PENGARUH LIMBAH KARBON AKTIF Cs-137 TERHADAP KERAPATAN DAN KUAT TEKAN BETON LIMBAH

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH

PENGARUH KANDUNGAN LIMBAH RESIN DAN BAHAN ADITIF (BETONMIX) TERHADAP KARAKTERISTIK HASIL SEMENTASI

IMOBILISASI LlMBAH SLUDGE RADIOAKTIF DARI PROSES PENGOLAHAN LlMBAH RADIOAKTIF CAIR SECARA KIMIA DENGAN KOAGULAN FERI KLORIDA MENGGUNAKANSEMEN

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI

IMOBILISASI KONSENTRAT LIMBAH CAIR AKTIVITAS RENDAH SHELL NOMOR 17 A

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENGOLAHAN LIMBAH PENDUKUNG INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR HASIL SAMPING PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

Studi Pemanfaatan Limbah Karbon Aktif sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus pada Campuran Beton Ringan (Studi Kasus di PT PETRONIKA)

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

KARAKTERISASI LlMBAH HASIL SEMENTASI. Siswanto Hadi, Mardini, Suparno Pusat Teknologi Umbah Radioa~,tif, BATAN

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF HEPA FILTER MENGGUNAKAN METODE REDUKSI VOLUME DAN IMOBILISASI DENGAN MATRIK SEMEN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF HEPA FILTER MENGGUNAKAN METODE REDUKSI VOLUME DAN IMOBILISASI DENGAN MATRIK SEMEN

PENGARUH PENAMBAHAN AGREGAT PASIR SILIKAT PADA SEMENTASI LIMBAH URANIUM KONSENTRAT EVAPORATOR

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PINANG (Areca catechu L. Fiber) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS BAHAN CAMPURAN SEMEN GIPSUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat

FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB PEMUAIAN DALAM PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO

PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF SEMI CAIR DENGAN CARA SEMENTASI

PERSYARATAN PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK KERAMIK DARI MINERAL LOKAL KAOLIN, DOLOMIT, PASIR ILMENIT

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR SECARA EVAPORASI DAN SEMENTASI

UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA

Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan

PEMBUATAN CAMPURAN MATRIKS UNTUK SEMENTASI. Tri Salyo, Sarjono, Syarip Unus Pusat Teknologi Limbah Radioaf,tif, SATAN

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK

PENGARUH KOMBINASI SEMEN-FLY ASH DAN VARIASI WATER CONTENT DENGAN PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KEPADATAN PASTA

Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. endemik. Bambu merupakan jenis rumput rumputan yang beruas. yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang

Resin Poliester Tak Jenuh Untuk Imobilisasi Resin Bekas Pengolahan Simulasi Limbah Radioaktif Cair

KAJIAN AWAL ADSORBEN DARI LIMBAH PADAT LUMPUR AKTIF. INDUSTRI CRUMB RUBBER PADA PENYERAPAN LOGAM Cr

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN

PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH TERKONTAMINASI AKTINIDA DENGAN METODE REDUKSI VOLUME

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB 3 METODOLOGI. Analisis ketahanan..., Niken Swastika, FT UI, Universitas Indonesia

Kata kunci : zink, matriks semen, solidifikasi, TCLP, ekstraksi bertahap, kuat tekan

NS., Wahjuni 1 Aisyah 2 Agus Widodo 3

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

III. METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

KONDISIONING LIMBAH RADIOAKTIF PADAT TAK TERKOMPAKSI MENGGUNAKAN MATRIKS SEMEN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

PENGARUH PERBANDINGAN SEMEN POZOLAN DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP KEKEKALAN BENTUK DAN KUAT TEKAN SEMEN

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

KAJIAN KESELAMATAN PENYIMPANAN LlMBAH THORIUM DARI PABRIK KAOS LAMPU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate)

PENGARUH PERAWATAN DAN UMUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER BERBASIS ABU TERBANG

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

PENGARUH PERSEN MASSA HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

PENGARUH JENIS AIR PENCAMPUR DAN PERENDAMAN TERHADAP PERILAKU KEKUATAN TEKAN MORTAR CAMPURAN SEMEN-PASIR

IMOBILISASI LIMBAH CAIR TRANSURANIUM SIMULASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN POLIMER POLIESTER TAK JENUH

