Pengetahuan dan Sikap Wanita Mengenai Kanker Serviks dan Pap Smear Di RSU. Hermana Lembean Bulan November- Desember Tahun 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Karakteristik penderita kanker serviks di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari Desember 2015

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU-IBU TERHADAP PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DI KELURAHAN TEGAL GUNDIL KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

ABSTRAK INSIDENSI DAN GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG TAHUN 2014

ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA SERVIKS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2009

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. KATA PENGANTAR...

Gambaran Karakteristik Penderita Rawat Inap Karsinoma Serviks di RSUD Karawang Periode 1 Januari Desember 2011

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

No. Responden: B. Data Khusus Responden

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KANKER SERVIKS DI KALANGAN SISWI SMA SWASTA X, BANDUNG

ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

HUBUNGAN USIA WANITA SAAT COITARCHE DAN LAMA PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROFIL PENDERITA KANKER GINEKOLOGI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2015 SAMPAI JULI Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT 2

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU-IBU TERHADAP PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DI KELURAHAN TEGAL GUNDIL BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( )

menikah dengan tindakan pemeriksaan Pap smear. Ginekologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

A. Pengetahuan Kanker Serviks NO. PERTANYAAN JAWABAN 1. Kanker leher rahim ( serviks ) merupakan penyakit?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

PERSETUJUAN PEMBIMBING INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 12 DESEMBER Pembimbing, dr. I Nyoman Gede Budiana, Sp.OG (K) NIP

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN BAB II ISI

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT DI BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2011

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU USIA

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KANKER SERVIKS UTERI DENGAN FAKTOR RISIKO MENIKAH USIA MUDA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

ABSTRACT. CHARACTERISTICS OF CERVICAL CARCINOMA AT HASAN SADIKIN HOSPITAL BANDUNG in 1 JANUARY DECEMBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

JKK Vol. 11 No. 1, Juni 2015 (SAY)

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. payudara. Di Indonesia, kanker serviks berada diperingkat kedua. trakea, bronkus, dan paru-paru (8.5%), kanker kolorektal (8.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan abnormal dan tidak terkendali dari sel-sel tubuh sebagai tanda

Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015.

ABSTRAK. Maria Linawati Sihotang, 2013 Pembimbing I : Dr. dr. Felix Kasim, M.Kes Pembimbing II : dr.rimonta F Gunanegara,SpOG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

ABSTRAK. Stephanie Amelinda Susanto, 2011, Pembimbing I: Laella K. Liana, dr., Sp.PA, M. Kes., Pembimbing II: Donny Pangemanan, drg, SKM

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR DI MANGKUDRANAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA

KUESIONER. Data Pribadi. 2. Pekerjaan :... 3.Pendidikan formal terakhir : a. Tidak sekolah. b. SD/sederajat. c. SLTP/sederajat. d.

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

BAB 4 HASIL PENELITIAN

KARAKTERISTIK, HAMBATAN WANITA USIA SUBUR MELAKUKAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS KEDAI DURIAN

BAB I PENDAHULUAN. serviks. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER LEHER RAHIM DI RW 7 DESA TROSO KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal/terus-menerus dan tidak

Tingkat Pengetahuan Kanker Serviks dan Pengetahuan Cara Pencegahan Kanker Serviks di Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor tiga paling banyak diderita wanita di seluruh dunia.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008).

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI IBU TERHADAP KANKER SERVIK (Relationship Of Medical Predisposition Factors To Servic Cancer)

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sedang berkembang, salah satunya Indonesi (WHO, 2012).

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2010 JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

KuTiL = KankeR LeHEr RaHIM????

