BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan moneter adalah untuk membantu mencapai sasaran-sasaran makroekonomi antara lain :

dokumen-dokumen yang mirip
Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

Kebijakan Moneter & Bank Sentral

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara. Saat jumlah uang beredar tidak mencukupi kegiatan transaksi pada satu

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk pengendalian besaran moneter (monetary aggregates) untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam ilmu ekonomi dikenal istilah pasar keuangan. Pasar keuangan adalah

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB 1 PENDAHULUAN. riil, dan meningkatnya lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran.

Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia membawa pengaruh pada. berbagai sektor ekonomi, baik sektor riil maupun sektor moneter.

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi namun faktor-faktor ini di luar kontrol

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

A. PENGERTIAN SISTEM MONETER DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas Diskonto,

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

III. KERANGKA PEMIKIRAN Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter. kebijakan moneter terhadap kegiatan ekonomi secara riil dan harga harga

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB II URAIAN TEORITIS. Bank-bank umun pemerintah dan Bank-bank umum swasta nasional di

VII. SIMPULAN DAN SARAN

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

Suku Bunga dan Inflasi

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

Ilmu Ekonomi Bank Sentral dan Kebijakan moneter

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan sangat ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak bank sentral di berbagai negara telah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Kebijakan Moneter Indonesia 2.1.1 Pengertian Kebijakan Moneter Kebijakan moneter adalah semua tindakan atau upaya bank sentral untuk mempengaruhi perkembangan variabel moneter (uang beredar, suku bunga, suku bunga kredit, dan nilai tukar) untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Sebagai bagian dari kebijakan ekonomi makro, maka tujuan moneter adalah untuk membantu mencapai sasaran-sasaran makroekonomi antara lain : pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, stabilitas harga, dan keseimbangan neraca pembayaran. Keempat sasaran tersebut merupakan tujuan akhir kebijakan moneter ( Natsir, 2011). Kebijakan moneter itu saling berkaitan satu sama lain dan memungkinkan terjadinya trade off dalam penerapannya. Dalam prakteknya, perkembangan kegiatan perekonomian yang

diinginkan adalah terjaganya stabilitas ekonomi makro yang dicerminkan oleh stabilitas harga (inflasi rendah), membaiknya pertumbuhan ekonomi serta luasnya lapangan kerja. 2.1.2 Target Kebijakan Moneter Target akhir kebijakan moneter adalah suatu kondisi makro yang ingin dicapai oleh setiap negara. Target kebijakan moneter tidak statis, namun bersifat dinamis karena selalu disesuaikan dengan kebutuhan perekonomian suatu negara. Akan tetapi, kebanyakan negara menetapkan empat hal yang menjadi ultimate target dari kebijakan moneter, yaitu : pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, kesempatan kerja, dan keseimbangan neraca pembayaran. Idealnya, semua sasaran perekonomian tersebut harus dapat dicapai secara serentak dan optimal. Namun, karena usaha-usaha untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut dapat menimbulkan dampak yang kontradiktif. Misalnya kebijakan moneter yang kontradiktif untuk menekan laju inflasi dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kesempatan kerja. Di samping itu, pengalaman empiris menunjukkan bahwa perekonomian memburuk karena kebijakan moneternya memiliki tujuan ganda (multiple objectives). Untuk alasan ini, mayoritas bank sentral termasuk BI fokus pada sasaran tunggal (single objective) yaitu mewujudkan dan memelihara kestabilan moneter (Ismail, 2006). Kebijakan moneter dapat menggunakan instrumen langsung maupun tidak langsung. Instrumen langsung adalah instrumen pengendalian moneter yang dapat secara langsung mempengaruhi sasaran operasional yang diinginkan oleh bank sentral. Adapun instrumen tidak langsung adalah instumen pengendalian moneter yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi sasaran operasional yang diinginkan bank sentral. 2.1.3 Indikator Kebijakan Moneter Di dalam proses mencapai sasaran kebijakan moneter sering dihadapkan dengan gejolak

