BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk tetap survive. Dunia kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Pada masa

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta proses globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET NIM. K

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas.salah satu wahana untuk

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan zaman kini, manusia dituntut untuk menunjukkan

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

Persepsi Siswa tentang Pelaksanaan Bimbingan Karir

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

I. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bimbingan dan konseling yang lebih dikenal dengan nama BK adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Individu dengan beragam potensi yang dimilikinya melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

menyumbang calon tenaga kerja terdidik. Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang banyak pengangguran yang berasal dari orang terdidik.

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: NOERMANITA EKASARI

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. suatu jabatan tertentu. Biasanya pekerjaan atau karir ini adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. program studi para siswa (Ruslan,1986:13). Tujuan dari penjurusan (Ruslan, 1986:14), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Pendidikan sudah dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penyaluran dan penempatan siswa pada program peminatan. Program peminatan

EVALUASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMAN 46 JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. didik), dan mengembangkan kemampuan yang meliputi masalah akademik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era globalisasi dan informasi yang ditandai oleh perubahan sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

MENINGKATKAN MINAT MELANJUTKAN STUDI MELALUI BIMBINGAN KARIR DENGAN PENDEKATAN TRAIT AND FACTOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP): MODEL EVALUASI LAYANAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi jembatan untuk mengarungi abad millenium ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memang persoalan besar yang memerlukan perhatian bersama, baik pemerintah, pengusaha, hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pusat bagi kemajuan sebuah bangsa, melalui

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia dalam sebuah Negara. dikembangkan dalam semua aspek kehidupan. Karena itu negara harus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat penting untuk membekali

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi-potensinya agar menjadi pribadi yang bermutu. Sekolah. keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah pasti akan menghadapi penjurusan sesuai dengan yang ada di sekolahnya masingmasing. Pemilihan jurusan ini pun dalam pelaksanaannya ditetapkan oleh berbagai pihak. Ada yang ditetapkan oleh pihak sekolah, ada yang oleh anak yang bersangkutan, ataupun dari pihak orang tua sendiri yang meminta kepada pihak sekolah. Sekolah yang berperan sebagai wadah pendidikan dan pengetahuan, biasanya menetapkan jurusan berdasarkan nilai yang diperoleh setiap siswa dari mata pelajaran yang diberikan. Siswa sendiri biasanya menentukan jurusan yang diinginkan bisa berdasarkan kemauan sendiri, kecenderungan pemilihan dari teman-teman dekat, ataupun arahan dari orang tua atau keluarga. Sedangkan pihak orang tua biasanya berdasarkan dari pengalaman orang tua, pekerjaan orang tua, atau gengsi maupun trend yang sedang terjadi. Sudah menjadi masalah umum yang dialami siswa SMA saat ini mengenai pemilihan jurusan. Memilih jurusan ini menjadi faktor yang penting karena berkaitan dengan masa depan siswa. Permasalahan memilih jurusan di bangku Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah merupakan problematika tersendiri bagi siswa SMA/MA, terutama siswa kelas X semester 2. Sebab pelaksanaan penjurusan bagi setiap siswa dimulai pada semester 1 (satu) kelas XI, untuk 1

penentuan IPA, IPS, Bahasa, dan jurusan lain dilakukan akhir semester 2 (dua) kelas X. Akibat yang fatal dan paling mengkhawatirkan akan muncul adalah siswa ditempatkan pada jurusan yang belum tentu ia minati, belum tentu ia memiliki potensi pada bidang tersebut, ataupun ketidaktahuan dan bahkan keterpaksaan untuk menjalankannya. Tidak jarang, penjurusan siswapun didasarkan pada nilai serta bakat dan minat anak. Belum bisa menjamin nilai yang tinggi menunjukkan minat yang tinggi pula dari seseorang. Belum tentu juga kemampuan seorang siswa dalam mengikuti dan memperoleh hasil yang baik dalam suatu jurusan menunjukkan bakat dari siswa tersebut. Dan sebaliknya, nilai yang jelek belum berarti dia tidak memiliki potensi pada bidang tersebut. Menurut observasi awal peneliti di SMAN 1 Percut Sei Tuan, jika diperhatikan menjelang kenaikan kelas dari kelas X ke kelas XI, ketika siswa mulai dihadapkan pada pemilihan jurusan, tidak sedikit ditemui siswa, bahkan orang tuanya mengalami kebingungan pada saat seperti ini, dan tidak jarang pula akhirnya pemilihan jurusan itupun tidak didasarkan pada perhitungan-perhitungan yang obyektif dan rasional, berakibat siswa menjadi ikut-ikutan teman dekat, siswa memilih jurusan yang tidak diminati, karena berpandangan bahwa jurusan tertentu lebih terkenal dari pada jurusan yang lain. Pada hakikatnya penjurusan diperkenalkan sebagai upaya untuk lebih mengarahkan siswa berdasarkan minat dan kemampuan akademiknya terhadap satu bidang jurusan yang paling cocok dengan karakteristik dirinya. Penjurusan di SMA menjadi penting karena di sinilah peserta didik mengawali sebuah 2

perjalanan menggapai cita-cita. Salah memilih jurusan bisa membuat siswa frustasi dan tentu mengganggu perkembangan kepribadiannya. Pengarahan sejak dini ini dimaksudkan untuk memudahkan siswa memilih bidang ilmu yang akan ditekuninya. Yang penting untuk dipikirkan saat ini adalah apakah penjurusan di SMA sudah efektif, terutama jika dipandang dari sudut kepentingan siswa. Sebagaimana disebutkan dalam UU Sisdiknas 2003 (2008:11) tentang tujuan pendidikan menengah ada 2 arahan yaitu mempersiapkan siswa ke jenjang Perguruan Tinggi, dan untuk terjun ke masyarakat (bekerja). Menurut pemaparan Sukardi (2008:1): Istilah bimbingan konseling sudah sangat popular dewasa ini, dan bahkan sangat penting peranannya dalam sistem pendidikan kita dewasa ini. Ini semua terbukti karena bimbingan konseling telah dimasukkan ke dalam kurikulum dan bahkan merupakan ciri khas dari kurikulum SLTP dan SMU tahun 1975, 1984, dan 1994 di seluruh Indonesia. Pakar bimbingan lain mengungkapkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan secara berkesinambungan dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya Menurut Surya (dalam Sukardi 2008:2). Sedangkan Willis (2010:18) mendefenisikan konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu yang membutuhkannya, agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal, 3

mampu mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah. Bimbingan konseling merupakan bagian integral dari program pendidikan di sekolah. Prayitno (2001:84) salah satu bidang layanan konseling yaitu layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi pribadinya. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 26 ayat 2 (2008:73) mengemukakan bahwa standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sehingga untuk mengatasi masalah pemilihan jurusan ini secara optimal, maka diadakan program layanan penempatan dan penyaluran dalam pemilihan jurusan. Hal ini sejalan dengan argumen Hallen (2005:78): Melalui layanan penempatan dan penyaluran ini memberi kemungkinan kepada siswa berada pada posisi dan pilihan yang tepat, yaitu berkenaan dengan penjurusan, kelompok belajar, pilihan pekerjaan/karir, kegiatan ekstrakurikuler, program latihan dan pendidikan yang lebih tinggi sesuai dengan kondisi fisik dan psikisnya. Hakekat layanan penempatan dan penyaluran ini pada kurikulum SMA memberi tekanan utama pada penyiapan siswa untuk memilih jurusan dan berlanjut kepada dunia kerjanya kelak, disamping tidak menutup kemungkinan 4

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Begitu pentingnya layanan penempatan dan penyaluran di tingkat Sekolah Menengah Atas dalam mengatasi kesulitan-kesulitan memilih jurusan, serta dapat memberikan gambaran dan harapan yang akan dicapai oleh siswa di masa yang akan datang di dunia karirnya, sehingga diharapkan lulusan SMA yang siap kerja dan memiliki sikap kemandirian yang dapat diandalkan serta mampu untuk menghadapi persaingan era globalisasi dan tantangan masa depan. Dengan kondisi yang demikian diharapkan layanan penempatan dan penyaluran terhadap pemilihan jursan di SMA dapat terus terlaksana dan semakin ditingkatkan dari tahun ke tahun ajaran, agar dapat berfungsi secara efektif dan efisien serta mampu meningkatkan human resources (sumber daya manusia) untuk bersaing baik di tingkat nasional maupun internasional. Peserta didik sudah pasti akan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan juga ada yang memilih memasuki dunia kerja ketika mereka sudah lulus dari bangku sekolah. Maka kondisi yang kita ketahui saat ini adalah banyak permasalahan di antara peserta didik mereka belum memahami dengan jelas akan orientasi karir yang baik yang sesuai dengan bakat dan minat mereka. Alas an inilah yang menguatkan perlunya layanan penempatan dan penyaluran diberikan kepada peserta didik dengan tujuan membantu mereka agar memperoleh tempat yang sesuai untuk mengembangkan diri secara maksimal. Bimbingan kelompok termasuk ke dalam salah satu jenis layanan dalam bimbingan konseling. Terdapat beberapa metode atau teknik yang dapat dilakukan dalam bimbingan kelompok. Salah satu teknik tersebut adalah teknik homeroom. 5

Menurut Tohirin (2008:290): Homeroom dilakukan di luar jam pelajaran dengan menciptakan kondisi ruangan atau kelas seperti suasanan di rumah sehingga tercipta kondisi yang bebas dan menyenangkan bagi siswa. Dengan kondisi tersebut siswa dapat mengutarakan perasaannya dengan nyaman seperti di rumah sehingga timbul suasana keakraban. Dijelaskan oleh Romlah (2006:123) teknik homeroom adalah teknik penciptaan suasana kekeluargaan yang digunakan untuk mengadakan pertemuan dengan sekelompok siswa di luar jam-jam pelajaran dalam suasana kekeluargaan, dan dipimpin oleh guru atau konselor. Menurut Winkel & Hastuti (2007:561) juga mengemukakan: Homeroom yaitu di sekolah-sekolah menengah sejumlah siswa yang berasal dari berbagai satuan kelas dan tingkatan kelas, berkumpul di ruang tertentu sebelum pelajaran dimulai dan seseudah pelajaran selesai. Mula-mula pembentukan kelompok ini dimaksudkan untuk mengurus kepentingan administrasi persekolahan, tetapi kemudian mulai dikembangkan sebagai satuan-satuan yang terlibat dalam kegiatan bimbingan kelompok, di bawah tanggung jawab seorang Homeroom teacher. Dengan demikian, atas dasar pemikiran tersebut, merupakan suatu alasan yang sangat mendasar apabila penulis membahas permasalahan tersebut dalam skripsi yang berjudul: Pengaruh Pemberian Layanan Penempatan Dan Penyaluran Melalui Teknik Homeroom Terhadap Pemilihan Jurusan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2012/2013. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 6

1. Masih ditemukan siswa yang bingung tentang pilihan jurusan yang akan dipilih. 2. Masih ada siswa memasuki jurusan yang tidak diminati dan tidak memiliki potensi pada jurusan yang dimasuki. 3. Siswa menentukan jurusannya atas dasar keinginan sendiri karena memiliki pandangan ada satu jurusan tertentu yang terbaik. 4. Masih ada siswa yang memilih jurusannya karena ikut-ikutan teman dekat dan suruhan dari orang tua. 5. Siswa masih bingung apakah jurusan yang dipilih akan sesuai dengan jenjang karirnya di masa depan. 6. Tehnik pemilihan jurusan siswa di sekolah masih ditentukan hanya berdasarkan pada nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran tertentu tanpa melibatkan siswa secara langsung. 7. Proses pemilihan jurusan belum didasarkan pada perhitungan objektif dan rasional dari keadaan siswa yang sebenarnya. 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan untuk mencegah luasnya permasalahan, maka penulis hanya membatasi pokok permasalahan yaitu tentang pengaruh layanan penempatan dan penyaluran melalui teknik homeroom terhadap pemilihan jurusan siswa kelas X SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2012/2013. 7

1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis perlu menuangkan dalam suatu rumusan yang jelas untuk memberikan arah terhadap masalah yang akan diteliti. Adapun rumusan masalah itu adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh layanan penempatan dan penyaluran melalui teknik homeroom terhadap pemilihan jurusan siswa kelas X di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2012/2013? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang penulis kemukakan, maka tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh layanan penempatan dan penyaluran melalui teknik homeroom terhadap pemilihan jurusan siswa kelas X di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2012/2013. 1.6 Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka adapun manfaat dan kegunaan yang diharapkan antara lain: 1. Manfaat Teoritis a. Dengan adanya penelitian ini, akan menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang layanan penempatan dan penyaluran melalui teknik homeroom dalam menuntaskan masalah pemilihan jurusan di SMA. 8

b. Sebagai pengembangan teori layanan penempatan dan penyaluran dengan teknik homeroom dalam menuntaskan pemilihan jurusan di SMA. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan motivasi bagi semua pihak yang ada di lembaga pendidikan yang diteliti penulis. b. Dapat memberikan manfaat dan informasi bagi Guru BK/Konselor maupun kepada semua pihak yang berminat dan aktif dalam ke BK-an yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dalam praktek bimbingan konseling khususnya di bidang layanan penempatan dan penyaluran. 9