% (5.962 RTS). 3. Dari 116.838 rumah tangga sangat miskin di Lampung, tiga kabupaten dengan persentase rumah tangga miskin terbesar berturut-turut adalah : Lampung Selatan 15,65 % (18.289 rumah tangga) ; Lampung Tengah 12,52 % (14.623 rumah tangga) dan Tanggamus 11,96% (13.970 rumah tangga). Sementara itu, rumah tangga sangat miskin terkecil ada di Kota Metro (0,82 %) atau sebanyak 959 rumah tangga. 4. Rumah tangga dengan kategori Miskin, terbanyak berada di Kabupaten Lampung Selatan, yaitu 16,60 % atau sebanyak 55.298 rumah tangga. Sedangkan jumlah terkecil ada di Kota Metro, yaitu hanya sebanyak 2.302 rumah tangga (0,69%). 5. Kategori rumah tangga hampir miskin terbanyak juga berada di Lampung Selatan, yaitu sebanyak 41.101 rumah tangga (14,17%) dan yang terkecil ada di Kota Metro 2.701 rumah tangga (0,93%). 6. Dari 7.632.506 penduduk di Lampung, 2.702.504 (39,46%) penduduk diantaranya adalah penduduk dari RTS. Sementara itu, dari 2.702.504 penduduk dari RTS, jika kita bagi menurut kategori kemiskinan, tercatat bahwa sebanyak 610.492 penduduk (22,59%) di kategorikan sebagai penduduk sangat miskin (SM), 1.267.716 penduduk (46,91%) dengan kategori Miskin (M) dan sisanya 824.296 penduduk (30,50%) masuk kategori Hampir Miskin (HM).

7. Lampung Selatan (15,58%) memiliki jumlah penduduk RTS terbanyak dibandingkan dengan kabupaten/kota lain se-lampung, sementara yang terkecil adalah Kota Metro (0,81%). 8. Jika kita lihat menurut kategori kemiskinan, maka jumlah penduduk sangat miskin, miskin dan hampir miskin terbanyak juga berada di Lampung selatan, yaitu sebanyak 93,66 ribu penduduk sangat miskin (15,34 %) ; 201 ribu penduduk Miskin (15,82%) dan 127 ribu penduduk Hampir Miskin. Demikian juga yang terkecil ada di Kota Metro, yaitu masing-masing sebanyak 4,98 ribu penduduk sangat miskin (0,82%), 9 ribu penduduk Miskin dan 8 ribu penduduk Hampir Miskin. 9. Dari kajian 14 kriteria kemiskinan mikro antar kabupaten/kota di Lampung, di dapat kesimpulan sebagai berikut : a. Dari 67,36 % RTS yang memiliki luas lantai per kapita kurang dari 8 m2, Lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 14,37 % (34.717 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Tanggamus, yaitu 11,96 % atau sebanyak 28.889 RTS. sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,71 persen atau sebanyak 1.709 RTS. b. Dari 98,39 % RTS dengan jenis lantai kualitas rendah, Lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 15,55 % (113.245 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Tengah, yaitu 14,06 % atau sebanyak 102.369 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,79 persen atau sebanyak 5.732 RTS. c. Dari 97,21 % RTS dengan jenis dinding kualitas rendah, Lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 15,54 % (111.793 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Tengah, yaitu 13,96 % atau sebanyak 100.444 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,79 persen atau sebanyak 5.647 RTS. d. Dari 48,70 % RTS yang tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar, Tanggamus merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 18,62 % (67.116 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Selatan, yaitu 17,09 % atau sebanyak 61.604 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,80 persen atau sebanyak 2.866 RTS.

e. Dari 87,36 % RTS dengan sumber air minum kurang bersih, Lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 15,38 % (99.437 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Tengah, yaitu 14,03 % atau sebanyak 90.673 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,86 persen atau sebanyak 5.583 RTS. f. Dari 42,67 % RTS dengan sumber penerangannya bukan listrik, Tanggamus merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 14,05 % (44.355 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Tulang Bawang, yaitu 13,84 % atau sebanyak 43.715 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,31 persen atau sebanyak 966 RTS. g. Dari 91,14 % RTS yang menggunakan kayu bakar/arang sebagai bahan bakar utama memasak sehari-hari, lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 16,09 % (108.525 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Tengah, yaitu 15,14 % atau sebanyak 102.074 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,61 persen atau sebanyak 4.104 RTS. h. Dari 85,47 % RTS yang tidak pernah membeli/mengkonsumsi daging/ ayam/susu, Lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 14,05 % (44.355 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Tulang Bawang, yaitu 13,84 % atau sebanyak 43.715 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,31 persen atau sebanyak 966 RTS. i. Dari 4,13 % RTS (30.557 rumah tangga) yang hanya mampu memberi makan anggota rumah tangganya sebanyak satu kali saja dalam sehari, Lampung Tengah merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 25,30 % (7.732 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Selatan, yaitu 18,21 % atau sebanyak 5.564 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,36 persen atau sebanyak 111 RTS. j. Dari 17,17 % RTS (131.492 rumah tangga) yang tidak mampu sama sekali untuk membelikan anggota rumah tangganya pakaian baru dalam setahun, Lampung Tengah merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 17,38 % (22.848 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Timur, yaitu 12,95 % atau sebanyak 17.034 RTS. Sementara itu

persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,87 persen atau sebanyak 1.138 RTS. k. Dari 36,34 % rumah tangga yang tidak sanggup membayar, maka tercatat bahwa Tulang Bawang merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 16,66 % (44.800 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Selatan, yaitu 13,48 % atau sebanyak 36.263 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,32 persen atau sebanyak 874 RTS. l. Dari 739.994 RTS di Lampung, 99,30 % (734.793 rumah tangga) adalah yang tidak mempunyai aset berupa Tabungan 99,30 % (734.851 rumah tangga) tidak memiliki Emas, 80,85 % (598.290 rumah tangga) tidak memiliki TV berwarna, 93,23 % (689.908 rumah tangga) tidak memiliki Ternak dan 98,25 % (727.041 rumah tangga) tidak memiliki Sepeda Motor. m. Dari 86,72 % RTS (237.363 rumah tangga) yang mempunyai luas lahan kurang atau sama dengan 0,5 hektar. Persentase tertinggi adalah Kabupaten Lampung Tengah yaitu sebesar 18,87 % (44.786 rumah tangga). RTS pertanian dengan luas lahan kurang dari 0,5 hektar terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Selatan, yaitu 15,96 % atau sebanyak 37.872 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,09 persen atau sebanyak 895 RTS. n. Dari 82,45 % kepala rumah tangga RTS yang pendidikan tertingginya hanya SD atau bahkan tidak/belum pernah sekolah, paling tinggi ada di Lampung Selatan, dengan persentase sebesar 15,38 % atau sebanyak 93.824 kepala rumah tangga. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,62 persen atau sebanyak 3.812 kepala rumah tangga. 10. Indikator perhitungan pembanding kemiskinan tidak hanya dilihat dari jumlah besaran dan persentase penduduk miskin saja tetapi juga harus memperhatikan tingkat kedalaman (P1) dan keparahan kemiskinan (P2). Tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, tapi juga kebijakan kemiskinan yang diambil harus bisa mengurangi Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan (P2) dari kemiskinan tersebut 11. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) memberi gambaran mengenai ukuran ratarata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis

kemiskinan. Pada periode 2005-2010 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukann kecenderungan menurun dari 4,10 di tahun 2005 menjadi 2,99 di tahun 2010. Ini artinya bahwa usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah setempat dalam usaha mengurangi kemiskinan cukup berhasil, walaupun secara nominal penduduk miskin masih berada di bawah garis kemiskinan. Kabupaten Lampung Utara merupakan kabupaten dengan nilai P1 terbesar di Lampung pada tahun 2005-2010 dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan 8,03 di tahun 2005 dan 5,42 di tahun 2010. Sedangkan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang terkecil di tahun 2005 adalah Kota Metro sebesar 1,91 dan di tahun 2010 adalah Kabupaten Mesuji sebesar 1,06. 12. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Secara umum Indeks Keparahan Kemiskinan di Lampung berfluktuasi cenderung menurun dari waktu ke waktu dimana 1,19 di tahun 2005 dan 0,80 di tahun 2010. Hampir sepanjang tahun 2005-2010 Kabupaten Lampung Utara merupakan Kabupaten dengan Ineks Keparahan Kemiskinan terbesar di Lampung dimana pada tahun 2005 sebesar 2,74 dan tahun 2010 1,57. Untuk yang terkecil adalah Kota Metro di tahun 2005 sebesar 0,55 dan Kabupaten Mesuji di tahun 2010 dengan indeks 0,19. Rekomendasi 1. Karena lebih banyak penduduk yang lebih memilih berobat ke rumah sakit swasta dibandingkan dengan ke rumah sakit pemerintah, maka disarankan kepada Pemerintah Lampung untuk meninjau kembali baik pelayanan maupun biaya rumah sakit pemerintah kepada masyarakat, terutama di Lampung Timur dan Lampung Tengah. 2. Pemerintah Lampung harus terus berusaha untuk menurunkan besarnya biaya pendidikan di Provinsi Lampung. Diharapkan dengan turunnya biaya pendidikan akan memberikan semangat penduduk untuk dapat berakses ke pendidikan, terutama di Lampung Barat dan Tanggamus. 3. Dalam hal percepatan pengentasan kemiskinan di Provinsi Lampung, maka secara keseluruhan Pemerintah Provinsi Lampung harus terlebih dahulu mengentasakan kemiskinan di Lampung Selatan yang merupakan kabupaten dengan persentase Rumah Tangga Sasaran tertinggi se-lampung.

4. Dari hasil analisis kemiskinan kabupaten/kota di Lampung baik secara makro maupun mikro, skala prioritas kabupaten/kota yang perlu dibenahi adalah sebagai berikut : No. 1. 2. Pokok Program Perumahan (Misal : Program Semenisasi, rumah murah) Pembangunan MCK (terutama fasilitas buang air besar) 3. Pengadaan Sumber Air Bersih/Air Minum 4. Pemasangan listrik gratis/murah 5. Pembagian Tabung gas Gratis/murah 6. Bantuan sembako murah 7. Biaya Pendidikan 8. 9. Pelayanan & Biaya Rumah Sakit Pemerintah Biaya Kesehatan Murah/Gratis (Puskesmas) Kab/Kota sasaran Prioritas 1. Bandar Lampung 2. Lampung Selatan 1. Tanggamus 2. Lampung Selatan 1. Lampung Selatan 1. Tanggamus 2. Tulang Bawang 1. Lampung Selatan 1. Lampung Selatan 1. L;ampung Barat 2. Lampung Selatan 3. Tanggamus 1. Lampung Timur 1. Lampung Barat 2. Tanggamus