perkembangan perekonomian yang menghambat sasaran yang ditetapkan. Sehubungan dengan itu, diperlukan indikator (sasaran antara) yang dapat memberi petunjuk apakah perkembangan moneter tetap terarah pada usaha pencapaian sasaran akhir yang ditetapkan atau tidak. Indikator tersebut umumnya dua hal, yakni suku bunga dan atau uang beredar. Dengan demikian, kedua variabel tersebut mempunyai dua fungsi, yakni sebagai sasaran menengah dan indikator. 2.1.3.1 Mekanisme Transmisi melalui Alur Tingkat Bunga dan Uang Beredar (Monetary Agregate) Tingkat bunga merupakan kunci dalam mekanisme transmisi moneter dalam model IS, model LM, model AD, dan model AS. Peningkatan stok uang akan menurunkan tingkat bunga riil dan biaya modal serta meningkatkan investasi bisnis. Peningkatan investasi pada akhirnya akan meningkatkan output agregat. Penurunan tingkat bunga riil juga akan meningkatkan pengeluaran untuk pembelian rumah dan barang tahan lama. Oleh sebab itu, penurunan tingkat bunga akibat ekspansi moneter akan meningkatkan belanja atau konsumsi dan permintaan agregat. Kebijakan moneter yang menggunakan monetary aggregate atau uang beredar sebagai sasaran menengah mempunyai dampak positif berupa tingkat harga yang stabil. Apabila terjadi gejolak dalam jumlah besaran moneter, yaitu melebihi atau kurang dari jumlah yang ditetapkan, bank sentral akan melakukan kontraksi atau ekspansi moneter sedemikian rupa sehingga besaran moneter akan tetap pada suatu jumlah yang ditetapkan (Aulia Pohan, 2008). 2.1.4 Kerangka Operasi Kebijakan Moneter 2.1.4.1 Instrumen-instrumen Moneter Indonesia Instrumen pengendalian moneter merupakan alat atau media operasi moneter yang digunakan oleh bank sentral untuk mempengaruhi sasaran operasional dan sasaran akhir yang telah ditetapkan (Warjiyo, 2004:17). Instrumen-instrumen kebijakan moneter terdiri dari : (1).

Operasi Pasar Terbuka (OPT) yaitu operasi bank sentral di pasar keuangan dilakukan dengan cara menjual dan membeli surat berharga, misalnya SBI, (2). Tingkat Bunga Diskonto yaitu fasilitas pinjaman jangka pendek dari Bank Sentral kepada bank-bank komersial dalam pengendalian likuiditasnya (3). Giro Wajib Minimum (Reserve requirement) yaitu giro wajib minimum yang harus dipelihara bank-bank komersial di bank sentral (4). Himbauan moral (moral suation). 2.1.4.2 Instumen Kebijakan Moneter Di dalam pelaksanaan kebijakan moneter, bank sentral biasanya menggunakan berbagai piranti sebagai instrumen dalam mencapai sasaran. Secara umum, instrumen yang biasa digunakan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu instrumen langsung dan instrumen tidak langsung. 2.1.5 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Indonesia Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya menggambarkan bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral mempengaruhi berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan akhir yang ditetapkan. Dalam kenyataannya, mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan proses yang kompleks, dan karenanya dalam teori ekonomi moneter sering disebut dengan black box. Black box mekanisme transmisi kebijakan moneter ini mendorong banyak pihak untuk mengurai dan memahami proses yang terjadi didalamnya. Menurut Berk (2001), mekanisme transmisi kebijakan moneter dapat diartikan sebagai bagaimana sektor swasta sebagai agen ekonomi merespon kebijakan otoritas moneter, serta bagaimana hubungan otoritas moneter dengan sektor swasta.

Sektor keuangan atau moneter mempunyai peranan penting, bukan hanya sebagai perantara finansial tetapi juga sebagai pihak yang membatasi, menilai, dan mendistribusikan risiko yang berkaitan dengan berbagai dengan berbagai kegiatan finansial. Pada mekanisme pasar, peranan ini memungkinkan terjadinya keseimbangan antara keuntungan seperti deregulasi ekonomi pada umumnya adalah mendorong efisiensi dan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan? Inflasi Moneter Output Gambar 2.1 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter sebagai Black Sumber: Perry Warjiyo, 2004 Box Mekanisme transmisi adalah saluran yang menghubungkan antara kebijakan moneter dengan perekonomian. Beberapa ekonom sepakat bahwa mekanisme transmisi merupakan proses antara yang menyebabkan perubahan GDP riil dan inflasi melalui mekanisme kebijakan moneter. Kerangka strategis kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral banyak dipengaruhi oleh keyakinan bank sentral yang bersangkutan terhadap suatu proses tertentu mengenai bagaimana kebijakan moneter berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Dengan mempertimbangkan latar belakang tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan penataan kembali struktur pengorganisasian dari lembaga-lembaga yang melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor jasa keuangan, sehingga nantinya kegiatan di dalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara lebih teratur, adil, transparan, dan akuntabel, mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Dengan demikian, diharapkan sektor jasa keuangan akan mampu berkontribusi dalam mewujudkan perekonomian nasional yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.