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi wanita merupakan hal yang perlu diperhatikan agar suatu

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN IVA PADA KELOMPOK IBU PENGAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

Transkripsi:

Pengetahuan dan Sikap Wanita Mengenai Kanker Serviks dan Pap Smear Di RSU. Hermana Lembean Bulan November- Desember Tahun 2013 Andrew Batas 1, Mongan S 2, Maya Mewengkang 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1, Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi 2 Staf Pengajar, Pembimbing 1, Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi 3 Staf Pengajar, Pembimbing 2, Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi ABSTRACT Cervical cancer is a very dangerous disease and is still a serious problem world-wide. It is estimated that there are approximately 500,000 new cases every year which mostly occur in developing countries. In recent years after the introduction of cervical cancer screening, the incidence of cervical cancer has decreased. This study aimed to describe the knowledge and attitude of women toward cervical cancer and Pap s smears. This study used a descriptive method. Samples were 50 women obtained by using a purposive sampling design. Data were collected by using questionnaires. The results showed that as many as 40 samples (80 %) had good knowledge and 10 samples (20 %) had poor knowledge. Meanwhile, there were as many as 47 samples (94 %) showed agreement and 3 samples (6 %) showed disagreement. Conclusion: Among most women in Hermana Lembean Hospital, education can affect their attitude toward cervical cancer. Keywords: cervical cancer, Pap smear, attitude, knowledge ABSTRAK Kanker serviks merupakan suatu penyakit yang sangat berbahaya dan masih menjadi masalah yang serius di dunia. Selain itu, kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker pada wanita. Diperkirakan setiap tahun ditemukan sekitar 500.000 kasus baru yang umumnya terjadi di negara berkembang. Dalam beberapa tahun terakhir insiden kanker serviks mengalami penurunan setelah skrining kanker serviks menjadi popular. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan tingkat pengetahuan dan sikap wanita terhadap kanker serviks dan Pap s smear. Metode penelitian deskriptif dengan rancangan purposive sampling sebanyak 50 orang wanita. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitan memperlihatkan bahwa sebanyak 40 orang (80%) sampel memiliki pengetahuan baik sedangkan 10 sampel (20%) memiliki pengetahuan kurang baik. Untuk sikap, sebanyak 47 sampel (94%) memiliki sikap setuju sedangkan 3 orang (6%) memiliki sikap tidak setuju. Simpulan: Pada sebagian besar wanita-wanita di RSU Hermana Lembean, pengetahuan berpengaruh pada perilaku terhadap kanker serviks. Kata kunci: kanker serviks, pap smear, sikap, pengetahuan Kanker serviks merupakan suatu penyakit yang sangat berbahaya dan masih menjadi masalah yang serius di dunia. Di negara berkembang kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker pada wanita. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru dan umumnya terjadi di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Namun, hingga saat ini program skrining belum lagi memasyarakat di negara berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker serviks masih tetap tinggi. 1

Di negara berkembang seperti Indonesia yang sebagian besar penduduknya adalah perempuan, kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang sering ditemukan. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penyakit ini. Juga, sebagian besar penderita penyakit ini 2 adalah kaum perempuan ditingkat yang lemah ekonomi dan pendidikannya. Sebagian besar wanita pada usia produktif dapat terkena kanker serviks, tetapi sangat jarang ditemukan pada usia sebelum 20 tahun. Pertumbuhan kanker pada rentang usia 30-60 tahun relatif lebih cepat dan pada usia 40-60 tahun relatif tinggi. Dalam 10 tahun terakhir, insiden kanker serviks meningkat 3 sebanyak 77% pada usia 25-34 tahun. Kanker serviks hampir selalu terjadi pada wanita yang sedang atau pernah aktif secara seksual dan sebagian besar pasien kanker serviks uteri adalah wanita yang sudah menikah. 4 Kehidupan seksual pertama yang terlalu dini serta mitra seksual yang terlalu banyak berkaitan erat dengan kanker serviks uteri. 3 Terdapat bukti yang semakin jelas bahwa infeksi oleh strain human papilloma virus (HPV) tertentu 4 merupakan satu faktor penyebab terjadinya kanker serviks. Dari data hasil survei rekam medik yang diambil dari RSU. Hermana Lembean terdapat 7 penderita pada tahun 2011 dan mengalami peningkatan menjadi 15 penderita pada tahuan 2013 dan sebagian besar adalah wanita dengan rentang usia 40-60 tahun. Dalam beberapa tahun terakhir, di kabupaten minahasa utara sudah dilakukan berbagai upaya penyuluhan mengenai bahaya dari kanker serviks. Namun, sampai saat ini insiden kanker serviks masih meningkat di daerah tersebut. Melihat masalah yang terjadi, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk menilai seberapa besar tingkat pengetahuan dan sikap wanita mengenai kanker serviks dan pemeriksaan pap smear di RSU. Hermana Lembean. Kanker Serviks Kanker leher rahim adalah tumor ganas yang mengenai lapisan permukaan (epitel) dari leher rahim atau mulut rahim, dimana sel-sel permukaan (epitel) tersebut mengalami penggandaan dan berubah sifat tidak seperti sel yang normal. Penggandaan sel yang tidak menuruti aturan yang normal itu dapat membentuk tumor atau dungkul kadang-kadang luka atau borok, yang memberi keluhan atau gejala 5 keputihan yang berbau atau perdarahan. Tumor ganas pada serviks uteri ialah karsinoma. Sebagian besar berjenis epidermoid (91%); adenokarsinoma hanya merupakan bagian kecil (9%). Disamping itu, terdapat campuran antara 6 epidermoid dan adenokarsinoma, dan jarang sekali ditemukan sarkoma. Fakto Resiko a. Hubungan Seksual Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual. Beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat hubungan seksual dan risiko penyakit ini. Sesuai dengan etiologi infeksinya, wanita dengan partner seksual yang banyak dan wanita yang memulai hubungan 7,8 seksual pada usia muda akan meningkatkan risiko terkena kanker serviks. b. Karakteristik partner Studi kasus kontrol menunjukkan bahwa pasien dengan kanker serviks lebih sering menjalani seks aktif dengan partner yang melakukan seks berulang kali. Selain itu, partner dari pria dengan kanker penis atau partner dari pria yang istrinya meninggal terkena kanker serviks juga akan meningkatkan risiko kanker serviks. 7 Cara mencegah timbulnya kanker serviks adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan dan tidak berhubungan dengan pria yang suka berganti-ganti pasangan. 8

c. Riwayat ginekologis Walaupun usia menarche atau menopause tidak mempengaruhi risiko kanker serviks, hamil di usia muda dan jumlah kehamilan atau manajemen persalinan yang tidak tepat dapat pula meningkatkan 7 risiko. d. Kontrasepsi Kondom dan diafragma dapat memberikan perlindungan. Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan risiko relatif pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya 5,7 pemakaian. e. Virus herpes simpleks Walaupun semua virus herpes simpleks tipe 2 (HPV-2) belum didemonstrasikan pada sel tumor, teknik hibridisasi insitu telah menunjukkan bahwa terdapat HPV RNA spesifik pada sampel jaringan 7 wanita dengan displasia serviks. f. Merokok Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau dapat dijumpai dalam lendir dari mulut rahim pada wanita perokok. Bahan karsinogenik ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama infeksi HPV dapat mencetuskan transformasi keganasan. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks 5,7 adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi karsinogen infeksi virus. g. Lain-lain Infeksi trikomonas, sifilis, dan gonokokus ditemukan berhubungan dengan kanker serviks. Namun, infeksi ini dipercaya muncul akibat hubungan seksual dengan multipel partner dan tidak 7 dipertimbangkan sebagai faktor risiko kanker serviks secara langsung. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan dan desain penelitan survey deskriptif dimana semua hasil olahan data akan di deskripsikan sesuai dengan jenis variabel penelian dalam bentuk tabel dan cara pengambilan sampel adalah menggunakan cara purposive sampling yaitu jumlah sampel seusai dengan keinginan peneliti yaitu sebesar 50 responden. Untuk instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dimana setiap sampel masing-masing akan dibagikan satu kuesioner. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yaitu dari bulan November sampai Desember dan untuk lokasi penelitian akan dilakukan di RSU. Hermana Lembean desa Lembean. Sampel yang akan diambil adalah semua wanita yang berkunjung di poliklinik RSU. Hermana Lembean yang disaring dengan kriteria inklusi yaitu wanita dengan usia diatas 18 tahun dan bersedia mengikuti penelitian. Dalam penilaian tingkat pengethuan dan sikap akan menggunakan skala Guttman, diamana untuk setiap pertanyaan dengan jawaban ya diberi nilai =1, sedangkan untuk jawaban tidak diberi nilai=0. Untuk penilaian sikap, setiap pernyataan setuju nilainya =1dan untuk pernyataan tidak setuju nilainya=0. Untuk kategori pengetahuan baik adalah responden dengan skor 7 dari 10 pertanyaan dan untuk kategori kurang baik adalah reponden dengan skor 6 dari 10 pertanyaan. Untuk sikap, responden dengan sikap setuju adalah dengan skor 7 sedangkan untuk sikap tidak setuju adalah responden dengan skor 6.

