BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kata kunci : kondisi sanitasi lingkungan, peran serta masyarakat, modal sosial

Kata kunci : sanitasi lingkungan, pemukiman nelayan, peran serta masyarakat

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN TAHUN KE-2

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN yaitu dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

LAMPIRAN 5Deskripsi Program dan Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2. Program Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Domestik Sistem Setempat dan Sistem Komunal

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

KOTA TANGERANG SELATAN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Hasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 2016

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Area Beresiko Sanitasi

LAMPIRAN A. Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia ( )

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

Oleh: Desi Farida Nrp

BAB 3 STRATEGI SANITASI KOTA (SSK) KOTA TERNATE BAB 3

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Tabel 5.1 Visi, Misi dan Kebijakan Strategis Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Visi Misi Kebijakan Strategis

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA

BAB IV PANDUAN KONSEP

BAB V Area Beresiko Sanitasi

STRATEGI SANITASI KOTA. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

MAKSUD & TUJUAN ISU STRATEGIS & PERMASALAHAN AIR LIMBAH. Tujuan umum : KONDISI EKSISTING

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi ( pengelolaan air limbah domestic ) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar ( ANTARA News, 2006 ). Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari 400.000 m 3 / hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dan tanah, tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut terdapat di Pulau Jawa. Pembuangan akhir limbah tinja umumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain dengan menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungai atau danau, dibuang ke tanah, dan ada juga yang dibuang ke kolam atau pantai. Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia, masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan dengan sanitasi yang sangat minim. Masih sering dijumpai sebagian masyarakat yang membuang hajatnya di sungai karena tidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuangan air limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamar mandi. Bahkan terkadang masih dijumpai masyarakat yang membuang hajatnya di pekarangan rumahnya masing-masing. Hal ini terjadi selain disebabkan karena faktor ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yang relatif rendah dari masyarakat pun memang sangat berpengaruh besar terhadap pola hidup masyarakat. Seperti diketahui kehidupan nelayan saat ini sangatlah memprihantinkan. Menurut Raymond Firth dalam (Kusnadi; 2004), kemiskinan nelayan paling tidak dicirikan oleh lima karakteristik yang salah satunya adalah rendahnya kualitas SDM nelayan sehinga hal ini berdampak juga pada pemahaman dan pengetahuan masyarakat nelayan terhadap pentingnya kualitas sanitasi yang baik. Paradigma pemberdayaan masyarakat nelayan haruslah didasari oleh unsur-unsut yang relevan dengan karakteristik budaya dan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat. Nelayan identik dengan kemiskinan. Ada banyak penyebab terjadinya kemiskinan pada masyarakat nelayan, seperti kurangnya akses kepada sumber-sumber modal, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar maupun rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam. Alasan lain dan yang akan banyak dibahas dalam penelitian ini adalah disebabkan karena faktor-faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi, rendahnya tingkat pendidikan, dan Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing 1

rendahnya tingkat kesehatan serta alasan-alasan lainnya seperti kurangnya prasarana umum di willayah pesisir, lemahnya perencanaan spasial yang mengakibatkan tumpang tindihnya beberapa sektor pada satu kawasan, polusi dan kerusakan lingkungan. Fenomena keseharian masyarakat nelayan pada aspek kesehatan, nelayan relatif lebih beresiko terhadap munculnya masalah kesehatan seperti kekurangan gizi, diare dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), yang disebabkan karena persoalan lingkunan seperti sanitasi, air bersih, indoor pollution, serta minimnya prasaran kesehatan seperti Puskesmas ataupun posyandu yang tidak digunakan secara optimal. Kondisi sanitasi yang buruk dapat menimbulkan berbagai dampak yang merugikan terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan hidup dan kegiatan ekonomi yang berkaitan erat dengan kesejahteraan masyarakat. Departemen Kesehatan (2003) melaporkan bahwa 32,24 % air minum perpipaan dan 54,16 % non perpipaan diketahui belum memenuhi persyaratan bakteriologis. Jadi tidaklah mengherankan jika kejadian penyakit diare di Indonesia begitu tinggi (Percik, Desember 2006). Kawasan permukiman nelayan Bandengan adalah permukiman nelayan yang dibangun oleh pemerintah Kuwait pada tahun 2003 untuk merelokasi masyarakat nelayan yang bertempat tinggal di bantaran Kali Kendal. Namun kondisi permukiman tersebut saat ini telah jauh menurun terutama dalam penyediaan sanitasi lingkungan baik berupa saluran drainase, persampahan maupun sarana prasana lingkungan fisik lainnya. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kondisi sanitasi lingkungan di permukiman nelayan (RW IV) Kelurahan Bandengan dilihat dari pemenuhan terhadap sarana sanitasi dasar tergolong masih buruk. Hal ini dapat terlihat dari : 1). kondisi rumah yang belum termasuk kriteria rumah sehat (tidak adanya jamban dalam rumah, belum adanya sarana pembuangan air limbah yang memadai, fasilitas dapur yang masih bergabung dengan kamar mandi / ruang keluarga dan ruang tamu, kandang ternak bersatu dengan rumah, dll). 2). Keberadaan saluran drainase sekaligus sebagai sarana pembuangan air limbah yang ada belum dimanfaatkan dan berfungsi secara optimal karena penuh sampah dan tertutup tanah atau rumput. Selain itu masih banyak air limbah yang menggenang di pekarangan rumah. 3). Pengelolaan sampah mulai dari sumber sampah (rumah tangga) yang dilakukan oleh masyarakat belum berjalan optimal, karena kebiasaan dalam membuang sampah masih dilakukan di sembarang tempat, di selokan, di pekarangan rumah dan di sungai. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing 2

