BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN BAHAN BAKU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PERTIMBANGAN DESAIN

ANALISIS HASIL PEMOTONGAN PRESS TOOL PEMOTONG STRIP PLAT PADA MESIN TEKUK HIDROLIK PROMECAM DI LABORATORIUM PEMESINAN

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN PRESS TOOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Mesin Press Pin

PENGUJIAN MESIN PRESS MEKANIK SEMI OTOMATIS DENGAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK 0.5 HP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN DAN SIMULASI PRESS TOOL PEMBUAT PART SUPPORT PADA DONGKRAK PANTOGRAPH DENGAN SISTEM PROGRESSIVE TOOL TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II Landasan Teori

RANCANG BANGUN PRESS TOOL SISTEM COMPOUND UNTUK MEMBUAT CYLINDER HEAD GASKET SEPEDA MOTOR RX KING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN COMPOUND DIES UNTUK PROSES BLANKING DAN PIERCING CYLINDER HEAD GASKET TIPE TVS - N54

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Mulai

ABSTRAK. Drs. Dt. Zuliardie Sekretaris. Nip Alumni telah mendaftarkan Fakultas / Universitas dan mendapat Nomor Alumni:

II-1 BAB II DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. tapi pengertian filter disini lebih khusus lagi yaitu sebagai alat yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB III METODOLOGI. sebagian besar digambarkan dalam diagram alir, agar mempermudah proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

TUGAS AKHIR DESAIN PROGRESSIVE DIES PROSES PIERCING DAN BLANKING ENGSEL UNTUK KOMPONEN KURSI LIPAT RULY SETYAWAN NIM

PERENCANAAN MESIN PELUBANG PLAT ALUMUNIUM. Oleh : Siswanto ABSTRACT. Pelubang machine is a very important equipment in the electronics shop and other

BAB III RANCANGAN MODIFIKASI KONSTRUKSI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

RANCANG BANGUN PUNCH DAN DIES UNTUK AVOR WASHTAFEL PADA PROSES DEEP DRAWING DAN TRIMMING

PROGRESSIVE DIES UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING PRODUK PENGUNCI SABUK. Bambang Setyono, Mrihrenaningtyas Dosen Jurusan Teknik Mesin - ITATS ABSTRAK

RANCANG BANGUN PROGRESSIVE TOOL UNTUK MEMPRODUKSI LANDASAN LUBANG KUNCI (PROSES PENGUJIAN)

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) 1. DATA TUMPUAN. M u = Nmm BASE PLATE DAN ANGKUR ht a L J

SISTEM DAN CARA PEMOTONGAN PLAT

TUGAS AKHIR PERENCANAAN CETAKAN TUTUP GELAS

RANCANG BANGUN PUNCH DAN DIES UNTUK AVOR WASTAFEL PADA PROSES DEEP DRAWING DAN PIERCHING

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

RANCANG BANGUN PROGRESSIVE TOOL PLAT KLEM U TIANG PIPA ANTENA 1 INCI (PROSES PEMBUATAN)

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PEMASANGAN TUTUP BOTOL KECAP JENIS KROP (CROP) DENGAN MENGGUNAKAN 2 PUNCH SECARA KONVENSIONAL ( BIAYA PRODUKSI )

RANCANG BANGUN PROGRESSIVE TOOL PLAT KLEM U TIANG PIPA ANTENA 1 INCI (PENGUJIAN)

BAB IV PERHITUNGAN GAYA-GAYA PADA STRUKTUR BOX

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB IV PENGUMPULAN DATA

Edi Sutoyo 1, Setya Permana Sutisna 2

PERANCANGAN DIE PRESS SISTEM PROGRESSIVE UNTUK MEMBUAT PRODUK DIAL PLATE TIPE XYZ

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

RANCANG BANGUN PROGRESSIVE TOOL UNTUK MEMPRODUKSI LANDASAN LUBANG KUNCI (PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB III ANALISA PERHITUNGAN. 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

BAB IV ANALISA / PEMECAHAN MASALAH

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN PROGRESIVE DIES KOMPONEN RING M7 SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat. Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