2.1.6 Saluran Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Indonesia Kajian mengenai mekanisme transmisi kebijakan moneter pada mulanya mengacu pada peranan uang dalam perekonomian, yang pertaman dijelaskan oleh Quantity Theory of Money yang dikemukakan oleh Fisher pada tahun 1991. Dalam perkembangan kemajuan di bidang keuangan dan peubahan dalam struktur ekonomi, terdapat lima saluran atau jalur mekanisme transmisi kebijakan moneter (monetary policy transmission channels). Kelima saluran transmisi moneter dimaksud adalah saluran moneter langsung (direct monetary channel), saluran suku bunga (interest rate channel), saluran harga aset (asset price channel), saluran kredit (credit channel), saluran nilai tukar (exchange rate channel), dan saluran ekspektasi inflasi (inflation expectation channel). Tetapi jalur suku bunga dan jalur nilai tukar yang akan dibahas dalam skripsi ini. 2.1.6.1.1 Jalur Suku Bunga Mekanisme transmisi melalui jalur suku bunga menekankan bahwa pentingnya aspek harga di pasar keuangan terhadap berbagai aktifitas ekonomi di sektor riil. Oleh karena itu, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan berpengaruh terhadap perkembangan berbagai suku bunga di sektor keuangan dan akan berpengaruh pada tingkat inflasi dan output riil.interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan para pelaku ekonomi proses perputaran uang. Kebijakan Moneter Suku Bunga -SBI -PUAB Suku Bunga Deposito Transmisi di Sektor Keuangan Suku bunga kredit Konsumsi Inflasi Transmisi di Sektor Riil Investasi Permintaan Agregat Output Gap

Gambar 2.2 : Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Suku Bunga Sumber: Perry Warjiyo, 2004 a. Tahap yang pertama: kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan berpengaruh terhadap suku bunga jangka pendek (misalnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Pasar Uang Antar Bank) di pasar uang rupiah. Perkembangan ini selanjutnya akan mempengaruhi suku bunga deposito yang diberikan perbankan pada simpanan masyarakat dan suku bunga kredit yang dibebankan bank kepada para debiturnya. Proses transmisi suku bunga tersebut biasanya tidak berlangsung secara segera, artinya ada tenggat waktu, terutama karena kondisi internal perbankan dalam manajemen aset dan kewajibannya. b. Tahap yang kedua, transmisi suku bunga dari sektor keuangan ke sektor riil akan tergantung pada pengaruhnya terhadap permintaan konsumsi terjadi terutama karena bunga deposito merupakan komponen dari pendapatan masyarakat (income effect) dan bunga kredit sebagai pembiayaan konsumsi (substitution effect). Sementara itu, pengaruh suku bunga terhadap permintaan investasi terjadi karena suku bunga kredit merupakan komponen biaya modal (cost of capital), di samping yield obligasi dan dividen saham, dalam pembiayaan investasi. Pengaruh melalui investasi dan konsumsi tersebut selanjutnya akan berdampak pada besarnya permintaan agregat dan pada akhirnya akan menentukan tingkat inflasi dan output riil dalam ekonomi. 2.1.6.2 Jalur Nilai Tukar

Pendekatan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar sama seperti jalur suku bunga, menekankan pentingnya aspek perubahan harga asset finansial terhadap berbagai aktifitas perekonomian. Dalam kaitan ini, pentingnya jalur nilai tukar dalam transmisi kebijakan moneter terletak pada pengaruh asset finansial dalam valuta asing yang berasal dari hubungan kegiatan ekonomi suatu negara dengan negara lain. Pengaruhnya bukan saja terjadi pada perubahan nilai tukar, tetapi juga pada aliran dana masuk dan keluar suatu negara yang terjadi, antara lain karena aktivitas perdagangan antarnegara dan aliran modal investasi, seperti tercermin pada neraca pembayaran. Perubahan nilai tukar dan aliran dana dan dari ke luar negeri akan mempengaruhi kegiatan ekonomi riil di negara yang bersangkutan. Semakin terbuka perekonomian suatu yang disertai dengan sistem nilai tukar mengambang dan sistem devisa bebas, semakin besar pula pengaruh nilai tukar dan aliran dana luar negeri terhadap perekonomian dalam negeri. Kebijakan Moneter Perbedaan Suku Bunga DN-LN Aliran Modal LN & supply - Demand Valas Risiko Nilai Tukar Transmisi di Sektor Keuangan Transmisi di Sektor Riil Harga-harga Traded Goods Inflasi Ekspor Netto PDB Output Gap

