BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

Lampiran I. Permohonan Menjadi Responden. Dengan Hormat,

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa merupakan individu yang. bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2004).

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nomor Responden : (diisi oleh peneliti) 2. Jenis Kelamin : 3. Usia :

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

Rina Indah Agustina ABSTRAK

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

Kata Kunci : seksual remaja, berpacaran, sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

HUBUNGAN PENGUNAAN INTERNET TERHADAP GAYA BERPACARAN REMAJA DI DESA SENDANGHARJO KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN. Sugiarto*, Amirul Amalia**

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara pastilah menginginkan sebuah generasi penerus yang berkualitas dan mampu membawa bangsa dan negaranya menuju kesejahteraan. Harapan itu bisa terlihat pada kualitas remaja suatu bangsa (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembetukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks (Gunawan, 2011). Menurut keterangan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2012) seksualitas merupakan salah satu dari tiga masalah yang paling menonjol pada remaja Indonesia selain penyalahgunaan narkotika dan HIV/AIDS. Saat ini persepsi mengenai perilaku seksual remaja cenderung mengarah pada hal yang negatif. Dulu orang menganggap kalau seks dilakukan setelah menikah. Sekarang perilaku seks pranikah terkesan sebagai suatu yang lumrah. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab semakin menurunnya batas usia remaja yang melakukan hubungan seksual. Studi-studi di negara-negara barat seperti di Amerika Serikat, Inggris, dan Australia menunjukkan bahwa pada tahun 2009, 40-50% di antara mereka yang berumur 13 sampai 17 tahun pernah berhubungan seks paling tidak 1

2 sekali, 80% laki-laki dan 70% perempuan aktif secara seksual didalam peralihan mereka kemasa dewasa dan umur median hubungan seks pertama adalah sekitar 16 tahun di negara-negara ini (Moore & Rosenthal, 2006 dalam Geldard, 2012). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2012) menyimpulkan beberapa temuan terkait perilaku berpacaran remaja yang belum menikah. Sebanyak 29,5% remaja pria dan 6,2% remaja wanita pernah meraba atau merangsang pasangannya. Sebanyak 48,1% remaja laki-laki dan 29,3% remaja wanita pernah berciuman bibir. Sebanyak 79,6% remaja pria dan 71,6% remaja wanita pernah berpegangan tangan dengan pasangannya. Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan (2011) yang melibatkan responden sebanyak 1.660 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta mendapatkan hasil bahwa 97,5% dari responden mengaku telah melakukan perilaku seksual pranikah. Sementara umur berpacaran untuk pertama kali paling banyak adalah 15-17 tahun, yakni pada 45,3% remaja pria dan 47,0% remaja wanita. Dari seluruh usia yang disurvei yakni 10-24 tahun, cuma 14,8% yang mengaku belum pernah pacaran sama sekali. Hasil penelitian MCR-PKBI (2006) terdapat 8 faktor penyebab remaja melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Faktor sulit mengendalikan dorongan seksual menduduki peringkat tertinggi, yakni 63,68%. Peringkat kedua, kurang taat menjalankan tuntunan agama (55,79%), ketiga karena rangsangan seksual (52,63%), keempat karena sering nonton film-film

3 pornografi (49,47%), kelima karena kurangnya bimbingan dan perhatian orang tua kepada anak (9,47%). Selanjutnya tiga faktor penyebab remaja melakukan hubungan seksual sebelum menikah adalah, pengaruh tren (24,74%), tekanan dari lingkungan (18,12%), dan masalah ekonomi (12,11%). Dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 25 Desember 2015 dengan cara memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan macam macam perilaku seksual pada 120 mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terhadap perilaku seksual pranikah didapatkan hasil sebanyak 91,4% mahasiswa sudah pernah berpacaran, 88,3% mahasiswa diantaranya mulai berpacaran pada umur 13-19 tahun. Sebanyak 82,2% mahasiswa sudah pernah berpegangan tangan. Sebanyak 18,3% mahasiswa sudah pernah meraba bagian tubuh sensitif (alat kelamin, payudara, dan paha). Sebanyak 56,7% mahasiswa sudah pernah cium pipi. Sebanyak 34,1% mahasiswa sudah pernah cium bibir. Sebanyak 10% mahasiswa sudah pernah petting (saling menempelkan alat kelamin). Sebanyak 9,15% orang sudah pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas menunjukan bahwa terdapat kasus mengenai perilaku seksual pranikah di lingkungan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Seharusnya mahasiswa sebagai generasi penerus (agent of change) yang diharapkan dapat membawa perubahan bangsa kearah yang lebih baik selain itu sebagai mahasiswa juga diharapkan dapat menjaga nama baik lembaga perguruan tinggi yang bersangkutan. Apalagi Program Studi

4 Ilmu Keperawatan adalah jurusan yang akan mencetak tenaga-tenaga kesehatan nantinya yang seharusnya bisa memberikan contoh yang baik kepada orang lain terhadap kejadian perilaku seksual pranikah pada remaja ini. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Remaja yang sedang mengalami peningkatan seksual mulai tertarik dengan lawan jenis, mereka mudah terpengaruh oleh faktor-faktor yang dapat menjerumuskannya kedalam perilaku seksual yang menyimpang, seperti melakukan seks pranikah. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil rumusan masalah yaitu Faktor Apa Sajakah Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran distrubusi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah.

5 b. Untuk mengetahui hubungan tingkat pegetahuan seksual terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. c. Untuk mengetahui hubungan ketaatan agama terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. d. Untuk mengetahui hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. e. Untuk mengetahui hubungan paparan media pornografi terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. f. Untuk mengetahui hubungan komunikasi orang tua terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. g. Untuk mengetahui hubungan kontrol diri terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. h. Untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Keperawatan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai wacana baru dalam pengembangan Ilmu Keperawatan khususnya pada maternitas yaitu dalam pemberian informasi maupun edukasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah. 2. Bagi Institusi Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan solusi dan intervensi yang tepat, cepat dan bekesinambungan untuk membimbing mahasiswa dalam mengatasi masalah perilaku seksual yang dihadapi. 3. Bagi Responden Sebagai masukan tentang pentingnya mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah agar angka kejadian seksual pranikah pada mahasiswa dapat di perkecil. 4. Bagi Peneliti lain Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya. E. Penelitian Terkait 1. Yuniantari (2012) melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua-Anak terhadap Perilaku Seksual Remaja Kelas X SMAN 2 Wates Kulon Progo Yogykarta dengan metode penelitiannya adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional dan menggunakan random sampling. Hasil dari penelitiannya adalah terdapat hubungan pola komunikasi orang tua-anak terhadap perilaku seksual.

7 Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan variable, metode, dan alat ukur. Variabel yang digunakan adalah perilaku seksual, metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional, dan alat ukur yang digunakan adalah Kuesioner. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah menggunakan sampel penelitian mahasiswa semester VII Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Nandhiwardhana (2012) melakukan penelitian tentang Pengeruh Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Terhadap Perilaku Seksual Siswa Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Sidareja Dan di SMAN1 Cilacap Di Kota dengan metode penelitiannya adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional dan menggunakan cluster sampling. Hasil dari penelitiannya adalah terdapat pengaruh antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap perilaku seksual siswa SMA didesa yang diwakili oleh SMAN 1 Sidareja dan di kota yang diwakili oleh SMAN 1 Cilacap. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan variable, metode, dan alat ukur. Variabel yang digunakan adalah perilaku seksual, metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional, dan alat ukur yang digunakan adalah Kuesioner. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah pada teknik sampling dan tempat. Pada penelitian ini menggunakan accidental sampling dan tempat penelitian ini adalah pada mahasiswa semester VII Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

8 3. Pratiwi (2012) melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Dampak Seks Bebas Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Desa Kweni Sewon Bantul Yogyakarta dengan metode penelitiannya adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional dan menggunakan random sampling. Hasil dari penelitiannya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja tentang dampak seks bebas dengan perilaku seksual remaja. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan variable, metode, dan alat ukur. Variabel yang digunakan adalah perilaku seksual, metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional, dan alat ukur yang digunakan adalah Kuesioner. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah pada teknik sampling dan tempat. Pada penelitian ini menggunakan accidental sampling dan tempat penelitian ini adalah pada mahasiswa semester VII Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.