RANCANG BANGUN PROGRESSIVE TOOL PLAT KLEM U TIANG PIPA ANTENA 1 INCI (BIAYA PRODUKSI)

ANALISA TEGANGAN PADA PEMBENTUKAN KOMPONENGROMMET GASKET EXHAUST SEPEDA MOTOR MELALUI DEEP DRAWING

TUGAS AKHIR MODELING PROSES DEEP DRAWING DENGAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

Perhitungan Struktur Bab IV

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

X. TEGANGAN GESER Pengertian Tegangan Geser Prinsip Tegangan Geser. [Tegangan Geser]

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB IV PROSES PERANCANGAN

ANALISIS PENGHUBUNG GESER (SHEAR CONNECTOR) PADA BALOK BAJA DAN PELAT BETON

RANCANG BANGUN PRESS TOOL PEMBUAT SIDE RUBBER SEBAGAI KOMPONEN CHUTE DI PT.BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk. DENGAN POWER HIDROLIK (PROSES PEMBUATAN)

BAB III LANDASAN TEORI

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING )

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004)

TUGAS AKHIR PERANCANGAN COUMPOUND DIES DENGAN SISTEM DRAWING PADA PEMBUATAN CETAKAN PP CAP

BAB II LANDASAN TEORI

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom]

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

PERANCANGAN PRESS TOOL PEMBUAT WASHER AS RODA BELAKANG UNTUK SEPEDA MOTOR HONDA CB 150R TUGAS AKHIR OLEH FAUZAN FILFAJRI

Transkripsi:

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN BAHAN BAKU Perhitungan dan pemilihan bahan baku rancangan press tool sendok cocor bebek dari bahan stainless steel tebal 0,5 milimeter dengan sistem progresif akan diuraikan dibawah ini: 3.1. Bentangan Bahan Baku Dalam proses pembuatan produk mengalami proses drawing sehingga perlu dihitung ukuran bentangan, dalam hal ini adalah luasnya karena drawing merupakan salah satu forming proses yang hanya mengalami deformasi terkait dengan sifat stainless steel yang mempunyai tegangan mulur yang cukup besar pada bagian dalam sedangkan pada bagian luar sangat kecil sehingga dianggap nol Gambar 3.1 Ukuran Bentangan Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program AutoCad maka dapat diketahui besarnya luas dan keliling dari gambar sendok cocor bebek di atas. Luas =3673,5746 [mm 2 ] Keliling =302,685 [mm 2 ]

3.2. Clearance 3.2.1. Perhitungan Clearance untuk Gaya Pemotongan Clearance adalah kelonggaran antara punch dan die yang diijinkan, besarnya diukur pada satu sisi. Besarnya clearance tergantung pada jenis material yang akan digunakan sebagai produk dan juga tebalnya. Besar kecilnya Clearance dapat berpengaruh pada : Umur pakai punch dan die. Besarnya gaya pemotongan dan kualitas pemotongan. Clearance yang digunakan untuk proses pemotongan adalah sebagai berikut : Gambar 3.2 Grafik clearance ( Frank. W.Wilson, 175 176 ) Group I : Rata-rata clearance 4,5 % dari ketebalan material, disarankan untuk piercing dan blanking. Jenis bahan campuran alumunium. Group II : Rata-rata clearance 6 % dari ketebalan material, disarankan untuk piercing dan blanking. Jenis bahan campuran alumunium, kuningan, baja rol dingin dan stainless steel lunak. Group III : Rata-rata clearance 7,5 % dari ketebalan material, disarankan untuk piercing dan blanking. Baja rol dingin, stainless steel lunak dan stainless steel menengah.