Gambar 2.3: Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Nilai Tukar Sumber: Perry Warjiyo, 2004 a. Pada tahap yang pertama, operasi moneter oleh bank sentral akan mempengaruhi, baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap perkembangan nilai tukar. Pengaruh langsung terjadi sehubungan dengan operasi moneter melalui intervensi, jual atau beli, valuta asing dalam rangka stabilisasi nilai tukar. Sementara itu, pengaruh tidak langsung terjadi karena operasi moneter yang dilakukan oleh bank sentral mempengaruhi perkembangan suku bunga dipasar uang dalam negeri sehingga mempengaruhi perbedaan suku bunga didalam negeri dan suku bunga di luar negeri, yang selanjutnya akan mempengaruhi besarnya aliran dana dari dan ke luar negeri. b. Pada tahap yang kedua, perubahan nilai tukar berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan harga-harga barang dan jasa di dalam negeri. Pengaruh langsung terjadi karena perubahan nilai tukar mempengaruhi pola pembentukan harga oleh perusahaan dan ekspektasi inflasi oleh masyarakat, khususnya terhadap barang impor. Sementara itu, pengaruh tidak langsung terjadi karena perubahan nilai tukar mempengaruhi kegiatan ekspor dan impor, yang pada gilirannya berdampak pada output dan perkembangan harga-harga barang dan jasa. 2.2 Kebijakan Moneter Malaysia Sejak krisis keuangan Asia pada tahun 1998, perubahan signifikan telah terjadi di sektor perbankan Malaysia. Sebelum tahun 1998, sektor perbankan ditandai oleh sejumlah besar lembaga kecil. Namun, gelombang konsolidasi dan merger lembaga keuangan sejak tahun 1998 telah menyebabkan munculnya sembilan kelompok perbankan domestik pada tahun 2006. Lebih penting lagi, Perkembangan ini telah membantu menciptakan sektor keuangan yang lebih

tangguh, efisien, kompetitif, dan responsif terhadap perubahan kebutuhan ekonomi. Sistem keuangan Malaysia telah berkembang sejalan dengan perubahan struktur perekonomian. perubahan dalam struktur ekonomi dan sistem keuangan pada gilirannya memiliki pengaruh penting dalam membentuk dalam meningkatnya kompleksitas hubungan antara kebijakan moneter dan ekonomi riil. Dalam hal ini, sebagai pembuat kebijakan, penting untuk memahami bagaimana transformasi ekonomi mempengaruhi sifat saluran transmisi kebijakan moneter. 2.2.1 Saluran Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Malaysia Malaysia menggunakan suku bunga sebagai umpan dalam menarik investasi terutama investasi asing. Siaran yang dibuat oleh Bank Dunia menyatakan bahwa kegiatan investasi di Malaysia masuk lima besar negara di dunia yang memiliki iklim investasi terbaik. Pengolahan yang baik juga mempengaruhi investasi di Malaysia dalam pengolahan pinjaman, karena adanya dana yang cukup ke dalam peningkatan investasi, pemberian kredit di dalam negeri juga meningkat selama periode terakhir. Tujuan dari kebijakan moneter untuk mencapai target seperti pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menjaga harga tetap stabil. Hal ini penting bagi para pembuat kebijakan untuk memahami mekanisme transmisi moneter dalam mempengaruhi variabel ekonomi. Untuk tujuan penelitian ini, dua saluran transmisi kebijakan moneter akan dibahas yaitu: 2.2.1.1 Jalur Suku Bunga Mekanisme transmisi moneter melalui jalur suku bunga telah berdiri selama lebih dari lima puluh tahun. Mekanisme ini didasarkan pada Keynesian model IS/LM (Mishkin, 1996). Saluran ini juga dikenal sebagai pandangan uang. Dalam pandangan uang, kebijakan moneter dapat mempengaruhi variabel ekonomi melalui suku bunga. Mekanisme transmisi moneter ini dapat diilustrasikan sebagai berikut, dengan asumsi bahwa terjadi kontraksi moneter:

M i I Y Ketika kontraksi moneter dilaksanakan, hal itu mempengaruhi tingkat bunga riil meningkat. Tingkat bunga riil yang tinggi akan meningkatkan biaya pinjaman kepada investor. Oleh karena itu, investasi akan menurun, yang menyebabkan penurunan permintaan agregat sehingga output ekonomi menurun. Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa peran nilai tukar dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah semakin besar terhadap sektor perekonomian. Meskipun demikian, banyak studi yang dilakukan menemukan bahwa nilai tukar tidak berperan signifikan dalam transmisi kebijakan moneter seperti yang dimuat dalam teori ekonomi. Perkiraan BNM menunjukkan bahwa rasio saluran nilai tukar terhadap jalur suku bunga adalah 1:4. Dengan kata lain, jalur suku bunga lebih efektif empat kali daripada nilai tukar dalam transmisi kebijakan moneter. 2.2.1.2 Jalur Nilai Tukar Sistem ekonomi terbuka yang diadopsi Malaysia dimana negara harus dilibatkan dengan transaksi internasional, untuk mengakomodasi perdagangan internasional nilai tukar harus diatur. Di bawah sistem nilai tukar yang fleksibel, dampak perubahan suku bunga dapat diserap oleh nilai tukar (Mishkin, 1995). Oleh karena itu, transmisi moneter juga dapat mempengaruhi variabel ekonomi seperti inflasi dan output. Skema saluran nilai tukar disajikan di bawah ini. M i I Y Dari skema di atas, ketika kontraksi kebijakan moneter dilaksanakan, meningkat tingkat bunga riil, yang membuat tingkat bunga riil dalam negeri menjadi relatif lebih tinggi dari tingkat bunga riil asing. Akibatnya, dana dari investor asing akan mengalir ke dalam negeri dan nilai tukar akan menghargai menyebabkan harga produk yang diekspor ke relatif lebih tinggi dari

pesaing asing lainnya. Oleh karena itu, sebagai akibat dari penurunan output permintaan agregat akan menurun. 2.3 Kebijakan Moneter Singapura 2.3.1 Sejarah Singkat MAS (The Monetary Authority of Singapore) MAS didirikan di bawah Otoritas Moneter Singapura Act of 1970, dan mulai beroperasi pada 1 Januari 1971. Hal ini menandai sebuah tonggak penting dalam sejarah perkembangan keuangan dan moneter Singapura. Sebelum ini, berbagai fungsi moneter biasanya terkait dengan bank sentral telah dilakukan oleh beberapa departemen dan instansi pemerintah. Namun, pada akhir 1969, pemerintah memutuskan bahwa berbagai badan yang bertanggung jawab untuk pengelolaan moneter harus dibawa di bawah satu organisasi. Tidak hanya akan ini membuatnya lebih nyaman untuk tujuan administratif, juga akan memberikan rasa organisasi yang lebih besar terhadap arah dan tujuan, dan menumbuhkan konsentrasi dan pertumbuhan keahlian profesional yang diperlukan dalam pelaksanaan urusan moneter. Pada bulan April tahun 1977, Pemerintah memutuskan untuk membawa pengaturan industri asuransi di bawah naungan MAS. Fungsi regulasi berdasarkan Securities Act Industry ( 1973 ) juga dialihkan ke pihak MAS pada bulan September 1984. Setelah merger dengan Dewan Komisaris Mata Uang, Singapura pada 1 Oktober 2002, MAS kini juga bertanggung jawab atas penerbitan mata uang. Dunia prospek ekonomi terus menjadi patokan negara-negara mitra utama pertama di Singapura seperti Amerika Serikat, Jepang, Eropa atau China di mana setiap perubahan ke negara biasanya Singapura akan segera menyesuaikan diri dengan cepat karena sekali lagi ekonomi Singapura bergantung pada kegiatan perdagangan internasional. Sektor manufaktur dan industri jasa yang berorientasi ekspor mengalami peningkatan secara bertahap selama beberapa tahun terakhir. Sedangkan untuk pasar tenaga kerja, Singapura adalah negara di

mana warga masih cukup mudah untuk menemukan pekerjaan sehingga pengangguran dapat dikurangi sedikit di Singapura daripada di negara-negara Asia lainnya. 2.3.2 Saluran Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Singapura 2.3.2.1 Jalur Suku Bunga Peran Singapura sebagai pusat keuangan internasional, ekonomi Singapura sangat terbuka untuk arus modal. Akibatnya, perubahan kecil dalam perbedaan antara suku bunga domestik dan asing akan menyebabkan gerakan besar dan cepat terhadap modal. Hal ini membuat sulit untuk menargetkan jumlah uang beredar di Singapura, karena arus bersih dari dana luar negeri dengan mudah dapat mempengaruhi jumlah uang beredar dalam negeri. Demikian juga, suku bunga domestik sangat ditentukan oleh tingkat asing dan ekspektasi pasar pergerakan $ S. Dengan demikian, setiap upaya oleh MAS untuk menaikkan atau menurunkan suku bunga domestik selama periode waktu yang panjang, akan digagalkan oleh pergeseran dana masuk atau keluar dari Singapura. Dengan kata lain, mengingat konteks mobilitas modal bebas, pilihan nilai tukar sebagai fokus kebijakan moneter menyiratkan bahwa MAS tidak dapat mengendalikan suku bunga domestik atau pasokan uang pada waktu yang sama. 2.3.2.2 Jalur Nilai Tukar Sejak 1981, kebijakan moneter Singapura telah difokuskan pada nilai tukar. Hal ini karena nilai tukar adalah alat yang paling efektif dalam mengendalikan inflasi, mengingat ukuran Singapura yang kecil dan keterbukaan ekonomi Singapura. Namun, MAS tidak hanya melihat dolar Singapura (S $) nilai tukar terhadap dolar AS atau terhadap mata uang asing tunggal. Sebaliknya, MAS mengelola S $ nilai tukar terhadap banyak mata uang yang terdiri dari mata uang mitra dagang utama Singapura dan pesaing. MAS secara teratur meninjau dan merevisi

komposisi mata uang asing, untuk memperhitungkan perubahan dalam pola perdagangan Singapura. Pemilihan nilai tukar, daripada uang beredar atau suku bunga, sebagai alat utama kebijakan moneter telah dipengaruhi oleh kecilnya ukuran negara Singapura dan tingginya tingkat keterbukaan terhadap perdagangan dan arus modal. Kurangnya sumber daya alam Singapura yang berarti bahwa Singapura harus mengimpor kebutuhan yang paling dasar seharihari. Bahkan, dari setiap $ 1 yang dihabiskan di Singapura, 51 sen digunakan untuk mengimpor barang-barang luar negeri. Hal ini menyiratkan bahwa harga domestik sangat dipengaruhi oleh harga asing, Juga karena ukurannya yang kecil, Singapura adalah price taker di pasar dunia. Dengan demikian, kenaikan harga asing akan menyebabkan harga domestik lebih tinggi, yang dapat diimbangi oleh perubahan nilai tukar. 2.3.3 Kebijakan Moneter Singapura berpusat Pada Nilai Tukar Exchange Rate Net External Demand Domestic Demand Total Demand Domestic Prices Pressure Inflation Interest Rate Asset Prices Expectations / Confidence Import Prices Gambar 2.4: Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Singapura Sumber: H.K. Chow Singapore Management University Gambar diatas menggambarkan hubungan kunci dalam mekanisme transmisi moneter dari gangguan nilai tukar. Perubahan nilai tukar yang merupakan harga relatif dari mata uang domestik dan asing menyebabkan pergerakan harga relatif barang dan jasa dalam negeri dan luar

negeri. Seperti fluktuasi harga relatif pada gilirannya dapat mempengaruhi tingkat pola akhir pengeluaran dalam perekonomian domestik. Misalnya, apresiasi nilai tukar menurunkan harga domestik impor dengan demikian mengurangi daya saing produsen dalam negeri dan impor barang dan jasa. Hal ini mendorong pengeluaran jauh dari yang dihasilkan terhadap barang yang diproduksi luar negeri dan jasa. Pada saat yang sama, apresiasi mata uang lokal menaikkan harga luar negeri ekspor dalam negeri, sehingga mengurangi daya saing produsen dalam negeri ekspor. Penurunan ekspor memberikan kontribusi terhadap penurunan neraca perdagangan. Pemilihan nilai tukar daripada jumlah uang beredar atau tingkat bunga sebagai alat utama kebijakan moneter telah dipengaruhi oleh ukuran kecil Singapura dan tingkat tinggi keterbukaan terhadap perdagangan dan arus modal. 2.4 Variabel dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter dalam Jalur Suku Bunga dan Nilai Tukar 2.4.1 Suku Bunga Deposito Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga dimana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi tabungan yang terjadi. Berarti keinginan masyarakat untuk menabung sangat bergantung pada tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat untuk menabung atau masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan pengeluarannya guna menambah besarnya tabungan. Jadi, tingkat bunga menurut klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya. Pendapat klasik ini didasarkan kepada hukum Say bahwa penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri. 2.4.2 Suku Bunga Pinjaman Suku bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Adapun komponen dalam

menentukan suku bunga kredit antar lain sebagai berikut : a. Total biaya dana Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun deposito. Semakin besar bunga yang dibebankan terhadap bunga simpanan, semakin tinggi pula biaya dananya demikian sebaliknya. b. Biaya operasi Dalam melakukan setiap kegiatan setiap bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana baik berupa manusia maupun alat. Penggunaan sarana dan prasarana baik manusia maupun alat. Penggunaan sarana dan prasarana ini memerlukan sejumlah biaya yang yang harus ditanggung bank sebagai biaya operasi. c. Cadangan risiko kredit macet Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti menanggung suatu risiko yang tidak berbayar. Oleh karena itu, pihak bank perlu mencadangkannya sebagai sikap bersiaga menghadapinya dengan cara membebankan sejumlah persentase tertentu terhadap kredit yang akan disalurkan. d. Laba yang diinginkan Setiap kali melakukan transaksi bank selalu ingin memperoleh laba yang maksimal. Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan penting, mengingat penentuan besarnya laba sangat mempengaruhi besarnya bunga kredit. e. Pajak Pajak merupakan kewajban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya (Kasmir, 2008). 2.4.3 Suku Bunga Riil

Menurut Karl dan Fair suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada debitur. Secara teori tingkat bunga yang dibayarkan bank adalah tingkat bunga nominal yang merupakan penjumlahan tingkat bunga riil ditambah inflasi (Mankiw, 2000). Adanya kenaikan atau penurunan inflasi akan berdampak pada kenaikan atau penurunan tingkat bunga kredit. Konsep mengenai tingkat suku bunga terdiri dari berbagai macam pendekatan. Pertama adalah konsep tentang real interest rate, yaitu tingkat suku bunga yang merupakan tingkat suku bunga nominal dikurangi dengan tingkat inflasi. Kedua adalah konsep atau pendekatan yang dikenal sebagai yield to maturit. Yield to maturity dipandang sebagai konsep yang dapat menjelaskan tingkat suku bunga dengan lebih akurat. Yield to maturity di artikan sebagai tingkat suku bunga yang diperoleh dari present value (PV) atas penerimaan cash flow instrumen hutang yang dinilai dengan nilai saat ini.tingkat Bunga Riil adalah real interest rate yaitu tingkat bunga dihitung dengan mengurangkan tingkat inflasi dari tingkat bunga nominal (yang ditetapkan); tingkat bunga rill merupakan faktor penting untuk membandingkan penghasilan efektif dari investasi yang berbeda-beda, dengan menghitung nilai sekarang atau nilai yang akan datang dengan memperkirakan tingkat inflasi pada masa yang akan datang; obligasi atau sertifikat deposito yang mempunyai tingkat penghasilan 11% pada saat inflasi sebesar 5% akan mempunyai pendapatan bersih sebelum pajak sebesar 6%; jika inflasi meningkat lebih dan 5%, nilai investasi akan turun karena pendapatan bunga yang menurun sebagai akibat kenaikan harga secara umum.

Tingkat suku bunga riil yang memperhitungkan ekspektasi perubahan tingkat harga disebut sebagai ex ante real interest rate, sedangkan tingkat suku bunga riil yang memperhitungkan perubahan tingkat harga aktual disebut sebagai ex post real interest rate.tingkat suku bunga riil, tingkat suku bunga dan inflasi dihubungkan oleh persamaan Fisher(fisher equation) sebagaiberikut: i = ir + π e e ir = i - π Pada saat tingkat suku bunga riil rendah, maka borrowing cost juga menjadi rendah, sehingga insentif untuk meminjam lebih besar jika dibandingkan dengan insentif untuk memberi pinjaman. 2.4.4 Nilai Tukar Nilai tukar suatu mata uang didefenisikan sebagai harga relatif dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar, yaitu : (1) fixed exchange rate sistem nilai tukar tetap, (2) managed floating exchange rate sistem nilai tukar mengambang tekendali, dan (3) floating exchange rate sistem nilai tukar mengambang. Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar atau kurs suatu mata uang terhadap mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu. Pada nilai tukar ini bank sentral akan siap untuk menjual atau membeli kebutuhan devisa untuk mempertahankan nilaii tukar yang ditetapkan. Apalagi nilai tukar tersebut tidak lagi dapat dipertahankan, maka bank sentral dapat melakukan devaluasi ataupun revaluasi atau nilai tukar yang ditetapkan. Pergerakan nilai tukar di pasar dipengaruhi oleh faktor fundamental dan nonfundamental. Faktor fundamental tercermin dari variabel-variabel ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, perkembangan ekspor impor, dan sebagainya. Sementara itu, faktor nonfundamental antara lain berupa sentimen pasar terhadap perkembangan sosial politik, faktor

psikologi para pelaku pasar dalam memperhitungkan informasi, rumors, atau perkembangan lain dalam menentukan nilai tukar sehari-hari. (Warjiyo, 2004). 2.4.5 Inflasi Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontiniu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. 2.4.6 Ekspor Netto Mankiw (2000) menyatakan bahwa ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam dan dijual di luar negeri. Sedangkan impor adalah barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri dan dijual di dalam negeri. Ekspor netto (net export) adalah nilai ekpor suatu negara dikurangi nilai impornya. Karen ekpor neto membertitahu kita apakah sebuah negara menjadi pembeli atau penjual di pasar dunia, maka ekspor neto disebut juga neraca perdagangan (trade balance). 2.4.7 GDP

GDP / PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. PDB Nominal merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB riil (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga. PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Martha Simbolon tahun 2012 dengan judul Analisis Peranan Perbandingan Jalur Suku Bunga dan Jalur Nilai tukar dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter menemukan bahwa peranan jalur suku bunga lebih cepat dan efektif dibandingkan jalur nilai tukar dalam mencapai sasaran di Indonesia. Studi yang dilakukan oleh Noor Azlan Ghazali dan Aisyah Abdul Rahman yang berjudul The Transmission Mechanism of Monetary Policy in Malaysia : Bank loans or Deposito? menemukan bahwa saluran kredit dan saluran suku bunga adalah yang efektif di Malaysia. Penelitian yang dilakukan oleh Ooi Sang Kuang yang berjudul The Monetary Transmission Mechanism In Malaysia : Current Developments and Issues, menemukan bahwa dalam perekonomian terbuka nilai tukar memiliki dampak yang penting, tetapi dalam mentransmisikan kebijakan moneter tidak sama pentingnya seperti halnya dalam teori.

Penelitian yang dilakukan oleh H.K.Chow tahun 2004 yang berjudul A VAR Analysis of Singapore s Monetary Transmission Mechanism menemukan bahwa jalur nilai tukar adalah saluran transmisi moneter yang efektif di Singapura dibandingkan dengan suku bunga. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Khoirul Fuddin yang berjudul Effectiveness of Monetary Policy Transmission Mechanism Souteast Asia menjelaskan bahwa jalur nilai kredit lebih efektif untuk Indonesia, jalur suku bunga untuk Malaysia, dan jalur nilai tukar untuk Singapura. 2.6 Kerangka Konseptual Mekanisme transmisi kebijakan moneter dapat dikerjakan melalui berbagai jalur. Namun dalam hal ini, yang akan disoroti adalah perbandingan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga dan jalur nilai tukar. Kebijakan Moneter Jalur Suku Bunga Jalur Nilai Tukar Suku Bunga Deposito Nilai Tukar Suku Bunga Pinjaman Ekspor Netto Suku Bunga Riil Suku Bunga Riil Inflasi Inflasi GDP

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual 2.7 Hipotesis 1. Jalur suku bunga efektif dalam mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia, Malaysia, Singapura. 2. Jalur nilai tukar efektif dalam menstransmisikan kebijakan moneter di Indonesia, Malaysia, Singapura.