KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN NGAWI DALAM RANGKA TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah luas tanah yang dapat dikuasai oleh manusia terbatas

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. peruntukkan dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah sangat penting bagi kehidupan manusia, dikarenakan tanah adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kesejahteraan rakyat dan tempat manusia melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wiwit Khairunisa Pratiwi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan UUPA adalah untuk memberikan

1.PENDAHULUAN. masih memerlukan tanah ( K. Wantjik Saleh, 1977:50). sumber penghidupan maupun sebagai tempat berpijak

ASPEK-ASPEK HUKUM DALAM PENGELOLAAN ASET TANAH INSTANSI PEMERINTAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2006 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah sebagai salah satu sumber kekayaan alam memiliki hubungan erat

BAB I PENDAHULUAN. berderet mulai dari Semanggi, Pasar Kliwon, Sangkrah, hingga Gandekan. ekonomi lemah dengan tingkat pendidikan yang cukup rendah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara bercorak

BAB I PENDAHULUAN. bidang pertanahan, maka sasaran pembangunan di bidang pertanahan adalah terwujudnya. 4. Tertib pemeliharaan dan lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan.

TERHAMBATNYA PROSES JUAL BELI KARENA TIDAK JELASNYA TANDA BATAS HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, manusia pun merasa aman untuk tinggal (rumah, bangunan tempat

BAB I PENDAHULUAN. sebut tanah, selain memberikan manfaat namun juga melahirkan masalah lintas sektoral

PERANAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PERUSAHAAN. (Studi Pada Kantor Notaris Sri Hartini, SH di Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

PENGARUH DAFTAR PERUSAHAAN TERHADAP PERMODALAN KOPERASI DI KABUPATEN KARANGANYAR

PERUBAHAN STATUS TANAH HAK MILIK MENJADI HAK GUNA BANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN PT (PERSEROAN TERBATAS) MELALUI KANTOR PERTANAHAN KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal juga sebagai sumber penghidupan manusia.

PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PT, JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PEKALONGAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan

PELAKSANAAN PEWARISAN HAK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA. ( Studi Kasus Penetapan Pengadilan Negeri Nomor : 170/Pdt.P/2014/PN.Skt

BAB 1 PENDAHULUAN. hukum adat. Setelah Indonesia merdeka Indonesia merupakan negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Perundangan yang terbaru. Yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun tentang Perdaganganyang terkait dengan e Commerce.

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu hal yang menjadi kebutuhan bagi kehidupan

PROBLEMA DALAM PELAKSANAAN HUKUM PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN; A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana kita ketahui bersama, tanah merupakan kebutuhan dan

TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL. (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan

SKRIPSI. Memperoleh. Oleh : Nanda Permana C

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah bahkan bukan hanya dalam. merupakan salah satu modal pembangunan yang mempunyai nilai strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan Undang Undang No 5 Tahun 1960

PELAKSANAAN PENINGKATAN HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK UNTUK RUMAH TINGGAL DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. penting dan paling utama. Karena pada kehidupan manusia sama sekali tidak

BAB I PENDAHULUAN. besar. Oleh karena itu untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. bagi kemakmuran dan kesejahteraan, bangsa Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH HAK MILIK SEBAGAI JAMINAN KREDIT DI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kemakmuran rakyat, sebagaimana termuat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat

ESENSI HUKUMAN DISIPLIN BAGI PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN WONOGIRI T E S I S

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dikarenakan bahwa negara Indonesia merupakan negara agraris, terdapat simbol status sosial yang dimilikinya.

SKRIPSI PERANAN PPAIW DALAM MENCEGAH TERJADINYA SENGKETA TANAH WAKAF. (Study Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon )

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan salah satu tuntunan ajaran agama Islam yang. menyangkut kehidupan bermasyarakat dalam rangka ibadah itjima iyah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah

PROSES PERALIHAN HAK ATAS TANAH WAKAF (Studi kasus di KUA Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. berproduksi. Tapi dalam kenyataannya daya beli masyarakat belum bisa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

HUBUNGAN PELAKSANAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI PERKOTAAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK (Studi Kasus di Kec. Banjarsari, Kota Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya semakin lama semakin komplek, seiring dengan. perkembangan dan kemajuan masyarakat. Dan semakin maju masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN HAK CIPTA LUKISAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PERAN BPN DALAM KONSOLIDASI TANAH DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Kebutuhan akan tanah semakin hari semakin meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin ada kehidupan bersama-sama. Interaksi sosial ini berguna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanent dan dapat. dicadangkan untuk kehidupan pada masa datang.

