BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan dan pekerjaan. Setelah lulus SMA mereka diberi peluang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah survei menunjukkan bahwa salah satu sumber kegelisahan terbesar para siswa di Sekolah Menengah adalah soal

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Zaman modern menuntut bertambahnya minat siswa untuk meneruskan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses dan mobilitas sosial. dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diselenggarakan. Kaum muda diharapkan memiliki bekal

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembahasan kriminalitas di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, sedangkan The Political and Economics Risk Consultancy (PERC)

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai usaha atau keinginan yang dilakukan dengan sengaja dan teratur

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Sri Handayani NIM K

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surayya Hayatussofiyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjutan studi merupakan bagan yang terpenting dalam proses kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang paling mutlak dimiliki oleh semua orang.

SOLUSI CEPAT MELEJITKAN POTENSI, MINAT DAN BAKAT PELAJAR MENJADI PEKERJAAN YANG PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BABI PENDAHULUAN. Siswa SMA adalah mereka yang berada pada tahap perkembangan remaja

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (disingkat SMA), adalah jenjang pendidikan

SKALA PENELITIAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal. Mulai dari yang sederhana hingga yang paling kompleks. Namun

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

Sedikit Membaca Kalam Tak Pernah Membaca Alam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. semua jabatan, organ visual ini memainkan peranan yang menentukan. Badan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas dan di dalamnya terjadi pola interaksi antara guru dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya

BAB I PENDAHULUAN. Peranan pendidikan dalam upaya pengembangan sumber daya dan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di

BAB I PENDAHULUAN. SD dan SMP, kemudian dilanjutkan ke jenjang SMA dan perguruan tinggi. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk bertahan hidup di tengah zaman yang serba sulit ini. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengenali kemampuan diri dan lingkungan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2016 KONTRIBUSI KETERHUBUNGAN SEKOLAH (SCHOOL CONNECTEDNESS) TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PEKERJAAN

I. Pendahuluan. Lembaga bimbingan belajar adalah salah satu lembaga pendidikan di bawah

BAB I PENDAHULUAN. Di indonesia tercatat bahwa pada tahun 2011 terdapat 1,87 juta jiwa anak

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan

Proposal Kegiatan dan Rencana Studi

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya baik dalam bidang pendidikan maupun tingkat sosial

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Siswa-siswi SMA merupakan individu yang berada pada taraf remaja. Kaum remaja pada umumnya telah mulai berpikir tentang perencanaan dalam bidang pendidikan dan pekerjaan. Setelah lulus SMA mereka diberi peluang untuk menentukan langkah selanjutnya yang akan mereka tempuh dalam hidup mereka. Beberapa siswa akan melanjutkan pendidikan mereka seperti ke perguruan tinggi, mengikuti kursus-kursus tertentu, atau melanjutkan hidup mereka dengan mencari pekerjaan dan bekerja. Dari penelitian Nurmi (1989) didapatkan bahwa salah satu hal yang menarik minat dan menjadi pemikiran remaja adalah masalah pendidikan. Tingkat akhir di jenjang pendidikan SD mau pun SMP relatif masih dapat ditentukan dengan mudah karena dari SD jenjang selanjutnya adalah SMP, dan setelah lulus SMP jenjang selanjutnya adalah SMA. Tapi untuk siswa-siswi SMA biasanya akan lebih membingungkan, sebab pilihan yang ditawarkan setelah jenjang pendidikan ini sangat beraneka ragam. Jenjang pendidikan setelah SMA biasanya memiliki pola yang langsung mendidik untuk serius dalam satu bidang disiplin ilmu (Gloria Cyber Ministries, 2007). Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan 15 siswa/i yang duduk di bangku I SMA, seluruhnya menyatakan bahwa dirinya memiliki

2 minat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal yang sangat disayangkan adalah saat ditanya lebih lanjut jurusan apa yang akan mereka masuki di perguruan tinggi, sebagian besar dari mereka (60 %) menyatakan bahwa mereka belum tahu jurusan apa yang akan mereka pilih. Mereka masih bingung menentukan jurusan apa yang mereka minati di perguruan tinggi nanti. Hal ini terkait dengan ketidakjelasan mereka dalam menentukan cita-cita. Saat ditanya lebih lanjut siswa/i SMA tersebut menyatakan bahwa mereka belum tahu apa yang menjadi cita-cita hidup mereka. Sebagian (50%) dari mereka belum memiliki minat untuk mencari informasi tentang macam-macam penjurusan di perguruan tinggi. Sebagian besar dari siswa/i SMA tersebut (93%) menyatakan bahwa mereka belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai jurusan-jurusan yang ada di perguruan tinggi. Mereka belum memiliki rencana untuk dapat memilih jurusan yang mereka inginkan di perguruan tinggi kelak. Bahkan untuk jangka waktu yang lebih dekat, sebagian (50%) dari mereka juga belum memikirkan jurusan apa yang akan mereka pilih di kelas II SMA nanti. Hal yang serupa juga peneliti temukan pada suatu biro psikologi. Saat dilaksanakan pengetesan minat dan bakat, hampir seluruhnya (22 siswa/i) kelas I SMA yang mengeluhkan bahwa mereka bingung menentukan jurusan apa yang akan mereka masuki saat di perguruan tinggi. Sampai di bangku SMA mereka belum mengetahui bidang apa yang mereka minati, bahkan saat diminta mengisi kolom cita-cita sebagian dari mereka tidak tahu harus menuliskan apa,

