BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

akan memberikan seseorang keterampilan hidup (life skill) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Alamiah, 2013

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. yang kreatif, mandiri dan professional dibidangnya masing-masing, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang beriman dan bertakwa kepeda Tuhan Yang Maha Esa, Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, penyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan oleh sebab itu setiap Warga Negara Indonesia berhak

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Analisis Profesionalitas Guru. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender. Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila (Anonim, 2010). Sementara itu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Anonim, 2005). Menurut Aguele (2006) kualitas pendidikan di tingkat apapun tergantung pada kualifikasi dan komitmen guru. Jadi kebijakan nasional tentang pendidikan di Negara Nigeria tahun 1998 menyatakan bahwa tidak ada sistem pendidikan

2 yang dapat meningkatkan kualitas guru. Peran guru sebagai sumber ilmu pengetahuan tidak bisa terlalu ditekankan. Guru harus ikut terlibat dalam perubahan perilaku interaktif peserta didik, yang mempengaruhi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Guru adalah perancang proses kegiatan pembelajaran karena guru memiliki tujuan instruksional, isi, metode, pengalaman belajar, mengorganisasi pengalaman dan mengevaluasi hasil dari instruksi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran Nicholl dan Nicholl. Kepribadian, perilaku dan sikap guru mempengaruhi pola pikir peserta didik. Menurut UU No. 14 Tahun 2005 menyatakan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Dengan adanya perubahan dari paradigma mengajar menjadi paradigma belajar maka pembelajaran biologi di

3 sekolah selayaknya diarahkan pada pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif dan menyenangkan. Namun sayangnya menurut Anonim (2001), biologi lebih banyak disuguhkan melalui pendekatan konsep atau produk yang berupa hafalan. Pengajaran biologi lebih banyak bersifat informatif, hanya menekankan pada penguasaan fakta dan konsep. Menurut Anggraeni (2007) menyatakan kinerja mahasiswa calon guru biologi sebagai agen pembelajaran sains masih kurang efektif, artinya kurang sesuai dengan hakikat biologi sebagai sains. Diduga kuat bahwa kemampuan mahasiswa calon guru membuat perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan hakikat sains serta kebutuhan lapangan adalah masih kurang, hal ini sesuai dengan hasil angket yang dinyatakan oleh mahasiswa sendiri bahwa mereka mempunyai persepsi yang rendah terhadap kemampuannya dalam merencanakan pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa pada umumnya strategi pembelajaran calon guru biologi masih lemah, cenderung bersifat deskriptif, kurang mampu mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan proses sains siswa. Angraeni dkk (2006) menyatakan kemampuan merumuskan tujuan pembelajaran secara struktur sudah baik namun isi masih lemah terutama dalam memilih kata kerja operasional yang mengarah pada kegiatan proses sains dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Tujuan pembelajaran masih terfokus pada penguasaan konsep. Pemilihan materi lebih bersifat teoritis, minim dalam memilih materi yang kontekstual dan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Cukup pintar memilih media pembelajaran yang murah dan mudah didapat, namun masih jarang menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi.

4 Kemudian mahasiswa juga terlihat kurang kreatif membuat atau memodifikasi media. Metoda dan strategi pembelajaran yang dipilih pada umumnya bersifat ceramah, dominansi guru menonjol, sedikit sekali kegiatan yang mengajak siswa merumuskan hipotesis, bereksperimen, mengumpulkan data, menganalisis, menginterpretasi data, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti. Penilaian umumnya masih konvensional, secara tertulis atau lisan dalam hal penguasaan konsep dengan ranah kognitif tingkat pemahaman. Sedangkan menurut Widoyoko (TT), guru yang menguasai materi pembelajaran dengan baik pada umumnya diikuti dengan kemampuan untuk menguasai beragam strategi pembelajaran yang lebih menarik sehingga mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Selain itu menurut Yasa (2009), terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepuasan kerja guru dengan kinerja guru, terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru, terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepuasan kerja guru dan motivasi kerja guru secara bersama-sama terhadap kinerja guru. Menurut Kartowagiran (2011), guru yang telah lulus sertifikasi dan telah menerima tunjangan profesi: (1) dapat menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran dengan baik; (2) berdasarkan penilaian kepala sekolah, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial nya sangat baik; (3) upaya sebagian besar guru dalam membimbing siswa mengikuti lomba atau olimpiade baik; (4) usaha sebagian besar guru dalam membuat modul dan membuat media pembelajaran baik; (5) upaya atau aktivitas sebagian besar guru dalam melakukan penulisan artikel, penelitian, membuat karya seni/teknologi, menulis soal UNAS, menelaah

