Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

HUBUNGAN MASALAH KEBERSIHAN VULVA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS) PADA SISWI SMA NEGERI 2 BANGKINANG TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi : Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva...

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.1. Januari 2012

Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bagi seorang wanita menjaga kebersihan dan keindahan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERSEDIAAN SUMBER ATAU FASILITAS DENGAN

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGI PADA SISWI KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

PENGETAHUAN TENTANG HYGIENE GENETALIA EKSTERNA SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA DI DESA MINGGIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN PADA IBU IBU DI DUSUN MULEKAN II TIRTOSARI KRETEK BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Responden LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN. Yang bertandatangan dibawah ini, saya: Nama : (Inisial) Umur :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 9 SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Leukorea atau keputihan (white discharge/flour albus) adalah gejala

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005).

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN PENGGUNAAN VAGINAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PATOLOGIS PADA SISWI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) MODEL 1 MANADO

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PEMAKAIAN SABUN PEMBERSIH KEWANITAAN

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bentuk observasional atau survey analitik (Setiadi, antara pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK WANITA TERHADAP KESADARAN INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT (IVA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JEKULO KUDUS ABSTRAK

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PERILAKU MENJAGA KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA NEGERI 4 SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam

ABSTRAK. Nanik Widiawaty

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI DUSUN MIRI PENDOWOHARJO SEWON BANTUL. Eka Sari Pramastuti 1, Karjiyem 2

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU DENGAN TERJADINYA KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMA KRISTEN 1 TOMOHON

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA FITRI HANDAYANI CEMANI SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN MAHASISWA KEBIDANAN TINGKAT III TENTANG SADARI DENGAN FREKUENSI MELAKUKAN SADARI. Nanik Nur Rosyidah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGGUNAAN PEMBERSIH GENETALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHANPADA SISWI KELAS X1 IPA DI SMAN 1 MAYONG JEPARA Anik Sholikah 1, dan Triana Widiastuti 2 INTISARI Masalah kesehatan reproduksi wanita yang sering dikeluhkan adalah keputihan, yang tak jarang sangat menganggu hingga menyebabkan ketidaknyamanan dalam melakukan aktvitas sehari-hari. Sebanyak 75% remaja putri di seluruh dunia minimal pernah mengunakan pembersih vagina yang digunakan secara rutin. Sedangkan di Indonesia ada sekitar 75% wanita indonesia mengalami masalah keputihan fisiologis minimal 1 kali dalam seumur hidup. Berdasarkan study pendahuluan, dan didapatkan 4 siswi yang menggunakan pembersih genetalia ekstena mengalami keputihan fisiologis saat menjelang dan sesudah menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penggunaan pembersih cairan genetalia dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X1 IPA di SMAN 1 Mayong Jepara Jenis penelitian adalah analitik dengan menggunakan pendekatan Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA N 1 Mayong Jepara kelas XI yang sejumlah 156 siswi, dan sampel sebanyak 67 siswi pada kelas XI IPA dengan teknik sampling jenuh. Data penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dengan cara angket melalui kuesioner. Data diolah dengan editing, coding, scoring, tabulating dan analisa data secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistic exact fisher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden tidak pernah menggunakan pembersih genetalia eksterna sebanyak 45 siswi (67, 2%), sebagian responden mengalami keputihan fisiologis sebanyak 58 siswa (86,6%). Hasil uji exact fisher (0,004) terdapat ada hubungan penggunaan pembersih genetalia ekterna dengan kejadian keputihan dengan keeratan hubungan (C:0,353) Di harapkan sebagai petugas kesehatan tetap memberikan informasi / pendidikan kesehatan kepada remaja putri mengenai kesehatan reproduksi khususnya bahaya penggunaan pembersih genetalia eksterna secara rutin dengan produk tertentu dapat menyebabkan keputihan. Kata kunci : Keputihan, Penggunaan pembersih genetalia eksterna,siswi PENDAHULUAN Banyak kaum wanita yang tidak percaya diri dengan area pribadi mereka. Karena itu mereka berlomba lomba menggunakan sabun pembersih khusus pada area pribadi, sehingga kaum wanita mudah tergoda berbagai program produk iklan yang di tawarkan di media. Tinggal di daerah tropis ini, panas yang menimbulkan banyak keringat dari tubuh kita. Keringat ini menimbulkan kelembapan pada tubuh kita, terutama pada organ seksual reproduksi kita yang tertutup dan berlipat. Didalam keadaan normal vagina terdapat bau yang khas. Tetapi bila ada infeksi atau keputihan yang tidak normal dapat menimbulkan bau yang menganggu, seperti bau yang tidak sedap, bau menyenggat dan amis yang di sebabkan oleh jamur, kuman, HIKMAH 8

