DAERAH RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI. Oleh. Komang Arthawa Lila, MS

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA

Fenomena El Nino dan Perlindungan Terhadap Petani

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP KONDISI CUACA DI INDONESIA (19 23 Desember 2016) Disusun oleh : Kiki, M. Res Rudy Hendriadi

BADAI DAN PENGARUHNYA TERHADAP CUACA BURUK DI INDONESIA. Drs. Achmad Zakir, AhMG Mia Khusnul Khotimah, AhMG

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI

ANALISIS CURAH HUJAN SAAT KEJADIAN BANJIR DI SEKITAR BEDUGUL BALI TANGGAL 21 DESEMBER 2016

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI

Cuaca Ekstrim ( Extreme Weather ) Badai Tornado di Amerika Serikat Oleh : Bhian Rangga JR NIM K P. Geografi FKIP UNS

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

DEPRESI DAN SIKLON PENGARUHI CUACA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

I. INFORMASI METEOROLOGI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.3

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

I. INFORMASI METEOROLOGI

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi dan jumlahnya yang tetap, namun kebutuhan akan lahan terus

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

1. Kebakaran. 2. Kekeringan

KAJIAN IKLIM PADA BENCANA BANJIR BANDANG SAMBELIA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR, 20 JANUARI 2014

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

ANDA HARUS TAU!!!!!!!!!! Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT DI KOTA BALIKPAPAN TANGGAL 29 NOVEMBER

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI ALUN-ALUN KOTA BANJARNEGARA (Studi Kasus Tanggal 08 Nopember 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1

Sosialisasi Kebumian dan Kebencanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

PENGARUH SEBARAN SUHU UDARA DARI AUSTRALIA TERHADAP SUHU UDARA DI BALI. Oleh, Erasmus Kayadu

Definisi dan Jenis Bencana

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

POKOK BAHASAN : ANGIN

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Transkripsi:

DAERAH RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI Oleh Ir. Komang Arthawa Lila, MS JURUSAN ARSITEKTUR PERTAMANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

RINGKASAN Secara geografis daerah Bali memang bukan jalur yang dilalui badai tropis, namun demikian efek dari kejadian badai tropis yang terjadi di Samudera Hindia akan sangat mempengaruhi kondisi cuaca di daerah Bali yang berlangsung pada bulan Desember Maret. Hampir semua kabupaten di Bali berpotensi tinggi terkena angin kencang, namun dari kerawanannya paling tinggi terhadap ancaman bencana tiupan angin kencang adalah seluruh kawasan pesisir pantai di selatan Bali yang berhadapan langsung dengan laut lepas Samudera Hindia tempat terjadinya badai tropis. Secara spesifik, daerah pesisir yang memiliki tingkat kerawanan tinggi bencana alam badai dapat di jumpai di sekitar Gilimanuk, kawasan pesisir Negara, Tabanan, Canggu, Kerobokan, Nusa Dua, Denpasar, Gianyar, Klungkung, Nusa Penida dan pesisir selatan Karangasem. ii

DAFTAR ISI RINGKASAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. ii iii iv v I. PENDAHULUAN 2 1.1. Latar Belakang 2 1.2. Tujuan Penulisan 2 II. KONDISI ALAM WILAYAH BALI 3 2.1. Iklim.. 3 2.1.1 Penyebab Terjadinya Badai.. 4 2.1.2 Peta Jejak Badai 5 2.2. Topografi. 6 III. POTENSI RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI 9 IV. KESIMPULAN DAN SARAN.. 14 4.1. Kesimpulan 14 4.2. Saran. 14 DAFTAR PUSTAKA... 15 iii

DAFTAR TABEL Tabel Hal 1. Sebaran lahan menurut kemiringan lereng di Provinsi Bali 6 2. Sebaran lahan menurut ketinggian tempat di Provinsi Bali... 8 3. Data sejarah kejadian angin kencang di daerah Bali... 12 iv

DAFTAR GAMBAR Gambar Hal 1. Pola arah angin saat terjadi monsun barat (a) dan monsoon timur (b) 3 (Tjasyono, 2004)... 2. Peta jejak badai di kawasan tropis (Tjasyono, 2004)... 5 3. Peta kemiringan lereng Provinsi Bali... 7 4. Peta ketinggian tempat Provinsi Bali... 8 5. Peta wilayah yang berpotensi terkena angin kencang di daerah Bali... 10 6. Peta tingkat kerawanan angin kencang daerah Bali... 11 v

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam adalah permasalahan lingkungan yang sangat menonjol terjadi di Indonesia pada akhir dekade ini. Sebagai fenomena alam, kehadirannya tak dapat kita tolak atau hindari. Provinsi Bali dengan kondisi alamnya tidak terlepas dan sangat rentan terhadap bencana alam. Berbagai bencana alam yang pernah menerpa Bali seperti gempa bumi, letusan gunung api, banjir, longsor, kekeringan, dan angin ribut (badai) yang kejadiannya semakin sering terjadi. Secara umum kondisi cuaca dan iklim daerah Bali sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti; interaksi laut-atmosfer, aktifitas konvergensi, pertemuan massa udara dari belahan bumi utara dan selatan, tumbuhnya pusat tekanan rendah dan pengaruh kondisi lokal. Terjadinya bencana angin kencang di beberapa tempat di Bali, di samping disebabkan faktor dinamika atmosfer lokal juga disebabkan karena pengaruh cuaca ekstrim secara regional. Dampak kerusakan akibat terjangan angin kencang/badai dapat berupa kerusakan bangunan, banjir, tumbangnya pohon-pohon penghijauan/penghias taman kota, bahkan di daerah pantai dapat menimbulkan badai laut yang dapat menenggelamkan kapal. Sampai saat ini kita belum dapat berbuat banyak untuk mencegah terjadinya bencana yang diakibatkan pengaruh cuaca, khususnya angin. Namun demikian upaya mitigasi dan antisipasinya harus terus dilakukan. 1.2. Tujuan Penulisan 1. Untuk memetakan daerah-daerah yang berpotensi terkena bahaya angin kencang, 2. Sebagai bahan informasi daerah-daerah prioritas wilayah yang rentan terkena bahaya angin kencang di Bali. 3. Sebagai bahan kajian dalam memilih jenis tanaman lanskap yang tahan pada wilayah rawan terkena angin kencang. 1

II. KONDISI ALAM WILAYAH BALI 2.1. Iklim Secara umum kondisi cuaca atau iklim daerah Bali sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti; interaksi laut-atmosfer, aktifitas konvergensi, pertemuan masa udara dari belahan bumi utara dan selatan, tumbuhnya pusat tekanan rendah dan pengaruh kondisi lokal setempat. Berdasarkan data rata-rata curah hujan bulanan, daerah Bali memiliki pola curah hujan monsun. Pola monsun terjadi akibat proses sirkulasi udara (angin) yang berganti arah setiap enam bulan sekali yang melintas di wilayah Indonesia, yang dikenal dengan monsun barat dan monsun timur (Gambar 1). Monsun barat umumnya menimbulkan banyak hujan (musim hujan) yang terjadi sekitar bulan Januari, monsun timur umumnya menyebabkan kondisi kurang hujan (musim kemarau) yang terjadi sekitar bulan Agustus. (a)( b) Gambar 1. Pola arah angin saat terjadi monsun barat (a) dan monsoon timur (b) (Tjasyono, 2004) 2

Monsun barat di samping menimbulkan banyak hujan, juga sering disertai angin kencang atau badai yang terkadang menimbulkan bencana kerugian harta dan benda. 2.1.1 Penyebab Terjadinya Badai Angin adalah massa udara yang bergerak baik secara horizontal maupun vertikal dengan kecepatan yang bervariasi dan berfluktuasi secara dinamis (Lakitan, 2002). F aktor pendorong bergeraknya massa udara adalah perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang lain. Terjadinya bencana angin kencang di beberapa tempat di Bali, di samping disebabkan faktor dinamika atmosfer lokal juga disebabkan karena pengaruh cuaca ekstrim secara regional. Secara spesifik lokal terjadinya angin kencang berkaitan dengan mekanisme fenomena badai Guntur (thunderstorm). Istilah badai seringkali dikaitkan dengan badai tropis (Tropical storm), yaitu berupa hujan yang terjadi di daerah tropis disertai angin kencang. Istilah lain dari badai adalah topan, hurricane, angin puyuh, angin puting beliung, dan taifun. Fenomena atmosferik dengan sebutan berbeda-beda tersebut digunakan untuk memudahkan identifikasi dan pelacakan di mana badai tersebut terjadi. Kecepatan angin pada saat terjadi badai dapat mencapai 65 km/jam, dengan intensitas hujan dapat mencapai 150 mm selama 24 jam. Dampak kerusakan akibat suatu wilayah diterjang badai adalah kerusakan bangunan, tumbangnya pohon-pohon, banjir, bahkan di daerah pantai dapat menimbulkan badai laut yang dapat menenggelamkan kapal. Nama badai tropis sering disebut beberapa sebutan yang berbeda, bergantung pada lokasi kejadiannya, misalnya di Nusa Tenggara dikenal dengan badai puting beliung, di kawasan Samudra Indonesia sebagai badai tropis Bruno, dan di AS dikenal Tornado. Badai dapat terjadi apabila terdapat pusat tekanan udara rendah. Daerah-daerah dimana pusat tekanan udara sangat mungkin terjadi adalah di daerah Tropis maupun Sub Tropis (Daryono, 2006). Gerakan atau pola pergerakan pusat tekanan udara rendah yang merupakan pusat (eye) badai dipengaruhi pula oleh ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) yang me ngikuti gerakan ke utara dan selatan dari matahari. Proses kejadian badai tropis begitu cepat sehingga kadangkala kita sulit untuk menghindarkan diri dari ancaman dan dampak badai. Wilayah 3

Indonesia tidak pernah lahir pusat badai akan tetapi sangat potensial sirkulasi angin terpengaruh oleh pusat badai. Ditinjau dari kecepatannya, maka badai yang terjadi di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga, Yaitu : (a) zone depresi tropis, merupakan zone dimana kecepatan angin mencapai 20 knot yang dikelilingi oleh isobar tertutup, (b) jika kecepatan angin naik menjadi lebih dari 34 knot dan ada beberapa isobar tertutup, maka menjadi badai tropis, dan (3) jika ke cepatan angin melebihi dari 64 knot, maka digolongkan sebagai hurricane atau typhoon atau siklon tropis, bergantung lokasinya. 2.1.2 Peta Jejak Badai Kerawanan bencana Badai daerah Bali dapat dilihat berdasarkan acuan peta jejak badai tropis (Gambar 2). Secara garis besar, kerawanan paling tinggi terhadap ancaman badai adalah kawasan pesisir pantai yang berhadapan langsung dengan laut lepas Samudera Hindia. Secara geografis daerah Bali memang bukan jalur badai, karena wilayah aktivitas badai tropis berada di daerah antara 10 0 hingga 20 0 dari garis ekuator (Daryono, 2006). Namun demikian, efek dari badai tropis dapat mempengaruhi kondisi cuaca di berbagai tempat di Bali. Selain itu karena posisi Pulau Bali yang berdampingan dengan zona lintasan badai tropis Samudera Hindia, maka kawasan Bali akan mengalami dampak badai pada setiap tahunnya, berupa tiupan angin kencang dan hujan deras selama musim badai yang berlangsung pada bulan Desermber- Maret. Gambar 2. Peta jejak badai di kawasan tropis (Tjasyono, 2004) 4

2.2 Topografi Provinsi Bali yang luas wilayahnya 563.286 ha, merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang meliputi hampir 85 % dari luas wilayah seluruhnya. Relief Pulau Bali merupakan rantai pegunungan yang membentang dari barat ke timur. Ditinjau dari kemiringan lahannya, maka Pulau Bali sebagian besar terdiri dari lahan dengan kemiringan antara 0 2 % sampai dengan 15 20 %, sedangkan selebihnya adalah lahan dengan kemiringan di atas 40 %. Daerah pantai bagian selatan dan sebagian kecil daerah pantai utara Pulau Bali didominasi oleh lahan dengan kemiringan 0-2 % dengan luas areal 96.129 ha. Lahan dengan kemiringan 2 15 % sebagian besar terdapat di wilayah Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar dan Buleleng, dan sisanya tersebar secara merata di daerah sekitar pantai dengan luas mencapai 132.056 ha. Daerah dengan kemiringan 15 40 % meliputi areal seluas 164.749 ha secara dominan terdapat di wilayah bagian tengah Pulau Bali, mengikuti deretan perbukitan yang membentang dari arah barat ke timur wilayah tersebut. Daerah dengan kemiringan melebihi 40 % merupakan daerah perbukitan dan pegunungan terletak pada bagian tengah wilayah ini dan sebagian Pulau Nusa Penida. Sebaran lahan menurut kemiringan lereng secara rinci disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 1. Sebaran lahan menurut kemiringan lereng di Provinsi Bali No Kabupaten/ Luas wilayah menurut lereng (ha) Jumlah Kota 0 2 % 2 15 % 15 40 % >40 % (ha) 1. Badung 12.774 18.024 7.754 3.150 41.852 2. Bangli 6.123 10.996 10.975 24.017 52.081 3. Buleleng 22.547 24.789 52.915 36.337 136.588 4. Denpasar 10.634 1.764 - - 12.398 5. Gianyar 8.311 18.236 10.253-36.800 6. Jembrana 21.047 7.663 17.645 37.825 84.180 7. Karangasem 10.140 12.544 26.100 35.170 83.954 8. Klungkung 5.122 5.132 11.511 9.735 31.500 9. Tabanan 9.727 24.753 34.779 14.674 83.933 Jumlah 106.395 124.051 171.932 160.906 563.286 Persentase (%) 18,89 22,02 30,52 28,57 100,00 Sumber : Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Bali (1997) 5

Gambar 3. Peta kemiringan lereng Provinsi Bali Dari segi ketinggian tempat, Pulau Bali terdiri dari kelompok lahan sebagai berikut : Lahan dengan ketinggian antara 0 50 m di atas permukaan laut, mempunyai permukaan yang cukup landai meliputi areal seluas 77.321,38 ha. Lahan dengan ketinggian antara 50-100 m di atas permukaan laut, mempunyai permukaan yang berombak sampai bergelombang meliputi areal seluas 60.620,34 ha. Lahan dengan ketinggian antara 100-500 m di atas permukaan laut, seluas 211.923,85 ha, didominasi oleh keadaan permukaan bergelombang sampai berbukit. Lahan dengan ketinggian antara 500-1000 m di atas permukaan laut, seluas 145.188,61 ha. Lahan dengan ketinggian di atas 1000 m di atas permukaan laut, seluas 68.231,90 ha. 6

Tabel 2. Sebaran lahan menurut ketinggian tempat di Provinsi Bali No Kabupaten/ Luas wilayah menurut ketinggian tempat (m) Kota 0 25 m 25 100 m 100 500 m 500 1000 m >1000 m Jumlah (ha) 1. Badung 6.724 9.736 15.416 7.593 2.383 41.852 2. Bangli - - 5.034 18.766 28.281 52.081 3. Buleleng 13.887 16.879 52.760 34.426 18.636 136.588 4. Denpasar 7.329 5.069 - - - 12.398 5. Gianyar 1.527 7.476 17.310 10.487-36.800 6. Jembrana 18.371 20.617 30.118 13.549 1.525 84.180 7. Karangasem 3.281 8.555 37.948 22.451 11.719 83.954 8. Klungkung 2.956 6.445 21.994 105-31.500 9. Tabanan 1.639 10.790 37.358 26.529 7.617 83.933 Jumlah 55.714 85.567 217.938 133.906 70.161 563.286 Persentase (%) 9,89 15,19 38,69 23,77 12,46 100,00 Sumber : Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Bali (1997) Gambar 4. Peta ketinggian tempat Provinsi Bali Daerah dengan ketinggian tempat 0 50 m di atas muka laut, hampir 90 % merupakan dataran aluvial, yang mengelilingi Pulau Bali, dengan kemiringan lereng berkisar antara 0 8 %. 7

III. POTENSI RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI Secara geografis daerah Bali memang bukan jalur yang dilalui badai tropis, karena wilayah aktivitas badai tropis berada di daerah antara 10 o hingga 20 o di utara atau selatan dari garis ekuator (Tjasyono, 2004). Namun demikian, efek dari kejadian badai tropis yang terjadi di Samudera Hindia akan sangat mempengaruhi kondisi cuaca di berbagai tempat di daerah Bali. Seluruh daerah Bali akan mengalami dampak badai tropis, berupa tiupan angin kencang dan hujan deras selama musim badai tropis yang berlangsung pada bulan Desember Maret pada setiap tahunnya. Bentuk topografi wilayah daratan Bali secara umum berupa variasi antara dataran rendah, lembah, bukit dan pegunungan. Wilayah yang berupa dataran rendah kebanyakan berada di daerah pesisir yang mengelilingi pulau. Hampir seluruh wilayah pesisir pantai di Pulau Bali memiliki topografi yang datar. Hanya sekitar 20% daerah pesisir yang bertopografi berupa perbukitan yang dapat ditemui di sepanjang pantai di bagian timur Bali. Bali di bagian tengah, hampir seluruh wilayahnya memiliki bentuk topografi berupa lembah, bukit dan pegunungan. Rangkaian pegunungan tengah pulau yang membujur dari barat hingga timur telah membentuk sebuah penghalang (barrier) tiupan angin kencang yang akan melindungi seluruh wilayah Bali bagian utara, khususnya daerah pesisir. Pegunungan Bali di bagian barat memiliki ketinggian yang relatif tidak begitu tinggi, dengan puncaknya Gunung Merbuk dan Gunung Patas. Di sebelah timur terdapat kompleks deretan pegunungan yang lebih tinggi, yaitu Gunung Batukaru, Gunung Abang dan Gunung Agung. Daerah Bali merupakan kawasan yang rawan terhadap ancaman tiupan angin kencang, karena posisi pulaunya yang berdekatan dengan lintasan jejak badai tropis di Samudera Hindia (Gambar 2). 8

Lintasan peta jejak badai, data historis, topografi dan ketinggian wilayah sangat penting diketahui, terutama dalam pewilayahan zona rawan angin kencang di kawasan tropis khususnya daerah Bali (PPLH-UNUD,2006). Berdasarkan hasil pemetaan wilayah rawan bencana angin kencang di Provinsi Bali (Gambar 5 dan Gambar 6), maka secara geografis kerawanan paling tinggi terhadap ancaman bencana tiupan angin kencang adalah seluruh kawasan pesisir pantai di selatan Bali yang berhadapan langsung dengan laut lepas Samudera Hindia tempat terjadinya badai tropis. Secara spesifik, daerah pesisir yang memiliki tingkat kerawanan tinggi bencana alam badai dapat dijumpai di sekitar Gilimanuk, kawasan pesisir Negara, Tabanan, Canggu, Kerobokan, Nusa Dua, Denpasar, Gianyar, Klungkung, Nusa Penida dan pesisir selatan Karangasem. Gambar 5. Peta wilayah yang berpotensi terkena angin kencang di daerah Bali Fakta kerawanan bencana badai di pesisir selatan Bali ini didukung oleh banyaknya data catatan sejarah (historical data) kejadian bencana angin kencang daerah Bali (Tabel 3). Dalam periode 9