5 (mereview) buku, mengikuti kursus Bahasa Inggris, mengikuti diklat, dan mengikuti forum ilmiah belum baik meskipun ada sebagian (47,5%) guru yang gigih mencari informasi diklat atau forum ilmiah yang mungkin diikuti; dan (6) aktivitas di organisasi: (47,5%) guru menjadi pengurus organisasi sosial, dan 30% menjadi pengurus organisasi pendidikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kinerja sebagian besar guru profesional (pasca sertifikasi) yang ada di Kabupaten Sleman belum baik; dari 17 indikator yang diteliti, 7 indikator baik dan 10 indikator lainnya belum baik. Menurut Yilmaz (2011) bahwa 94,8% dari calon guru memiliki pengalaman pendidikan yang efektif, mulai dari sekolah dasar sampai Universitas. Hasil perbandingan antara calon guru perempuan dan laki-laki membuktikan bahwa calon guru perempuan lebih efektif dari calon guru laki-laki, mahasiswa senior lebih efektif dari mahasiswa tahun pertama, departemen bahasa asing lebih efektif dari departemen lainnya. Dari jumlah seluruh sampel terdapat 57% calon guru menunjukkan bahwa mereka dapat dianggap efektif menjadi guru dalam pemilihan profesi dan program studi. Sebagian besar calon guru beranggapan karakteristik seorang guru adalah hangat, tulus, ramah, baik dan akrab, akan tetapi karakteristik keefektifitasan seorang guru adalah antusias, bersemangat mengajar, dinamis, dan memotifasi siswa untuk belajar. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran pada tiga guru Biologi di SMA Negeri 2 Medan didapatkan data bahwa guru biologi yang sudah sertifikasi pada umumnya masih cenderung mengajar yang metode ceramah, dan memberikan diskusi kelompok kepada siswa. Sehingga kondisi kelas tidak kondusif, dan cenderung ribut. Guru juga cenderung tidak mengawasi kegiatan siswa di kelas,

6 sehingga sebagian murid sibuk dengan urusan mereka masing-masing tidak terfokus pada yang disampaikan oleh guru mereka. Selain itu, guru Biologi masih menggunakan RPP yang dibuat dua tahun lalu dalam melaksanakan pembelajaran dan RPP yang digunakan tersebut digunakan oleh lebih dari dua orang guru biologi. Selain itu, guru biologi yang sudah lulus sertifikasi masih sering menggunakan RPP yang mereka buat dua tahun bahkan lebih dari dua tahun lalu. Padahal seharusnya guru biologi yang sudah lulus sertifikasi merombak isi RPP mereka setiap tahunnya, agar kegiatan pembelajaran setiap tahunnya dapat dikontrol dengan baik. Jadi, jika ada kekurangan dalam perencanaan pembelajaran tahun kemaren bisa diperbaiki di tahun sekarang. Selain itu, guru biologi juga masih kurang memahami konsep dasar ilmu biologi, dasar hukum-hukum dalam biologi, dan juga dalam mengkonsep praktikum untuk siswa. Pada dasarnya guru biologi tersebut dalam kegiatan praktikum tidak menuntun siswanya dengan baik. Selanjutnya, sikap guru dalam mengendalikan siswa dalam kelas masih kurang hal ini dapat dilihat dari sikap guru yang sering membiarkan siswa mengerjakan sesuatu yang bukan seharusnya mereka lakukan pada saat pembelajaran biologi, misalnya mengerjakan tugas mata pelajaran lain saat pelajaran biologi sedang berlangsung atau juga siswa lebih memilih bermain baik di kelas maupun di luar kelas pada saat jam pelajaran sedang berlangsung. Selain itu, guru juga tidak mengenalai karakter siswa dengan baik sehingga siswa tersebut sering berperilaku yang kurang sopan terhadap gurunya. Ada kalanya guru bersikap tidak objektif terhadap siswanya. Guru terlalu keras pada siswa yang tidak bisa diaturnya sehingga siswa tersebut sulit untuk

7 menentukan sikapnya. Selain itu juga, guru terkadang bersikap selalu mendahulukan siswa yang pintar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru tanpa memberi kesempatan pada siswa yang lain untuk menunjukkan kemampuan mereka pada topik-topik yang mereka kuasai pada mata pelajaran biologi. Selain itu, terkadang guru biologi juga sering menggunakan RPP temannya dalam kegiatan pembelajarannya sedang guru tersebut tidak membuat RPP untuk dirinya sendiri. Hal ini terjadi karena faktor usia guru tersebut yang mungkin saat itu sudah sulit untuk memahami konsep dalam penyusunan RPP yang benar, atau mungkin juga karena faktor takut salah dalam membuat RPP tersebut sehingga guru tersebut lebih memilih untuk memakai RPP punya temannya dari pada harus membuat sendiri. Dalam masa sekarang ini teknologi dalam kegiatan pembelajaran lagi digalakkan di sekolah. Akan tetapi, tidak semua guru termasuk guru biologi dapat menggunakannya. Padahal pada pembelajaran biologi penggunaan IT/ICT sangat menunjang lajannya pembelajaran di kelas. Penggunaan IT/ICT tersebut dapat merangsang minat belajara siswa, karena pada umumnya materi-materi pelajaran biologi harus ditampilkan dalam bentuk nyata, tidak bisa ditampilkan dalam bentuk abstrak. Dalam penggunaan strategi, model, media pembelajaran juga pada kebanyakan guru belum mengembangkannya. Pada dasarnya metode ceramah masih dominan dalam pembelajaran biologi yang diterapkan oleh guru terutama guru biologi. Selain metode ceramah, guru juga banyak menggunakan metode diskusi kelompok pada setiap pembelajaran di kelas. Padahal, penggunaan

8 metode, strategi, model, maupun media pembelajaran yang lain tersebut akan lebih memudahkan guru dalam menggali potensi dan motivasi belajar siswa. Bersarkan data dari PSG sertifikasi rayon 102 Universitas Negeri Medan didapatkan data guru-guru biologi Sekota Medan yang sudah lulus sertifikasi guru dari tahun 2007 sampai tahun 2011 adalah; (1) Tahun 2007 jumlah guru biologi yang sudah lulus sertifikasi ada 31 orang; (2) Tahun 2008 jumlah guru biologi yang sudah lulus sertifikasi ada 124 orang; (3) Tahun 2009 jumlah guru biologi yang sudah lulud sertifikasi ada 25 orang; (4) Tahun 2010 jumlah guru biologi yang sudah lulus sertifikasi ada 9 orang; dan (5) Tahun 2011 jumlah guru biologi yang sudah lulus sertifikasi ada 35 orang. Berdasarkan data dari PSG sertifikasi rayon 102 Universitas Negeri Medan di atas terdapat 224 guru biologi di kota medan yang sudah lulus sertifikasi dari 414 orang guru yang terdaftar di kantor Dinas Pendidikan Kota medan. Berarti sekitar 54,1% persen guru biologi yang sudah lulus sertifikasi, dan masih ada 45,9% lagi guru biologi yang belum lulus sertifikasi atau yang belum memiliki sertifikat pendidik. Guru yang sudah lulus sertifikasi tersebut nantinya diharapkan dapat menjadi tutor bagi guru biologi yang belum lulus atau yang belum memiliki sertifakat pendidik dalam melaksanakan kenerjanya sebagai seorang guru di sekolah mereka masing-masing. Sehingga kegiatan pembelajar di kelas pun menjadi lebih baik dan menyenangkan. 1.2. Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Kompetensi profesional guru biologi yang sudah lulus sertifikasi belum sesuai dengan Permendiknas No 16 Tahun 2007.

9 2. Kompetensi pedagogik guru biologi dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran belum sesuai dengan Permendiknas No 16 Tahun 2007. 3. Kompetensi pedagogik guru biologi dalam mengenal dan menganalisis karakteristik siswa dalam kegiatan pembelajaran belum sesuai dengan Permendiknas No 16 Tahun 2007. 4. Guru biologi masih belum bisa memanfaatkan fasilitas IT di sekolah. 5. Metode ceramah masih dominan dalam pembelajaran di sekolah, belum disesuaikan dengan metode pembelajaran lain. 6. Kompetensi kepribadian guru biologi dalam hal kepercayaan diri menjadi seorang guru belum sesuai dengan Permendiknas No 16 Tahun 2007. 7. Kompetensi sosial guru biologi dalam berkomikasi untuk suatu inovasi pembelajaran kepadakomunitas profesi, berkomunikasi dengan siswa di kelas maupun di luar kelas, dan beradaptasi dengan lingkunagan sekolah belum sesuai dengan Permendiknas No 16 Tahun 2007. 1.3. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Kompetensi professional guru Biologi yang sudah melaksanakan sertifikasi belum baik dalam memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori biologi sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. 2. Kompetensi pedagogik guru biologi masih belum sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. 3. Kompetensi kepribadian guru biologi masih belum sesuai dengan Permendikna Nomor 16 Tahun 2007.

10 4. Kompetensi sosial guru biologi masih belum sesuai dengan Permendikna Nomor 16 Tahun 2007. 1.4. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah guru biologi yang sudah lulus sertifikasi sudah memiliki kompetensi profesional sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007? 2. Apakah guru bologi yang sudah lulus sertifikasi sudah memiliki kompetensi paedagogik sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007? 3. Apakah guru biologi yang sudah lulus sertifikasi sudah memiliki kompetensi kepribadian sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007? 4. Apakah guru biologi yang sudah lulus sertifikasi sudah memiliki kompetensi social sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007? 1.5. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Melihat hasil kompetensi profesional guru biologi yang sudah lulus sertifikasi sudah sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. 2. Melihat hasil kompetensi pedagogik guru biologi yang sudah lulus sertifikasi sudah sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. 3. Melihat hasil kompetensi kepribadian guru biologi yang sudah lulus sertifikasi sudah sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. 4. Melihat hasil kompetensi sosial guru biologi yang sudah lulus sertifikasi sudah sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007.

11 1.6. Manfaat Penelitian Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah; (1) Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat merubah kinerja guru Biologi dalam menerapkan ilmu pengetahuan terhadap peserta didik; (2) Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat merubah pandangan guru biologi bahwa ilmu biologi harus diajarkan dengan metode ceramah atau dengan diskusi; (3) Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat merubah pandangan guru dalam mengkondusifkan peserta didik di kelas. Adapun manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah; (1) Sebagai informasi pendukung bagi ahli pendidikan dalam mengembangkan instrument evaluasi kinerja guru; dan (2) Sebagai informasi pendukung bagi ahli pendidikan dalam mengembangkan instrument evaluasi kompetensi guru.