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

OPTIMASI TAWAS DAN KAPUR UNTUK KOAGULASI AIR KERUH DENGAN PENANDA I-131

PEMADATAN RESIN PENUKAR ION BEKAS YANG MENGANDUNG LIMBAH CAIR TRANSURANIUM SIMULASI DENGAN EPOKSI

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

KARAKTERISTIK LIMBAH HASIL IMOBILISASI DALAM KESELAMATAN PENYIMPANAN.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME TERHADAP PENGURANGAN SUSUT BETON. Abstrak

Laksmi Irianti dan Eddy Purwanto 2. Abstrak

PEMBUATAN BETON RINGAN DENGAN CRUMB RUBBER LIGHTWEIGHT CONCRETE MAKING WITH RUBBER CRUMB

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit

BAB III METODE PENELITIAN. Memilih masalah. Studi pustaka. Merumuskan masalah. Merumuskan hipotesa. Memilih pendekatan -># Menentukan instrumen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

KETAHANAN DI LINGKUNGAN ASAM, KUAT TEKAN DAN PENYUSUTAN BETON DENGAN 100% FLY ASH PADA JANGKA PANJANG

GLASS FRIT DAN POLIMER UNTUK SOLIDIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS RENDAH SKALA INDUSTRI.

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH FRAKSI VOLUME PARTIKEL TERHADAP KETAHANAN BAKAR KOMPOSIT FLY ASH-RIPOXY R-802

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

Transkripsi:

PENGARUH LIMBAH KARBON AKTIF Cs-137 TERHADAP KERAPATAN DAN KUAT TEKAN BETON LIMBAH Heru Sriwahyuni *), Suryantoro *), Giyatmi **) * Pusat Tenologi Limbah Radioaktif-BATAN ** Sekolah Tinggi Teknik Nuklir-BATAN ABSTRAK PENGARUH LIMBAH KARBON AKTIF Cs-137 TERHADAP KERAPATAN DAN KUAT TEKAN BETON LIMBAH. Telah dilakukan optimasi perbandingan limbah karbon aktif : semen terhadap uji kerapatan dan kuat tekan hasil imobilisasi karbon aktif semen. Ukuran butir karbon aktif yang digunakan adalah 40/+50 sampai 60/+70 mesh. Variasi kandungan limbah antara 10 90 % berat, dengan dimensi 46 mm diameter dan 50 mm tinggi. Uji kualitas hasil imobilisasi dilakukan dengan menggunakan cara Paul Weber, sedangkan densitas ditentukan dengan cara menimbang dan mengukur volume sample. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh ukuran butir limbah karbon aktif terhadap kerapatan dan kuat tekan, sehingga diperoleh ratio komposisi matriks dan limbah yang optimal. Hasil percobaan menunjukkan bahwa hasil optimal diperoleh pada saat kandungan limbah 50 % berat dengan ukuran butir -50/+60 mesh. Hasil uji tekan menunjukkan densitas optimal adalah 1,7543 g/cm 3 dengan kuat tekan 24 N/mm 2. ABSTRACT THE EFFECT OF SPENT ACTIVATED CARBON Cs-137 TO THE DENSITY AND COMPRESSION STRENGTH OF CEMENTED WASTE. Optimation of spent activated carbon : cement ratio to density and compression strength test of cemented activated carbon immobilization result has been done. Used particle size of activated carbon was -40/50+ to -60/70+ mesh. Waste contain were varied to 10 90 % weight with dimension 46 mm (dia) and 50 mm (h). Quality test of immobilization results were done by using Paul Weber method, while their densities were determined by weighing and volume measurement of sample. Objective of the experiment is to study the effect of particle size activated carbon waste to the density and compression strength, so the optimum ratio of matrix composition and waste loading have been obtained. The result showed that optimum results were obtained on 50 % weight of waste contain with particle size - 50/60+ mesh. Compressive strength test result indicated that optimum density was 1.7543 g/cm 3 with compressive strength 25 N/mm 2. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir, pemanfaatan aplikasi nuklir semakin luas di bidang penelitian, pertanian, kesehatan, industri dan lain-lain. Pemanfaatan aplikasi teknologi nuklir, disamping mengandung segi positif bagi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran manusia, juga mempunyai potensi bahaya radiasi terhadap pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup. Sumber potensi bahaya radiasi tersebut antara lain berasal dari limbah radioaktif yang ditimbulkan dari kegiatan industri nuklir seperti fabrikasi bahan bakar nuklir, pembangkit energi, produksi radioisotop, daur ulang bahan bakar bekas, kegiatan riset dan aplikasi teknologi nuklir di berbagai bidang. Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir, yang tidak dapat digunakan lagi [1]. Limbah radioaktif terdiri dari bermacam-macam bentuk fisik dan kimia dengan konsentrasi bahan radioaktif yang bervariasi pula. Oleh karena itu terdapat banyak alternatif penanganan dan pengolahannya sebelum pada akhirnya limbah tersebut di simpan secara lestari. Mengingat bahwa limbah yang mengandung zat radioaktif akan memancarkan radiasi, maka dalam mengelola limbah radioaktif, keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup harus selalu diutamakan [2]. Kegiatan beroperasinya instalasi nuklir kemungkinan akan menyebabkan adanya partikel-partikel radioaktif yang menyebar ke lingkungan. Partikel-partikel radioaktif ini dapat memberikan potensi bahaya radiasi 121