3 mereka mengatakan belum tahu apa yang menjadi cita-cita hidup mereka. Begitu juga dengan hasil kesimpulan Sawitri Supardi dalam www.yahoo.com (2007) mengenai hasil wawancara dengan remaja SMA bahwa saat ditanya apa yang menjadi cita-cita mereka, siswa/i SMA memberikan jawaban yang terkesan asal-asalan, tidak menggambarkan gereget yang mantap dalam menatap masa depan. Mereka merasa hanya sebagai air, mengikuti aliran tanpa daya untuk berperan tegas mengarahkan aliran air itu sendiri, padahal bila ditinjau dari usianya, seyogianya siswa/i SMA paling tidak punya ancar-ancar sesuatu yang akan diraih kemudian hari setelah menyelesaikan studi di SMA. Hal tersebut menunjukkan masih kurangnya keseriusan dari Siswa/i SMA untuk memikirkan masa depan mereka di bidang pendidikan, padahal upaya mengantisipasi pendidikan merupakan hal yang penting bagi Siswa/i SMA yang akan segera menentukan langkah selanjutnya dalam bidang pendidikan. Disamping itu, menurut pengamatan sepintas siswa/i SMA memiliki pengetahuan yang kurang memadai mengenai segala sesuatu menyangkut fakultas atau program studi yang ada di perguruan tinggi. Siswa/i SMA tidak memiliki cukup informasi mengenai mata kuliah yang bakal digeluti selama kuliah di satu fakultas dan peluang kerja apa saja yang prospektif untuk mereka setelah menamatkan kuliah di fakultas yang bersangkutan (Agung Bawantara 2007). Hal ini juga terkait dengan kurangnya informasi yang diberikan pendidik ataupun orangtua, disamping kurangnya kesadaran dari para Siswa/i untuk merencanakan masa depannya dalam bidang pendidikan sejak dini.

4 Kebingungan ini terus berlanjut sampai pada saat akhirnya mereka harus memilih jurusan di perguruan tinggi. Hal ini menyebabkan para siswa/i memilih jurusan di perguruan tinggi berdasarkan ajakan teman, mengikuti perintah orangtua tanpa mengetahui tujuan dan minat mereka yang sesungguhnya atau memilih jurusan yang kira-kira sesuai dengan minatnya, tanpa pertimbangan dan mencari informasi lebih jauh. Akibatnya banyak dari mereka merasa menyesal setelah masuk ke perguruan tinggi, karena materi yang diberikan ternyata tidak sesuai dengan minat dan kemampuan mereka yang sesungguhnya. Penyesalan akibat ketidakmampuan dalam menentukan, merencanakan dan mengevaluasi pendidikan di masa yang akan datang ini banyak menimbulkan kerugian baik dari segi waktu, tenaga dan materi. Banyak dari mereka yang lulus dalam waktu yang sangat lama karena merasa malas mengikuti perkuliahan, bahkan beberapa diantaranya tidak dapat lulus karena drop out dari tempat kuliahnya. Ada pula yang pindah jurusan setelah beberapa semester berada di jurusan yang mereka anggap salah pilih. Seperti hasil wawancara dengan seorang mahasiswa S1 semester IV yang menyatakan bahwa dirinya merasa menyesal masuk perguruan tinggi dengan jurusan yang ternyata tidak sesuai dengan minatnya. Ini terjadi ketika SMA ia memutuskan untuk mengambil suatu jurusan berdasarkan ajakan teman, tanpa tahu jurusan apa yang dipilihnya secara mendalam. Ia juga mengaku tidak memiliki arah tujuan apa yang ingin dicapainya di masa yang akan datang. Setelah mengikuti perkuliahan selama empat semester dan ia mulai merasakan tidak sesuai dengan

