PERBANDINGAN BIOAVAILABILITAS (BIOEKIVALENSI) OBAT METRONIDAZOL DALAM SEDIAAN GENERIK DAN PATEN SECARA IN VITRO

dokumen-dokumen yang mirip
Perbandingan Bioavailabilitas Pirazinamid Dalam Sediaan Generik Dan Paten Secara In Vitro

PERBANDINGAN BIOAVAILABILITAS ( BIOEKIVALENSI ) OBAT CIMETIDINE DALAM SEDIAAN GENERIK DAN PATEN SECARA IN VITRO

PERBANDINGAN BIOAVAILABILITAS ALOPURINOL DALAM SEDIAAN GENERIK DAN PATEN SECARA IN VITRO

PERBANDINGAN SIFAT FISIK TABLET SALUT CIPROFLOXACIN 500 MG MEREK GENERIK DAN MEREK DAGANG

UJI BIOEKIVALENSI IN VITRO PRODUK OBAT BERMEREK DAN GENERIK BERLOGO YANG MEGANDUNG FUROSEMID

PERBANDINGAN MUTU FISIK TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA MERK DAGANG DAN GENERIK

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

REVITALISASI PENGGUNAAN OBAT GENERIK. Nanang Yunarto*

BIOFARMASI Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika

PERBANDINGAN MUTU TABLET IBUPROFEN GENERIK DAN MEREK DAGANG

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI.

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PERCOBAAN 1 SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN INTRAVASKULAR (INTRAVENA) Disusun oleh : Kelompok 2

UJI DISOLUSI TABLET ALLOPURINOL YANG DIPRODUKSI OLEH PT MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN

UJI DISOLUSI TERBANDING TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA GENERIK BERLOGO DAN BERMEREK

INTISARI PERBANDINGAN KADARNATRIUM DIKLOFENAK DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN NAMA GENERIK DAN MERK DAGANGMENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

UJI PRESISI DAN PROFIL DISOLUSI TABLET LOSARTAN INOVATOR DAN COPY PRODUCT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBLE

PERBANDINGAN AVAILABILITAS IN VITRO TABLET METRONIDAZOL PRODUK GENERIK DAN PRODUK DAGANG SKRIPSI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL...

DAFTAR PUSTAKA. Agoes, G. (2012). Sediaan Farmasi Padat : Seri Farmasi Industri 6. Bandung: ITB.

PEMERIKSAAN MUTU TABLET KUNYAH ANTASIDA YANG MENGANDUNG FAMOTIDIN YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN SKRIPSI

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM TABLET DENGAN METODE ALKALIMETRI TUGAS AKHIR OLEH: EKANITHA SAHARA NIM

PROFIL PELEPASAN IN VITRO IBUPROFEN DALAM BENTUK TABLET LEPAS LAMBAT DENGAN MENGGUNAKAN MATRIKS GUAR GUM PADA BERBAGAI KONSENTRASI

BAB I PENGANTAR FARMAKOKINETIKA. meliputi ruang lingkup ilmu farmakokinetik dan dasar-dasar yang menunjang ilmu

PROFIL DISOLUSI TERBANDING TABLET RIFAMPISIN MEREK DAN GENERIK. Mutiara Poetri Nurtanti, Anjar Mahardian Kusuma, Agus Siswanto

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

UJI DISOLUSI KAPSUL KLORAMFENIKOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE YANG DI PRODUKSI OLEH PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk. PLANT MEDAN KARYA ILMIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

HUBUNGAN KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLECO I SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

PENGARUH SUHU TERHADAP STABILITAS BERBAGAI PRODUK TABLET NIFEDIPIN. Elda F. Luawo, Gayatri Citraningtyas, Novel Kojong

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

PENENTUAN EKIVALENSI ANTAR TABLET SALBUTAMOL NAMA GENERIK DENGAN MEREK DAGANG

UJI PENETAPAN KADAR TABLET ATORVASTATIN YANG BEREDAR DI PASARAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER ULTRAVIOLET TUGAS AKHIR

PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL GENERIK SECARA SPEKTROFOTOMETER ULTRAVIOLET DAN UJI DAYA HAMBAT TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT) METOKLOPRAMIDA HCl MENGGUNAKAN KOMBINASI KROSPOVIDON DAN Ac-Di-Sol DENGAN METODE CETAK LANGSUNG SKRIPSI

PENGEMBANGAN SEDIAAN LEPAS LAMBAT SISTEM MATRIKS BERBASIS ETILSELULOSA HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DENGAN TEKNIK DISPERSI SOLIDA

PENETAPAN KADAR PIRANTEL PAMOAT DALAM SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SKRIPSI OLEH : NIKI AGUSTINA NIM

UJI DISOLUSI TERBANDING AMLODIPIN DARI BERBAGAI SEDIAAN TABLET YANG BEREDAR DI PASARAN

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

VALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR TABLET ASAM MEFENAMAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

Uji Disolusi Terbanding Tablet Ofloxacin Berlogo dan Generik Bermerek Terhadap Inovator Dalam Media Dapar HCl ph 4,5

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ABDULLAH AL-HAZMY G

PENETAPAN KADAR RIFAMPISIN DAN ISONIAZID DALAM SEDIAAN TABLET SECARA MULTIKOMPONEN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SKRIPSI

Karakterisasi dan studi disolusi dispersi padat furosemida menggunakan polietilen glikol (PEG), talk dan PEG talk sebagai pembawa dispersi

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG MITOS IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI KLINIK UTAMA PKU MUHAMMADIYAH SAMPANGAN SURAKARTA

PERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA 3 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KEJADIAN SPOTTING DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2

ABSTRAK HUBUNGAN KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) UDARA TERHADAP TINGKAT KEWASPADAAN PETUGAS PARKIR DI BERBAGAI JENIS TEMPAT PARKIR

FORMULASI TABLET LIKUISOLID PIROKSIKAM MENGGUNAKAN GLISERIN SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE

INTISARI. Qhusnul Arinda 1, RatihPratiwi Sari, S.Farm., M.Sc., Apt 2, Erna Prihandiwati, S.F., Apt. 3

TERAPI TOPIKAL CLINDAMYCIN DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE + ZINC PADA ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh: Kiky Putri Anjany J

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA

mikm-detail-tesis-perpustakaan-print-abstrak-170.html MIKM UNDIP Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Sistem Informasi Manajemen Kesehatan

HUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN PADA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA AKSES KE GERAI FAST FOOD DENGAN KONSUMSI FAST FOOD PADA SISWA KELAS XI DAN XII DI MAN 2 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PHARMACY, Vol.07 No. 01 April 2010 ISSN PROFIL DISOLUSI IN VITRO TABLET LEVOFLOKSASIN GENERIK DAN LEVOFLOKSASIN NON GENERIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANGTUA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK REMAJA DI SURAKARTA SKRIPSI

PENETAPAN KADAR KOTRIMOKSAZOL DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) TUGAS AKHIR OLEH: ARAHMAN AKBAR NIM

DALAM PEWARNA RAMBUT TERHADAP KERUSAKAN RAMBUT

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT

HUBUNGAN ANTARA ESTIMASI VOLUME OTAK DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

PERBANDINGAN DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 6000 DAN PVP

ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL

PERBANDINGAN MUTU FISIK DAN PROFIL DISOLUSI TABLET GRISEOFULVIN MERK DAGANG DAN GENERIK MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

Analisis Persepsi, Motivasi, dan Kesiapan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara pada Interprofessional Education (IPE)

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

PERBANDINGAN LUARAN BAYI (BERAT BADAN DAN APGAR SCORE) PADA PREEKLAMSIA BERAT DAN PREEKLAMSIA BERAT DENGAN KOMPLIKASI HELLP SYNDROME SKRIPSI