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap individu dalam masyarakat, karena selain mempunyai hubungan yang erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi masyarakat agraris selain sebagai faktor produksi yang sangat

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

KEPASTIAN HUKUM SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DAN TATA CARA PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA BANK BTN DI SURAKARTA

FUNGSI SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM MENJAMIN KEPASTIAN HUKUM

RESUME KUTIPAN BUKU LETER C SEBAGAI ALAT BUKTI PERSIL TERHADAP SERTIFIKAT GANDA

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanah

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, ruang angkasa dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

Transkripsi:

KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN NGAWI DALAM RANGKA TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : IZWAR NOVRIZAL BAHAR C 100030062 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN NGAWI DALAM RANGKA TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan tentang tanah dalam kehidupan manusia mempunyai arti yang sangat penting, oleh karena sebagian besar dari kehidupan manusia tergantung pada tanah. Betapa tidak, agama mengajarkan bahwa manusia adalah berasal dari tanah. Tanah adalah merupakan tempat bermukim bagi manusia disamping sebagai sumber penghidupan bagi mereka yang mencari nafkah melalui usaha tani dan usaha yang berkaitan langsung dengan tanah, misalnya pertambangan dan energi. Tanah dapat dinilai pula suatu harta yang permanen, karena memberikan suatu kemantapan dicadangkan bagi di kehidupan mendatang. Pada akhirnya tanah pulalah yang dijadikan tempat persemayaman terakhir bagi seseorang yang telah meninggal dunia. Bedasarkan kenyataan tersebut diatas, maka tanah bagi kehidupan manusia tidak hanya mempunyai nilai ekonomis sebagaimana anggapan sementara pihak, akan tetapi juga mengandug aspek social, politik, cultural, dan psikologis. tanah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat bahkan dari kehormatan. Karena itulah tanah bukan saja dilihat dalam hubungan ekonomis sebagai salah satu faktor produksi, tetapi lebih dari itu tanah mempunyai hubungan emosional dengan masyarakat, lebih-lebih masyarakat Indonesia yang agraris, dimana dari 60% penduduk hidup dari sector pertanian dan umumnya tinggal di pedesaan sebagai petani kecil dengan luas tanah yang sempit dengan kesuburan tanah yang semakin turun 1 Oleh karena itu dalam pemecahan aneka permasalahan yang berkenaan dengan soal-soal pertanahan dewasa ini bukan saja harus memindahkan prinsip-prinsip hukum 1. Wayan Suandra, Hukum Pertanahan Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara. 1994, hal 9

semata, akan tetapi harus memperlihatkan azas kesejahteraan, azas ketertiban dan keamanan dan azas kemanusiaan agar masalah pertanahan tersebut tidak berkembang menjadi keresahan yang mengganggu stabilitas masyarakat. Lembaga atau badan yang yang menangani Pendaftaran Tanah sesuai dengan Pasal 1 PP. No 10 Tahun 1961, tertanggal 23 Maret, tentang Pendaftaran Tanah diselenggarakan oleh suatu Jawatan yang disebut Jawatan Pendaftaran Tanah. Dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 tertanggal 19 Juli 1988, tentang Badan Pertanahan Nasional, khususnya yang diatur pada pasal 37/1, maka tugas dan fungsi Pendaftaran Pertanahan, yang semua berada pada Departemen Dalam Negeri, yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Agraria, sejak tanggal 21 Nopember 1988 yaitu tanggal Pelantikan Kepala Badan Pertanahan, telah beralih pada Badan Pertanahan Nasional. Mengenai Tugas dan Fungsi wewenang Pendaftaran Tanah dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Apabila di Kantor Pusat BPN, maka Pendaftaran Tanah ditangani Deputi Bidang Pengukuran dan Pendaftaran Tanah, dengan dibantu oleh Direktur Pengukuran dan Pemetaan, Direktur Pendaftaran Tanah. b. Sedang ditingkat Propinsi, ditangani oleh Kepala Bidang Pengukuran dan Pendaftaran Tanah dalam lingkungan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi, dengan dibantu oleh : Kepala Seksi Pangukuran, Kepala Seksi Pemetaan, Kepala Seksi Pendaftaran Tanah dan Sistem Informasi Pertanahan, serta Kepala Seksi Peralihan Hak, Pembebasan Hak dan PPAT.

