MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

dokumen-dokumen yang mirip
PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

BAB III LIGHTNING ARRESTER

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PEMISAH ( PMS ) PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN ( PERSERO ) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (PMT) MENGGUNAKAN MEDIA PEMADAM GAS SF6 DI GARDU INDUK UNGARAN 150 KV APP SEMARANG BASE CAMP SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

SISTEM PROTEKSI RELAY

LAPORAN MINGGUAN OJT D1 MINGGU XIV. GARDU INDUK 150 kv DI PLTU ASAM ASAM. Oleh : MUHAMMAD ZAKIY RAMADHAN Bidang Operator Gardu Induk

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER (LA) PADA GARDU INDUK KRAPYAK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI APP SEMARANG. Abstrak

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero)

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

BAB III LIGHTNING ARRESTER

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT)

Makalah Seminar Kerja Praktek PEKERJAAN LOOPING TEMPORARY SUTET GANTRY GITET 500KV KESUGIHAN. Norudhol Hadra Sabilla. 1, Karnoto, ST. MT.

Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching

Vol.3 No1. Januari

GARDU INDUK TRANSFORMATOR

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI TENGANGAN MENENGAH 20 KV

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI

BAB III LANDASAN TEORI

Sistem Pengoperasian dan Pemeliharaan Pemisah (Disconnecting Switch) Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi 500 kv Gandul

SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc

BAB IV MENENTUKAN KAPASITAS LIGHTNING ARRESTER

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV

Dwi Bowo Raharjo ANALISA GARDU INDUK GIS (GAS INSULATED SWITCHGEAR) DI TANAH TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

MAKALAH GARDU INDUK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PAKUAN KATA PENGANTAR. Nama : Alek Susi Putra NPM :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

makalah tentang kubikel 20 kv

Assalamu alaikum Wr. Wb. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH (ARRESTER)

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride )

PROSEDUR PELAKSANAAN K2 DAN K3 PADA INSTALASI TT / TET SAAT PEMELIHARAAN DALAM KONDISI OFF LINE

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

Sistem Transmisi Tenaga Listrik

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB II LANDASAN TEORI

1. TUJUAN/MANFAAT: Membentuk peserta diklat menjadi terampil melaksanakan Pemeliharaan GI & transmisi yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan unit

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

KINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN PETIR PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

Kelompok 7 : 1. Herianto A S Purba 2. Winner 3. Elman

Makalah Seminar Kerja Praktek PENGGANTIAN ISOLATOR SUSPENSI PADA SUTT 150 kv DENGAN METODE HOT STICK DALAM KEADAAN BERTEGANGAN

SIMULASI INDUKSI SAMBARAN PETIR DAN KINERJA ARESTER PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

BAB III DASAR TEORI.

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat

BAB III TEORI DASAR DAN DATA

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. sumber yang sebelumnya sudah pernah melakukan penelitian guna dijadikan

STUDI ANALISA SISTEM KOORDINASI ISOLASI PERALATAN DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTU TAMBAK LOROK UNIT III

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul

SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK

EVALUASI EKSPANSI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv GI SOLO BARU

PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (PMT) MEDIA PEMADAM BUSUR API GAS SF6 DENGAN PENGGERAK SPRING PT. PLN (PERSERO) P3B REGIONAL JATENG DAN DIY UPT

STUDY ON SURGE ARRESTER PERFORMANCE DUE TO LIGHTNING STROKE IN 20 KV DISTRIBUTION LINES. Agung Warsito, Abdul Syakur, Liliyana NS *)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOKO SURYONO D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Makalah Seminar Kerja Praktek OFFLINE PREVENTIVE MAINTENANCE TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTGU TAMBAK LOROK BLOK 1

BAB II LANDASAN TEORI

saklar pemisah (disconnecting switch)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

Transkripsi:

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK Pemeliharaan Arrester GI dan GIS 150 kv PT. PLN (PERSERO) UPT Semarang PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JATENG & DIY, UPT Semarang Jimy harto S. 1, Abdul Syakur 2 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak: PT. PLN (PERSERO) UPT Semarang adalah suatu oragnisasi atau tata kerja yang bergerak dibidang penyaluran energi listrik antar Gardu Induk dalam suatu wilayah/region. Arrester merupakan salah satu peralatan yang ada pada Gardu Induk yang berfungsi untuk mengamankan peralatan yang ada pada Gardu Induk dari surja petir/surja hubung. Pemeliharaan Arrester pada GI dan GIS ini meliputi pemeriksaan kondisi Arrester, pengukuran kemampuan Arrester dan juga pengujian kemampuan dari Arrester. Laporan Kerja Praktek ini akan membahas tentang pemeliharaan Arrester yang di GI dan GIS 150 kv PT. PLN (PERSERO) UPT Semarang. Kata-kunci : Arrester, UPT Semarang, GI, GIS, petir. PENDAHULUAN P.T PLN (PERSERO) sebagai Perusahaan Listrik Negara berusaha untuk mensuplay energi listrik dengan se-optimal mungkin seiring dengan semakin meningkatnya konsumen energi listrik. Agar dapat memanfaatkan energi listrik yang ada serta menjaga keandalan sistem penyaluran dan kerusakan peralatan, maka diperlukan suatu sistem pengaman dan sistem pemeliharaan instalasi gardu induk. Hal tersebut harus memperhatikan aspek teknis, ekonomis dan yang sesuai dengan kondisi peralatan yang ada. Pemeliharaan instalasi Gardu Induk pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan kepastian atau jaminan bahwa sistem suatu peralatan yang dipelihara akan berfungsi secara optimal, meningkatkan umur teknisnya dan keamanan bagi personil. Pemeliharaan instalasi Gardu Induk dilihat dari sifat dan jenis pemeliharaanya dibedakan dalam pemeliharaan rutin, pemeliharaan korektif dan pemeliharaan darurat. Mengingat bidang pemeliharaan ini sangat diperlukan dalam sistem penyaluran, maka pemeliharaan memerlukan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasinya yang dilaksanakan baik ditingkat pusat, kesatuan, unit administrasi sampai unit terkecil. TUJUAN Kerja Praktek ini bertujuan untuk mempelajari secara langsung mengenai peralatan tegangan tinggi terutama pada Arrester GI dan GIS 150 kv yang ada di UPT Semarang. BATASAN MASALAH Kerja Praktek yang telah dilakukan ini dibatasi hanya pada masalah pemeriksaan dan pemeliharaan Arrester pada GI dan GIS 150 kv yang ada di UPT Semarang. DASAR TEORI Sejarah Singkat PT PLN (Persero) P3B Region Jateng dan DIY UPT Semarang. PT PLN (persero) di Indonesia didirikan berdasarkan surat keputusan Presiden Republik Indonesia No. 163/53 Tanggal 3 Oktober 1953 yang kemudian ditegaskan dalam pasal 8 ayat 2 UU No. 9 Tahun 1969. Tujuan PLN dalam mengelola kelistrikan Negara adalah seperti tercantum pada PP No. 18 tahun 1972, yaitu: Ikut serta membangun ekonomi dan ketahanan nasional sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam pengusahaan tenaga listrik dengan maksud untuk mempertinggi derajat manusia Indonesia. Jumlah Gardu Induk di Wilayah UPT Semarang terdiri dari 14 (empat belas) Gardu Induk yaitu : 1. Gardu Induk TET 500 kv Ungaran 2. Gardu Induk 150 kv Sayung 3. Gardu Induk 150 kv Ungaran 4. Gardu Induk 150 kv Pudak Payung (GIS) 5. Gardu Induk 150 kv Srondol 6. Gardu Induk 150 kv Pandean Lamper 7. Gardu Induk 150 kv Simpang Lima (GIS) 8. Gardu Induk 150 kv Kalisari (GIS) 9. Gardu Induk 150 kv Tambak Lorok 10. Gardu Induk 150 kv Krapyak 11. Gardu Induk 150 kv Randugarut (GIS) 12. Gardu Induk 150 kv Kaliwungu 13. Gardu Induk 150 kv BSB (Bukit Semarang Baru) 14. Gardu Induk 150 kv Mranggen 1