atau bakteri lainya. Jika infeksi di vagina ini dibiarkan maka akan berbahaya bisa masuk ke rahim. (Junita, 2009) Dari hasil penelitian yang di lakukan di Amerika mengungkapkan lebih dari 20 juta perempuan Amerika menggunakan cairan pembersih vagina secara rutin. Sekitar 37% perempuan Amerika yang berusia 15-44 tahun menggunakan cairan pembersih kedalam vagina secara rutin, teratur seminggu sekali. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita di indonesiamenunjukkan 75% pernah menggunakan pembersih vagina yang telah menjadi bagian dari personal higienis mereka yang dilakukan secara rutin. Bahkan yang bisa digunakan adalah (51%) sabun (18%) pembersih cairan dengan berbagai merek yag di pasarkan ( Septian, 2009 ) Diketahui bahwa perempuan yang secara rutin menggunakan cairan pembersih ke dalam vagina cenderung mempunyai lebih menimbulkan banyak masalah yang berhubungan dengan kesehatan vaginanya. Menimbulkan masalah masalah karena menggunakan pembersih vagina adalah iritasi vagina, infeksi vagina dapat mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidup. Untuk menjaga organ intim wanita agar selalu sehat dan juga terhindar dari berbagai macam penyakit kelamin maka hindarilah memakai pemakaian pembersih vagina dari bahan kimia dan bahan pewangi (cairan yang khusus untuk mebersihkan alat kelamin wanita ), karena itu dapat mengganggu keseimbangan flora dalam vagina. Jika terlalu sering menggunakan pembersih vagina maka bisa mengakibatkan membunuh bakteri baik yang ada dalam vagina. Efeknya justru akan menimbulkan tumbuhnya jamur, sehingga akan timbul gatal gatal di daerah organ intim. Apalagi sampai menyemprotkan minyak wangi pada area vagina. (Septian. 2009) Keputihan fisiologis ini merupakan keputihan yang bersifat normal. Dimana, cairan yang keluar cenderung jernih atau sedikit kekuningan dan kental seperti lendir serta tidak disertai bau atau rasa gatal. Biasanya terjadi pada masa subur, sebelum dan sesudah menstruasi, atau saat banyak melakukan aktivitas fisik. Keputihan Patologis, merupakan keputihan yang tidak normal yang terjadi karena infeksi pada vagina, adanya benda asing pada vagina atau karena keganasan. Infeksi bisa sebagai akibat dari virus, bakteri, jamur, dan parasit bersel satu Trichomonas vaginalis. Dapat pula disebabkan oleh iritasi karena berbagai sebab seperti iritasi akibat bahan pembersih vagina, iritasi saat berhubungan seksual, penggunaan tampon, dan alat kontrasepsi. Infeksi virus, bakteri, dan parasit bersel satu umumnya didapatkan saat melakukan aktivitas seksual. Wanita Indonesia yang pernah mengalami masalah keputihan fisiologis sangat besar. Tercatat sebesar 75% wanita Indonesia pasti mengalami keputihan fisiologis minimal 1 kali dalam hidupnya (Octaviyanti, 2006). Menurut spesialis kebidanan, ahli kanker dan kandungan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr Laila Nuranna, SpOG(K), 99,7 persen kanker serviks disebabkan oleh HPV Onkogenik. H PV 16 dan 18 merupakan penyebab utama pada 70 persen kasus kanker serviks di dunia. "Sekitar 80 persen kasus kanker leher rahim terjadi pada perempuan yang hidup di negara berkembang. Di Indonesia, terdapat 90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk," kata Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Farida Hatta Swasono di Jakarta. HIKMAH 9