c. Adapun ditingkat Kabupaten / Kotamadya, pendaftaran Tanah ditangani oleh seorang Kepala Seksi Pengukuran dan Pemetaan dalam lingkungan Kantor Pertanahan Kabupaten / Kotamadya setempat, dengan dibantu : Kepala Sub Seksi Pengukuran, Pemetaan dan Konversi, Kepala Sub Pendaftaran Hak dan Informasi Pertanahan, serta Kepala Sub Seksi Peralihan Hak, Pembebanan Hak dan PPAT. Fungsi Badan Pertanahan Nasional dibidang Pendaftaran Tanah, sesuai dengan Psal 22 Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional, Nomor 1 Tahun 1989, tertanggal 31 Januari 1989, maka Badan Pengukuran dan Pendaftaran Tanah mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Menyiapkan dan melakukan identifikasi dan pengukuran untuk keperluan Kerangka Dasar Pendaftaran Tanah, Pendaftaran Desa Demi Desa, Pengukuran Sporadis dan Pemeliharaan Peralatan. b. Menyiapkan dan melaksanakan analisa perhitungan, penggambaran dan pemetaan berdasarkan hasil pengukuran kerangka dasar pendaftaran tanah, Pendaftran Desa demi Desa dan Pengukuran sporadis serta memberikan bimbingan analisa, perhitungan dan pemetaan. c. Mengumpulkan bahan bahan untuk penyusunan sistem informasi pertanahan, memberikan bimbingan pelaksanaan Tata Pendaftaran dan Tata Usaha Pendaftaran Tanah dan menyiapkan Surat Keputusan Pengakuan Hak atas Tanah Adat. d. Memberikan bimbingan dalam pelaksanaan peralihan Hak, Pembebanan Hak, petunjuk penyelesaian permasalahan Pendaftaran Tanah dan menyiapkan

saran yang berhubungan dengan Tugas Pendaftaran serta memberikan bimbingan dan menyiapkan bahan penilaian pelaksanaan Tugas PPAT. Dengan demikian, maka Bimbingan Pengukuran dan Pendaftaran Tanah, mempunyai tugas koordinasi, menyusun program dan memberikan bimbingan, pengendalian dan pelayanan di bidang pengukuran dan pendaftaran tanah. Tujuan penyelenggaraan Pendaftaran tanah pada hakekatnya memberikan kepastian hukum dibidang pertanahan, sedangkan sistem pubikasinya adalah sistem Negatif yang bertendensi Positif. Metode Pendaftaran tanah yang digunakan adalah melalui dua pendekatan, yaitu Pendaftaran Tanah yang secara Sistematik dan Pendataran Tanah secara Sporadik. Pengertian pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik tertuang dalam ketentuan umum Pasal 1 butir (16) dan butir (11) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang berbunyi sebagai berikut : 1. Pasal 1 butir (10) : Pendaftaran tanah secara sistematik adalah Pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau wilayah suatu desa / kelurahan. 2. Pasal 1 butir (11) : Pendaftaran Tanah secara Sporadik adalah Pendataran tanah untuk pertama kali mengenai suatu obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa / kelurahan secara individual atau massal. Tujuan Pendaftaran Tanah sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, adalah :

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat memberikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. b. Untuk memberikan infomasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk pemerintah, agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan rumah susun yang terdaftar. c. Untuk terselenggaranya tertib Administrasi Pertanahan. Pendaftaran tanah berarti mencatat hak-hak yang dipegang oleh perorangan, kelompok atau suatu lembaga atas sebidang tanah. Hak-hak ini bermacam-macam, seperti hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan lain-lain. Dengan demikian banyaknya permasalahan dan sengketa tanah yang timbul dalam masyarakat, maka pelakasanaan penyertifikatan tanah sebagai salah satu proses dalam Pendataran tanah, mendapat sorotan lebih tajam lagi, terlebih dengan munculnya bentuk-bentuk penyelewengan dan penyimpangan dalam pembuatan sertifikat tanah yang melibatkan banyak oknum petugas. bahwa adanya berbagai faktor obyektif, seperti beratnya kehidupan ekonomi pada lapisan menengah dan bawah, telah melahirkan berbagai bentuk penyimpangan, seperti percaloan dan bahkan juga apa yang disebut mafia tanah. Terdapat kesan bahwa pemerintahan pun kewalahan mengatasi bentuk-bentuk mafia tanah tersbut yang keberadaannya tidak dapat terlepas dari oknum pemerintah / oknum petugas yang memungkinkan lahirnya sertifikat palsu. 2 2. Wayan Suandra, ibid, hal 7.

