Upaya Menanamkan Karakter Jujur Bagi Siswa Ssekolah Dasar. Farida F PGSD FIP Universitas Negeri Padang. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

DAFTAR CAPAIAN PEMBELAJARAN BIDANG KURSUS DAN PELATIHAN SESUAI DENGAN LAMPIRAN PERMENDIKBUD NO

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN BABY SITTER JENJANG 3

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL II berbasis

Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

No Profil Lulusan Deskripsi Profil

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN BORDIR JENJANG 3 BERBASIS

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

DAFTAR CAPAIAN PEMBELAJARAN BIDANG KURSUS DAN PELATIHAN SESUAI DENGAN LAMPIRAN PERMENDIKBUD NO

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN LEVEL I berbasis

Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan Capaian Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN SULAM JENJANG 3 BERBASIS

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

BAB I PENDAHULUAN. Triatno, (2009:53) menyatakan pendapatnya bahwa tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN BERBASIS

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN KAMERAWAN TV BERBASIS

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA TEKNIK PENDINGIN

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

Peran Guru dalam Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab Anak pada Pendidikan Anak Usia Dini Yanuarita Niken P. I Pendahuluan Pendidikan Anak

PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA. Pipin Erlina, Umi Chotimah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

LEARNING OUTCOME S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI KOMPUTER D3 BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN UNIVERSITAS GUNADARMA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan dan

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN TATA BUSANA JENJANG 2 DAN 3 BERBASIS

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN LEVEL II. berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENI MERANGKAI BUNGA DAN DESAIN FLORAL LEVEL I Berbasis

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN PIJAT PENGOBATAN REFLEKSI JENJANG III BERBASIS

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN SULAM JENJANG 2 BERBASIS

RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN PIJAT PENGOBATAN REFLEKSI JENJANG II BERBASIS

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09 / PRT / M / 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

Rasional. Visi, Misi, dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

DAFTAR CAPAIAN PEMBELAJARAN BIDANG KURSUS DAN PELATIHAN SESUAI DENGAN LAMPIRAN PERMENDIKBUD NO

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN YANG MENGACU PADA KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDODNESIA (KKNI)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI DAN CAPAIAN PEMBELAJARAN Berdasarkan Permendikbud no. 49/2014

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian simpulan dapat dibagi dua yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

2018, No pelatihan profesi, uji kompetensi dan sertifikasi profesi yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; c. bahwa berdas

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN MASTER OF CEREMONY BERBASIS

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN SENAM JENJANG II BERBASIS

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada.

Profil Lulusan Program Studi D3 Analis Farmasi dan Makanan. No Profil Lulusan Deskripsi Profil

Marina Tri Handhani. Universitas Sebelas Maret Surakarta

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

I. PENDAHULUAN. nasional di Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI SALAH SATU JALUR PEMBINAAN KESISWAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

Transkripsi:

Upaya Menanamkan Karakter Jujur Bagi Siswa Ssekolah Dasar Farida F PGSD FIP Universitas Negeri Padang Abstrak Penelitian tentang menanamkan karakter jujur bagi siswa SD, berawal dari temuan hasil pengamatan selama 2 bulan (Januari sampai Februari 2014) di 5 SD Kota Padang, menunjukkan bahwa 23% siswa kelas rendah (I, II, III) dan 58% siswa kelas tinggi (IV, V, VI), bersikap kurang jujur atau sudah berani berbohong. Sedangkan semestinya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin terbentuk sikap jujurnya. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan hasil temuan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil pembelajaran dalam mengintegrasikan karakter jujur. Penelitian untuk pembentukan karakter jujur dilakukan dengan cara: melihat kejujuran siswa dari hasil observasi perilaku di kelas dan pekerjaan rumah, dihubungkan dengan hasil pengamatan kantin selfservice. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatannya adalah kuantitatif dan pengolahan data menggunakan rumus uji korelasi Spearman. Populasi adalah SD di kecamatan Padang Timur dengan jumlah 47 SD dan sampel diambil dengan metode purposive random sampling. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat derajat hubungan yang positif antara tingkat kejujuran dengan pengadaan kantin jujur, karena nilai rho observasi (0,1083) lebih besar dari harga/nilai kritis r s (0,447) pada taraf signifikansi 0,05. Kata Kunci: Karakter jujur Pendahuluan Pendidikan memegang peranan penting bagi kehidupan dan perkembangan seseorang termasuk siswa SD, seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara (dalam Suharjo, 2006:1) bahwa; pendidikan dimaksudkan untuk mengembangkan peserta didik sebagai manusia (individu) dan sebagai anggota masyarakat (manusia social). Suharjo juga menjelaskan bahwa; Pendidikan memainkan peranan penting dalam mengembangkan aspek fisik, intelektual, religious, moral, social, emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik. Berkaitan dengan perkembangan seluruh aspek termasuk aspek intelektual moral, emosi, dan religius yang dapat membentuk karakter jujur, membutuhkan pelatihan terus-menerus melalui proses pembiasaan, sehingga terbentuk suatu perilaku yang akhirnya membentuk karakter dan menyatu dengan pola tingkah lakunya sehari-hari. Sesuai dengan Standar Kelulusan (SKL) berdasarkan kurikulum 2013 dengan tuntutan utama hasil belajar adalah bidang sikap, baru diikuti dengan pengetahuan, dan keterampilan. (Kemendiknas, 2013:6). Menurut tim sertifikasi guru Universitas Negeri Padang (UNP) bahwa Karakter adalah sifat pribadi yang relative stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi (PSG UNP,2011:9). Lebih jauh dijelaskan bahwa indikator karakter, iman dan taqwa, pengendalian diri, sabar serta disiplin, kerja keras dan ulet, bertanggung jawab dan jujur, membela kebenaran, kepatutan, kesopanan, kesantunan, ketaatan pada peraturan, loyal,

demokratis, sikap kebersamaan, musyawarah dan gotongroyong, toleran, tertib, damai, anti kekerasan, hemat dan konsisten. Pembelajaran yang dikembangkan dewasa ini selalu menanamkan unsur karakter dalam pelaksanaannya, untuk melaksanakan pembelajaran berkarakter ada 5 komponen yang harus diperhatikan yaitu; (1) partisipasi masyarakat, (2) kebijakan pemerintah tentang pendidikan karakter, (3) kesepakatan, (4) kurikulum terpadu, dan (5) pengalaman pembelajaran. (Agus;2008:1). Untuk melaksanakan pembelajaran berkarakter terlebih dahulu pendidik/guru harus menyadari bahwa dia memiliki panca daya dalam dirinya yang dibawa semenjak dia lahir, serta dapat dikembangkannya dengan baik. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh prayitno (2008:26) bahwa; kelima panca daya (taqwa, cipta, karsa, rasa, dan karya) menyatu dan menuju kepada perkembangan individu menjadi manusia seutuhnya. Jadi pada hakekatnya pembelajaran berkarakter dapat terlaksana dengan baik apabila pengajarnya sudah menyadari dan mengembangkan panca daya yang ada dalamdirinya. Jenis-jenis karakter yang ingin ditanamkan antara lain; disiplin, kerjasama, menghargai pendapat orang lain, berbahasa dan berbuat sopan kepada semua orang, suka menolong, berpikir kreatif, dan lain-lain. Kurikulum pendidikan dasar atau kurikulum SD, kalau dilihat pada KTSP pada prinsip jenisnya sama dengan kurikulum pada tingkat lain yaitu: terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar, hanya pada standar proses ditegaskan bahwa: di kelas rendah SD (I-III) dilaksanakan secara tematik, dan di kelas tinggi pendekatan mata pelajaran. (Depdiknas, 2006:8). Sedangkan berdasarkan pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), yang tertuang dalam Kurikulum 2013, SD dan SMP berada pada level 1, deskripsi umum level 1 adalah: (1) bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) Memiliki moral,etika, dan kepribadian, yang baik dalam menyelesaikan tugasnya, (3) Berperan sebagai warga Negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukung perdamaian dunia. (4) mampu berkerjasama dan memiliki kepekaan social dan kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya. (5) Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama, serta pendapat/temuan original orang lain, (6) Menjunjung tinggi penegakan hokum serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat luas. (Dirjen Dikti, 2012:25). Deskripsi kualifikasi pada KKNI adalah merefleksikan capaian pembelajaran yang diperoleh seseorang melalui jalur: pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja dan pengalaman mandiri, oleh sebab itu proses pembelajaran pada level 1 lebih cocok disampaikan dengan model integrated learning. Perpaduan pedoman KTSP dengan KKNI, dalam pelaksanaan pembelajaran berkarakter yang diajarkan dengan menggunakan berbagai pendekatan, metode, dan strategi yang bervariasi dalam proses pembelajaran yang terstruktur di tingkat SD dapat menghasilkan peserta didik yang mandiri, siap untuk menerima tantangan hidup dimasa depan atau dapat menghasilkan manusia yang berkarakter Melalui model integrated learning adalah cocok dilaksanakan untuk pembentukan karakter di SD karena siswa SD berada pada masa operasional kongkrit seperti yang dikemukakan oleh Piaget (dalam Ratnawilis 2006:136) bahwa umur 7-11 tahun merupakan permulaan berpikir rasional. Ini berarti anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah yang konkrit. Siswa melihat