DiIndonesia, kasus vaginitis mencapai 10% penyebabadalah infeksi ringan pada vagina. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan pertumbuhan bakteri normal vagina. Kondisi ini biasa disebabkan oleh bakteri Gardnerella vaginitis. (Munzila & Wiknjosastro, 2007) Hasil penelitian di perkotaan dari dr. Prita Muliarini SpOG, ( 2010) meningkatnya gaya hidup yang terdiri dari gaya berpakaian, bekerja, kebiasaan terhadap kebersihan lingkungan (sanitasi) dan pemakaian obat-obatan berpengaruh besar terhadap keseimbangan ekosistem vagina yang seringkali mempengaruhi prevalensi keputihan sebesar 76 %, padahal faktanya keputihan tidak normal bisa memicu kanker serviks.( Sylvia, 2010 ). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang di lakukan pada tanggal 7 September 2011 dengan wawancara langsung kepada 20 responden dari kejuruan IPA sebanyak 10 responden, terdapat 4 responden yang menggunakan pembersih genetalia eksterna seperti daun sirih, laktoserum dan yang mengalami keputihan 2 responden dan sebanyak 10 responden dari kejuruan IPS di dapatkan 2 yang menggunakan pembersih genetalia eksterna daun sirih, laktoserum yang mengalami keputihan sebanyak 2 responden. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi analitik dimana peneliti menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI IPA di SMAN 1 Mayong Jepara Tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 67 responden. Penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Analisa data menggunakan Chi Square. HASIL PENELITIAN 1. Penggunaan pembersih Genetalia eksterna Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penggunaan pembersih genetalia eksterna di SMA N 1 Mayong Jepara Penggunaan pembersih genetalia eksterna Frekuensi (siswi) Presentase (%) Tidak pernah 45 67,2 Kadang-kadang 22 32,8 Sering 0 0 Jumlah 67 100,0 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagai besar responden tidak pernah menggunakan pembersih genetalia eksterna sebanyak 45 siswa (67,2%). 2. Kejadian keputihan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Keputihan di SMA N 1 Mayong Jepara Bulan Kejadian keputihan Frekuensi (Siswi) Presentase (%) Fisiologis 58 86,6 Patologis 9 13,4 Jumlah 67 100,0 HIKMAH 10

