4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT. Definisi dan Persyaratan Hub Port

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN Latar Belakang

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STRATEGI PELABUHAN PANJANG SEBAGAI MAIN PORT DIKAWASAN SUMATERA BAGIAN SELATAN : STUDI BANDING DENGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN UTAMA HUB INTERNASIONAL

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. membutuhkan eksistensi sistem transportasi laut sebagai penggerak pertumbuhan,

2 METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN

5 PERMASALAHAN UTAMA PELABUHAN TANJUNG PRIOK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

BAB 1 PENDAHULUAN. Belawan International Container Terminal (BICT) sebagai unit usaha PT.

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN PENGUMPAN REGIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN ANGKUTAN DI PERAIRAN KEPELABUHANAN PP NO 10/2010 JO PP NO 22/2011 PP NO 21/2010

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

SISTEM TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG EFISIENSI DISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PELABUHAN PERIKANAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846]

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Sinergi pengembangan kawasan industri dan pergudangan dengan pelabuhan peti kemas di kawasan khusus Madura

Pesawat Polonia

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 51 TAHUN 2015 TENT ANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Oleh karena

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2004 KEPELABUHANAN DAN IZIN KEPELABUHANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP 414 Tahun 2013 TANGGAL : 17 April 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah laut terbesar di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH R.I. NOMOR 69 TAHUN 2001 TANGGAL 17 OKTOBER 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Manajemen Logistik dan Tata Niaga Impor. mulai dari menekan biaya logistik dan mengatur seluruh proses dalam

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan

Transkripsi:

43 4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT Definisi dan Persyaratan Hub Port Berdasarkan undang-undang nomor 17 tahun 2008 mengenai pelayaran pasal 72 ayat 2, pelabuhan laut secara hierarki terbagi menjadi tiga, yaitu pelabuhan utama, pelabuhan pengumpul dan pelabuhan pengumpan. Pelabuhan utama mempunyai fungsi sebagai pelabuhan internasional dan pelabuhan hub internasional. Pelabuhan utama terbuka untuk perdagangan luar negeri, sedangkan pelabuhan hub internasional adalah pelabuhan utama terbuka untuk perdagangan luar negeri dan berfungsi sebagai pelabuhan alih muat (transhipment) barang antarnegara. Pelabuhan pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi. Pelabuhan pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan dalam provinsi (UU Pelayaran No 17 tahun 2008 pasal 1). Hub port adalah pelabuhan pengumpul (PT. Prospektus Pelayaran Tempura Emas TBK, 2007) dan Kramadibrata (2002) menyatakan bahwa hub port adalah pelabuhan yang melayani kapal-kapal besar dan merupakan pelabuhan pengumpul atau pembagi muatan. International hub port adalah pelabuhan utama terbuka untuk perdagangan luar negeri dan berfungsi sebagai pelabuhan pengumpul dan pelabuhan alih muat (transhipment) barang antarnegara. Menurut Goh et al (2003), persyaratan sebuah hub port yang berskala internasional adalah sebagai berikut: 1. Lokasi pelabuhan terletak di sepanjang rute perdagangan utama dan dianggap pelabuhan alami serta dikelilingi oleh daerah industri. 2. Pelabuhan harus memiliki tempat berlabuh dengan kedalaman kolam yang dapat mengakomodasi kapal berukuran besar. 3. Pelabuhan harus mampu memiliki peralatan modern, prosedur yang terjadwal dengan persyaratan dokumen yang minimum melalui sistem komputerisasi dan memiliki perkembangan teknologi dalam sistem operasionalnya sehingga dapat meminimalkan waktu tunggu kapal. 4. Pelabuhan memiliki lingkungan yang aman dan terorganisasi dengan baik dengan pihak kepolisian serta memiliki hubungan yang harmonis dengan serikat pelabuhan. 5. Tarif dan biaya harus menarik, transparan, wajar, dan fleksibel