akhir 2005 hingga 2006 tercatat telah terjadi bencana angin kencang sebanyak kurang lebih 17 kali kejadian, yang tersebar di berbagai daerah di pesisir selatan Bali. Topografi Bali bagian tengah merupakan variasi dan kombinasi antara lembah, bukit dan pegunungan. Oleh karena ketinggian wilayahnya di atas permukaan laut, maka daerah Bali bagian tengah menjadi relatif lebih aman dari ancaman dan potensi bencana angin kencang. Kondisi tersebut juga didukung oleh data historis bencana badai, dimana di dataran tinggi Bali bagian tengah belum pernah terjadi bencana angin kencang yang merusak. Oleh karena itu kawasan yang berpegunungan di Bali bagian tengah merupakan deerah yang memiliki tingkat kerawanan bencana badai yang rendah. Gambar 6. Peta tingkat kerawanan angin kencang daerah Bali Daerah dataran rendah pesisir Bali bagian utara, secara topografi merupakan daerah rawan bencana angin kencang. Akan tetapi karena wilayah pesisir utara Bali merupakan daerah bayangan deretan pegunungan Bali yang terlindung dari tiupan angin kencang dari Samudera Hindia maka kawasan utara Bali mempunyai tingkat kerawanan bencana angin kencang yang sedang. Sementara itu, daerah lain di Bali yang tidak termasuk ke dalam kawasan pegunungan 10

tinggi dan tidak termasuk ke dalam daerah kerawanan tinggi di pesisir selatan, maka kawasan tersebut merupakan daerah dengan kerawanan menengah. Adanya beberapa catatan sejarah kejadian bencana angin kencang di pesisir utara Bali yaitu bencana badai di Desa Kayu Buntil (Nopember 2005), Singaraja (22 Mei 2006), Desa Sambangan (5 Agustus 2006) dan Desa Tamblang (Oktober 2006) adalah akibat faktor dinamika atmosfir lokal, akibat terjadinya konvergensi massa udara atau timbulnya pusat-pusat tekanan rendah di daerah tersebut. Dengan demikian beberapa tempat seperti di Seririt, Kota Singaraja dan Sukasada memiliki kerawanan menengah terhadap ancaman badai. Tabel 3. Data sejarah kejadian angin kencang di daerah Bali Waktu Kejadian Penyebab Lokasi Kerusakan Nopember 2005 - Angin kencang merusak di Kayu Buntil, Kota Singaraja 21 Desenber 2005 Tropical. Low Hujan deras dan angin kencang di Badung 23 Desember 2005 Low Pressure Hujan deras dan angin kencang di Badung 7-9 Januari 2006 Badai Clare Angin kencang di Gianyar 18-23 Januari 2006 Badai Daryl Terjangan angin 25-50 km/jam, badai pasir menerjang Pantai Kuta. 27 Januari 2006 Tropical low Hujan deras disertai angin kencang mengguyur Denpasar, pohon besar bertumbangan menimpa rumah dan mobil. 28-31 Januari 2006 Badai Jim Hujan dan badai guntur diikuti angin kencang di Tuban 22 Pebruari 2006 Badai Kate Hujan dan angin kencang di Denpasar dan Negara 23 Pebruari 2006 Badai Carina Hujan dan angin kencang di seluruh pesisir selatan Bali 27 Pebruari 2006 Badai Emma Hujan angin kencang dan badai guntur di Denpasar 5 Maret 2006 - Hujan dan angin kencang merusak di Gelgel, Klungkung 5 Maret 2006 - Hujan dan angin kencang merusak di Canggu, Kuta Utara 5 Maret 2006 - Hujan dan angin kencang merusak di Sayan, Ubud 5 Maret 2006 - Hujan dan angin kencang merusak di Kerambitan, Tabanan 5 Maret 2006 - Hujan dan ngina kencang merusak di Kukuh Marga, Tabanan 5 Maret 2006 - Hujan dan angin kencang merusak di Dangin Tukad Daya dan Negara 5 Maret 2006 - Hujan dan angin kencang merusak di Gilimanuk 11

5 Maret 2006 - Hujan dan angin kencang di Kota Denpasar 5 Maret 2006 - Hujan dan angin kencang merusak di Subagan, Karangasem 22 Mei 2006 - Hujan dan angin kencang merusak di Pelabuhan Buleleng, Kota Singaraja 5 Agustus 2006 - Hujan dan angin kencang merusak di Sambangan, Kecamatan Sukasada, Buleleng 10 Agustus 2006 - Hujan dan angin kencang terjadi di Petang, Badung. 1 Oktober 2006 - Hujan dan angin kencang merusak di Desa Tamblang, Kubutambahan, Buleleng. Sumber: - BMG, 2006 - Harian Nusa Bali, Maret Oktober 2006 12