BAB IV ANALISIS TERHADAP HISAB RUKYAT WAKTU SALAT ASAR. A. Analisis Kedudukan Bayang-Bayang Matahari Awal Waktu Salat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN

PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky

BAB IV ANALISIS FUNGSI DAN AKURASI JAM MATAHARI PERUMAHAN KOTABARU PARAHYANGAN PADALARANG JAWA BARAT

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

BAB III WAKTU SALAT ASAR MENURUT PERHITUNGAN ASTRONOMIS. menggunakan trigonometri segetiga bola. Secara astronomis ketinggian

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG

BAB IV ANALISIS METODE HISAB WAKTU SALAT DALAM PROGRAM SHOLLU VERSI 3.10

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

JADWAL WAKTU SALAT PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS UJI VERIFIKASI PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT ZUBAIR UMAR AL-JAILANI DALAM KITAB AL-KHULASAH AL-WAFIYAH

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016

METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT

BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER. 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis

BAB IV ANALISIS HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM PROGRAM JAM WAKTU SALAT LED. A. Algoritma penentuan awal waktu Salat dalam Program Jam Waktu

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

BAB I PENDAHULUAN. sebagai a little mosque on the tundra oleh media Kanada, menjadi

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya:

BAB IV ANALISIS METODE RASHDUL KIBLAT BULAN AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI U AL-ADILLAH

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

BAB I PENDAHULUAN. benda-benda langit saat ini sudah mengacu pada gerak nyata. Menentukan awal waktu salat dengan bantuan bayang-bayang

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH, IRSYÂD AL-MURÎD, DAN ṠAMARÂT AL-FIKAR KARYA AHMAD GHOZALI

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

BAB IV ANALISIS METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA MASJID AGUNG SURAKARTA

MAKALAH ISLAM Waktu Praktis Penentuan Arah Kiblat

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN HISAB ARAH KIBLAT KH. NOOR AHMAD SS DALAM KITAB SYAWAARIQUL ANWAAR

BAB IV ANALISIS ASTRONOMI HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB SYAWĀRIQ AL-ANWĀR

)فتح الباري البن حجر - ج / 2 ص 311(

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

BAB IV AKURASI METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO JAWA TIMUR

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA

BAHAN AJAR ILMU FALAK I. Dosen Pengampu : H. ACHMAD MULYADI, M.Ag. ajar Ilmu Falak 11

BAB IV ANALISIS METODE AZIMUTH BULAN SEBAGAI ACUAN PENENTUAN ARAH KIBLAT. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimuth Bulan

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB ARAH KIBLAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN IRSYÂD AL- MURÎD

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN LINGKARAN JAM TANGAN ANALOG. A. Prinsip Penentuan Arah Kiblat dengan Menggunakan Lingkaran Jam

BAB II HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN ARAH KIBLAT

BAB III PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAH 2013

BAB III METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Sejarah Intelektual Slamet Hambali

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA DALAM KITAB SYAWARIQ AL-ANWAR

BAB IV ANALISIS TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID AGUNG BANTEN. A. Analisis terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Banten

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

(Fenomena Matahari di Atas Ka bah) Pandapotan Harahap NIM: Abstrak

BAB IV UJI KOMPARASI DAN EVALUASI QIBLA LASER SEBAGAI ALAT PENENTU ARAH KIBLAT. A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Qibla Laser Setiap Saat Dengan

MENYAMBUT ISTIWA UTAMA 16 JULI 2013 ; AYO LURUSKAN ARAH KIBLAT KITA!

BAB I PENDAHULUAN. beraktifitas pada malam hari. Terdapat perbedaan yang menonjol antara siang

BAB III METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT ISTIWAAINI DAN THEODOLITE. 5 Agustus 1954 di sebuah desa kecil bernama Bajangan, kecamatan

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus

BAB IV ANALISIS HISAB ARAH KIBLAT MUHAMMAD KHUMAIDI JAZRY DALAM KITAB AL-KHULASHAH FI AL-AWQAT AL-SYAR IYYAH BI AL-LUGHARITMIYYAH

BAB III PENENTUAN WAKTU SHALAT PADA KALENDER NAHDATUL ULAMA TAHUN Sejarah singkat tentang NAHDATUL ULAMA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEDOMAN PRAKTIS PENENTUAN ARAH KIBLAT KARYA M. MUSLIH HUSEIN

BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH

BAB III PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA DALAM. pada hari Kamis Kliwon, tanggal 14 Desember 1932 M/ 19 Rajab 1351 H.

BAB V PENUTUP. beberapa kesimpulan yang akan penulis uraikan. 1. Perhitungan Awal Waktu Salat dalam Aplikasi Digital Falak

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG ARAH KIBLAT

KUMPULAN SOAL & PEMBAHASAN OSK OSP OSN DLL KOORDINAT BENDA LANGIT (By. Mariano N.)

MENGENAL SISTEM WAKTU UNTUK KEPENTINGAN IBADAH

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah

SISTEM KOORDINAT GEOGRAFIK

BAB III DALAM PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA. Radjo adalah salah seeorang ahli falak kelahiran Bukittinggi (29 Rabi ul Awal

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TERJADINYA GERHANA DENGAN RUBU AL-MUAJAYYAB. A. Analisis Perhitungan terjadinya Gerhana dengan Rubu al-mujayyab

JADWAL SHALAT WAKTU SHALAT DALAM PERSPEKTIF SYAR I DAN ASTRONOMI 21/05/2011 HISAB DAN DASAR PENENTUAN. Mempersembahkan : Oleh : Mutoha Arkanuddin

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet

RANCANG BANGUN INDIKATOR JAM SHOLAT ABADI MENGGUNAKAN ATMEL 89S52

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS

DAFTAR PUSTAKA. Abu Al Izz Al Hamadaniy, Al Husain bin, Al gharib fi I rab Al Qur ani, Qatar: Daar Al- Tsaqafah, juz I,

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ALGORITMA EQUATION OF TIME JEAN MEEUS DAN SISTEM NEWCOMB

Meridian Greenwich. Bujur

PENENTUAN AWAL AKHIR WAKTU SHOLAT

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H

BAB I PENDAHULUAN. banyak manfaatnya dalam kehidupan praktis. Berbagai aspek kehidupan dan

BAB III PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG WAKTU SALAT DI DAERAH KUTUB. A. Biografi Intelektual Saadoe ddin Djambek

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2

BAB I PENDAHULUAN. wajib dilakukan oleh setiap orang muslim dan menjadi persoalan yang

Shubuh Terlalu Dini; Bukti Empiris

BAB IV ANALISIS AWAL WAKTU SHUBUH. A. Analisis Konsep Fajar Shadiq dalam Perspektif Fiqh dan Ketinggian. Matahari dalam Perspektif Astronomi

MEMBUAT PROGRAM APLIKASI FALAK DENGAN CASIO POWER GRAPHIC fx-7400g PLUS Bagian II : Aplikasi Perhitungan untuk Penggunaan Teodolit

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh tubuhnya ke arah Ka bah yang berada di Masjidil Haram, karena

JADWAL WAKTU SALAT ABADI

BAB IV UJI KELAYAKAN DAN VERIFIKASI PANTAI PASIR PUTIH SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

Transkripsi:

64 BAB IV ANALISIS TERHADAP HISAB RUKYAT WAKTU SALAT ASAR A. Analisis Kedudukan Bayang-Bayang Matahari Awal Waktu Salat Asar Beberapa Tempat di Kabupaten Semarang Penentuan salat lima waktu memerlukan pengetahuan posisi matahari dan posisi geografis tempat di bumi, karena jadwal ibadah salat lima waktu itu merentang dalam satu hari dan menaut dengan fenomena astronomi. 1 Dalam penentuan jadwal waktu salat data astronomis terpenting adalah posisi matahari dalam koordinat horizon, terutama ketinggian atau jarak zenith. Sedangkan untuk daerah-daerah pegunungan harus diperhitungkan waktu syuruq dan maghrib karena ada koreksi khusus bagi ketinggian diatas daerah sekeliling. Hal ini disebabkan persoalan syuruq dan ghurub dipengaruhi oleh kedudukan ufuk mar i, kerendahan ufuk itu mengakibatkan matahari kelihatan lebih cepat terbit dan lebih lama terbenamnya 2 Masing-masing salat fardhu mempunyai batas-batas waktu tertentu untuk mengerjakannya, dengan kata lain setiap salat fardhu harus 1 Tarmi dkk, Islam untuk Disiplin lmu Astronomi, Jakarta : Departemen Agama, 2000, hlm 172 2 Saadoeddin Djambek, pedoman waktu salat sepanjang masa, Jakarta : Bulan Bintang, 1947, hlm 19

65 dikerjakan pada waktu-waktu yang telah ditentukan oleh syara, yang telah ditegaskan dalam firman Allah surat Al-Nisa ayat 103 3 Dari beberapa pendapat ulama tentang masuknya awal waktu Asar, penulis telah melakukan penelitian dengan metode dua perhitungan yaitu klasik dan kontemporer, meskipun metode dan alat yang digunakan dalam perhitungan klasik masih sangat sederhana yaitu Rubu Mujayyab. Namun hasil yang diperoleh tidak telalu jauh dengan metode perhitungan yang kontemporer, meskipun ada perbedaan itu pun hanya sedikit hal ini disebabkan perhitungan yang diselesaikan dengan menggunakan daftar logaritma maupun Rubu' hasilnya kurang halus dengan adanya pembulata angka invers dari daftar logaritma, serta ketidak tepatan pembagian menit dan detik pada Rubu' Mujayyab. Sehingga hasil perhitungan berbeda dengan metode kontemporer. Tabel perhitungan system klasik dan kontemporer Sistem kontemporer (Ephemeris) Sistem klasik (Rubu Mujayyab) Lintang (φ) 07 00 LS Lintang 06 59 LS Bujur (λ) 110 24 BT Bujur 110 24 BT Deklinasi (δ) -23 23 50 Deklinasi 22 51 00 Eqution of time -0 0 6 Bu dul Quthur 2 42 00 Bujur Daerah 105 (WIB) Ashal Muthlaq 54 4 00 3 Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN Pusat, Ilmu Fiqih, Jakarta : Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1982, Hlm 90

66 Nisful Fudhlah 2 58 00 Waktu Asar pk 15 j 07 m 00 d WIB Pkl 14 j 52 m 36 d Namun jika dilihat dari hasil perhitungan, perhitungan dengan menggunakan alat Rubu Mujayyab sudah bagus karena alat ini juga sudah bisa menentukan arah kiblat, selain itu Rubu Mujayyab adalah alat paling sederhana walaupun masih terbuat dari bahan yang sederhana akan tetapi tingkat keakuratannya tidak jauh dengan alat yang sudah lebih modern karena dalam Rubu Mujayyab ini juga dilengkapi beberapa bagian yang menggunakan istilah Arab, dan cara penghitungannya pun tidak begitu sulit karena juga dilengkapi dengan istilah matematika seperti sinus (Jaib) dan cosinus(jaib al-tamam.) Hal ini juga tidak terlepas dari cara perhitungan penentuan awal waktu salat, seperti yang telah dijelaskan pada bab III yang menjelaskan beberapa metode perhitungan awal waktu salat, bahwasanya cara penentuan awal waktu salat sangat beragam, akan tetapi masing-masing metode mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing Di bawah ini adalah gambar hasil penelitian di beberapa tempat di Semarang dengan menggunakan metode Ephemeris karena data-data dalam metode ini yang lebih akurat untuk masa sekarang, dimana data deklinasi dan equationnya ada pada setiap jamnya.