44 6. Zona komersial (trade) gratis: untuk meminimalkan waktu transit dan harus menyediakan zona untuk distribusi, konsolidasi, dan jasa ekspor ulang (proses registrasi kepabeanan). 7. Sebagai layanan tambahan hub port harus memberikan banyak dukungan kepada kapal dan staf mereka untuk memberikan layanan telekomunikasi, pasokan air, perbaikan kapal, pembuangan limbah dan pelayanan medis. 8. Pelabuhan terkait instansi pemerintah dan layanan komersial di tempat pelabuhan harus tersedia 24 jam dan 7 hari seminggu yang meliputi jasa otoritas pelabuhan, imigrasi, kesehatan, pertanian, dokter hewan, perbankan, asuransi, dan surveyor. Cullinane dan Lee (2005) juga menunjukkan beberapa faktor lain yang mempengaruhi kualitas hub port yang berskala internasional, terkait dengan pembangunan logistik antara lain sebagai berikut: 1. Infrastruktur Pelabuhan; jumlah dermaga dan ukuran daerah halaman penumpukan harus luas. 2. Layanan pelabuhan; memiliki kecepatan yang tinggi dalam proses pelaksanaan bongkar muat, tersedia layanan pickup dan pengiriman, ketersediaan informasi, dan layanan interkoneksi (keterhubungan antar penyelenggara jaringan yang berbeda). 3. Layanan operator di pelabuhan; frekuensi panggilan, tarif angkutan dan partisipasi operator transportasi darat. 4. Aksesibilitas yang mudah; mengetahui waktu operasi intermodal dan biaya, melayani prosedur custom clearance dan kargo. 5. Pusat distribusi; memiliki wilayah operasional yang luas dan memiliki peralatan dan sistem informasi yang terhubung dengan wilayah operasional dan keleluasaan layanan. 6. Struktur info; sistem komunitas pelabuhan, informasi intercharge dengan pertukaran informasi antara organisasi intermodal. Manfaat International Hub Port Manfaat dari adanya international hub port disebutkan oleh Goh et al (2003) adalah sebagai berikut: 1. Hub port mengurangi kompleksitas jasa pengiriman. 2. Meningkatkan skala ekonomi, konsolidasi container di pelabuhan yang bersifat hub port memungkinkan kapal besar benar-benar dapat termanfaatkan sepenuhnya untuk kapasitas muatan. Secara ekonomi adanya hub port bisa lebih hemat karena lebih banyaknya barang yang diangkut oleh kapal-kapal besar dengan jarak tempuh yang lebih jauh bila dibandingkan dengan pelabuhan yang bersifat feeder. Hub port lebih murah dengan kapal yang berukuran mother vessel. Misalnya, kapal kontainer melakukan pelayaran dari pantai timur Amerika selatan (Brazil, Argentina dan Uruguay) ke Asia akan berhenti di Singapura