HASIL DAN BAHASAN Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan kriteria dermografik Usia n % <30 tahun 20 40% 30-40 tahun 13 26% >40 tahun 17 34% Total 50 100% Pekerjaan n % PNS 1 2% Wiraswasta 7 14% Ibu rumah 39 78% tangga Lainnya 3 6% Total 50 100% Pendidikan n % SD 4 8% SMP 11 22% SMA 31 62% Perguruan 4 8% Tinggi Total 50 100% Berdasarkan tabel 1, dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden terbanyak berada pada kelompok umur <30 tahun yaitu sebanyak 20 orang (40%), diikuti oleh kelompok umur >40 tahun sebanyak 17 orang (34%) dan umur 30-40 tahun sebanyak 13 orang (26%). untuk jumlah distribusi berdasarkan pekerjaan didapatkan bahwa jumlah terbanyak berada pada responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 39 orang (78%), diikuti oleh wiraswasta 7 orang (14%), kemudian diikuti oleh pekerjaan lainnya sebanyak 3 orang (6%) dan PNS sebanyak 1 orang (2%). Sedangkan, untuk pendidikan responden terbanyak berada pada tingkat SMA sebanyak 31 orang (62%), kemudian diikuti oleh tingkat SMP sebanyak 11 orang (22%), dan diikuti oleh tingkat SD sebanyak 4 orang (8%) dan perguruan tinggi sebanyak 4 orang (8%). Tabel 2. Distribusi frekuensi pengetahuan berdasarkan usia Usia Baik Kurang Total Dari data hasil penelitian tingkat Baik pengetahuan berdasarkan usia responden pada tabel <30 thn 12 8 20 2, diperoleh data bahwa tingkat pengetahuan baik terbanyak berada pada kelompok usia >40 tahun, 30-40 12 1 13 sedangkan untuk tingkat pengetahuan kurang baik thn terbanyak berada pada kelompok usia <30 tahun. Hal >40 thn 16 1 17 ini disebabkan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi seperti pengalaman dan tingkat pengetahuan. Karena, wanita dengan usia yang lebih Total 40 10 50 tua cenderung lebih banyak menerima materi serta adanya proses pola pikir yang berbeda dengan usia muda sehingga menentukan besarnya nilai pengetahuan yang diperoleh. Tabel 3. Distribusi frekuensi sikap berdasarkan usia Usia Setuju Tidak Total Setuju <30 thn 17 3 20 30-40 thn 13 0 13

>40 thn 17 0 17 Total 47 3 50 Untuk hasil pengukuran sikap berdasarkan usia pada tabel 3, diperoleh bahwa responden yang memiliki sikap setuju terbanyak berada pada kelompok usia >40 tahun dan <30 tahun, sedangkan untuk sikap tidak setuju terbanyak berada pada kelompok usia <30 tahun. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam berpikir dan cara pandang pada tiap kelompok usia berdasarkan pengalaman yang ada. Usia yang lebih tua biasanya lebih mau menerima sehingga dan merespon stimulus yang diberikan sehingga mampu bersikap positif. Tabel 4. Distribusi frekuensi pengetahuan berdasarkan pekerjaan Pekerjaan Baik Kurang Total baik PNS 1 0 1 Wiraswasta 6 1 7 Ibu rumah 32 7 39 tangga Lainnya 1 2 3 Total 40 10 50 Dari hasil penelitian pada tabel 4 diperoleh data bahwa responden dengan pekerjaan ibu rumah tangga memiliki tingkat pengetahuan baik terbanyak yaitu sebanyak 32 orang, sedangkan untuk tingkat pengetahuan buruk terbanyak juga dimiliki oleh ibu rumah tangga. Tabel 5. Distribusi frekuensi pengetahuan berdasarkan sikap Pekerjaan Setuju Tidak Total Setuju PNS 1 0 1 Wiraswasta 7 0 7 Ibu rumah 37 2 39 tangga Lainnya 2 1 3 Total 47 3 50 Hal serupa juga terlihat pada tabel 5 untuk sikap setuju terbanyak berada pada responden dengan pekerjaan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 37 orang dan untuk sikap tidak setuju terbanyak juga berada pada kelompok pekerjaan ibu rumah tangga. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor seperti lingkungan, sosial budaya, intelegensi dan media massa yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap. Dimana, sebagian besar wanita di daerah

tempat penelitian memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Selain itu, ibu rumah tangga juga dapat lebih menjangkau sumber sumber informasi seperti melalui media massa dan berbagai kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan. Tabel 6. Distribusi frekuensi pengetahuan berdasarkan pendidikan terakhir Pendidikan Baik Kurang Total Baik SD 2 2 4 SMP 11 0 11 SMA 24 7 31 Perguruan 3 1 4 Tinggi Total 40 10 50 Pada tabel 6, merupakan gambaran distribusi tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan terakhir. Hasil penelitian diperoleh data bahwa responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMA memiliki tingkat pengetahuan baik terbanyak yaitu 24 orang, sedangkan untuk tingkat pengetahuan kurang baik terbanyak juga dimiliki oleh tingkat SMA yaitu 7 orang. Tabel 7. Distribusi frekuensi pengetahuan berdasarkan pendidikan terakhir Pendidikan Setuju Tidak Total Setuju SD 3 1 4 SMP 11 0 11 SMA 29 2 31 Perguruan 4 0 4 Tinggi Total 47 3 50 Hal ini juga dapat ditemukan pada tabel 7, dimana responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMA memiliki sikap setuju terbanyak yaitu sebanyak 29 orang dan untuk sikap tidak setuju terbanyak juga pada tingkat SMA yaitu sebanyak 2 orang. Beberapa faktor seperti lingkungan, pendidikan dan intelegensi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap wanita. Hal ini dapat dilihat dari segi lingkungan yang merupakan lingkungan pedesaan, dimana sebagian besar masyarakat hanya mencapai tingkat pendidikan SMA sehingga wanita dengan latar belakang pendidikan SMA cenderung memiliki pengetahuan lebih karena adanya informasi yang dapat dijangkau ditambah juga dengan adanya sosialisasi dan penyuluhan yang dilaksanakan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada sebagian besar wanita-wanita di RSU Hermana Lembean tingkat pengetahuan sangat penting dalam membentuk sikap dan perilaku. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dapat mempermudah seseorang dalam menerima dan menentukan respon terhadap stimulus yang diberikan. Sebagian wanita mampu bersikap positif walaupun memiliki pengetahuan dibawah rata-rata, sebaliknya sebagian wanita dengan pengetahuan baik kurang mampu menentukan sikap oleh karena berbagai alasan seperti malu, takut dan biaya pemeriksaan terasa mahal.

DAFTAR PUSTAKA 1. Prawirohardjo S.Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Edisi pertama.jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006. 2. Hasan N. Bahaya kanker serviks. 2012 (diakses 10 Sept 2013). Diambil dari : http://www.jurnalperempuan.org/bahaya-kanker-serviks.html 3. Desen W.Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi ke-2. diterjemahkan oleh: Japaries, W.Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011. 4. Llewellyn D.Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. Edisi ke-6. diterjemahkan oleh: dr. Hadyanto.Jakarta: Hipokrates; 2002. 5. Wulandari AS. Pengertian dan pemahaman resiko ca cerviks pada wanita usia subur di Indonesia.2010 (diakses 10 Sept 2013). Diambil dari: http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/vol2.no1.januari2010/pengertian%20dan%20pema HAMAN%20RESIKO%20CA%20CERVIX%20PADA.pdf 6. Djamaloedin, Albar E, Winkjosatro H, Hutabarat H, Husodo L, Joedosepoerto, et al. Ilmu kandungan. Editor: Anwar M, Baziaf A, Prabowo P.Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan bina pustaka; 2011. 7. Rasjidi I. Epidemiologi kanker serviks. Indonesian Jurnal of Cancer. 2009;3:103-8. 8. Mandal A. Pencegahan kanker serviks. 2013 (diakses 21 Spet 2013). Diambil dari: http://www.newsmedical.net/health/cervical-cancer-prevention.aspx