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN KINERJA DOSEN TEKNOLOGI FARMASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

PROFIL PELEPASAN METRONIDAZOL DARI MATRIKS KALSIUM ALGINAT-KITOSAN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI IBU HAMIL DAN BBLR DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BALITA DI BAWAH ASUHAN KELUARGA DAN TAMAN PENITIPAN ANAK (TPA) DI PONDOK PESANTREN ASSALAAM SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Transkripsi:

PERBANDINGAN BIOAVAILABILITAS (BIOEKIVALENSI) OBAT ETRONIDAZOL DALA SEDIAAN GENERIK DAN PATEN SECARA IN VITRO ARTIKEL KARYA TULIS ILIAH Diajukan guna memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Disusun oleh : AGNES ARIEFIANI G2A 002 004 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEARANG 200

LEBAR PENGESAHAN Artikel Karya Ilmiah ini telah dipresentasikan tanggal 8 Agustus 200 dan disetujui oleh : Dosen Pembimbing Dra. Henna Rya S, Dipl.Ehv, ES.Apt NIP. 20 002 500 engetahui, Ketua Penguji Penguji Dr. dr. Tri Nur Kristina, D, kes NIP. 11 10 44 dr.. asjhoer, S.ed, SpFK NIP. 11 201 55

COPARISON OF IN VITRO BIOAVAILABILITY (BIOEQUIVALENCE) ETRONIDAZOL IN GENERIC AND PATENT ABSTRACT Agnes Ariefiani 1, Henna Rya S 2 Backgrounds: The usage of generic medicine is starting to get more attention due to its capability in lowering health cost. However, the generic medicine s quality is still questionable. Therefore research to compare bioavailability between generic and patent medicines should be held in order to know their qualities. etronidazol is a drug used to treat amoebiasis, which is available in generic and patent. So this medicine was chosen as samples in this research. Objective: The aim of this research is to asses bioavailability of etronidazol tablet in generic and patent by in vitro, and comparing both of them in order to know whether there is any bioequivalence or not. ethod: This research is an analytic observational type. The samples were etronidazol tablets 500 mg, in generic and patent, tablets each. According to Farmakope Indonesia IV, etronidazol tablet is tested by type 1 dissolution tester. Data were taken from soluble active substances collected from dissolution tester and measured by spectrophotometer. Result: Result showed that the average of soluble active substances of etronidazol generic medicine were: point 1 (71.8218%); point 2 (109.409%); point (108.59%); point 4 (109.917%). While from the patent medicine were: point 1(42.5919%); point 2(9.2842%); point (88.74019%); point 4 (97.82%). The comparison of active substances between generic and patent medicine in point was significantly different (p = 0,000). Conclusions: Active substances solubility of generic etronidazol is higher than patent one, so the both medicines are not bioequivalence, yet the concentrations of these active substances were in the range of standard requirement according to Farmakope Indonesia IV. Keywords: Bioavailability, bioequivalence, etronidazol 1 Student of edical Faculty of Diponegoro University, Semarang 2 Lecturer in Department of Pharmacy edical Faculty of Diponegoro University, Semarang PERBANDINGAN BIOAVAILABILITAS (BIOEKIVALENSI) OBAT ETRONIDAZOL DALA SEDIAAN GENERIK DAN PATEN SECARA IN VITRO Agnes Ariefiani 1, Henna Rya S 2 ABSTRAK Latar Belakang: Penggunaan obat generik sekarang mulai diperhatikan dalam usaha menurunkan biaya kesehatan. Walaupun begitu mutu obat generik masih diragukan. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui perbandingan mutu antara sediaan generik dengan sediaan paten, dengan membandingkan