45 untuk kemudian akan diteruskan ke pelabuhan - pelabuhan tujuan akhir sebagai feeder. 3. Hub port menyediakan pilihan pengiriman yang lebih luas, waktu transit yang cepat dan frekuensi pengiriman tinggi. Di pelabuhan hub, kapal container dapat dihubungkan ke ratusan tujuan melalui beberapa jalur pelayaran. Goh et al (2003) menyimpulkan bahwa hub port bermaksud untuk mengurangi kompleksitas jasa pengiriman, meningkatkan skala ekonomi dan memberikan waktu transit yang cepat dengan frekuensi pengiriman yang tinggi. Karakteristik International Hub Port Menurut Vier (2010) bahwa pembangunan hub port terkait dengan faktor alam dan faktor strategis. Faktor alam yaitu lokasi pelabuhan dan kedalaman daerah perairan, sedangkan faktor strategis berupa infrastruktur, tingkat pelayanan yang berorientasi pelanggan, biaya, dan konektivitas. Bonacich dan Wilson (2008) mengatakan bahwa kapal lebih suka melakukan aktivitas bongkar muat dengan beberapa pelabuhan yang dapat menawarkan infrastruktur dan layanan untuk kapal besar (mother vessel). Hal ini disebabkan karena waktu pengiriman barang menjadi lebih sedikit dengan volume barang yang dibawa lebih banyak dan memiliki jadwal waktu pelayaran yang lebih baik. Hal ini jelas menandakan bahwa pelabuhan yang bersifat hub port penting untuk rantai pasokan barang. Pelabuhan Singapura yang sudah menjadi internasional hub port mempunyai ciri-ciri antara lain pelabuhannya terhubung dengan pelabuhan di seluruh dunia yakni kurang lebih 100 negara yang berhubungan dengan pelabuhan tersebut, memiliki lokasi geografis yang menguntungkan dan menjadi rute perdagangan utama dunia, berada dalam lingkungan usaha yang kondusif, memiliki perkembangan infrastruktur yang baik untuk dapat menarik investasi asing sehingga dapat meningkatkan nilai ekspor domestik dan impor, memiliki fasilitas sisi darat dan memiliki pusat-pusat distribusi logistik yang canggih, memiliki wilayah hinterland yang luas, memiliki akses global untuk pengiriman barang ke seluruh negara di dunia dan pengguna jasa pelabuhan lebih dari 6000 per tahun (PSA 2013). Dari memperhatikan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh Pelabuhan Singapura sebagai pelabuhan yang berskala international hub port, maka penulis dapat menyimpulkan tolok ukur suatu international hub port yaitu antara lain mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Terhubung dengan pelabuhan dibanyak negara dan pelabuhan di seluruh dunia atau jaringan global. Sebagai contoh Pelabuhan Singapura terhubung dengan sebanyak 600 pelabuhan diseluruh dunia atau lebih dari 100 negara yang berhubungan dengan pelabuhan laut Singapura. 2. Lokasi geografis yang menguntungkan sebagai rute perdagangan utama. 3. Lingkungan usaha yang kondusif. 4. Infrastrukturnya berkembang dengan baik untuk menarik investasi asing dan meningkatkan ekspor domestik dan impor. 5. Memiliki fasilitas yang bertaraf internasional. 6. Pusat-pusat distribusi logistik yang dekat dengan pengembangan pusatpusat pertumbuhan ekonomi.

7. Memiliki wilayah hinterland yang lebih besar. 8. Memiliki akses global untuk pengiriman barang ke seluruh dunia. 9. Memiliki banyak pengguna jasa pelabuhan. Sebagai contoh Pelabuhan Singapura pengguna jasa pelabuhannya sekitar 6000 kapal per tahun. 10. Manajemen pelabuhan yang bertaraf internasional. 11. Memiliki dukungan finansial yang kuat. 12. Pergudangan bertaraf internasional. 13. Sistem informasi teknologi yang bertaraf internasional. 14. Offer cost saving (berbiaya rendah). 15. Kedalaman air pelabuhan minimal 15-20 meter. Menurut Soewondo (2010) persyaratan sebagai hub port berskala internasional di suatu kawasan harus memiliki hal-hal sebagai berikut : 1). Produktifitas bongkar muat tinggi 2). Memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi 3). Sebagai pelabuhan berfungsi sebagai : a. titik pengumpul b. titik pembagi c. titik transit 4). Sarana dan fasilitas pelabuhan modern. Hal ini dilakukan untuk efisiensi biaya operasional dan memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pengguna jasanya ialah : aman, cepat dan murah 5). Jenis kapal yang melakukan bongkar muat ialah kapal container dengan kapasitas besar (mother vessel) minimal 14 000 Teus 6). Letak wilayah pelabuhan strategis 7). Memiliki sarana transportasi yang cukup memadai ke dan dari pelabuhan. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP 414 Tahun 2013 tertanggal 17 April 2013 Tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan, pelabuhan laut di Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan hierarki yang terdiri atas : a. Pelabuhan utama (yang berfungsi sebagai pelabuhan internasional dan pelabuhan hub internasional b. Pelabuhan pengumpul dan c. Pelabuhan pengumpan, yang terdiri atas : 1) Pelabuhan pengumpan regional 2) Pelabuhan pengumpan lokal Untuk kriteria teknis pelabuhan utama yang berfungsi sebagai pelabuhan hub internasional menurut Peraturan Pemeritah No 61 Tahun 2009 adalah sebagai berikut : 1) Kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar internasional; 2) Berada dekat dengan jalur pelayaran internasional ± 500 mil dan jalur pelayaran nasional ± 50 mil ; 3) Memiliki jarak dengan pelabuhan utama lainnya minimal 200 mil; 4) Memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang; 5) Kedalaman kolam pelabuhan minimal -9 mlws; 46