sesuatu secara konkrit, dihubungkan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, merupakan sesuatu hal yang komplek oleh sebab itu penyelesaian masalahnya juga membutuhkan disiplin ilmu lebih dari satu. Karakter jujur merupakan modal utama dalam hidup bermasyarakat dan dalam segala kegiatan yang bersentuhan dengan aktifitas hidup dan kehidupan. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk menyempurnakan perencanaan pembelajaran muatan lokal dan ekstrakurikuler. Metodologi Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, teknik pengolahan data menggunakan cara non parametrik dengan menggunakan rumus uji korelasi Spearman yaitu: N 6 i = 1 d 2 i r s = 1 N 3 N Keterangan: D i adalah perbedaan kedua data N adalah banyak data. Untuk menginterpretasikan nilai koofisien korelasi Spearman, sama halnya dengan koefisien korelasi linier, dengan nilai korelasi nol (r s = 0) menunjukkan tidak adanya korelasi. Sedangkan nilai korelasi +1,0 dan -1,0. Teknik pengambilan sampel purposive random sampling dengan mengambil 3 SD dari Kecamatan Padang Timur secara representative, sampel dikelompokkan secara umum berdasarkan tingkat kelas dan usia sesuai pendapat Piaget (dalam Suyuti, 2012:11), mengatakan bahwa: anak usia 7-9 tahun berada pada taraf berpikir praoperasional, dan 9-11 tahun berada pada taraf operasional konkrit. Kalau untuk siswa SD umur 7-9 tahun masih duduk di kelas rendah (I, II, III), sedangkan 9-11 tahun sudah duduk di kelas tinggi (IV, V, VI). Untuk tingkat kejujuran sebagai variabel terikat didapat dari hasil observasi tentang perilaku siswa di kelas, dan dengan mengamati pekerjaan rumah serta hasil penilaian pekerjaan rumah dengan kemampuan siswa yang sesungguhnya. Untuk variabel bebas adalah pengamatan terhadap hasil penjualan makanan pada kantin jujur, yang tidak diawasi dengan yang diawasi oleh guru. Data diperoleh dari hasil perbandingan sebelum dan sesudah diberikan reinforsement untuk bersikap jujur. Pembahasan Penelitian tentang penanaman karakter jujur terhadap siswa SD, agar terarah didahului dengan mengajukan Hipotesis nol (H 0 ), dan hipotesis alternatif (H a ) pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), dengan bunyi hipotesis sebagai berikut: H 0 = tidak terdapat perbedaan hubungan/korelasi antara karakter jujur siswa SD Dengan pengadaan kantin selfservice. H a = terdapat perbedaan yang signifikan antara pengadaan kantin selfservice terhadap karakter jujur siswa SD. Setelah dilakukan penelitian dan pengolahan data hasil pengamatan/ observasi, maka didapat hasil yang ditabulasi seperti berikut: Tabel: Hasil pengolahan data dari karakter jujur dengan kantin selfservice No Karakter jujur Kantin selfservice Tanggal (X) (Y) D d 2 pengamatan X Rank Y Rank 1 15/4/2014 25 1 20 1 0 0 2 16/4/2014 30 2 25 2 0 0

3 17/4/2014 77 14 80 17-3 9 4 18/4/2014 65 10 65 13-3 9 5 19/4/2014 80 15 57 10 5 25 6 21/4/2014 62 9 62 12-3 -9 7 22/4/2014 70 11 55 9 2 4 8 23/4/2014 45 5 82 18-13 169 9 24/4/2014 82 16 37 5 11 121 10 25/4/2014 75 13 100 20-7 49 11 30/4/2014 100 20 72 16 4 16 12 01/5/2014 55 7 52 7 0 0 13 02/5/2014 87 18 35 4 14 196 14 03/5/2014 85 17 67 14 3 9 15 05/5/2014 40 4 60 11-7 49 16 08/5/2014 60 8 54 8 0 0 17 09/5/2014 50 6 40 6 0 0 18 10/5/2014 72 12 70 15-3 9 19 12/5/2014 35 3 85 19-16 256 20 13/5/2014 90 19 30 3 16 256 Total 1186 Setelah dimasukkan data hasil perhitungan ke dalam rumus Spearman maka diperoleh hasil perhitungan nilai rho = 0,1083. Sedangkan nilai kritis pada taraf kepercayaan 95% atau (α = 0,05) pada tabel korelasi Spearman diperoleh nilai 0,447. Terlihat nilai rho observasi lebih besar dari nilai kritis (0,1083>0,447). Sehingga diputuskan bahwa H 0 ditolak dan H a diterima sehingga keputusan dari hasil penelitian ini adalah; terhadap hubungan yang signifikan antara penanaman karakter jujur dengan pengadaan kantin selfservice bagi siswa SD. Pembelajaran dalam menanamkan karakter jujur sangat cocok dilaksanakan dengan pendekatan tematik terpadu, sesuai dengan teori psikologi, bahwa usia siswa SD berada pada tarap berpikir holistik (menyeluruh), seperti yang dikemukakan Asep (2012:12). Bahwa pembelajaran terpadu cocok untuk anak usia SD. Dan pembelajaran siswa untuk karakter jujur adalah dalam upaya mempersiapkan siswa untuk diterima dan disenangi oleh semua lapisan masyarakat dansesuai dengan cita-cita pendidikan di Indonesia yang tertuang di dalam kurikulum serta Undang-Undang. Simpulan dan Saran Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa karakter jujur dari siswa SD dapat dilihat dari perilaku sehari-hari di sekolah, cara mengerjakan pekerjaan rumah yang dan hasil belajar yang diperoleh dari perkerjaan rumah, dengan hasil perhitungan nilai rho 0,1083 lebih besar dari nilai tabel korelasi yaitu 0,447, sehingga H 0 ditolak dan H a diterima atau artinya terdapat perbedaan karakter jujur secara signifikan bagi siswa SD bagi sekolah yang mengadakan kantin selfservice. Dari hasil penelitian dapat disarankan agar semua Sekolah Dasar membina kantin selfservice di sekolahnya masing-masing, agar pembelajaran dalam upaya menanamkan karakter jujur pada siswa dapat dilakukan melalui proses pembiasaan yang

dilakukan secara terus-menerus, dan pada setiap kesempatan, aapalagi kantin adalah tempat yang paling diminati siswa SD. Daftar Pustaka Agus Hernawan. Novi Resmini 2009. Pendidikan Karakter. Jakarta: Depag Asep Hery 2012. Pembelajaran Terpadu di SD. Bandung: UPI Press. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:BSNP. Dirjen Dikti. 2012. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Fogarty R, 1991. How To Integrated the Curricula, Illinois, Skylight Publishing. Ibrahim Muslimin. 2003. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Ratnawilis Dahar. 2006. Teori- teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rineka Cipta Prayitno. 2008. Modul Pengembangan Profesi Pendidik. Padang: UNP. Tim PSG. 2011. Materi Karakter Cerdas. Padang: UNP Kemendiknas. 2013. Kurikulum 2013 untuk SD. Jakarta: Depdiknas. http://aldoranuary26.blog.fisip.uns.ac.id/2011/12/12/korelasi-spearman-referensi/ diakses tanggal 19 Mei 2014 jam 14.00 Wib. http://olahdata.biz/2012/12/tes-dua-sampel-yang-berkaitan/diakses tanggal 19 Mei 2014 jam 14.30.