Peran masyarakat nelayan Bandengan dalam perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan memang sudah ada, namun peran tersebut sangat minim sekali dan tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini karena pengetahuan masyarakat tentang sanitasi masih minim, adanya sistem nilai / hal yang ditabukan oleh masyarakat tentang jamban dalam rumah (masyarakat lebih memilih suangi atau laut dalam aktivitas buang hajat dengan alasan kepraktisan) serta masalah kemiskinan. Terhadap permasalahan peningkatan kualitas sanitasi yang ada di kawasan permukiman nelayan Bandengan perlu dilakukan suatu pendekatan pemberdayaan atau model pemberdayaan agar tumbuh dan berkembang masyarakat sadar lingkungan. Penyadaran akan pentingnya lingkungan merupakan tahapan strategis yang mesti dilakukan secara terencana, terarah, sistematis, berkelanjutan dan komprehensif. Penyadaran harus dimulai dari lingkungan yang terkecil yaitu rumah tangga. Berdasarkan kondisi tersebut maka penelitian ini diusulkan untuk lebih dapat mempersiapkan masyarakat dalam melakukan peningkatan kualitas sanitasi lingkungan. Adapun hal-hal yang terkait dengan kegiatan pada tahun kedua tersebut adalah menyusun model pemberdayaan dan menentukan metode terbaik dalam peningkatan sanitasi lingkungan dengan melibatkan masyarakat, implementasi kegiatan, untuk kemudian dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap model serta pemantapan. 1.2. Tujuan Khusus Tujuan penelitian pada tahun kedua ini adalah: menentukan metode yang terbaik dalam peningkatan sanitasi lingkungan dengan membangun kesadaran dan motivasi masyarakat serta nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat nelayan terkait dalam hal sanitasi lingkungan, untuk kemudian dilakukan penyusunan model pemberdayaan berdasarkan kajian/temuan studi pada tahun pertama serta kesepakatan bersama antar masyarakat, agar dalam menentukan model pemberdayaan yang dipilih adalah yang paling sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat, kemudian dilanjutkan dengan implementasi program dan evaluasi serta pemantapan. 1.3. Pentingnya atau Keutamaan Penelitian Masalah yang mendasari kegiatan ini adalah masih adanya permukiman nelayan khususnya di permukiman nelayan Bandengan Kabupaten Kendal yang terlihat kumuh, belum memenuhi syarat sebagai permukiman yang baik dan layak huni. Selain itu peran Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing 3