5 minatnya, ia pun pindah ke jurusan lain dan menikmati jurusan yang baru, dengan prestasi akademik yang lebih baik. Ada pula mahasiswa yang karena berbagai pertimbangan terpaksa bertahan kuliah di program studi yang terlanjur dipilihnya. Kemudian karena merasa terpaksa, semangat belajarnya tidak begitu baik sehingga hasil akademik yang dicapai pun pas-pasan, bahkan banyak di antaranya mendapat nilai akademik sangat buruk (Agung Bawantara 2007). Hal ini tentunya memakan biaya yang cukup banyak, karena biaya untuk kuliah di perguruan tinggi semakin hari semakin meninggi. Belum lagi waktu yang terbuang karena penggunaan waktu yang tidak efektif selama mengikuti proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Akibat-akibat negatif ini tentunya dapat direduksi bila siswa/i SMA sejak dini telah memiliki kemampuan untuk dapat menentukan, merencanakan dan melakukan evaluasi akan pendidikan mereka di masa yang akan datang. Dimulai semenjak siswa/i SMA berada di kelas I, mereka sebaiknya telah memiliki arahan yang jelas untuk memutuskan jurusan apa yang akan mereka ambil di kelas II SMA nanti berdasarkan minat dan kemampuan mereka. Penentuan jurusan di SMA tentunya akan mempengaruhi pengambilan keputusan saat mereka melanjutkan study ke perguruan tinggi kelak. Penentuan jurusan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi merupakan salah satu keputusan penting dalam kehidupan remaja. Keputusan yang diambil inilah yang akan mempengaruhi jalan hidup remaja selanjutnya. Di sinilah remaja

6 memerlukan perencanaan masa depan yang oleh Jari Erik Nurmi (1989) disebut sebagai orientasi masa depan atau OMD. Orientasi masa depan adalah gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan. Orientasi masa depan merupakan proses yang mencakup tiga tahap, yaitu menentukan tujuan, menyusun rencana untuk mencapai tujuan dan mengevaluasi sejauh mana tujuan tersebut dapat direalisasikan. Semuanya itu akan diarahkan pada masa depan siswa/i SMA kelas I di bidang pendidikan. Dengan minat/tujuan yang jelas, siswa/i akan lebih mudah untuk menyusun langkah-langkah yang realistis agar rencananya dapat terlaksana serta mengevaluasi kemungkinan dan peluang untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan. Siswa/i SMA yang demikian dapat dikatakan telah memiliki kemampuan orientasi masa depan dalam bidang pendidikan. Sebaliknya, Siswa/i yang belum mampu menetapkan minat/tujuan masa depannya dalam bidang pendidikan, dan belum dapat menyusun strategi yang akan dilakukan serta mengevaluasi kemungkinan/peluang untuk merealisasikan tujuan pendidikan, dikatakan sebagai siswa/i yang belum memiliki kemampuan orientasi masa depan dalam bidang pendidikan (Nurmi,1989). Hasil wawancara dengan 6 orang siswa/i SMA yang telah memiliki kemampuan orientasi masa depan adalah mereka telah memiliki kemampuan untuk menentukan jurusan apa yang akan dipilihnya semenjak mereka berada pada kelas I SMA. Mereka juga mampu memikirkan apa yang harus dilakukan untuk dapat memasuki jurusan yang diinginkannya dan hal-hal apa saja yang

7 diperlukan. Kemantapan dalam memilih jurusan di kelas II SMA didasari oleh minatnya untuk memilih jurusan di perguruan tinggi kelak. Kemantapan mereka dalam memilih jurusan di perguruan tinggi diawali dengan adanya informasi yang diberikan oleh orang lain. Orang-orang yang lebih memiliki pengalaman dan pengetahuan lebih dari mereka, memberikan penjelasan tentang berbagai macam jurusan yang ada di perguruan tinggi dan beberapa kilasan mengenai hal-hal apa saja yang dipelajari pada jurusan tersebut. Hal ini membuat para siswa/i memiliki gambaran dan arahan yang lebih jelas mengenai jurusanjurusan yang ada dan mulai mengarahkan dirinya untuk memasuki jurusan tersebut. Diperlukan suatu kemampuan untuk dapat menentukan minat atau tujuan, menyusun suatu perencanaan dan membuat suatu evaluasi terhadap masa depan Siswa/i SMA mengenai pendidikannya di masa yang akan datang. Hasil wawancara dengan salah seorang siswa SMA kelas II jurusan IPS mengatakan dirinya ingin masuk Teknik Elektro di universitas X yang sebenarnya saat itu salah satu persyaratan untuk dapat menjadi mahasiswa teknik elektro adalah memiliki ijasah IPA. Fakta ini menunjukkan bahwa minimnya informasi mengenai pendidikan akan mempengaruhi kemampuan siswa dalam menentukan perencanaannya di masa yang akan datang. Kenyataan bahwa kemampuan untuk menentukan orientasi masa depan pada remaja itu penting, namun masih banyak remaja yang belum memilikinya secara memadai, maka diperlukan suatu kegiatan yang dapat membantu memfasilitasi para siswa SMA dalam memberikan pengetahuan yang dapat