Gardu Induk Gardu induk adalah suatu instalasi yang terdiri dari peralatan listrik yang berfungsi untuk : 1. Transformasi tenaga listrik tegangan tinggi yang satu ke tegangan tinggi yang lainnya atau ke tegangan menengah. 2. Pengukuran, pengawasan operasi serta pengaturan pengamanan dari sistem tenaga listrik. 3. Mengatur penyaluran daya ke gardu-gardu lain melalui tegangan tinggi dan ke gardugardu distribusi setelah melalui proses penurunan tegangan melalui penyulang (feeder) tegangan menengah. Sedangkan menurut tegangannya Gardu Induk dibagi menjadi: 1. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) 500 kv. Gardu listrik yang mendapat daya dari Saluran Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi atau Saluran Udara Tegangan Tinggi untuk kemudian menyalurkannya ke GITET atau GITT lain melalui SUTET atau SUTT lain. 2. Gardu Induk Tegangan Tinggi (GITT) 150 kv. Gardu listrik yang mendapat daya dari saluran transmisi tegangan ekstra tinggi, saluran transmisi Tegangan Tinggi untuk kemudian menyalurkannya ke daerah beban melalui penyaluran distribusi. 3. Gardu Induk Distribusi (20-70 kv). Gardu listrik yang mendapat daya dari saluran distribusi primer (penyulang untuk kemudian menyalurkannya ke saluran tegangan rendah). Sedangkan menurut penempatnya Gardu Induk dapat dibagi sebagai berikut : 1. Gardu Induk Pasangan Dalam / GIS. Gardu listrik dimana semua peralatannya (switchgear, isolator dan sebagainya) dipasang dalam gedung / ruangan tertutup. 2. Gardu Induk Pasangan Luar / Konvensional Gardu listrik dimana semua / sebagian besar peralatannya ditempatkan diluar / udara terbuka. 3. Gardu Induk Setengah Pasangan Dalam dan Setengah Pasangan Luar. Gardu listrik ini merupakan paduan dari Gardu Induk jenis pasangan dalam dan Gardu Induk pasangan Luar. 4. Gardu Induk Bawah Tanah. Gardu listrik ini biasanya dipakai di pusat kota yang sangat ramai dan gedung bertingkat tinggi. Transformator Trafo adalah suatu alat yang mengkonversi suatu besaran tertentu menjadi besaran yang sama dengan nilai yang berbeda. Pada Gardu Induk terdapat 3 jenis trafo yaitu: Trafo Daya Trafo Tegangan Trafo Arus a. b. c. Gambar 1. Macam macam trafo di GI. a. trafo daya. b. trafo tegangan. c. trafo arus. Pemutusan Tenaga (PMT) Berfungsi untuk memutuskan hubungan tenaga listrik dalam keadaan gangguan maupun dala keadaan berbeban dan proses ini harus dilakukan dengan cepat. Pemutusan tenaga listrik dalam keadaan gangguan akan menimbulkan arus yang relative besar, pada saat itu PMT bekerja sangat berat. Bila kondisi peralatan PMT menurun karena kurangnya pemeliharaan, sehingga tidak sesuai lagi kemempuan dengan daya yang diputuskan maka PMT tersebut akan dapat rusak. Gambar 2. PMT dengan media pemadam gas SF 6, GI 150 kv Srondol. PMT yang digunakan dengan sebagai media peredam loncatan bunga api listrik yang timbul selama pemutusan kontak-kontak adalah gas SF 6. Penggunaan gas SF 6 mempunyai alasan, yaitu : Tidak berwarna Tidak berbau Tidak beracun Tidak mudah terbakar 2