bioavailabilitas keduanya. etronidazol adalah obat yang digunakan untuk terapi amubiasis, yang tersedia dalam sediaan generik dan paten. Oleh karena itu, obat ini digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bioavailabilitas etronidazol dalam sediaan generik dan sediaan paten secara in vitro, dan membandingkan bioavailabilitas keduanya sehingga diketahui bioekivalensi. etoda: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional. Sampel yang digunakan adalah tablet etronidazol 500 mg dalam sediaan generik dan paten, masing-masing sebanyak tablet. Berdasarkan Farmakope Indonesia IV, uji disolusi tablet etronidazol menggunakan alat disolusi tipe I. Data diperoleh dari kadar zat aktif terlarut yang diambil dari uji disolusi yang kemudian diukur menggunakan spektrofotometer. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan rata rata kadar zat aktif yang terlarut dari etronidazol sediaan generik titik 1 (71.8218%); titik 2 (109.409%); titik (108.59%); titik 4 (109.917% ) sedangkan hasil rata rata kadar zat aktif yang terlarut dari etronidazol sediaan paten titik 1 (42.5919%); titik 2 (9.2842%); titik (88.74019%); titik 4 (97.82%). Dari hasil perbandingan kadar zat aktif yang terlarut pada titik, didapatkan hasil dengan perbedaan yang bermakna (p=0,000). Kesimpulan: Obat etronidazol sediaan paten memiliki daya kelarutan zat aktif yang lebih besar daripada obat etronidazol sediaan generik, sehingga kedua sediaan tersebut tidak bioekivalen, namun jumlah kadar zat aktif yang terlarut masih memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia IV. Kata Kunci : Bioavailabilitas, Bioekivalensi, etronidazol 1 ahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. 2 Staf Pengajar Bagian Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang PENDAHULUAN ahalnya biaya kesehatan dipengaruhi oleh banyak hal, terutama adalah mahalnya harga obat-obatan. Oleh karena itu, masyarakat mulai memperhatikan penggunaan obat generik yang harganya lebih murah dari pada obat dengan merk dagang. Bahkan pemerintah menuangkan penggunaannya dalam SK enkes 08/1989 yang berisi tentang penggunaan obat generik dalam penulisan resep. 1 Seharusnya kebijakan ini dapat mengurangi beban masyarakat untuk pembiayaan kesehatan, tetapi sebagian besar masyarakat kita masih meragukan mutu obat generik karena melihat harganya yang jauh lebih murah dibandingkan obat dengan nama dagang. 2 Penggunaan obat generik masih menjadi suatu perdebatan, bukan hanya di kalangan penerima resep, yaitu pasien, bahkan para tenaga kesehatan masih meragukan efektivitas terapeutik obat generik. Semakin banyaknya obat yang beredar, membuat para produsen berlomba-lomba mempromosikannya. Sedangkan obat generik jarang dipromosikan. Adanya fenomena seperti itu, dapat mendorong harga obat lebih