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagai besar responden mengalami kejadian keputihan fisiologis sebanyak 58 siswi (86,6%). 3. Hubungan penggunaan pembersih genetalia eksterna dengan kejadian keputihan Tabel 3 Hubungan penggunaan pembersih genetalia eksterna dengan kejadian keputihan di siswi kelas X1 IPA SMA N 1 Mayong Jepara Keputihan Penggunaan Pembersih Genetalia Eksterna Jumlah Fisiologis Patologis Tidak pernah 43 (64,2%) 2(3,0%) 45(67,2%) Kadang-kadang 15(22,4%) 7(10,4%) 22(32,8%) Sering 0(0,00%) 0(0,00%) 0(0,00%) Jumlah 58(86,6%) 9(13,4%) 67(100,0%) Berdasarkan data dari tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas responden yang tidak pernah menggunaan pembersih genetalia eksterna, dan yang mengalami keputihan patologis, dan kategori kadang-kadang yang mengalami keputihan fisiologis sebanyak 43 siswi (64,2%) sedangkan paling sedikit responden yang kadang kadang menggunakan pembersih genetalia eksterna yang mengalami keputihan patologis sebanyak 7 siswi (10,4%). Syarat uji chi square tidak terpenuhi, karena terdapat expected count < 5 lebih dari 20% sel, sehingga menggunakan uji exact fisher dengan hasil value = 0,004 dengan tarif signifikan 5% sehingga p value < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, berarti ada hubungan penggunaan pembersih genetalia eksterna dengan kejadian keputihan di siswi kelas X1 IPA SMA N 1 mayong Jepara. Hasil Contingency Coefficient = 0,353, sehingga keeratan hubungan rendah antara penggunaan pembersih genetalia eksterna dengan kejadian keputihan. PEMBAHASAN 1. Penggunaan pembersih genetalia eksterna Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mayoritas responden tidak pernah menggunakan pembersih genetalia eksterna sebanyak 45 siswi ( 67,2%). Hal ini disebabkan karena adanya ketakutan remaja dalam penggunaan pembersih genetalia eksterna, kurangnya pemahaman remaja tantang manfaat penggunaan pembersih genetalia eksterna dan keterlibatan dari orang tua atau ibu.hal ini Menurut septian (2009), bahwa ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang ada di vagina ekosistem ini dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu phatogen dan laktobasilus (bakteri baik) jika keseimbangan ini terganggu, bakteri laktobasilus akan mati dan bakteri phatogen akan tumbuh subur dan bakteri phatogen ekosistem vagina adalah penggunaan sabun pembersih organ intim yang terlalu sering. Sangat banyak pilihan produk pembersih genetalia eksterna dipasaran, bahkan hampir setiap hari bermunculan iklan yang menawarkan khasiat ampuh produk pembersih vagina itu. Dari sekian banyak produk yang beredar rata-rata memiliki tiga bahan dasar. Estrak daun sirih, bahan providone, kombinasi laktoserum dan asam lakta. Namun demikian, masih terdapat responden yang kadang kadang menggunakan pembersih genetalia eksterna sebanyak 22 siswi (32,8%). Hal ini disebabkan karena HIKMAH 11

adanya iklan yang memamerkan keunggulan produkya sehingga dapat menarik kita untuk menggunakan alat pembersih daerah kewanitaan sebagai kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.menurut Syarif (2007) bahwa efek samping dari kesalahan dalam merawat alat reproduksi eksterna, yaitu : Jika ada pembersih / sabun berbahan daun sirih digunakan dalam waktu lama, akan menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu dan produk pembersih wanita yang mengandung bahan providen lodine mempunyai efek samping dermatis kontak sampai reaksi efek yang berat.(http://ayohidupsehat.net/semprotan) Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita di indonesia menunjukkan 75% pernah menggunakan pembersih vagina yang telah menjadi bagian dari personal higienis mereka yang dilakukan secara rutin. Bahkan yang bisa digunakan adalah (51%) sabun (18%) pembersih cairan dengan berbagai merek yag di pasarkan ( Septian, 2009 ) Beberapa wanita percaya bahwa menggunakan pembersih atau penyemprot vagina ( vaginal douching) dapat memberikan manfaat dan merawat organ intimnya. Padahal cara pembersihan vagina ini justru dapat memberikan dampak negatif. 2. Keputihan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mayoritas responden mengalami keputihan fisiologis sebanyak 58 siswi ( 86,6% ). Hal ini menunjukkan siswi tidak pernah menggunakan pembersih genetalia eksterna seperti pengeluaran dari alat kelamin yang bukan darah yang tidak gatal, tidak berbau, berwarna bening, dan terjadi hanya menjelang menstruasi. Hal ini disebabkan karena keputihan fisiologis dijumpai pada keadaan menjelang menstruasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan Manuaba (2002), bahwa keputihan fisiologis dijumpai pada keadaan menjelang menstruasi, pada saat keinginan seks meningkat dan pada waktu hamil, penyebab keputihan antara lain adanya infeksi, benda asing. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 9 siswi (13,4%) yang mengalami keputihan patologis. Hal ini dapat dibuktikan dari jawaban responden yang menyatakan mengalami keputihan yang bewarna kehijau-hijauan, gatal dan berbau, sebanyak 7 responden (77,8%) dan alat kelamin berubah menjadi kemerahan sebanyak 2 responden (22,2%). Di Indonesia angka kejadian infeksi vagina disebabkan oleh bacterial vaginosis mencapai 40% - 50%. Vulva vaginosis candidiasis mencapai 20% - 25% kasus, dan tricononasis mencapai 15% - 20% kasus. Sedangkan menurut penelitian bagian Obstetri Ginekologi di Jawa Tengah didapatkan data 2% penderita berusia 11-15 tahun, dan 12% (usia 16-20 tahun) dari 223 remaja terinfeksi di daerah kemaluan atau vulva vaginitis (Posledan, 2008). 3. Hubungan penggunaan pembersih genetalia eksterna dengan kejadian keputihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang tidak menggunakan pembersih genetalia eksterna, mengalami keputiahan fisiologis sebanyak 43 siswi (64,2%) sedangkan paling sedikit responden yang kadang kadang menggunakan pembersih genetalia eksterna yang mengalami keputihan patologis sebanyak 7 siswi (10,4%). HIKMAH 12