Bahan yang digunakan untuk membuat sendok cocor bebek ini digolongkan dalam Group II, sehingga besarnya clearance dapat dihitung dengan rumus : Gambar 3.3 Clearance untuk proses pemotongan Us = 6 % x t (Donaldson Lecain G, 1984 : 772) Keterangan : Us = Clearance die terhadap punch [mm] t = Tebal pelat [mm] dari rumus diatas diperoleh clearance sebesar Us = 6 % x 0,5 [mm] = 0,03 [mm] 3.2.2. Clearance Untuk Gaya Pembentukan ( Drawing ) Clearance untuk drawing diambil menurut persamaan sebagai berikut : Us = 1,1 x ½. t (Donaldson Lecain G, 1984 : 772)

Keterangan : Us = Clearance die terhadap punch [mm] t = Tebal material [mm] Besarnya clearance die terhadap punch pada proses drawing adalah : Us = 1,1 x 0,5 (0,5) = 0,275 [mm] 3.3. Gaya Potong Gaya potong yang terjadi pada pembuatan sendok cocor bebek ini adalah piercing, dan trimming, Adapun dasar perhitungan gaya potong adalah : Fs = 0,8. U. t. t (Luchsinger H.R, 1984: 93-112) Dimana : F = Gaya potong [N] U = Keliling potong [mm] t = Tebal material [mm] t = Tegangan tarik maksimum = 700 [ N/mm 2 ] 3.3.1. Perhitungan Gaya Piercing 3.3.1.1 Piercing lubang Sendok Gb. 3.4 Proses Piercing

Fp = 0,8. t. U. t Dimana : Fs = Gaya piercing [N] U = Keliling potong [mm] t = Tebal material [mm] t = Tegangan tarik maksimum = 700 [ N/mm 2 ] U = 2. π. r = 2. 3,14. 2 [mm] = 12,56 [mm] Fp = 0,8. t. U. t = 0,8. 700 [N/mm 2 ] x 12,56 [mm] x 0,5 [mm] = 3516,8 [N] Karena jumlah proses piercing ada 2 pemotongan maka : Fs = 7.033,6 [N] 3.3.1.2 Piercing lubang Ejector Gb. 3.5 Proses Piercing U = 2. π. r = 2. 3,14. 3 [mm] = 18,84 [mm]

Fs = 0,8. t. U. t = 0,8. 700 [N/mm 2 ] x 18,84 [mm] x 0,5 [mm] = 5.275,2 [N] 3.3.2. Perhitungan Gaya Trimming Gambar 3.6 Proses Trimming Gaya Trimming diasumsikan seperti gaya Blanking (Fine Blanking) Ft = 0,8. t. U. t Dimana : Ft = Gaya trimming [N] U = Keliling potong [mm] t = Tebal material [mm] t = Tegangan tarik maksimum = 700 [ N/mm 2 ] U = 302,685 [mm] (Diketahui dari perhitungan keliling blank) Fs = 0,8. t. U. t = 0,8. 700 [N/mm 2 ] x 302,685 [mm] x 0,5 [mm] = 84751,8 [N] Jadi gaya trimming yang terjadi pada pemotongan ini adalah 84751,8 [N]

3.4. Gaya Pembentukan Pada perancangan ini hanya terjadi satu jenis Gaya pembentukan yaitu gaya Drawing. 3.4.1. Perhitungan Gaya Drawing Gambar 3.7 Proses Drawing Rumus yang digunakan : Fp = π. d k. t. σt. K f ( Hideo Takei, 1982 :67) Keterangan : Fp = Gaya Pembentukan [N] d k = Diameter Penampang Drawing [mm] t = Tebal plat [mm] σt = Tegangan Tarik Minimum = 500 [N/mm 2 ] K f = Koefisien = 1 π. d k = Keliling potong [mm] Fp = π. d k. t. σt. K f = 302,685 [mm] x 0,5 [mm] x 700 [N/mm 2 ] x 1 = 205939,4 [N]

Lb Ln Lo Sn 3.5 Pegas Stripper ( Stripper Spring ) F Fo = 0 Da Di d Fn Gambar 3.8 Pegas Stripper Pegas Stripper berfungsi untuk menimbulkan gaya tekan balik pada waktu punch melakukan proses pemotongan dan pembentukan. Untuk menghitung besarnya gaya pegas stripper digunakan rumus sebagai berikut : Fps Ftot = 5% - 20% x Ftot = Fpiercing + Ftrimming + Fdrawing Dimana : Fps = Gaya Pegas Stripper [N] Ftot = Gaya total [N] Fpiercing = Gaya piercing [N] Ftrimming = Gaya trimming [N] Fdrawing = Gaya trimming [N] Ftot = 5275,2[N] + 84751,8[N]+ 105939,4[N] = 195966,4 [N]