tinggi yang akhirnya berdampak pada biaya pengobatan yang harus dibayar oleh pasien. Untuk memasyarakatkan obat generik, diperlukan informasi tentang mutu obat yang bersangkutan. utu obat generik yang masih sering dipertanyakan perlu dimantapkan dengan berbagai data penelitian laboratorium. Salah satu penelitian yang bisa memberikan informasi tentang keefektifan suatu obat adalah bioavailabilitas. Bioavailabilitas merupakan istilah farmakokinetik yang menyatakan jumlah obat, dalam persen terhadap dosis, yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/aktif. 4 Dalam hal ini, bioavailabilitas menggambarkan kecepatan dan jumlah relatif obat yang terabsorbsi dari produk obat dengan yang tersedia pada tempat dimana obat bekerja. 5 Bioavailabilitas obat dapat diketahui melalui percobaan in vivo atau invitro. elalui in vitro dengan menguji kelarutan obat tersebut karena terdapat korelasi yang signifikan antara kelarutan dan ketersediaan obat dalam tubuh. Hanya obat yang terabsorbsi dengan lengkap yang mempunyai bioavailabilitas tinggi. Ini terjadi karena obat dengan cara pemberian tertentu, misal pada pemberian oral, obat akan mengalami eliminasi di hati sehingga tidak semua yang diabsorbsi dari tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik. 4 Dengan studi tentang bioavailabilitas, bisa diketahui tentang keefektifan suatu obat. Dan dengan membandingkan bioavailabilitas sediaan generik dan paten akan diperoleh perbandingan mutu keduanya. Yang berarti akan didapatkan apakah antara sediaan generik dan sediaan paten terdapat suatu bioekivalensi Salah satu obat yang tersedia dalam nama generik dan nama dagang adalah metronidazol. etronidazol adalah golongan amubisid yang bekerja pada lumen usus dan 85% jaringan, yang efektif untuk Entamoeba histolytica, Trichomonas vaginalis dan Giardia lamblia. Selain itu etronidazol juga efektif terhadap infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif, seperti bacterial vaginosis, pseudomembranous colitis, Helicobacter pylori dan rosacea. 7 etronidazol masih banyak dipakai di masyarakat. Terutama untuk pengobatan trikomoniasis, etronidazol masih menjadi obat pilihan pertama. Berdasarkan uraian di atas dan besarnya pemakaian etronidazol, maka perlu dilakukan penelitian mengenai bioavailabilitas dan bioekivalensi etronidazol dari sediaan generik dan sediaan paten secara in vitro.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka timbul rumusan masalah : apakah bioavailabilitas obat etronidazol dalam sediaan generik dengan sediaan paten sama dalam penelitian secara in vitro? Penelitian ini bertujuan untuk : embandingkan bioavailabilitas etronidazol antara sediaan generik dan sediaan paten secara invitro sehingga diketahui bioekivalensinya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perbandingan bioavailabilitas etronidazol antara sediaan generik dengan sediaan paten secara in vitro sehingga dapat diketahui bioekivalensinya. ETODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional, dengan menggunakan obat etronidazol sebagai objek penelitian. Pemilihan sampel secara simple random sampling, sehingga didapatkan satu sediaan generik etronidazol dan satu sediaan paten etronidazol. Sampel terdiri dari buah obat etronidazol sediaan generik dan buah obat etronidazol sediaan paten. Dilakukan uji disolusi pada setiap sediaan, yaitu uji disolusi etronidazol sediaan generik dan uji disolusi etronidazol sediaan paten. Sesuai ketentuan Farmakope Indonesia IV, uji disolusi tablet etronidazol menggunakan alat disolusi tipe 1 dengan kecepatan 100 rpm, dengan media disolusi HCl 0,1 N sebanyak 900 ml, pada suhu 7 0 C. Dalam uji disolusi ini digunakan vessel untuk setiap kali pengujian. Tiap tablet ditaruh di dalam basket (satu tablet untuk satu vessel), yang kemudian basket tersebut akan dimasukkan ke dalam masing-masing vessel yang berisi HCl 0,1 N dengan suhu 7 0 C. Dan diputar dengan kecepatan rotasi 100 rpm selama 80 menit. Pengambilan sampel dari setiap vessel dilakukan setiap 20 menit, sehingga total sampel yang didapat dari uji disolusi adalah 24 sampel untuk setiap sediaan, yaitu 24 sampel generik dan 24 sampel paten. Semua sampel akan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 274 nm. Baku pembanding yang dipakai adalah etronidazol BPFI yang diencerkan ke dalam media disolusi, yaitu HCl 0,1 N. Pengenceran dilakukan juga pada setiap sampel, dengan pengenceran 1000 kali.