Berdasarkan pemikiran tersebut diatas banyak aspek yang menarik untuk dipelajari atau diteliti dan ditelaah tentang masalah pertanahan dalam hubungan dalam pelaksanaan pendaftaran tanah, khususnya di Kabupaten Ngawi. Sudah bertahun-tahun penyelenggaraan pendaftaran tanah yang dilaksanakan di Kabupaten Ngawi, akan tetapi agaknya masih banyak masyarakat yang enggan melaksanakan pendaftaran tanah atas tanah atau tempat tinggal yang mereka kelola, kuasai atau memiliki, sebagaimana diperintahkan oleh pasal 19 UUPA. Mereka masih merasa aman dan nyaman hanya dengan memiliki petuk atau ketitir ataupun Surat Tanda Pembayaran Pajak Terhutang (SPPT), yang hanya surat atau tanda bukti pembayaran pajak, sehingga bagi mereka melaksanakan pendaftaran tanah belum merupakan hal yang dianggap penting dan serius, kecuali ada alasan-alasan yang mendesak sehingga orang itu terdorong untuk mendaftarkan tanahnya. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan tanah yang dimiliki dimana masyarakat merasa cukup aman dan nyaman hanya dengan memiliki pethuk atau ketitir ataupun Surat Tanda Pembayaran Pajak Terutang (SPPT), untuk menyatakan hak milik atas sebidang tanah serta proses pendaftaran tanah yang dirasa lama oleh masyarakat menjadi problem mengapa masyarakat enggan untuk mendaftarkan tanah yang dimilikinya. Sedangkan penyuluhan tentang pentingnya Pendaftaran Tanah kemasyarakat kurang disosialisasikan oleh pemerintah, dalam hal ini Kantor Pertanahan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis sangat tertarik untuk mengkaji secara lebih lanjut dan mendalam mengenai permasalahan tersebut di atas dengan judul

KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN NGAWI DALAM RANGKA TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN B. Pembatasan Masalah Suatu penulisan yang dilakukan baik perorangan maupun suatu badan hukum tidak mungkin akan meneliti semua masalah yang ada pada bidang permasalahan sehingga setiap peneliti akan membatasi terhadap suatu masalah-masalah tertentu agar tidak terlalu melebar dan tidak menyimpang jauh dari tujuan penelitian maka peneliti akan membatasi yang ada kaitinnya dengan judul penelitian. Dalam penulisan skripsi ini permasalahan dibatasi yaitu kedudukan, tugas dan fungsi Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi dalam rangka tertib administrasi pertanahan yang berkaitan dengan persoalan pendaftaran tanah. C. Perumusan Masalah Berdasarkan atas uraian latar belakang masalah tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kedudukan, tugas dan fungsi Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi dalam rangka tertib Administrasi Pertanahan. 2. Bagaimana penyelenggaraan Pendaftaran Tanah di Kabupaten Ngawi Berdasarkan PP No.24 Tahun 1997 dan hambatan-hambatan apasajakah yang timbul dalam pelaksanaan Pendaftaran tanah berdasarkan PP No.24 Tahun 1997. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kedudukan, tugas dan fungsi Kantor Pertanahan di Kabupaten Ngawi dalam rangka tertib administrasi pertanahan yang berkaitan dengan Pendaftaran Tanah. 2. Untuk mengetahui penyelenggaraan Pendaftaran Tanah di Kabupaten Ngawi Berdasarkan PP No.24 Tahun 1997 dan Hambatan apasaja yang timbul dalam pelaksanaan Pendaftaran Tanah di Kabupaten Ngawi. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis. Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang kedudukan, tugas dan fungsi Kantor Pertanahan di Kabupaten Ngawi. 2. Manfaat Teoritis. a. Memperluas wawasan dan pengetahuan tentang kedudukan, tugas dan fungsi Kantor Pertanahan dan permasalahanya di Kabupaten Ngawi bagi penulis dan masyarakat. b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak yang terkait demi penyempurnaan kebijakan hukum mengenai Pendaftaran Tanah. F. Metode Penelitian Penelitian adalah merupakan kegiatan ilmiah guna menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan yang dilaksanakan secara metodologis, berarti dengan menggunakan metode-metode yang bersifat ilmiah, sedangkan sistematis berarti sesuai dengan pedoman atau aturan yang berlaku untuk karya ilmiah.

Pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk penelitian disebut research. 3 Sedangkan pengertian metode adalah suatu cara atau jalan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasi serta menginterpretasikan tentang data-data. 4 Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memecahkan masalah yang ada dengan cara mengumpulkan, menyusun serta menginterpretasikan data-data guna menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Metode penelitian sangat menentukan dalam suatu penelitian ilmiah karena mutu, nilai validitas dari hasil penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh pemilihan metode penelitian yang tepat. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis, yaitu hukum dipandang sebagai norma yang dibentuk oleh perilaku sosial. 2. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian diskriptif, karena memberikan gambaran secara umum dan menyeluruh tentang obyek yang diteliti, suatu penelitian diskriptif dimaksudkan untuk 3. Sutrisno Hadi, Metodologi research I Cetakan XVII, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. 1985. Hal. 4 4.Winarno Surahman, Dasar Dasar Metodologi dan Teknik Research, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung. 1980. Hal. 139

memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan dan gejalagejala lainnya. 5 Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai kedudukan, tugas dan fungsi kantor pertanahan kabupaten ngawi dalam rangka tertib administrasi pertanahan yang berkaitan dengan persoalan pendaftaran tanah. 3. Sumber Data a Data Primer Merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan, dalam hal ini di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi. b Data Skunder Merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku literature dan yurisprudensi yang mempunyai hubungan dengan yang akan diteliti. 4. Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan oleh penulis adalah Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi. 5. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Wawancara Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan untuk memperoleh informasi. 6 Disini penulis mengumpulkan 5. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press. 1981. Hal. 10

data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden terutama informan yang banyak mengetahui tentang masalah yang diteliti. Dengan ini penulis mengadakan wawancara dengan Pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi. b. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan suatu pengumpulan data dengan cara membaca dan mempelajari buku, peraturan perundang-undangan dan sumber kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian. 7 6. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data kualitatif, dimana guna memperoleh pemahaman dan kebenaran formal dan menyeluruh. Yaitu suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, dimana data-data deskriptif analisis yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh serta dari peraturan perundang-undangan dan buku literature yang berkaitan dengan penelitian. G. Sistematika Penulisan Penelitian Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang arah dan tujuan penulisan penelitian, maka garis besar dapat digunakan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 6. S. Nasution, Metode Research, Jakarta. Bumi Aksara. 2001. Hal. 21 7. Hilman. Hadi Kusuma, Pembuatan Kertas Kerja Skripsi Hukum, Bandung, Mandar Maju. 1991. Hal 80

B. Pembatasan Masalah C. Perumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Metode Penelitian G. Sistematika Penelitian BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tentang Hukum Pertanahan Di Indonesia A. Hukum Pertanahan di Indonesia 1. Tujuan Pokok dan Dasar Hukum Agraria Nasional 2. Asas-asas Hukum Agraria Nasional 3. Hak-hak Atas Tanah 4. Peralihan Hak Atas Tanah 5. Konversi Hak atas Tanah B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor Pertanahan Dalam Rangka Tertib Administrasi Pertanahan. 1. Kedudukan Kantor Pertanahan 2. Tugas kantor Pertanahan 3. Fungsi Kantor Pertanahan 4. Tertib Administrasi Pertanahan C. Pendaftaran Tanah 1. Pengertian Pendaftaran Tanah 2. Dasar Hukum Pendaftaran Tanah

3. Tujuan Pendaftaran Tanah BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Bagaimanakah Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi dalam Rangka Tertib Administrasi Pertanahan. 2. Bagaimana penyelenggaraan Pendaftaran Tanah di Kabupaten Ngawi berdasarkan PP No.24 Tahun 1997 dan hambatan-hambatan apasaja yang timbul dalam pelaksanaan Pendaftaran Tanah tersebut. B. Pembahasan 1. Bagaimanakah Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi dalam Rangka Tertib Administrasi Pertanahan. 2. Bagaimana penyelenggaraan Pendaftaran Tanah di Kabupaten Ngawi berdasarkan PP No.24 Tahun 1997 dan hambatan-hambatan apasaja yang timbul dalam pelaksanaan Pendaftaran Tanah tersebut. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN