ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKARAN BURUNG PARKIT (Melopsittacus undulatus)

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

Enceng Sobari. Trik Jitu menangkarkan Lovebird. Sang Burung Primadona

Burung Kakaktua. Kakatua

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD

Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan Usaha Peternakan. Faktor Lingkungan Makro. Faktor Lingkungan Mikro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rotschildi)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BISNIS PEMBESARAN MURAI BATU SEBAGAI SARANA MENUJU MAHASISWA MANDIRI BIDANG KEGIATAN: PKM-K.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. sangat baik, karena produk yang dihasilkan mempunyai nilai gizi yang tinggi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Karya Ilmiah Peluang Bisnis

MATERI DAN METODE. Materi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

Penyiapan Mesin Tetas

I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan yang semakin luas,

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes

Itik Petelur - Itik Indian Runner (Malaysia dan Cina) - Itik Khaki Cambell (Inggris) - Itik lokal tersebar di Indonesia (Itik Cirebon, Itik Tegal, Iti

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Usaha Peternakan dalam Undang-Undang Pokok kehewanan, Undang-Undang

Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

Cara Ternak Jangkrik

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

Bentuk Interaksi Kakatua Sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata) di Habitatnya. Oleh : Oki Hidayat

Libatkan Mahasiswa, FKH UNAIR Ternakkan Iguana Hingga Belasan Ekor

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

HUBUNGAN SISTEM MANAJEMEN PRODUKSI TERHADAP ANALISIS USAHA PETERNAKAN TELUR TETAS ITIK MOJOSARI DI MODOPURO

TEKNIK PENGELOLAAN DAN PENILAIAN KESEJAHTERAAN MURAI BATU (Copsychus malabaricus Scopoli, 1788) DI MEGA BIRD AND ORCHID FARM, BOGOR, JAWA BARAT

MATERI DAN METODE. Materi

TUGAS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS. NAMA :HERNANTO SETYAWAN NIM : KELAS :S1-Si-2L

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

2 c. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 461/Kpts-II/1999 telah ditetapkan Penetapan Musim Berburu di Taman Buru dan Areal Buru; b. ba

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI TENTANG PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN PEMBERDAYAAN USAHA EKONOMI TERPADU WANITA PERDESAAN DI PROVINSI BALI

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

STUDI TEKNOLOGI PAKAN PADA USAHA TERNAK PUYUH PETELUR

TEKNIK PEMELIHARAAN DAN PERILAKU HARIAN NURI BAYAN (Eclectus roratus Muller 1777) DI MBOF DAN ASTI, BOGOR AJRINI SHABRINA

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

IV. METODE PENELITIAN

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)

BUDIDAYA TERNAK ITIK Oleh : Sapto Waluyo

Brooding Management. Danang Priyambodo

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp , ; Fax Bogor 2 Balai Penelitian Kehutanan Kupang

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

II. TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah burung

PENGARUH JUMLAH TELUR TERHADAP BOBOT TELUR, LAMA MENGERAM, FERTILITAS SERTA DAYA TETAS TELUR BURUNG KENARI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

BAB III METODE PENELITIAN

Dewasa ini pada krisis ekonomi di Indonesia, budidaya Jangkrik atau Liogryllus Bimaculatus sangat gencar, begitu juga dengan seminar-seminar yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keterkaitan dan ketergantungan dengan hutan dalam. pemenuhan bahan pangan langsung dari dalam hutan seperti berburu hewan,

Transkripsi:

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKARAN BURUNG PARKIT (Melopsittacus undulatus) Oleh: Rizki Kurnia Tohir Rizki Amalia Adinda Putri Priyatna Windya Giri E34120028 E34120047 E34120074 DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Usaha penangkaran burung masih terbuka lebar untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini terkait kebutuhan akan burung ini yang terus meningkat dan tetap eksis di pasaraan. Burung yang memiliki warna yang indah ini relatif mudah diternakkan dibanding burung lainnya, semisal lovebird, kenari atau murai batu. Penggemar burung ini tidak pernah surut baik itu hanya untuk penghias rumah ataupun untuk ditangkarkan kembali. Burung Parkit (Melopsittacus undulates) memiliki ciri khas corak bulu yang bergelombang dan tubuh berukuran 18 cm. Bulu badan parkit memiliki warna dasar hijau tua, pada bagian ekor berwarna gelap kebiruan, pada bagian kepala berwarna kuning terang dan pada bagian sayap berwarna kekuningan dengan sapuan warna hitam berbentuk gelombang. Keindahan warna dan sura pada burung parkit menjadi daya tarik utama penghobi burung untuk memelihara burung ini. Sehingga prospek dari penjualan dan penangkaran burung ini menjadi tinggi. Banyaknya permintaan akan burung parkit ini menyebabkan modal yang harus diadakan untuk penangkaran burung parkit ini cukup besar. Besarnya modal sebanding dengan besarnya resiko yang mungkin akan dihadapi, sehingga dibutuhkan perencanaan yang matang dan pengetahuan dalam usaha penangkaran burung parkit. Adanya perencanaan usaha penangkaran akan menekan resiko buruk yang mungkin akan dihadapi, sehingga adanya analisisn kelayakan usaha penangkaran burung parkit ini menadi sangat penting. Masalah yang akan dikaji yaitu bagaimana kelayakan investasi usaha penangkaran burung parkit ditinjau dari aspek kelayakan teknis, manajemen ekologi (lingungan), hukum, lingkungan sosial dan finansial. 2. Tujuan Mengetahui kelayakan usaha penangkaran burung parkit melalui aspek aspek dalam studi kelayakan proyek yaitu aspek kelayakan teknis, manajemen ekologi (lingungan), hukum, lingkungan sosial dan finansial.

METODE PENELITIAN 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 6 Juni 2015 di Perpustakaan Insitut Pertanian Bogor 2. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan sebagai bahan analisis dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder yaitu hasil hasil penelitian lain dan internet. 3. Metode Analisis Data Data dianalisis dengan metode kualitatfi dan kuantitatif. Analisis dilakukan terhadap aspek aspek dalam studi kelayakjan proyek yaitu aspek pasar dan pemasaran, tekis, manajemen operasional, finansial, hukum, dan lingkungan sosial.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. KELAYAKAN TEKNIS Habitat adalah kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembangbiaknya satwaliar. Habitat terdiri atas komponen fisik (air, udara, iklim, topografi, tanah dan ruang) dan komponen biotik (vegetasi, mikro dan makro fauna serta manusia) yang membentuk sistem yang dapat mengendalikan kehidupan satwaliar dan saling berinteraksi Pakan burung di penangkaran yang baik haruslah memenuhi kebutuhan gizi seimbang yang diperlukan oleh burung seperti di alam. Pakan diberikan dalam jumlah secukupnya yang diberikan 2 kali sehari, yaitu pada pagi hari setelah sangkar dibersihkan dan siang hari, pakan disajikan pada nampan-nampan plastik atau ditancapkan pada kayu tenggeran yang telah dilengkapi dengan paku-paku atau kait-kait, tempat minumnya dari sebuah bak atau kolam kecil yang airnya diganti dan dibersihkan minimal satu kali sehari. Kesehatan dapat diperhatikan dengan cara membersihkan kotoran burung dalam sangkar, memberikan suplemen vitamin dan mineral yang diberikan secara teratur dan adanya pemeriksaan yang rutin dilakukan paling tidak tiga hari sekali. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam peletakkan lokasi penangkaran burung antara lain berada pada tempat yang bebas, jauh dari keramaian dan kebisingan, berada pada tempat yang mudah diawasi dan mudah dicapai, tidak terganggu oleh polusi udara (debu,asap,bau gas), tidak berada pada tempat yang lembab, becek dan tergenang air, terisolasi dari pengaruh binatang atau ternak lain. Menurut Prahara (1999), minimal 70 % dari kandang harus merupakan ruang terbuka dan dapat ditembus oleh sinar matahari. Sinar matahari sangat penting untuk proses reproduksi karena dalam proses reproduksi membutuhkan intensitas sinar matahari yang cukup untuk mengerami telurnya sampai pada masa perawatan anak (Zaky 2006). Selain itu, menurut Prijono dan Handini (1998), sinar matahari pagi berfungsi membantu pembentukan vitamin D, dapat membunuh kuman penyakit, dan akan mengurangi kelembaban di dalam kandang. Kandang yang lembab akan mempermudah penyebaran kuman penyakit.

Adanya perlengkapan di dalam kandang sangat berperan penting agar burung dapat merasa nyaman seperti berada di habitat alaminya dan dapat terhindar dari stres akibat perubahan habitat. Perlengkapan yang ada di kandang di sesuaikan dengan kebutuhan yang biasa di lakukan oleh burung. Limbah yang dihasilkan dari penangkaran burung padat yang berasal dari pakan sisa, yang berupa jagung, kuaci, kacang tanah, pepaya, kulit pisang, daun pepaya, dan tauge. Selain itu, limbah padat dihasilkan dari feses burung. Limbah-limbah ini kemudian didistribusikan ke penampungan terakhir yang terletak di dekat penangkaran dan diolah menjadi pupuk untuk tanaman-tanaman buah yang terdapat di penangkaran. Suatu penangkaran dikategorikan berhasil apabila satwa yang ditangkarkan dapat menghasilkan keturunan. Pemilihan bibit (calon induk) yang berkualitas di dalam penangkaran sangat dibutuhkan agar dapat menghasilkan keturunan yang yang baik. Keturunan yang dihasilkan memiliki harapan hidup yang tinggi dibanding dengan mortalitasnya. Parkit yang akan diternakan berusia minimal satu tahun untuk jantan dan 8 bulan untuk burung betina agar proses perjodohan dan perkawinan bisa lancar sesuai dengan keinginan kita. Bantuan dalam masalah perjodohan maupun percepatan proses perkawinan, pasangan parkit tersebut bisa diberikan dengan suplemen khusus penangkaran yaitu Bird Mature. Sepasang burung yang sudah siap ditangkarkan tersebut disimpan dalam kandang ternaknya baik itu dikandang aviary ataupun didalam kandang harian atau juga kandang batere. Kandang penangkaran yang digunakan bisa menggunakan kandang aviary jika parkit tersebut berjumlah lebih dari satu pasang atau menggunakan kandang ternak. Kotak sarang yang digunakan adalah glodok yang berukuran kecil, dengan alas dari permukaannya memiliki cekungan yang akan digunakan sebagai tempat bertelurnya, masukan juga beberapa cukilan bekas serutan kayu kedalam kotak sarang atau glodok tersebut. Penempatan kotak sarang / glodok ini bisa diposisikan didalam kandang ataupun diluar kandang untuk memudahkan pengontrolan terhadap telur dan anak-anaknya.

a). Gambar kandang parki b). Penempatan kandang penangkaran & kotak sarang c). Kotak sarang atau glodok parkit 2. KELAYAKAN SOSIAL DAN BUDAYA Dari sisi sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu penangkaran yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial, mislanya mengenai penciptaan kesempatan lapangan pekerjaan. Analisis penangkaran akan mempertimbangkan secara teliti pengaruh yang akan menimbulkan kerugian suatu penangkaran pada golongan tertentu dalam daerah daerah tertentu (Gittinger 2001). Aspek sosial dapat menyakut kepada pekerja yang terkait, dalam penangkaran ini dapat melibatkan masyarakat setempat dimana lokasi penangkaran dibangun dan tentu saja memperhatikan kesejahteraan bagi pekerja dengan memberikan perlakuan dan upah yang layak.

3. KELAYAKAN EKOLOGIS (LINGKUNGAN) Kelayakan ekologis perlu diperhatikan agar terciptanya rasa nyaman pada burung parkit yang diternakan. Terdapatnya kolam air untuk menciptakan iklim lembab sekitar penangkaran,pengelolaan lanjutan dari sisa kotoran burung juga diperhatikan dengan cara selalu membersihkannya agar tidak menimbulkan bau dan menyebabkan penyakit pada burung parkit itu sendiri. Pemasangan ventilasi pada penangkaran agar terdapat pertukaran udara segar. Penangkaran sebaiknya jauh dari kebisingan agar burung parkit tidak stress dan tertekan karena suara bising tersebut. 4. KELAYAKAN LEGAL (HUKUM) Aspek hukum dalam penangkaran yang harus di miliki dalam usaha penangkaran yang mencangkup : - Bentuk Usaha - Izin Usaha, meliputi : Surat izin tempat usaha yang dilakukan oleh Pemda setempat Surat tanda rekanan dari Pemda setempat Surat tanda tertib dan lainnya - Izin lokasi pendirian penangkaran, meliputi : Sertifikat (akte tanah) Bukti pembayaran PBB yang terakhir Rekomendasi dari RT/RW Rekomendasi dari kecamatan Izin pengelolaan penangkaran burung harus disertai dengan Izin Mendirikan Bangunan dan setelah izin keluar maka berhak dan wajib untuk membuat tulisan bahwa banguna tersebut diperuntukkan untuk pengelolaan dan pengusahaan sesuai dengan izin yang diberikan. Burung parkit (Melopsittacus undulatus) merupakan burung yang berasal dari australia. Status konservasi untuk burung ini yaitu menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwaliar, burung ini tidak dilindungi, menurut IUCN Redlist burung ini juga dikategorikan

Least concern atau resiko rendah, dan menurut CITES burung parkit (Melopsittacus undulatus) tidak terdaftar sehingga dalam perdagangan burung ini masih bebas diperjual belikan tanpa memerlukan izin atau kuota tertentu. 5. KELAYAKAN EKONOMI FINANSIAL Beberapa asumsi : 1. Indukan yang dipelihara terdiri dari 50 pasang induk jantan/betina 2. Tenaga kerja juga di abaikan karena sifat usaha ini adalah sampingan/tambahan bukan usaha pokok 3. Indukan yang dipelihara mulai dari anakan sehingga masa tunggu sampai menghasilkan anak kurang lebih 5 bulan 4. Perhitungan dihitung selama 3 tahun 5. Kematian ternak dan Penyusutan kandang juga diabaikan Biaya/modal usaha: 1. Harga anakan perpasang (harga pasar) Rp 60.000/pasang, sehingga diperlukan modal untuk induk yaitu : Rp 60.000 x 50 ekor = Rp 3.000.000 2. Biaya pakan Rp 50/psg/hari sehingga Rp 200 x 50 ekor x 365 hari = Rp 3.650.000 3. Vitamin dan obat-obatan Rp 1000/ekor sehingga total untuk semua Rp 1000 x 60 ekor = Rp 60.000 4. Biaya pembuatan kandang Rp. 2.000.000 5. Total modal usaha Rp 8.710.000 Pendapatan usaha : 1. Harga parkit Rp 50,000/pasang (di jual ke pengepul) dan jumlah produksi anakan parkit(tahun pertama 4 kali masa produksi satu pasang menghasilkan anak rata-rata 2 pasang : 2 x 4 : 8 pasang) Berarti 50 pasang dapat menghasilkan anakan (pada tahun pertama) 8 x 50 = 400 pasang. harga sepasang Rp. 50.000 berati Rp. 50.000 x 400 = 20.000.000 2. kita dapat menghasilkan anakan lagi selama 2 tahun dengan keuntungan yang berlipat (dirata-rata pertahun sepasang parkit sekali produksi

dihasilkan 2psg anakan dengan masa produksi 5 kali jadi 2 x 5 x 50 x 50.000 = Rp. 25.000.000 dikalikan 2 tahun = Rp. 50.000.000 3. Penjualan induk afkir sepasang Rp. 40.000 jadi 50 x 40.000 = Rp. 2.000.000 4. Pakan selama 2 tahun (satu tahun Rp. 3.650.000) 2 x 3.650.00 = Rp 7.300.000 5. Vitamin dan obat-obatan (satu tahun 60.000) 2 x 60.000 = Rp. 120.000 6. Total pendapatan usaha Rp. 72.000.000 Laba Usaha : Total pendapatan tahun pertama Rp. 20.000.000 - Rp. 8.710.000 = 11.290.000 Total pendapatan tahun ke 2 dan ke 3, Rp. 50.000.000 - (7.300.000 +120.000) = Rp.42.580.0000. Total pendapatan yang di hasilkan satu periode = (pendapatan tahun pertama + pendapatan tahun ke 2 dan ke 3 + Penjualan induk afkir) = Rp. 11.290.000 + Rp. 42.580.000 + Rp. 2.000.000 = Rp. 55.870.000 Analisa Kelayakan Usaha Return Cost Ratio (R/C) Total penerimaan Rp 72.000.000 R/C = = = 4,46 Total biaya Rp 16.130.000 Dengan nilai R/C 4,46 berarti usaha ini dinilai layak untuk diusahakan. Setiap penambahan biaya Rp 1,- akan memperoleh penerimaan Rp 4,46,- Pendapatan akan masih bisa bertambah apabila anakan parkit yang dihasilkan 1 pasang parkit bisa maksimal mengingat parkit dapat bertelur hingga 8 butir telur setiap periode.

SIMPULAN Usaha penangkaran burung masih terbuka lebar untuk dikembangkan di Indonesia, salah satunya penangkaran burung parkit. Keindahan warna dan sura pada burung parkit menjadi daya tarik utama untuk memelihara burung ini, sehingga prospek dari penjualan dan penangkaran burung ini menjadi tinggi. N burung parkit aspek kelayakan teknis, manajemen ekologi (lingkungan), hukum, lingkungan sosial dan finansial.harus dipertimbangkan demi tercapainya penangkaran yang baik. Dari segi aspek teknis Pakan diberikan dua kali sehari pada pagi dan siang hari. Kesehatan dapat diperhatikan dengan cara membersihkan kotoran burung dalam sangkar, memberikan suplemen vitamin dan mineral yang diberikan secara teratur dan adanya pemeriksaan yang rutin dilakukan paling tidak tiga hari sekali. Reproduksi parkit yang diternakan siap untuk kawin berusia minimal satu tahun untuk jantan dan 8 bulan. Dalam aspek sosial dan budaya di dalam penangkaran penagkaran harus mampu menciptakan penangkaran yang mempunyai manfaat bagi masyarakat sekitar dengan melibatkan masyarakat setempat untuk menjadi pekerja penangkaran dengan memperhatikan kesejahteraan bagi pekerja, memberikan perlakuan dan upah yang layak. Ekologi parkit diatur dengan manajemen perkandangan. Penangkaran parkit sebaiknya jauh dari kebisingan agar burung parkit tidak stress dan tertekan karena suara bising tersebut. Selain itu kebersihan kandang harus sangat diperhatikan. Burung parkit (Melopsittacus undulatus) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwaliar, burung ini tidak dilindungi, menurut IUCN Redlist burung ini juga dikategorikan Least concern atau resiko rendah, dan menurut CITES burung parkit (Melopsittacus undulatus) tidak terdaftar sehingga dalam perdagangan burung ini masih bebas diperjual belikan tanpa memerlukan izin atau kuota tertentu. Kajian kelayakan finansial jika diasumsikan jumlah pasangan induk 50 pasang dengan modal usaha Rp 8.710.000 dan didapatkan untuk satu kali siklus produksi (tiga tahun) pendapatan sebesar Rp. 55.870.000. dilihat dari hasil yang didapatkan penangkaran burung parkit ini sangat menjanjikan.

DAFTAR PUSTAKA Prahara W. 1999. Pemeliharaan, Penangkaran, dan Penjinakan Kakatua. Penebar Swadaya. Jakarta. Prijono SN dan Handini S. 1998. Memelihara, Menangkar dan Melatih Nuri. Penebar Swadaya. Jakarta. Zaky A. 2006. Penyebaran dan karakteristik habitat kakatua-kecil jambul kuning (C.s. citrinocristata Fraser 1844) di Taman Nasional Menupeu Tanadaru, Sumba, Nusa Tenggara Timur. [Tugas Akhir]. Bogor: Program Diploma, Institut Pertanian Bogor.