Untuk perhitungan tingkat keamanan diambil 20% maka : Fps = 20% x Ftot = 20% x 195966,4 [N] = 39193,28 [N] Untuk menghitung besarya gaya tiap pegas yang digunakan : Fpg Fs (Donalson, Lecain Gold, 1984 : 656) n Keterangan : Fpg = Gaya tiap pegas [N] Fs n = Gaya pegas stripper [N] = Jumlah pegas yang digunakan Maka : 3.7. Punch Fpg = = Fs n 39193,28 4 = 9798,32 [N] Dalam mencari panjang punch maksimum, dipakai punch yang memiliki diameter terkecil yang paling kritis : Lmaks = 2 E. I. Fb (Luchsinger H.R, 1984 :93-128) I =

Keterangan : Lmaks = Panjang Punch maksimum [mm] Fb = Gaya maksimum [N] E = Modulus Elastisitas = 2,1.10 5 [N/mm 2 ] I = Momen Inersia [mm 4 ] d = diameter terkecil puch [mm] Dalam perancangan ini gaya yang diterima pada proses piercing adalah 5275,2 [N] (diketahui dari perhitungan sebelumnya) maka : I = = = 12,56 [mm 4 ] Lmaks = 5 2,1.10 x12,56x3,14 5275,2 2 = 70,2 [mm] 3.8. Die Dimensi dari die dapat dihitung dengan persamaan-persamaan sebagai berikut : 3.8.1 Tebal Die Die adalah sebuah komponen dari sebuah press tool yang digunakan untuk memotong material. Dimensi die dalam perancangan ini hanya pada proses piercing saja. Untuk proses drawing dan trimming sudah ada komponen press tool lain yaitu Insert Die.

Rumus empiris mencari tebal pelat untuk mencari tebal die berdasarkan gaya total yang dibutuhkan ntuk perencanaan press tool adalah : H = Dimana : H = Tebal Die [mm] g = Gravitasi bumi [9,81 m/det2] Ftot = Gaya total [N] Ftot diketahui dari perhitungan sebelumnya yaitu Fpiercing + Ftrimming + Fdrawing = 195966,5 [N] H = = = 4,5 [mm] 3.8.2 Perhitungan Insert Die Insert Die adalah sebuah komponen dari sebuah press tool yang digunakan untuk memotong dan membentuk material.bentuk insert die menyesuaikan dengan bentuk sendok Gambar 3.9 Gambar bentangan sendok

Jadi, dimensi insert die yang direncanakan : Panjang Lebar Tebal =125 [mm] = 35 [mm] = 30 [mm] 3.9. Shank 3.9.1. Posisi Shank Gambar 3.10 Letak Shank Posisi shank dapat ditentukan dengan mengasumsikan gaya yang bekerja secara serentak pada press tool, sehingga letak shank dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : F. X X= F F. Y Y= F

Keterangan : X Y = letak shank ditinjau dari sumbu X (mm) = letak shank ditinjau dari sumbu Y (mm) F = gaya dari masing-masing Punch (N) Tabel 3.11 Titik Berat Proses Terhadap Sumbu X dan Sumbu Y Punch Gaya (N) X (mm) Y (mm) F,X (N,mm) F,Y (N,mm) Piercing 1 3516,8 24 10,57 84403,2 31712,6 Piercing 2 5275,2 64 128,05 337612,8 675489,4 Piercing 3 3516,8 45 68,53 158256 241006,3 Drawing 1 105939,4 114 73,697 12077091,6 7807415,9 Drawing 2 105939,4 154 54,303 16314667,6 5752827,2 Trimming 1 84751,8 114 73,697 9661705,2 6245953,4 Trimming 2 84751,8 154 54,303 13051777,2 4602276,9 393691,2 51685513,6 25362141,7 Maka : F. X X= F 51685512, 6 X= 393691,2 = 131,3 [mm]

F. Y Y= F Y= 25362141,7 393691,2 = 64,4 [mm] Jadi posisi shank berada pada koordinat X,Y (131,3/64,4) 3.10. Pelat bawah Pada pelat atas akan terjadi tegangan bengkok yang diakibatkan gaya-gaya aksi dari Punch. Besarnya tegangan yang terjadi adalah: h = Dimana: h = Tebal pelat [mm] Mbmaks = Momen bengkok maksimum [Nmm] b = Panjang pelat atas yang direncanakan [mm] = Tegangan tarik izin [N/ mm2] v = Faktor keamanan (8 : untuk beban dinamis) Bahan pelat penahan dipilih dari ST37 yang mempunyai tegangan tarik sampai 370 [N/ mm2] Momen bengkok maksimum diketahui dari perhitungan momen sebelumnya yaitu 16314667,6 [Nmm], sedangkan panjang pelat yang direncanakan adalah 550 [mm] h = = = 62,03 [mm] 3.11. Pelat atas ( Top Plate ) Untuk menghitung tebal plat atas digunakan perhitungan sebagai berikut :

Tebal plat atas = 0,8 x tebal plat bawah (Donaldson Lecain G, 1983 : 663-664) Dari perhitungan diatas maka tebal plat atas : Tebal plat atas = 0,8 62,03 = 50 [mm] Tebal plat atas dalam rancangan ini diambil 50 [mm] 3.12. Kedalaman Sisi Potong Untuk menghitung kedalaman sisi potong digunakan rumus : H = 3 x s (bila s < 2 mm) Dimana: H= Kedalaman kelonggaran [mm] S = Tebal pelat [mm] Tebal pelat yang digunakan pada perancangan iini adalah 0,5 [mm] H = 3 x s = 3 x 0,5 [mm] = 1,5 [mm]

3.13. Pillar W Fh Gambar 3.12 Pillar Fungsi dari pillar adalah sebagai pengarah plat atas agar dapat bergerak naik turun lurus bebas. Pillar terpasang permanen atau semi permanen pada plat bawah dan sliding pada plat atas. Pada saat plat atas bergerak naik turun, maka pillar cenderung mengalami pembengkokan, dalam hal ini pillar cenderung menerima beban horizontal, untuk diameter pillar dapat dihitung sebagai berikut : D =...(Khurmi, R.S. 1982, hal 337) Dimana : : Fgp=Ft/n Ft = Gaya total [N] n = Jumlah pillar Gaya total diketahui dari perhitungan sebelumnya yaitu Fpiercing + Ftrimming +Fdrawing = 195966,4 [N], sedangkan jumlah pillar yang direncanakan adalah 4 pillar. Bahan pillar yang direncanakan adalah ST37 Fgp = 195966,4/4 = 48991,6 [N]

D = = 13 [mm] 3.14. Baut Pengikat Die Untuk menentukan besarnya baut digunakan tabel <Tetsu Otha; 1982 : 59> Tabel 3.13 Perhitungan Baut dan Pengikat Die Tebal Die [mm] ~ 13 13 ~ 19 19 ~ 25 25 ~ 32 32 ~ Baut Pengikat M4, M5 M5, M6 M6, M8 M8, M10 M10, M12 Berdasarkan tabel di atas maka dapat diambil baut M4 karena pada perancangan press tool ini tebal die adalah 4,5 [mm]. 3.15 Pelat Pengarah Pelat pengarah berfungsi untuk mengarahkan stock strip agar tidak bergeser. Bahan pelat pengarah tidak memerlukan gaya yang besar sehingga dipilih bahan St 37. 3.16 Pin Fungsi pin dalam perancangan ini adalah sebagai penepat atau pengarah pada waktu perakitan sekaligus sebagai pengikat. Diameter pin direncanakan 8 mm dipilih pin standar JIS dengan kode no DPND 8 40 3.17 Bushing Bushing berfungsi sebagai pengarah pillar. Bushing ini selalu mengalami gaya gesek guna melindungi pillar dari keausan. Bahan bushing dipilih dari kuningan karena mampu menahan gaya gesek dengan ukuran menyesuaikan pillar. Bushing akan mengalami kerusakan terlebih dahulu guna melindungi pillar.