Pemisah Sistem (PMS) Adalah alat yang digunakan untuk memisahkan dan menghubungkan bagian-bagian yang bertegangan. Pemisah dioperasikan tanpa beban. Jadi harus diperhatikan bahwa pada waktu pelepasan sedang tidak ada arus mengalir. PMS harus dibuka dan ditutup dalam keadaan tanpa beban. Sesuai dengan fungsi PMS dapat dibedakan menjadi: Pemisahan Tanah Berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik dari sisa tegangan yang timbul sesudah SUTT diputuskan, atau induksi tegangan dari penghantar, hal ini perlu untuk keamanan dari orang yang bekerja pada instalasi. Pemisahan Peralatan Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan dari peralatan yang bertegangan. Gambar 4. Arrester pada GI 150 kv Srondol. Busbar Busbar digunakan untuk mengumpulkan tenaga listrik dengan tegangan 150 KV serta membaginya ke tempat-tempat yang diperlukan. Di Gardu induk 150 KV Srondol terdapat dua Busbar yaitu busbar I dan Busbar II. Gambar 3. Salah satu PMS yang ada pada GI 150 kv Srondol. Arrester Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (Switching Saurge). Alat ini bersifat sebagai By-pas disekitar lokasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolator peralatan listrik. Pada keadaan normal Arrester berlaku sebagai isolator. Saat timbul tegangan surja, alat ini bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relatif rendah, sehingga dapat mengalirkan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja, Arrester harus dapat dengan cepat kembali menjadi isolator. Sesuai fungsinya yaitu melindungi peralatan listrik pada sistem jaringan terhadap tegangan lebih yang disebabkan surja petir/surja hubung, maka pada umumnya Arrester dipasang pada setiap ujung yang memasuki Gardu Induk. 3 Gambar 5. Busbar yang ada pada GI 150 kv Srondol. Prinsip Dasar Arrester Teori Arrester Pada saluran transmisi udara sangat rawan terhadap sambaran petir yang dapat menghasilkan gelombang berjalan (surja tegangan) yang dapat masuk ke peralatan listrik. Oleh karena itu, dalam saluran transmisi harus ada lightning Arrester (LA) yang berfungsi menangkap gelombang berjalan dari petir yang akan masuk ke instalasi peralatan listrik. Gelombang berjalan juga dapat berasal dari pembukaan dan penutupan pemutus tenaga atau circuit breaker (switching). Pada sistem Tegangan Ekstra Tinggi (TET) yang besarnya di atas 350 kv, surja tegangan yang disebabkan oleh switching lebih besar dari pada surja petir. Saluran udara yang keluar dari transmisi udara merupakan bagian yang paling rawan terkena sambaran petir dan karenanya harus diberi lightning Arrester. Selain itu, lightning Arrester harus berada di depan setiap transformator dan

harus terletak sedekat mungkin dengan transformator. Hal ini perlu karena pada petir yang merupakan gelombang berjalan menuju ke transformator akan melihat transformator sebagai suatu ujung terbuka (karena transformator mempunyai isolasi terhadap bumi/tanah) sehingga gelombang pantulannya akan saling memperkuat dengan gelombang yang datang. Berarti transformator dapat mengalami tegangan surja dua kali besarnya tegangan gelombang surja yang datang. Untuk mencegah terjadinya hal ini, lightning Arrester harus dipasang sedekat mungkin dengan transformator. Lightning Arrester bekerja pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi untuk membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada tegangan operasi, dan perbandingan dua tegangan ini disebut rasio proteksi Arrester. Jenis Lightning Arrester Lightning Arrester (LA) adalah peralatan pada sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai pengaman terhadap tegangan surja yang terjadi ketika terjadi sambaran petir. Sambaran petir pada jaringan hantaran udara sistem tenaga listrik merupakan suntikan muatan listrik yang menimbulkan kenaikan tegangan sesaat yang cukup besar pada jaringan. Agar tegangan lebih tersebut tidak merusak isolasi peralatan pada jaringan, maka dipasang pelindung yang akan mengalirkan surja petir tersebut ke tanah. Terdapat dua macam Arrester yang umum dipergunakan, yaitu : 1. Jenis Ekspulsi Arrester jenis ini mempunyai dua jenis sela, yaitu sela luar dan sela dalam. Sela dalam diletakkan di dalam tabung serat. Ketika pada terminal Arrester tiba suatu surja petir, maka kedua sela tepercik. Arus susulan memanaskan permukaan dalam tabung serat, sehingga tabung akan mengeluarkan gas. Arus tersebut merupakan arus yang berbentuk sinusoidal, sehingga suatu saat pasti akan mencapai siklus dengan nilai nol. Ketika mencapai nol, maka gas pada tabung akan menjadi isolasi yang akan memadamkan arus tersebut. Arrester jenis ini mampu melindungi trafo distribusi dengan rating tegangan 3-15kV, tetapi belum mampu melindungi trafo daya yang memiliki rating daya lebih besar. Arrester jenis ekspulsi ini dapat juga dipasang pada saluran transmisi hantaran udara untuk mengurangi gangguan surja petir yang masuk ke gardu induk. Gambar 6. Arrester jenis ekspulsi 2. Jenis Katup Arrester jenis ini berupa beberapa sela percik yang dihubungkan seri dengan resistor tak linier. Resistor tak linier akan memiliki tahanan yang rendah ketika dialiri arus besar dan tahanan akan menjadi besar ketika arus kecil. Resistor yang umum digunakan berasal dari bahan silikon karbid. Sela percik dan resistor tak linier ditempatkan pada tabung isolasi sehingga Arrester ini tak dipengaruhi udara luar. Metode pengamanan pada Arrester ini adalah, ketika terjadi surja petir dan sela Arrester akan tepercik maka akan ada arus masuk yang cukup besar pada Arrester. Karena resistor yang digunakan adalah resistor tak linier, maka ketika awal surja nilai tahanan akan mengecil karena arus yang membesar. Hal ini akan membatasi tegangan maksimal pada terminal Arrester, namun ketika arus mulai turun maka tahanan resistor membesar, sehingga arus susulan dapat dihambat oleh nilai tahanan yang besar ini. Biasanya arus dapat dikendalikan hingga mencapai arus nominal yang dikenal sebagai arus kendali sebesar 50A. Saat tegangan sesaat sistem nol, percikan akan padam dan arus kendali menjadi nol serta arus susulan tidak berlanjut lagi. Secara umum Arrester jenis katup dibagi menjadi empat jenis, yaitu : a. Jenis Gardu b. Jenis Saluran (15-39kV) c. Jenis Gardu untuk Mesin (2,4-15kV) d. Jenis Distribusi untuk Mesin (120-750V) 4