8 meningkatkan kemampuan Siswa/i kelas I SMA dalam menentukan minat/tujuannya, membuat perencanaan dan melakukan evaluasi terutama di bidang pendidikan. Pada dasarnya ketiga kemampuan ini dapat berubah jika siswa/i SMA memperoleh tambahan pengetahuan baru dari lingkungannya. Peneliti tertarik untuk membuat perancangan modul pelatihan yang dapat membekali siswa/i kelas I SMA suatu pengetahuan untuk menetapkan minat/tujuan, membuat perencanaan dan melakukan evaluasi akan orientasi masa depan dalam bidang pendidikan. Dengan demikian, setelah diberikan pelatihan diharapkan siswa/i SMA memiliki bekal pengetahuan yang dapat meningkatkan kemampuannya dalam menentukan, merencanakan dan mengevaluasi pendidikannya di masa yang akan datang. Dengan kemampuan ini Siswa/i memiliki kegiatan yang lebih terarah dan terkontrol. Hal ini akan memudahkan siswa/i agar lebih siap menghadapi hambatan yang mungkin muncul jika ada perbedaan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan, karena mereka sudah mengambil langkah anitisipasi sebelumnya (Orientasi Masa Depan, Yahoo.com 2008). Fakta bahwa pelatihan semacam ini belum pernah diberikan oleh pihak sekolah di kota Bandung, maka rancangan modul pelatihan yang dibuat akan diselenggarakan melalui kerjasama dengan pihak sekolah. Rancangan modul pelatihan tersebut disusun untuk diberikan kepada siswa/i SMA kelas I, dengan pertimbangan bahwa mereka sejak dini perlu keterampilan yang memadai dalam menentukan orientasi masa depannya di bidang pendidikan. Siswa/i kelas

9 I SMA masih memiliki cukup waktu untuk menyusun rencana dan menentukan langkah awal untuk penjurusan di kelas II SMA dan merealisasikan tujuan di masa depannya dalam bidang pendidikan. Perekrutan mahasiswa baru yang semakin hari semakin dipercepat, menyebabkan para siswa/i harus dipersiapkan lebih dini untuk memiliki kejelasan akan orientasi masa depan terutama dibidang pendidikan. 1.2. Rumusan Masalah Orientasi masa depan adalah gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan (Nurmi, 1989). Perencanaan dan persiapan akan masa depan merupakan hal yang sangat penting bagi remaja karena akan mempengaruhi keberhasilannya pada masa yang akan datang. Dalam penelitian ini area masa depan yang ingin diteliti adalah bidang pendidikan, karena salah satu hal yang menarik minat dan menjadi pemikiran remaja adalah masalah pendidikan. Kenyataan bahwa orientasi masa depan pada remaja itu penting, namun masih banyak dari remaja yang belum memilikinya karena kurangnya informasi dari para pendidik dan orangtua, maka dibuat suatu rancangan pelatihan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan Siswa/i kelas I SMA dalam menetapkan minat/tujuan di bidang pendidikan, merencanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta mengevaluasi tujuan dan rencana yang telah disusun. Apakah rancangan modul pelatihan ini dapat meningkatkan pengetahuan siswa/i kelas I SMA dalam

10 menentukan minat/tujuan, melakukan perencanaan dan evaluasi terhadap pendidikannya di masa yang akan datang? 1.3. Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk: Membuat suatu rancangan modul pelatihan orientasi masa depan yang dapat meningkatkan pengetahuan siswa/i kelas I SMA X dalam menentukan minat/tujuan, membuat perencanaan dan melakukan evaluasi dalam bidang pendidikan di masa yang akan datang. Melakukan evaluasi terhadap rancangan modul orientasi masa depan yang disusun oleh peneliti. 1.3.2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh rancangan modul pelatihan oriantasi masa depan yang dapat meningkatkan pengetahuan siswa/i kelas I SMA X dalam menentukan minat/tujuan, membuat perencanaan dan melakukan evaluasi dalam bidang pendidikan di masa yang akan datang. 1.3.3. Kegunaan Penelitian

11 Memberi wawasan kepada pihak sekolah X untuk membantu mengarahkan para siswa/i SMA dalam menentukan minat/tujuan, membuat perencanaan dan melakukan evaluasi dalam bidang pendidikan di masa yang akan datang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para siswa/i kelas I SMA, meningkatkan pengetahuan dalam menentukan minat/tujuan, membuat perencanaan dan melakukan evaluasi dalam bidang pendidikan di masa yang akan datang. 1.4. Metodologi Penelitian ini mencoba membuat suatu rancangan modul pelatihan mengenai orientasi masa depan dalam bidang pendidikan pada siswa/i kelas I SMA Bandung. Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Mengetahui kebutuhan pelatihan Merancang program pelatihan Melakukan evaluasi terhadap pelatihan Membuat perubahan untuk meningkatkan program yang akan datang