bagi manusia, agar dosis radiasi yang diterima tidak melebihi Nilai Batas Dosis (NBD) yang diijinkan, maka perlu dilakukan tindakan pengelolaan sebagai langkah tindak lanjut. Upaya yang sering dilakukan untuk menyerap partikel-partikel zat radioaktif adalah dengan menggunakan penyaring udara (filter). Fungsi penyaring udara adalah untuk menyaring partikel dan debu radioaktif sehingga udara terhindar dari pencemaran. Filter dipasang pada sistem ventilasi sebelum partikel dan debu di lepas ke lingkungan [3]. Pada umumnya penyaring udara yang berada di ruangan instalasi nuklir menggunakan karbon yang telah diaktivasi. Karbon yang telah diaktivasi biasa disebut dengan karbon aktif. Karbon aktif ini mempunyai daya serap yang relatif tinggi, oleh karenanya dipakai sebagai penyerap zat radioaktif dalam penyaring udara. Karbon aktif akan menjadi jenuh jika penyerapan zat radioaktif dilakukan secara terus-menerus, sehingga harus diperlakukan sebagai limbah radioaktif. Limbah karbon aktif bekas penyerap zat radioaktif telah diterima PTLR dalam jumlah yang cukup banyak. Untuk menjamin keselamatan manusia dan lingkungan, maka limbah tersebut perlu diolah dengan seksama agar tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan dengan efek deterministik, stokastik dan genetik terhadap manusia. Sebagai salah satu alternatif pengolahannya adalah dengan cara imobilisasi, yaitu imobilisasi dengan menggunakan semen sebagai matriks pengungkung. Untuk maksud tersebut sangat diperlukan penelitian guna menentukan optimasi perbandingan semen, air dan limbah karbon aktif, sehingga menghasilkan kualitas blok semen yang memenuhi standar. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh ukuran butir karbon aktif terhadap kerapatan dan kuat tekan, sehingga diperoleh rasio komposisi matriks dan limbah yang optimal. Pada sementasi limbah karbon aktif digunakan semen portland tipe I yang penyusun utamanya terdiri dari campuran trikalsium silikat (3CaO.SiO 2 ), dikalsium silikat (2CaO.SiO 2 ), trikalsium aluminat (3CaO.Al 2 O 3 ), tetrakalsium aliminof (4CaO.Al 2 O 3.Fe 2 O 3 ) dan kandungan lain [4]. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kualitas blok beton hasil imobilisasi semen adalah reaksi hidrasi yang terjadi antara semen dengan air. Reaksi hidrasi ini merupakan fungsi kehalusan partikel semen, jumlah molekul air yang ditambahkan dan temperatur. Reaksi hidrasi antara semen dengan air dapat dijabarkan sebagai berikut [5] : 2(3CaO.SiO 2 )+6H 2 O 3CaO.2SiO 2.3H 2 O+3Ca(OH) 2 (1) 2(2CaO.SiO 2 )+4H 2 O 3CaO.2SiO 2.3H 2 O+Ca(OH) 2 (2) 3CaO.Al 2 O 3 + 6H 2 O 3CaO.Al 2 O 3. 6H 2 O (3) 4CaO.Al 2 O 3. Fe 2 O 3 +17H 2 O 3CaO.Al 2 O 3 12H 2 O+ CaFe 2 O 3.5H 2 O... (4) TATA KERJA A. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini : karbon aktif granular, semen porltand tipe I, aquades. B. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Blender philips tipe Cucina HR 1971/6, Alat pengayak Buatan Fritsch, Neraca analitik meter AE-2000, Gelas arloji, Spatula, mixer philips tipe HR 1500/Al Holland, pot polietilen diameter 46 mm, tinggi 50 mm, shaking bath SB-16 dari Techne, wadah plastik 1800 ml, labu ukur, gelas pengaduk, ball pipet, pipet volume, alat uji tekan Paul Weber, alat cacah LSA (Liquid Scintillation Analyzer)1600 TR - PACKARD C. Metode 3. Penghalusan karbon aktif dengan ukuran butir 40+50, -50+60 dan 60+ 70 mesh Karbon aktif granular dihaluskan dengan menggunakan blender merek Philips tipe cucina HR 1971/6. Karbon aktif diayak menggunakan alat pengayak buatan Fritsch sehingga didapat karbon aktif dengan ukuran 40/+50, -50/+60 dan 60/+70 mesh masing-masing sebany ak ± 2000 g. 4. Pembuatan limbah karbon aktif simulasi Setelah diperoleh komposisi matriks dan limbah yang optimum, karbon aktif dengan ukuran butir tertentu direndam selama satu hari dalam larutan CsCl dengan aktivitas 137,3 Bq/ml. Hal ini dimaksudkan agar karbon aktif mengandung Cs-137. 122

Aktivitas awal larutan cesium diukur menggunakan alat cacah LSA. Selanjutnya blok semen dibuat dengan kandungan limbah karbon aktif simulasi dan didiamkan selama 28 hari. 5. Pembuatan blok semen dengan kandungan limbah 10-90 % berat Air/semen dengan perbandingan 35 % berat dan variasi kandungan limbah 10-90 % untuk ukuran butir karbon aktif 40/+50, -50/+60 dan 60/+70 mesh masing-masing dibuat sebanyak 2 buah sampel. Adonan diaduk dengan menggunakan mixer merek Philips tipe HR 1500/ Al Holland dengan kecepatan 950 rpm sampai homogen. Adonan yang sudah homogen dimasukkan ke dalam cetakan pot polietilen berdiameter 46 mm dan tinggi 50 mm. Sampel digetarkan selama 30 menit menggunakan alat shaking bath SB 16 buatan Techne. Sampel didiamkan selama 28 hari (curing time). 6. Penentuan densitas dan kuat tekan Setelah 28 hari, sampel ditimbang dan diukur dimensinya untuk memperoleh densitas sampel, densitas sampel dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (1) [6]. Selanjutnya sampel diuji tekan dengan menggunakan alat buatan Paul Weber dan kekuatan tekan ditentukan dengan persamaan (2) [6] : m ρ =...(1) V dimana ρ = berat jenis (g/cm 3 ) m = massa (g) V = volume (cm 3 ) σ = Pmaks....(2) A dimana σ = kekuatan tekan (N/mm 2 ) P maks = tekanan maksimal saat sampel pecah (N) A = luas penampang mula-mula (mm 2 ) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh ukuran butir dan kandungan limbah terhadap kerapatan semen-limbah Penentuan densitas dilakukan untuk mengetahui karakteristik campuran semen dengan karbon aktif. Densitas dari hasil percobaan pengaruh perbandingan kandungan karbon aktif dan semen dengan variasi ukuran butir karbon aktif antara 40/+50-60/+70 mesh ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Densitas Blok Semen Kandungan Densitas (g/cm 3 ) Limbah (%) -40/+50-50/+60-60/+70 10 1,97 2,08 1,99 20 1,88 1,97 1,88 30 1,72 1,87 1,81 40 1,63 1,81 1,68 50 1,51 1,75 1,62 60 1,48 1,61 1,51 70 1,36 1,49 1,43 80 1,23 1,35 1,25 90 1,08 1,33 1,15 Berdasarkan data pada Tabel 1, dibuat grafik kerapatan versus kandungan karbon aktif yang dapat dilihat pada Gambar 1. Dari hasil percobaan diketahui bahwa karbon aktif dengan ukuran butir 40/+50 mesh mempunyai kerapatan yang paling rendah dibandingkan dengan karbon aktif dengan ukuran butir 50/+60 dan 60/+70 mesh. Keadaan ini disebabkan karena karbon aktif dengan ukuran butir 40/+50 mesh mempunyai rongga-rongga yang lebih dalam, sehingga pasta semen yang masuk tidak mencapai dasar rongga karena daya serap karbon aktif yang lebih besar terhadap air dibandingkan terhadap semen. Dengan demikian rongga-rongga di dalam karbon aktif banyak yang kosong dan blok semen akan semakin ringan, sehingga penurunan berat tersebut menyebabkan densitas menjadi rendah. 123

Kerapatan (g/cm3) 2,5 2 1,5 1 0,5-40/+50 mesh -50/+60 mesh -60/+70 mesh 0 0 20 40 60 80 100 Kandungan Limbah (%) Gambar 1. Pengaruh kandungan limba terhadap kerapatan dengan variasi ukuran butir karbon aktif 40/+50 sampai 60/+70 mesh Karbon aktif dengan ukuran butir 50/+60 mesh, mempunyai rongga-rongga yang dangkal, hal ini dapat dipahami dari cara pemecahan karbon aktif granular menjadi ukuran butir yang lebih kecil (bagian yang terbelah dari karbon aktif granular adalah bagian yang memiliki poripori yang besar). Kedalam rongga karbon aktif yang dangkal, pasta semen yang masuk dapat mencapai seluruh rongga sehingga rongga yang ada dalam karbon aktif dapat tertutup oleh semen, hal ini menyebabkan densitas karbon aktif dengan ukuran butir 50+60 mesh menjadi lebih tinggi. Sedangkan karbon aktif dengan ukuran butir 60/+70 mesh, mempunyai rongga yang sangat sempit yang menyebabkan semen tidak dapat masuk ke dalam rongga. Semen hanya menutupi permukaan karbon aktif, sehingga rongga-rongga yang ada dalam karbon aktif menjadi kosong. Karena banyak rongga-rongga yang kosong dalam karbon aktif, maka densitas menjadi turun. Secara umum, dari Gambar 1 terlihat bahwa densitas sampel menurun dengan bertambahnya kandungan karbon aktif, karena karbon aktif mempunyai denistas yang lebih kecil dibandingkan dengan densitas semen, maka pengaruh prosentase kandungan karbon aktif akan menurunkan densitas komposit. Dari kurva dan gradien persamaan regresi linier menunjukkan penambahan karbon aktif dapat menurunkan kerapatan secara linier. Dilihat dari kelinierannya dapat dipastikan bahwa matriks dan karbon aktif tidak terjadi perubahan kimia. Dari data yang diperoleh, blok semen dengan kandungan limbah 10-40 % mempunyai densitas yang telah memenuhi kriteria standar IAEA, akan tetapi pada karbon aktif dengan ukuran -50/+60 mesh dengan kandungan limbah 50 % berat memberikan nilai yang paling optimal yaitu 1,7543 g/cm 3. B. Pengaruh ukuran butir dan kandungan limbah terhadap kuat tekan semen-limbah Dari percobaan pengaruh perbandingan kandungan karbon aktif dengan semen terhadap kuat tekan dengan variasi ukuran butir karbon aktif antara 40/+50 sampai 60/+70 mesh ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Kuat Tekan Blok Semen Kandungan Kuat Tekan (N/mm 2 ) Limbah (%) -40/+50-50/+60-60/+70 0 43,41 43,41 43,41 10 30,39 38,51 32,19 20 25,87 28,88 28,28 30 21,36 27,68 25,40 40 20,60 26,78 22,87 50 17,45 25,00 22,26 60 15,95 22,30 20,80 70 5,72 8,12 9,33 80 4,00 7,22 6,60 90 0,60 0,60 1,50 Berdasarkan data dari Tabel 2, dibuat grafik hubungan kuat tekan versus kandungan karbon aktif yang dapat dilihat pada Gambar 2. Secara umum, dari Gambar 2 terlihat bahwa meningkatnya kandungan karbon aktif akan menurunkan kuat tekan. Hal ini terjadi karena campuran semen dan karbon aktif merupakan jenis komposit, dimana kekuatan mekanik dari komposit tersebut ditentukan oleh karakteristik mekanik dari masing-masing komponen penyusunnya [7]. Dalam hal ini karbon aktif mempunyai kekuatan tekan yang lebih rendah dibandingkan dengan kekuatan tekan semen. Semakin besar kandungan karbon aktif dalam komposit, maka komponen penyusun komposit tersebut sebagian besar 124

mempunyai kuat tekan yang rendah, sehingga kekuatan tekan menjadi turun. Kuat Tekan (N /m m 2) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 Series1 Series2 Series3 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kandungan Limbah (% berat) Gambar 2. Pengaruh komposisi limbah terhadap kuat tekan dengan variasi ukuran butir karbon aktif -40/+50 sampai dengan -60/+70 mesh Disamping itu, kekuatan mekanis dari komposit dispersi semen-karbon aktif ditentukan oleh adesi antara semen dan karbon aktif. Semakin kuat ikatan yang terjadi, kekuatan tekan akan semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2, bahwa pada ukuran butir karbon aktif 50/+60 mesh kekuatan tekan lebih tinggi dibandingkan dengan karbon aktif yang mempunyai ukuran butir 60/+70 mesh. Karena pada karbon aktif ukurun butir 50/+60 mesh mempunyai rongga yang dangkal, sehingga semen dapat masuk kedalam rongga secara penuh dan ikatan antara karbon aktif dan semen menjadi lebih besar dibandingkan dengan karbon aktif dengan ukuran butir 60/+70 mesh. Pada karbon aktif ukuran butir 60/+70 mesh semen tidak dapat masuk kedalam ronggarongga yang sempit, hanya menempel pada permukaannya saja. Blok semen dengan karbon aktif ukuran butir 50/+60 mesh mempunyai kuat tekan yang lebih besar dibandingkan blok semen dengan ukuran butir karbon aktif 40/+50 mesh. Meskipun ikatan antara karbon aktif dengan semen pada ukuran butir 40/+50 mesh lebih besar, tetapi penetrasi semen kedalam rongga-rongga karbon aktif yang dalam tidak maksimal sehingga masih meninggalkan rongga-rongga udara dalam karbon aktif. Keadaan ini akan menambah bagian-bagian yang lemah terhadap kekuatan tekan. Dari Gambar 2, dapat dilihat bahwa kurva pengaruh kandungan limbah terhadap kuat tekan mempunyai bentuk yang khas seperti anak tangga. Kurva tersebut dapat dibedakan menjadi empat stage, seperti diperlihatkan pada Gambar 3. Stage I adalah kondisi dimana kuat tekan blok semen turun secara drastis, hal ini dapat dilihat dari metode kurva fitting yang ditunjukkan melalui persamaan linier regresi Y= -0,7264x + 44,198 dengan gradien 0,7264. Penambahan karbon aktif sampai dengan 20 % sangat mempengaruhi kekuatan tekannya, sehingga kekuatan tekan menurun dengan tajam. Stage II adalah kondisi kuat tekan yang stabil, kandungan limbah antara 20% sampai dengan 60 % gradien penurunannya hampir 1/7 kali dari kondisi pada stage I. Kondisi ini terjadi karena adanya keseimbangan komposisi antara bahan matriks dengan karbon aktif. Pada kondisi ini jumlah semen dan jumlah karbon aktif yang tercampur masih seimbang, sehingga ikatan yang terjadi antara semen dan karbon aktif pada kandungan limbah 20 60 % masih terbentuk dengan baik. Dengan demikian kuat tekan pada stage ini cenderung linier. u a t T e k a n ( N / m m 2 ) K 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 Y = 0,7264x + 44,198 Stage I Y = 0,1283x + 31,562 Stage II Y = 0,3731x + 35,201 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kandungan Limbah (% berat) Y = 1,5683x + 117,9 Stage III Gambar 3. Stage penurunkan kuat tekan berdasarkan Gambar 2 Stage IV 125