masyarakatnya dalam pembangunan lingkungannya, pemahaman dan kesadaran tentang sanitasi lingkungan yang baik juga masih rendah. Dalam menanggulangi permukiman kumuh, masih ada kendala yang dihadapi pemerintah yaitu keterbatasan dana, sehingga tidaklah mungkin pemerintah menanggung secara keseluruhan perbaikan lingkungan nelayan. Pemerintah dapat memberikan kemudahan-kemudahan dan membantu terlaksananya penghapusan permukiman kumuh, tetapi kunci utamanya adalah peran serta masyarakat. Lingkungan yang sehat merupakan kebutuhan dasar manusia guna mempertahankan kehidupannya. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan. Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di sekitarnya juga baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi buruk jika lingkungan yang ada di sekitarnya kurang baik. Dalam penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai dengan mewujudkan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal (rumah) dan lingkungan sekitar rumah yang sehat. Mengingat demikian strategisnya lingkungan yang sehat bagi kelangsungan hidup manusia, maka berbagai upaya telah dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah untuk menjaga kualitas dan kuantitasnya. Untuk menjamin terciptanya lingkungan yang sehat memerlukan peran serta masyarakat secara luas. Meskipun masyarakat mengetahui dengan pasti bahwa lingkungan yang sehat adalah kebutuhan, mereka tidak secara langsung mengambil inisiatif melakukan langkah-langkah terbaik dalam menjaga kondisi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu masyarakat harus diberdayakan dan digugah kesadarannya. Pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan lingkungan permukiman yang sehat adalah upaya terbaik yang harus dilakukan agar tumbuh dan berkembang masyarakat sadar lingkungan. Penyadaran akan pentingnya lingkungan merupakan tahapan strategis yang mesti dilakukan secara terencana, terarah, sistematis, berkelanjutan dan komprehensif. Penyadaran harus dimulai dari lingkungan yang terkecil. Membangun pemahaman bersama bahwa lingkungan adalah milik dan kebutuhan bersama. Kebutuhan tersebut harus diupayakan pemenuhannya melalui upaya bersama pula. Terhadap keseluruhan kegiatan yang akan dilakukan, pentingnya penelitian diantaranya: Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing 4

- Membantu masyarakat nelayan Bandengan dalam meningkatkan pemahaman tentang sanitasi lingkungan pemukiman yang layak dan memenuhi standar kesehatan dan sesuai untuk daerah setempat. - Menghasilkan metode pemberdayaan yang tepat sasaran dan sesuai keinginan dan pilihan masyarakat dalam mewujudkan kawasan yang memiliki nilai kualitas lingkungan yang baik. - Mewujudkan kerja sama dengan institusi lain sebagai bagian dari tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi - Membantu pemerintah dalam merumuskan tindakan penanganan terhadap kekumuhan kawasan pemukiman nelayan. 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut: Menentukan metode pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan kualitas sanitasi lingkungan Penyusunan model pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan kualitas sanitasi lingkungan berdasarkan kajian/temuan studi pada tahun I Implementasi program & pendampingan evaluasi dan monitoring (penilaian & pengawasan) terhadap model terpilih pemantapan 1.5. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pemukiman Bandengan Kabupaten Kendal 1.6. Hasil yang Ditargetkan Penelitian pada tahun II (kedua) ini akan menentukan metode yang terbaik dalam peningkatan sanitasi lingkungan dengan membangun kesadaran dan motivasi masyarakat serta nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat nelayan terkait dalam hal sanitasi lingkungan, untuk kemudian dilakukan penyusunan model pemberdayaan berdasarkan kajian/temuan studi pada tahun pertama serta kesepakatan bersama antar masyarakat, agar dalam menentukan model pemberdayaan yang dipilih adalah yang paling sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat, kemudian dilanjutkan dengan implementasi program dan evaluasi serta pemantapan. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing 5

1.7. Sistematika Laporan Sistematika Laporan hasil penelitian ini terdiri dari: A. LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, subyek penelitian, lokasi penelitian serta hasil yang ditargetkan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Menyajikan teori tentang : pengertian sanitasi, sarana sanitasi dasar yang terdiri dari pemenuhan air bersih, pengelolaan limbah cair, pengelolaan sampah dan MCK, pengertian dan ruang lingkup pemberdayaan masyarakat, model pemberdayaan, tahapan pemberdayaan, BAB III : TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Berisi uraian tujuan penelitian dan juga manfaat penelitian. BAB IV : METODE PENELITIAN Berisi tentang metodologi penelitian secara detil, meliputi ruang lingkup, tata cara perolehan data sekunder dan primer, pendekatan, tahapan penelitian, serta cara pengolahan data serta analisisnya. BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN Menguraikan masalah dan potensi yang ada di wilayah Bandengan berdasarkan pengamatan lapang, wawancara maupun FGD yang telah dilakukan pada penelitian tahun I (pertama). Pembahasan meliputi modal sosial di permukiman nelayan, peningkatan pengetahuan masyarakat, modelmodel pemberdayaan masyarakat, penentuan model pemberdayaan terbaik oleh masyarakat. BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran untuk pengembangan lebih lanjut dari penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN B. DRAFT ARTIKEL ILMIAH Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing 6

Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing 7