67 Di bawah ini gambar hasil penelitian terhadap bayang-bayang matahari awal waktu Asar didataran tinggi daerah Semarang yaitu desa Batur Kec.Getasan Gambar waktu kulminasi untuk daerah Gambar di mana bayang benda Tinggi di Semarang yaitu daerah Batur menunjukkan waktu salat Asar Gambar ketika bayang-bayang benda masuk waktu kulminasi menurut jam GPS Gambar dimana bayang-bayang benda menunjukkan waktu ahsar yaitu pukul 14.42.

68 Dengan panjang bayangan waktu kulminasi 5 cm dan panjang tongkat 16 cm maka masuk salat Asar ketika bayang 20 cm dan hal ini menunjukkan bahwa waktu salat Asar mengikuti pendapat Imam Syafi i yaitu ketika panjang bayangan sama dengan bendanya. Gambar bayangan maatahari ketika dua kali bayangannya yaitu pukul 15.32 Bayangan yang ditampilkan diatas yaitu menurut perhitungan kontemporer yaitu dengan metode Ephemeris karena metode ini adalah metode yang akurat untuk saat ini yang dilengkapi dengan data-data deklinasi matahari dan Equation of Time pada setiap jamnya sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. Dari hasil penelitian dan foto gambar di atas kedudukan bayangbayang matahari antara daerah dataran tinggi dan rendah di Semarang tidak ada perbedaan, yaitu lebih condong terhadap pendapat Imam Syafi i, hanya

69 saja bayang-bayang lebih bergeser antara daerah dataran tinggi dan rendah akan tetapi tetap sejajar. Pendapat Imam Hanafi juga tidak bisa disalahkan karena kemungkinan pendapat Hanafi berlaku di daerah kutub, karena pendapat Hanafi juga mempertimbangkan untuk daerah-daerah tidak normal sehingga untuk pendapat ini tidak bisa diuji didaerah-daerah yang panjang siang dan malamnya seimbang. alasan pendapat Imam Hanafi juga mempertimbangkan daerah-daerah kutub 4, dimana matahari pada awal Zuhur tidak begitu tinggi kedudukannya di langit dan dalam keadaan demikian bayang-bayang memanjang lebih cepat dari pada ketika matahari pada tengah hari berkedudukan tinggi di langit seperti di negeri kita. Jika kita menggunakan pendapat Syafi i sebagai syarat masuknya awal waktu Asar maka masuknya waktu Asar akan lebih cepat dan akibatnya waktu Zuhur menjadi terlalu pendek dan waktu Asar akan terlau panjang. Sedangkan menurut pendapat Imam Hanafi 5 masuknya awal waktu Asar itu ketika bayang-bayang benda tersebut ditambah dengan bayang Zuhur atau dua kali bayangan dari benda, ketika diterapkan didaerah normal melebihi dari waktu Asar yang telah dihitung dengan data-data astronomis, bayangan benda itu tepat dua kali yaitu ketika pukul 15.32 sehingga jelas bahwa bayang-bayang matahari awal waktu salat Asar untuk daerah normal lebih condong terhadap pendat imam Syafi i, dan untuk pendapat imam 4 Sa adoeddin Djambek, Shalat Dan Puasa Di Daerah Kutub, Jakarta : Bulan Bintang, t,t hlm 9 5 Syamsudin Sarakhsi, Kitab Al-Mabsuth Juz 1-2, Beirut Libanon : Darul Kitab Al- Ilmiyah, hlm 143