Stage III terjadi penurunan kuat tekan dengan gradien 1,5683. Setelah penambahan kandungan limbah diatas 60% jumlah matriks menjadi tidak seimbang, sehingga matriks hanya digunakan sebagai pengikat antar butir-butir karbon aktif. Hal ini menyebabkan adanya rongga-rongga udara dalam blok semen yang mengakibatkan turunnya kuat tekan. Stage IV kondisi penurunan kembali kuat tekan, hal ini terjadi karena jumlah semen yang mengikat karbon aktif sangat tidak seimbang. Karbon aktif yang harus diikat oleh semen jumlahnya lebih banyak, sehingga karbon aktif yang terikat oleh semen hanya permukaan antar karbon saja. Jumlah semen tidak mampu mengisi ronggarongga yang terjadi antara karbon aktif. Karena semen hanya melapisi permukaan karbon aktif saja, maka gaya gesek menjadi rendah. Dengan demikian ketika terjadi tekanan, ikatan adesi antara matriks semen dengan karbon aktif akan dengan sangat mudah terlepas yang mengakibatkan kuat tekan menjadi rendah Dari hasil percobaan diketahui bahwa karbon aktif dengan ukuran butir -40/+50 mesh dengan kandungan limbah 10% sampai 40% berat dan karbon aktif dengan ukuran butir 50/+60 sampai -60/+70 mesh dengan kandungan limbah 10-50 % berat mempunyai kuat tekan yang memenuhi kriteria standar IAEA tetapi pada karbon aktif dengan ukuran 50 /+60 mesh dengan kandungan limbah 50 % berat telah memberikan nilai yang paling optimum yaitu 25 N/mm 2. Dimana standar IAEA untuk kuat tekan adalah : 20 50 N/mm 2 dan densitas 1,70 2,50 g/cm 3. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Pada pencampuran antara semen dengan karbon aktif dapat dipastikan tidak ada reaksi kimia, interaksi yang terjadi hanya secara fisika saja. Berupa campuran heterogen 2. Blok semen yang memenuhi standar IAEA pada uji densitas dan uji kuat tekan dengan nilai yang optimum adalah blok semen dengan ukuran butir karbon aktif 50/+60 mesh dan kandungan limbah sebanyak 50% berat. Hasil pengukuran dan pengujian densitas blok semen sebesar 1,7543 g/cm 3 dengan kuat tekan sebesar 25 N/mm 2. DAFTAR PUSTAKA 1. BATAN, 1997, Undang-Undang Ketenaganukliran, BATAN, Jakarta. 2. SALIMIN. Z, 1990, Penggunaan aditif Tricosal LP-Liquid pada Proses Imobilisasi Limbah Radioaktif Cs-137 dengan Semen, PPTN-BATAN, Bandung. 3. MUKTIARTO, I., 2000, Studi Daur Ulang Filter Bekas Pada Instalsi Pengolahan Limbah Radioaktif (IPLR)- BATAN, Laporan Tugas Akhir - Universitas Mercu Buana, Jakarta. 4. JOHAN, B., 2001, Fiksasi Resin Bekas Dari P2TRR Dalam Shell No. 28C, Hasil Penelitian dan Kegiatan Pengelolaan Limbah Radioaktif, ISSN 0852-2979, Jakarta. 5. P. BARNES, 1993, Structur and performance of cement, Department of Crystallography, University of London, UK, London. 6. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, 1985, Chemical Durability and Related Properties of Solidified High Level Waste Form, Technical Report Series No. 257, IAEA, Vienna. 7. HAYASHI, TSUYOSHI, 1982, Progress in Science and Engineering of Composities, Japan Society for Composities Materials, Japan. 126