λ = (m/μs). kecuraman gelombang tegangan surja datang (kv/μs) Gambar 7. Arrester jenis katub. Cara Menempatan Arrester Tingkat proteksi yang diperlukan tidak ditentukan secara langsung dengan mencocokkan nilai Basic Insulation Level (BIL) dengan nilai pelepasan Arrester melainkan masih harus memperhitungkan efek voltage-doubling. Fenomena ini terjadi jika gelombang berjalan pada suatu saluran direfleksikan sehingga tegangannya menjadi 2 kali tegangan semula. Pada penggunaan Arrester dikenal ratio proteksi atau protective margin (PM), ratio proteksi adalah ukuran kemampuan Arrester untuk melindungi peralatan atau sistem. Perhitungannya menggunakan perbandingan rating BIL dari peralatan yang akan diproteksi dengan harga pelepasan Arrester. Contoh : Dimisalkan suatu kabel dengan rating BIL 125 kv dipasang pada sistem 24,9 kv Jenis Arrester Silicon Carbide (SiC) yang akan digunakan mempunyai harga pelepasan 67 kv. Jika dilihat secara sepintas, Arrester tampaknya telah sesuai karena tegangan pelepasannya sudah lebih kecil dari BIL trafo. Akan tetapi dengan memperhitungkan efek dari Voltage-Doubling maka tegangan Surja akan menjadi 2 kalinya yaitu sebesar 134 kv. Nilainya ini ternyata lebih besar 9 kv dari BIL kabel. PM diperoleh -9 kv/125 kv = -0,072 atau -7,2%. Nilai ini dituliskan sebagai -7,2% karena nilai ratio proteksinya negatif berarti Arrester tidak sesuai. Peletakan Arrester diupayakan seefektif mungkin dengan menerapkan Zoning Area Proteksi yaitu membagi cakupan yang akan diproteksi dalam bagian tertentu yang dibentuk oleh didinding bangunan, ruangan-ruangan, peralatan-peralatan dan permukaan dari logam. Sedangkan untuk mencari jarak aman pemasangan Arrester digunakan rumus berikut: Gambar 8. Arrester line GI konvensional 150 kv. Gambar 9. Arrester bus GI konvensional 150 kv. Sedangkan pada GIS terdapat Arrester luar dan Arrester dalam, maka untuk pemasangan Arrester luar pada GIS sendiri, secara prinsip sama saja dengan memasangan GI konvensional, yaitu dengan mempertimbangkan BIL dari trafo. Tetapi pada umumnya untuk GIS jarak Arrester dengan trafo daya lebih dekat dari pada GI konvensional, hal ini karena pada GIS ruang untuk penempatan peralatan tegangan tinggi lebih sempit dibandingkan GI konvensional. Sedangkan untuk Arrester dalam sendiri sudah menjadi satu kesatuan dengan perangkat yang lain dalam switchgear. V t = V a + 2. λ. l/v Dimana: V t = tegangan terminal trafo (V). V a = tegangan percik Arrester (V). l = jarak maksimal Arrester (m). v = kecepatan rambat tegangan surja Gambar 10. Arrester luar pada GIS 150 kv. 5

Gambar 11. Arrester dalam pada GIS 150 kv. Pengaruh Sambaran Petir Sambaran langsung mengenai kawat fasa mengakibatkan kenaikan tegangan tinggi pada kawat fasa. Kenaikan tegangan yang cukup tinggi ini dapat menyebabkan pecahnya isolator, kerusakan trafo tenaga, dan pecahnya Arrester. Gangguan petir dan kerusakan pada peralatan elektronik, kontrol dan telekomunikasi berdasarkan jenis sambarannya dibedakan menjadi kerusakan akibat sambaran langsung dan kerusakan akibat sambaran tidak langsung. Kerusakan akibat sambaran langsung. Kerusakan ini terjadi karena petir mengenai suatu struktur bangunan dan merusak bangunan tersebut sekaligus peralatan elektronik yang ada didalamnya. Kerusakan yang diakibatkan dapat berupa kebakaran gedung, keretakan pada dinding bangunan, kebakaran pada peralatan elektronik, kontrol, telekomunikasi jaringan data dan sebagainya. Kerusakan akibat sambaran tidak langsung. Kerusakan jenis ini terjadi karena petir menyambar suatu titik lokasi misalnya pada suatu menara transmisi atau menara telekomunikasi kemudian terjadi hantaran secara induksi melalui kabel aliran listrik, kabel telekomunikasi atau peralatan lain yang bersifat konduktif sampai jarak tertentu yang tanpa disadari telah merusak peralatan elektronik yang jaraknya jauh dari lokasi sambaran semula. Sistem Proteksi Pemeriksaan terhadap sistem proteksi harus dilakukan secara berkala. Hal ini penting untuk mengetahui kinerja dari peralatan proteksi dan peralatan yang dilindungi. Frekuensi pemeriksaan terhadap sistem proteksi petir ditentukan berdasarkan beberapa faktor berikut : Jenis instalasi atau daerah yang dilindungi. Tingkat proteksi yang dipasang pada sistem yang dilindungi. Pengaruh lingkungan (misalnya : korosi udara) Jenis bahan yang digunakan untuk peralatan proteksi. Jenis bahan yang digunakan pada instalasi di mana Sistem Proteksi Petir (SPP) tersebut dipasang. Sistem Proteksi Petir juga harus diperiksa ketika ada perubahan atau pemasangan baru pada sistem yang diproteksi dan khususnya ketika ada petir yang menyambar sistem tersebut. Pemeriksaan visual terhadap SPP disarankan paling sedikit satu tahun sekali. Untuk beberapa daerah dengan kepadatan sambaran petir yang tinggi, pemeriksaan visual harus dilakukan setiap enam bulan sekali atau setelah terjadi perubahan-perubahan setelah terjadi sambaran petir. Pemeriksaan secara lebih mendetail atau lebih lengkap harus dilakukan satu kali dalam tiga atau lima tahun. Untuk sistem yang kritis atau sensitif disarankan untuk diperiksa satu kali dalam setahun atau tiga tahun. Tergantung pada kondisi petir didaerah di mana peralatan tersebut terpasang, sedangkan pada gardu induk dilakukukan setiap 2 tahun sekali. Pemeriksaan dan Pemeliharaan Arrester Pemeriksaan Arrester Pemeriksaan Eksternal : Periksa angka pada counter yang terpasang di kaki tower atau panel listrik. Periksa kondisi sistem proteksi eksternal (finial, down conductor dan pentanahan). Pemeriksaan Internal: Periksa Arrester dengan cara mengukur tegangan sisa Arrester atau melihat indicator yang terdapat pada Arrester, untuk mengetahui apakah ada penurunan kualitas Arrester atau tidak. Periksa hubungan antara Arrester ke peralatan lain dan hubungan antara Arrester ke tanah. Periksa baut-baut yang ada, kalau ada baut yang kendor harap segera dikencangkan. Pengamatan Visual Pengamatan Visual harus dilakukan untuk mengetahui beberapa faktor berikut : Sistem dalam keadaan baik. Tidak ada baut yang kendor yang dapat menyebabkan tingginya tahanan pada sambungan. Tidak ada bagian sistem dengan kondisi yang lemah yang disebabkan oleh korosi atau vibrasi. 6

Seluruh Down Conductor dan terminal pentanahan dalam kondisi baik Seluruh konduktor dan komponen Sistem Proteksi Petir (SPP) dalam keadaan aman dan terlindung dari kemungkinan kerusakan secara mekanik. Tidak diijinkan melakukan perubahan atau penambahan pada sistem yang diproteksi tanpa sepengetahuan yang berwenang. SPP harus selalu mengacu pada standar yang ada. Pemeliharaan Arrester Pemeliharaan terhadap Arrester adalah sangat penting, sehingga dalam pemeliharaannya harus diperhatikan secara khusus agar terlindung dari korosi dan handal terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh petir. Setelah beberapa tahun, ada beberapa komponen Arrester yang menurun efektifitas kerjanya yang disebabkan oleh korosi, kerusakan karena pengaruh lingkungan dan karena impuls petir. Program pemeliharaan harus mencakup kondisikondisi sebagai berikut : Melakukan pemeriksaan untuk konduktor dan komponen dari proteksi petir. Melakukan pemeriksaan seluruh sambungan dan bonding pada Arrester. Melakukan pengukuran tahanan tanah pada terminal elektroda pentanahan. Melakukan pemeriksaan atau pengujian pada surge suppressor (Arrester) untuk mengetahui efektifitasnya dan membandingkan dengan Arrester baru. Menguji kekuatan dan ketebalan seluruh komponen dan konduktor yang dibutuhkan. Program pemeliharaan diatas berlaku untuk GI konvensional dan GIS, ini karena keduanya membutuhkan perawatan yang sama utuk dapat menjaga keandalan dan kestabilan kerja. PENUTUP KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (Switching Surge). 2. Pada kondisi tegangan normal, Arrester bersifat sebagai isolator dan pada saat terjadi tegangan gangguan Arrester bersifat sebagai konduktor. 3. Prinsip kerjanya adalah sebagai By-pas disekitar lokasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolator peralatan listrik. 4. Pemeriksaan kondisi Arrester dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pemeriksaan eksternal, internal, dan visual. 5. Program pemeliharaan Arrester mencakup kondisi-kondisi sebagai berikut : Melakukan pemeriksaan untuk konduktor dan komponen dari proteksi petir. Melakukan pemeriksaan seluruh sambungan dan bonding pada Arrester. Melakukan pengukuran tahanan tanah pada terminal elektroda pentanahan. Melakukan pemeriksaan atau pengujian pada surge suppressor (Arrester) untuk mengetahui efektifitasnya dan membandingkan dengan Arrester baru. Menguji kekuatan dan ketebalan seluruh komponen dan konduktor yang dibutuhkan. SARAN 1. Perlu adanya pemahaman yang mendasar baik teori maupun praktek dalam melakukan perawatan dan pemeriksaan pada bidang tertentu, hal ini akan mempermudah dalam pengecekan kerusakan nantinya. 2. Dalam menjalankan kegiatan perawatan baik di dalam maupun di luar GI sebaiknya menggunakan perlengkapan keamanan yang sesuai. 3. Perlu adanya komunikasi dan kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan teknisi. DAFTAR PUSTAKA [1] http://www.abb.com/ [2] http://projects87.blogspot.com/2009/03/1.ht ml/ [3] http://www.wikipedia.co.id/ [4] Manual Book ABB MasterView 850. [5] Manual Book Siemens Surge Arrester. [6] http://www.siemens.com/arresterdownload/ [7] Tobing Bonggas, 2003. Peralatan Teganggan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 7

gggf f sf gs PENULIS Jimy Harto Saputro (L2F 006 058). Dilahirkan di Kendal, 13 Mei 1988, menempuh pendidikan dasar di SD N 1 Kebondalem, Kendal, SMP N 1 Kendal, SMK N 2 Kendal. Saat ini masih menjadi Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang konsentrasi Teknik Energi Listrik. Semarang, Oktober 2010 Mengetahui dan Mengesahkan Pembimbing Abdul Syakur, ST, MT NIP. 197204221999031004 8