70 Hanafi belum bisa diterapkan didaerah yang siang dan malamnya normal (seimbang). Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Awal waktu Asar untuk daerah normal lebih condong terhadap pendapat Imam Syafi i sedangkan untuk pendapat hanafi belum bisa dibuktikan di daerah normal, akan tetapi masing-masing pendapat ini mempunyai kelemahan dan kekurangan masing-masing. Pada bab II telah dijelaskan beberapa kriteria dalam penentuan waktu salat Asar dan juga penyebab adanya perbedaan pendapat tentang awal waktu Asar. B. Analisis Uji Akurasi Waktu Salat Asar secara Astronomi Secara astronomi masih ada kesulitan mendefinisikan salat Asar yang dikenal sehingga definisi waktu salat Asar secara astronomi adalah waktu persis tengah-tengah antara Zuhur dan maghrib. 6 Dari analisis penulis setelah adanya Uji terhadap bayang-bayang matahari awal waktu salat Asar secara astronmi atau menguji secara langsung terhadap kedudukan matahari, waktu salat Asar yaitu ketika bayang-bayang matahari pada saat kulminasi sama ditambah dengan panjang tongkat Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji akurasi bayang-bayang matahari awal waktu salat yang sesuai dengan kedudukan matahari dan pengamatan secara langsung terhadap posisi matahari, menunjukkan bahwa yang sesuai adalah pendapat Imam Syafi'i 6 Tarmi dkk, Op cit, hlm 171

71 قال الشافعى رمحه اهلل تعاىل ووقت العصر ىف الصيف اذا جاوز الظل كل 7 شيء مثله بشيء ماكان وذلك حني ينفصل من اخر وقت الظهر Imam Syafi i berkata waktu Asar dalam musim panas yaitu ketika bayangan benda sama dengan bendanya atau satu kali bayangan benda sampai ketika habisnya waktu Zuhur Awal waktu ketika bayang-bayang tongkat panjangnya sama dengan panjang bayangan waktu tengah hari ditambah satu kali panjang tongkat sebenarnya. Kedudukan bayang-bayang matahari ada disebalah utara karena deklinasi selatan negatif, ketika kulminasi panjang bayang-bayang ketika bayang-bayang matahari berimpit dengan tongkat yaitu ketika matahari berkulminasi tepat di atas tongkat atau tepat di atas Zenith manakala data lintang tempat sama dengan data deklinasi yaitu ketika Matahari terbit tepat di titik Timur dan ghurub tepat di titik Barat hanya dua kali setahun yaitu pada 21 maret dan 23 september di kawasan khatulistiwa. Pada kedua tanggal ini matahari akan melintasi tepat di zenith (titik atas kepala) ketika istiwa dan tiada bayang bagi objek tegak ketika keadaan seperti itu. Seperti halnya ketika lintang Mekkah 21 25 dan deklinasi 21 25 sehingga pada saat itu matahari behimpit dan waktu kulminasi tidak ada bayangan 8. Matahari akan terbit ke utara dari titik Timur setelah dari tanggal 21 Maret dan mencapai maksimum pada tanggal 22 Juni. Pada taanggal ini matahari tidak melintasi di atas kepala ketika istiwa, ia akan berada jauh ke 7 Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Idris Asy-Syafi I, Al-Umm, Beirut-Libanon : Dar Al-Kitab, Juz I, t.th, hlm 153 8 Ahmad izzudddin, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab Rukyah Dan Solusi Permasalahnnya), Semarang : Komala Grafika, 2006, hlm 44

72 utara. Setelah 22 Juni kemudian bergerak menuju ke selatan dan melintasi garis khatulistiwa semula pada 23 september. Setelah 23 september matahari akan bergerak ke selatan dari titik timur9 22 Jun 23 sept Bumi 21 Mac Matahari 22 Des Gambar Pergerakan matahari setahun di dalam peredarannya 10 Pergerakan matahari ini juga akan mempengaruhi hasil dari bayang benda, ketika deklinasi positif atau deklinasi matahari utara maka bayangbayang benda yang dihasilkan akan berada disebelah selatan benda, karena matahari berada disebelah utara titik zenith dan ketika data lintang sama dengan data deklinasi maka waktu kulminasi tidak ada bayangan karena matahari tepat dititik zenith. Dan deklinasi tiap hari terus berubah karena peredaran mataharinya terus berputar. 9 Makalah yang ditulis oleh Dr(H) Kassim b. Bahali, Balaicerap Al-Khawarizmi Jabatan Mufti Negeri Melaka, tentang Tafsiran Waktu Solat Dari Sudut Astronomi 10 Penjelasan bapak Drs Slamet Hambali dalam mata kuliah kaidah-kaidah falakiyah semester 1 di M1

73 Dari hasil penelitian dengan menggunakan alat yang sangat sederhana dan ketika deklinasi matahari selatan (negatif) menunjukkan bahwa uji akurasi dari sisi Astronomi terhadap awal Waktu salat Asar adalah setelah tergelincir matahari meneruskan perjalanannya arah ke barat dan bayang-bayang tongkat tadi makin bertambah panjang. Bila panjang bayangbayang itu sudah bertambah dengan satu kali tongkat itu sendiri. Ketika bayang-bayang waktu kulminasi ditambah dengan panjang tongkat sehingga masuk waktu salat Asar. Dan mengambil dasar memperhitungkan dua kali panjang tongkat yaitu beberapa Negara Eropa dimaksudkan untuk mengatasi masalah panjang bayangan pada musim dingin 11. Sehingga pendapat Imam Hanafi tetap digunakan ketika untuk mengatasi musim dingin yang tidak ada baayngbayang matahari. Sedangkam Badan Hisab Rukyat Kementrian Agama RI merumuskan waktu salat Asar menggunakan rumusan = panjang bayangan waktu Asar = bayangan waktu Zuhur + tinggi bendanya; Cotan ha = 1 + tan Zmt. 12 Dari rumusan yang telah drumuskan oleh Kementrian Agama ini diharapkan tidak ada perbedaan lagi, dan bisa memberikan solusi terhadap masyarakat yang merasa kebingungan ketika menerima jadwal waktu salat yang hasilnya berbeda-beda. 11 Departemen Agama RI. Loc Cit, hlm 29 12 Ibid, hlm 29

74 Banyaknya Perbedaan pendapat ulama tentang masuknya waktu waktu salat itu adalah hal yang wajar karena masing-masing punya dasar hukum dan alasan masing-masing akan tetapi para ulama sepakat bahwa tidak boleh melakukan salat sebelum waktu sesuai dengan dasar firman Allah : Artinya: Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. Al- Nisa : 103) Sehingga dengan adanya dasar hukum di atas menunjukkan bahwa melaksanakan salat harus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh nas-nas Al-Qur an dan Hadits. Pendapat Imam Syafi i jika diaplikasikan dalam rumus perhitungan waktu salat Asar, perhitungan awal waktu Asar menurut pendapat Imam Syafi i untuk kota Semarang pada tanggal 25 Desember 2010, dengan menggunakan data-data Ephemeris Data-data perhitungan waktu salat : Lintang tempat (φ) : 7 00 LS Bujur Tempat (λ) : 110 24 BT Deklinasi : -23 23 50 Eqution Of time : -0 0 6 Bujur Daerah : 105 (WIB), atau120 (WITA), atau 135 (WIT)

75 1. Menentukan Awal Waktu Asar Menurut Imam syafi i a. Menentukan jarak zenith Matahari pada saat di Meridian (zm) pada saat awal dhuhur/zawal dengan rumus : zm = D m LT Dengan catatan zm harus selalu positif, kalau negatif harus dirubah menjadi positif Rumus : zm = D m LT zm = -23 23 50 (- 07 o 00 ) Hasilnya: 16 23' 50" b. Kedua menentukan tinggi matahari untuk Awal Asar (ha) dengan rumus : Cotan h 0 = tan zm + 1 Contoh perhitungan: Rumus : Cotan h 0 = tan zm + 1 Cotan h 0 = tan 16 23' 50" + 1 Hasilnya: 37 41' 28.03" c. Menentukan sudut waktu Matahari (t o ) dengan menggunakan rumus Cos t o = sin h 0 : cos LT : cos D m - tan LT x tan D m Contoh perhitungan: Rumus : Cos t 0 = sin h 0 : cos LT : cos D m tan LT x tan D m

76 Cos t 0 = sin 37 41' 28.03" : cos - 07 0 00' : cos -23 23 50 tan - 07 0 00' x tan -23 23 50 Hasilnya: t o = 51 49' 31.87" : 15 Hasilnya: 3 j 27 m 18.12 d d. Menentukan Awal Waktu Asar pk 12 + (t o : 15) Rumus : pk 12 + (t o : 15) Pkl 12 + 3 j 27 m 18.12 d Hasilnya : 15 j 27 m 18.12 d WH WH - (e) + ((BD- BT) : 15) 15 j 27 m 18.12 ( -0 0 6 ) + ((105 110 24 ) : 15 Hasilnya 15 j 05 m 48,12 d WIB Sedangkan untuk pendapat Imam Hanafi jika diaplikasikan dalam rumus awal waktu salat Asar untuk kota Semarang Tanggal 25 Desember 2010. 2. Menentukan Awal Waktu Asar Menurut Imam Hanafi a. Menentukan jarak zenith Matahari pada saat di Meridian (zm) pada saat awal dhuhur/zawal dengan rumus : zm = D m LT Dengan catatan zm harus selalu positif, kalau negatif harus dirubah menjadi positif

77 Rumus : zm = D m LT zm = -23 23 50 (- 07 o 00 ) Hasilnya: 16 23' 50" 3. Kedua menentukan tinggi matahari untuk Awal Asar (ha) dengan rumus : Cotan h 0 = tan zm + 2 Contoh perhitungan: Rumus : Cotan h 0 = tan zm + 2 Cotan h 0 = tan 16 23' 50" + 2 Hasilnya: 23 33' 03.35" 4. Menentukan sudut waktu Matahari (t o ) dengan menggunakan rumus Cos t o = sin h 0 : cos LT : cos D m - tan LT x tan D m Contoh perhitungan: Rumus : Cos t 0 = sin h 0 : cos LT : cos D m tan LT x tan D m Cos t 0 = sin 23 33' 33.05" : cos - 07 0 00' : cos -23 23 50 tan - 07 0 00' x tan -23 23 50 Hasilnya: t o = 67 19' 29.62" : 15 Hasilnya: 4 j 29 m 17.97 d 5. Menentukan Awal Waktu Asar pk 12 + (t o : 15)

78 Rumus : pk 12 + (t o : 15) Pkl 12 + 4 j 29 m 17.97 d Hasilnya : 16 j 29 m 17.97 d WH WH - (e) + ((BD- BT) : 15) 16 j 29 m 17.97 d ( -0 0 6 ) + ((105 110 24 ) : 15 Hasilnya 16 j 07 m 47.97 d WIB Tabel Hasil Perhitungan awal waktu salat Asar menurut pendapat Imam Syafi i dan Imam Hanafi Data perhitungan Pendapat Imam Syafi i Pendapat Imam Hanafi Lintang tempat (φ) 7 00 LS 7 00 LS Bujur Tempat (λ) 110 24 BT 110 24 BT Equation of time -0 0 6-0 0 6 Deklinasi (δ) -23 23 50-23 23 50 Bujur daerah 105 (WIB) 105 (WIB) Awal Waktu Asar 16 j 29 m 17.97 d WH 16 j 29 m 17.97 d WH 15 j 05 m 48,12 d WIB 16 j 07 m 47.97 d WIB