47 6) Berperan sebagai tempat alih muat peti kemas/curah/general cargo/penumpang internasional; 7) Melayani angkutan peti kemas sekitar 300 000 Teus/tahun atau angkutan lain yang setara; 8) Memiliki dermaga peti kemas/curah/general cargo minimal 1 (satu) tambatan, peralatan bongkar muat peti kemas/curah/general cargo serta lapangan penumpukan/ gudang penyimpanan yang memadai; 9) Berperan sebagai pusat distribusi peti kemas/curah/general cargo/penumpang di tingkat nasional dan pelayanan angkutan peti kemas internasional. Perumusan Kriteria International Hub Port Perumusan kriteria atau karakteristik international hub port maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Letak geografis pelabuhan yang strategis. Letak wilayah geografis atau lokasi pelabuhan terletak di rute jalur pelayaran perdagangan dunia yang menjadi lalu lintas kapal-kapal peti kemas internasional khususnya dan kapal-kapal jenis lain yang berukuran mother vessel. Banyak pelabuhan international hub port yang letaknya berada di geografis yang strategis seperti Pelabuhan Shanghai yang berlokasi di sekitar kota Shanghai meliputi sebuah pelabuhan di laut lepas dan pelabuhan sungai. Pelabuhan Shanghai menghadap ke Laut Cina Timur dan teluk Hangzhou ke selatan termasuk lokasinya berada di muara sungai Yangtze (sungai terpanjang di China), sehingga menjadikan Shanghai pelabuhan terbuka dan merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk di dunia untuk arus bongkar muat container. Selanjutnya Pelabuhan Singapura yang terletak di Selat Malaka yang merupakan arus rute pelayaran dunia. Pelabuhan Hong Kong salah satu pelabuhan yang juga memiliki lokasi geografis yang strategis yaitu terletak di pesisir Laut Cina Selatan dan merupakan pelabuhan laut dalam. Sehingga menjadikan Pelabuhan Hong Kong gerbang ekonomi ke Cina Daratan. Untuk kawasan benua Eropa salah satu pelabuhan terbaik dunia dan terbesar di Eropa yang juga memiliki letak geografis yang strategis adalah Pelabuhan Rotterdam. Berawal dari sebuah bendungan yang dibangun pada tahun 1270 di sungai Rotte, Pelabuhan Rotterdam telah tumbuh menjadi pelabuhan tersibuk di dunia kurun waktu tahun 1962 hingga 2004 sebelum dilewati oleh Pelabuhan Shanghai. Pelabuhan Rotterdam terletak di wilayah Provinsi Holland Selatan Belanda. Lokasinya yang strategis di delta sungai Rhine-Meuse- Scheldt di Laut Utara, menyebabkan Pelabuhan Rotterdam sering disebut sebagai gerbang ke Eropa. Pelabuhan ke dua terbesar di Eropa

yang juga memiliki lokasi yang strategis adalah Pelabuhan Hamburg yang terletak di Jerman terletak 110 km dari mulut sungai Elbe. 2. Memiliki kedalaman alur pelayaran dan kolam perairan yang bisa disinggahi oleh kapal yang berukuran mother vessel. Supaya dapat disinggahi oleh kapal yang berukuran mother vessel sebagai tempat untuk melakukan transshipment suatu pelabuhan harus mempunyai kedalaman perairan yang mencukupi minimal 15 m. Pelabuhan- pelabuhan yang berskala international hub port di dunia juga memiliki kedalaman perairan yang dalam sehingga bisa disinggahi oleh kapal berukuran mother vessel. Pelabuhan-pelabuhan international hub port antara lain seperti Pelabuhan Singapura dan Pelabuhan Hong Kong memiliki kedalaman perairan minimal 15,5 m disetiap dermaganya. 3. Sarana dan fasilitas pelabuhan modern dan pelabuhan memilki keunggulan kualitas dan kuantitas pada fasilitas baik dalam hal infrastruktur dan suprastruktur, terutama penyediaan fasilitas transit untuk tujuan daerah belakang (hinterland) atau daerah negara lainnya. 4. Memiliki wilayah hinterland yang luas. 5. Memiliki produktifitas bongkar muat dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. 6. Adanya peran pemerintah yang sangat besar dalam pengembangan dan pengelolaan pelabuhan. Pada pelabuhan international hub port seperti Pelabuhan Rotterdam dari sisi luas misalnya telah dipatok luas Pelabuhan Rotterdam sebesar 10500 ha. Terdiri atas 5000 ha kawasan industri, 3500 ha perairan dan 2000 ha untuk infrastruktur dan daerah hijau. Namun kawasan pelabuhan yang luasnya 10 kali dari wilayah Pelabuhan Tanjung Priok tersebut belum cukup bagi Rotterdam dan kini Pelabuhan Rotterdam tengah membangun reklamasi lagi seluas 2000 ha yang dimana dalamnya termasuk pula kawasan industri (Sustaining Partnership 2011). Pelabuhan Singapura pada saat ini juga sedang melakukan reklamasi penambahan dermaga yang kawasannya berada pada terminal Pasir Panjang 3 dan 4. Tanpa wilayah pelabuhan yang luas maka sulit untuk meningkatkan kinerja pelabuhan, jumlah dermaga dan ukuran lapangan penumpukan harus luas. 7. Pelabuhan memiliki lingkungan yang aman dan terorganisasi dengan baik serta memiliki hubungan yang harmonis dengan pihak serikat pelabuhan. 8. Biaya jasa pelabuhan yang wajar (lower costs) dan transparan. 9. Sistem dan prosedur pelayanan yang sederhana (single documentation and procedures) sehingga memudahkan dalam transaksi bisnis. 48

10. Pelabuhan mampu menawarkan jasa pelayanan lainnya yang lebih baik. Sebagai contoh pada Pelabuhan Singapura operator pelabuhan tersebut menawarkan suatu sistem jaringan baru melalui suatu formulasi model konektivitas dan kerja sama. Model tersebut sangat berguna untuk operator pelabuhan dan para pengusaha pelayaran yang membuat keputusan untuk mengevaluasi berbagai karakteristik dari kualitas hub port yang ada sehingga mereka dapat mengidentifikasi dan menentukan pilihan untuk memilih hub port mana yang akan dijadikan mitra kerja sama (Joyce et al 2009). Sistem ini disebut dengan Novel Network- Based Hub Port Assessment (NHPA). Bagi operator pelabuhan hal ini menjadi dasar untuk terus dapat meningkatkan infrastruktur dan operasi kinerja pelayanan hub port agar mencapai status hub port yang kompetitif dan berkelanjutan di persaingan industri maritim dan kepelabuhanan yang semakin ketat. 11. Melayani kebutuhan perdagangan terutama perdagangan internasional dari daerah belakang (hinterland) pelabuhan tersebut berada dan menyediakan fasilitas pengembangan industri di sekitar pelabuhan bagi industri yang berorientasi ekspor. Pelabuhan-pelabuhan international hub port seperti Pelabuhan Hong Kong, Pelabuhan Singapura, Pelabuhan Shanghai dan Pelabuhan Hamburg berada di sekitar wilayah yang dekat dengan wilayah kawasan industri. Sehingga memudahkan untuk melakukan kegiatan ekspor dan impor. 12. Mampu menampung pangsa pasar yang semakin meningkat guna melayani perdagangan internasional baik transshipment maupun transit tarffic. 49