terlarut (%) : Pengukuran dilakukan untuk semua sampel. Dari hasil tersebut dapat dihitung kadar zat aktif yang Au Cb V x Fu x x x 100 % Ab Ke V = volum media disolusi (dalam ml) Fu = faktor pengenceran sampel Au = absorbansi larutan sampel Ab = absorbansi larutan baku Cb = kadar larutan baku yang diukur (dalam mg per ml) Ke = kadar etronidazol per tablet yang tertera pada etiket ( mg) Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer hasil pengukuran kadar zat aktif obat yang didapatkan dari hasil pembacaan spektrofotometer. Data yang diperoleh dari dua kelompok sampel diproses dengan menggunakan program komputer SPSS 1.0 for Windows. Data terlebih dahulu diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk, bila distribusi normal maka dilanjutkan dengan menggunakan uji statistik parametrik, yaitu uji t-independent. HASIL Dilakukan perbandingan kadar zat aktif yang terlarut dari tablet etronidazol 500 mg sediaan generik dan paten pada setiap waktu pengambilan sampel dengan maksud untuk melihat pelepasan zat aktif dari waktu ke waktu. Hal ini dapat dilihat melalui profil disolusi etronidazol 500 mg sediaan generik dan paten yang tertera pada gambar 1-4 sebagai berikut.

etronidazol (%) 90 80 70 0 50 40 0 20 10 0 Grafik Kadar Zat Aktif Yang Terlarut enit ke-20 (%) 1 2 4 5 Vessel Gambar 1. Grafik perbandingan hasil kadar zat aktif yang terlarut (%) Tablet etronidazol 500 mg sediaan generik dan paten pada menit ke-20 Generik Paten etronidazol (%) 120 100 80 0 40 20 0 Grafik Kadar Zat Aktif Yang Terlarut enit ke-40 (%) 1 2 4 5 Vessel Generik Paten Gambar 2. Grafik perbandingan hasil kadar zat aktif yang terlarut (%) Tablet etronidazol 500 mg sediaan generik dan paten pada menit ke-40 etronidazol (%) 120 100 80 0 40 20 0 Grafik Kadar Zat Aktif Yang Terlarut enit ke-0 (%) 1 2 4 5 Vessel Generik Paten

Gambar. Grafik perbandingan hasil kadar zat aktif yang terlarut (%) Tablet etronidazol 500 mg sediaan generik dan paten pada menit ke-0 etronidazol (%) 120 100 80 0 40 20 0 Grafik Kadar Zat Aktif Yang Terlarut enit ke-80 (%) 1 2 4 5 Vessel Generik Paten Gambar 4. Grafik perbandingan hasil kadar zat aktif yang terlarut (%) Tablet etronidazol 500 mg sediaan generik dan paten pada menit ke-80 Pada setiap 20 menit pengambilan sampel, didapatkan hasil bahwa kadar zat aktif yang terlarut pada tablet etronidazol 500 mg sediaan generik lebih tinggi dibandingkan kelarutan zat aktif tablet etronidazol 500 mg sediaan paten. Dari hasil perhitungan didapatkan kadar rata-rata zat aktif yang terlarut dari tablet etronidazol 500 mg sediaan generik dan paten seperti yang tertera dari tabel 1 dan gambar 5. Tabel 1. Kadar zat aktif yang terlarut (dalam % ) Waktu (menit) Jumlah zat aktif yang melarut (dalam %) Generik Paten 20 71.8218 42.5919 40 109.409 9.2842 0 108.59 88.74019 80 109.917 97.82

etronidazole (%) 120 100 80 0 40 20 0 Grafik Konsentrasi Waktu 20 40 0 80 Waktu (menit) Generik Paten Gambar 5. Grafik perbandingan hasil kadar zat aktif yang terlarut (%) Tablet etronidazol 500 mg sediaan generik dan paten Dari grafik di atas terlihat bahwa rata-rata kadar zat aktif yang terlarut dari etronidazol sediaan generik lebih tinggi secara bermakna dibanding sediaan paten (p < 0,05), berdasar pada hasil uji statistik. Pada masing-masing sediaan dilakukan uji normalitas dengan Shapiro-Wilk. Dan didapatkan hasil bahwa data-data tersebut tersebar secara normal, yaitu p > 0,05. Kemudian dilanjutkan dengan uji parametrik t-independent. Hasil yang didapat adalah p = 0,000 (signifikan). Implikasi dari hasil uji ini adalah bioavailabilitas etronidazol sediaan generik lebih tinggi secara bermakna dibanding dengan sediaan paten (p < 0,05), sehingga dapat dikatakan tidak terdapat suatu bioekivalensi antara keduanya. PEBAHASAN Bioavailabilitas menunjukkan prediksi efikasi klinik suatu obat. Dengan estimasi bioavailabilitas dapat memberikan gambaran ketepatan suatu obat dalam mencapai fungsi terapetiknya. Studi bioavailabilitas berguna dalam kaitan pengaruhnya terhadap farmakokinetik obat. Pengukuran bioavailabilitas pada penelitian ini dilakukan secara in vitro dengan menggunakan uji disolusi. Dalam uji in vitro, bioavailabilitas tergantung pada keterlarutan yang diperoleh dari uji disolusi in vitro. Uji in vitro dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat menggambarkan proses disolusi di dalam traktus

gastrointestinal secara akurat sehingga diharapkan dapat memberi gambaran bioavailabilitas obat. Uji disolusi ini tidak bisa memberi gambaran secara akurat mengenai rendahnya bioavailabilitas berkaitan dengan asam lambung yang tidak stabil atau interaksi obat dengan makanan dan obat lain. 8 Hasil pengukuran kadar zat aktif yang terlarut telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan Farmakope Indonesia IV, dimana dalam waktu 0 menit (titik ke-) tidak kurang dari 85 % etronidazol, C H 9 N O dari yang tertera pada etiket harus sudah melarut. 9 Kandungan zat khasiat suatu tablet merupakan salah satu persyaratan mutu yang penting dalam menilai suatu sediaan obat. Pada tabel 1, tampak bahwa kadar zat aktif etronidazol sediaan generik yang terlarut lebih tinggi dibandingkan dengan etronidazol sediaan paten. Hal ini diperjelas pada profil disolusi pada setiap pengambilan yang berjarak 20 menit (gambar 1-4), kadar zat aktif terlarut pada etronidazol sediaan generik dari awal pengambilan (menit ke-20) lebih tinggi dibandingkan dengan sediaan patennya. Perbedaan kadar zat aktif yang dilepas dari suatu bentuk produk obat dapat dipengaruhi berbagai faktor, antara lain jenis produk obat, sifat bahan tambahan dalam produk, dan sifat fisikokimia obat itu sendiri. Semakin luas permukaan partikel makin cepat pelarutan. Sedangkan bahan tambahan dalam obat dapat mempengaruhi kelarutan dengan mengubah media tempat obat melarut atau bereaksi dengan obat itu sendiri. 8 Bahan tambahan pada etronidazol sediaan generik dan yang terdapat pada sediaan paten kemungkinan berbeda. Dan hal inilah yang bisa menyebabkan perbedaan kadar zat aktif yang terlarut pada jenis produk obat yang sama, yang dalam penelitian ini menggunakan tablet etronidazol. Walaupun demikian, kedua sediaan tersebut sudah memenuhi standar kelarutan, yaitu dalam 0 menit tidak kurang dari 85 % C H 9 N O harus sudah larut. KESIPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui uji in vitro didapatkan perbedaan bermakna antara bioavailabilitas etronidazol tablet sediaan generik dengan etronidazol tablet sediaan paten. Dimana kadar zat aktif yang terlarut pada etronidazol sediaan generik lebih besar dibandingkan zat aktif yang terlarut pada

etronidazol sediaan paten. Dengan implikasi bioavailabilitas etronidazol sediaan generik berbeda dengan bioavailabilitas sediaan paten, sehingga kedua obat dikatakan tidak bioekivalen. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu : 1. Pengujian menggunakan beberapa sediaan paten 2. Pengujian terhadap sediaan generik dan sediaan paten dari pabrik farmasi yang sama. Pengujian bioavailabilitas secara in vivo UCAPAN TERIA KASIH Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada : 1. Allah SWT, atas segala ijin, rahmat, dan kemudahan yang diberikan dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. 2. Keluarga penulis, atas segala doa dan dukungan yang diberikan selama ini.. Dra. Henna Rya Sunoko, Dipl.Env, ES.Apt, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis selama melakukan penelitian ini. 4. Teman-teman sekelompok penelitianku (Dina, Santi, Ari, Boy, Rizky) atas semua bantuan dan kerjasamanya dalam penelitian ini. 5. Staf Farmasi FK UNDIP dan BPO, atas segala bantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini.. Kriswanto, buat doa, dukungan, dan bantuannya. 7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung selama proses penelitian.

DAFTAR PUSTAKA 1. Isnawati A, Alegantina S, Arifin K. Profil disolusi dan penetapan kadar tablet kotrimoksazol generik berlogo dan tablet dengan nama dagang. edia Litbang Kesehatan. 200, XIII (2), 21-2 2. Hosiana V, ukhtar H, Wahid N. Uji daya antimikroba secara invivo dan studi farmakokinetik amoksisilin generik dan merek dagang. Jurnal Sains dan Tekhnologi Farmasi. 2000, 5, 5. Asdie AH. Praktik ilmu kedokteran. Dalam : Isselbacher, Braunwald, Wilson, artin, Fauci, Kasper. Harrison Prinsip-prinsip penyakit dalam volume 1, edisi 1. Jakarta : EGC; 1999: 10 4. Ani S, Zunilda SB, FD Suyatna. Pengantar farmakologi. Di dalam : Sulistia G, Rianto S, Frans D, Purwantyastuti, Nafrialdi, editor. Farmakologi dan Terapi, ed 4. Jakarta : Gaya Baru; 200: 5. Chereson Rasma. Bioavailability, bioequivalence, and drug selection. Available from : http://pharmacyonline.creighton.edu/pha44/pdf/pkin08.pdf. Last update: 25 April 1999. Stoklosa. J., Ansel H. C. Pharmaceutical calculations, 9 th Ed. London : Lea&Febiger; 1991: 74-89 7. etronidazole. Available from : http://www.rxlist.com/cgi/generic/metronidaz.htm/. Last update: 12 August 2004 8. Shargel L, Andrew BC. Biofarmasetika dan farmakokinetika terapan, edisi kedua. Surabaya : Airlangga University Press; 1988: 8-7, 184 9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia, edisi keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1995: 51

100 100.0%.0% 0 0 100 100 G P Case Processing Summary K m LAPIRAN Explore Kelompok

Descriptives 1.987 1 1 1 1 5.84 2.4 105 112.98 4.282.411.845 -.248 1.741 88 2.5 82 95 88 88 7.94.1 80.77 97.87 17.09 10..29.845 -.579 1.741 Lo U 95 In 5% V S R In S K Lo U 95 In 5% V S R In S K G P K m Tests of Normality.17.200.977.98.19.200.988.985 G P K m Kadar obat yang melarut (%)

110.000 Kadar obat yang melarut (%) 100.000 90.000 80.000 Generik Kelompok Paten

T-Test Group Statistics 1 2.4179.987 88.101 2.5 G P K m Independent Samples Test 4.889.051 7.47 7.47 10.505.000.000 19.8498 19.8498 2.701 2.701 1.801 1.15 25.895 2.81 F S Le E t df S S Lo U 95 of t-t

Waktu (menit) Jumlah zat aktif yang melarut (dalam %) Generik Paten 5 71.8218 42.5919 10 109.409 9.2842 15 108.59 88.74019 20 109.917 97.82 etronidazole (%) 120 100 80 0 40 20 0 Grafik Konsentrasi Waktu 5 10 15 20 Waktu (menit) Generik Paten