Berdasarakan hasil uji exact fhisher pada α = 0,05 didapatkan hasil exact sig (2- sided)= 0,004(p value <α ) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan penggunaan pembersih genetalia eksterna dengan kejadian keputihan. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan estrak daun sirih, bahan produk - produk pembersih kewanitaan yang mengandung bahan providone, produk yang merupakan kombinasi laktoserum dan asam laktat laktoserum dapat menggakibatkan keputihan patologis. Pembersih genetalia eksterna yang berlebihan dapat mengurangi keasaman daerah intim (vagina), sehingga mudah terinfeksi pada area pribadi wanita. Karena sabun umumnya bersifat basa yang tidak sesuai dengan pribadi yang bersifat asam, ( Septian,2009 ) Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian eko wijayanti (2004) yang menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara penggunaan antiseptik, cara membersihkan alat genital, kebersihan kamar mandi, penggunaan pembalut dan tampon dengan kejadian keputihan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Dianis wulan sari (2010), menun jukkan terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku higiene pribadi dengan kejadian keputihan. SIMPULAN Sebagaian besar responden tidak pernah menggunakan pembersih genetalia eksterna sebanyak 45 Siswi (67,2%). Sebagian besar responden mengalami keput ihan fisiologis sebanyak 58 siswi (86,6%). Ada hubungan penggunaan pembersih genetalia eksterna dengan kejadian keputihan dengan keeratan hubungan rendah (C = 0,353). SARAN Bagi masyarakat khususnya siswi, diharapkan dalam menggunakan pembersih genetalia eksterna melihat dampak yang akan terjadi, dan melakukan tindakan yang dapat mencegah terjadinya keputihan yang fisiologis maupun patologis. Bagi Tenaga Kesehatan, dengan meingkatkan kesehatan dalam KIE / penkes tentang kesehatan reproduksi kepada siswi khususnya mengenai bahwa penggunaan pembersih genetalia ekstrena dengan kejadian keputihan.bagi institusi pendidikan sekolah, diharapkan dapat memberikan bahan masukan untuk mempertimbangkan dan evaluasi dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan khususnya kesehatan reproduksi pada siswi kelas XI IPA di SMA N 1 Mayong Jepara.Bagi Peneliti Selanjutnya, perlu penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan penelitian tersebut seperti faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian keputihan patologis. DAFTAR PUSTAKA Anonim. http://ayohidupsehat.net. 2011 [Diakses tanggal 2 Juni 2011] Arikunto. Produser Penelitian, Soekarto: Rineka Cipta. 2006; h. 151. Afriyani.http://www.fkm.undip.ac.id. 2005 [Diakses tanggal 15 Mei 2011] Ayurai. Hubungan Antara Volua Hygienes Dengan Kejadian Keputihan. (http://www.situskespro.com. Diakses 6 April 2009). 2002; Azwar. Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010; h. 91. Elizabeth, Hurlook. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Tentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.1999; h. 206-207. HIKMAH 13

Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Cetakan Empat. Jakarta: Salemba Medika; 2010; h. 43; 86; 94-95. Isnawati. Awas Bahaya Penyakit Kelamin. Yogjakarta: Diva Press. 2010; h. 15. Junita. Kesehatan Vagina. (http://www.dechacare.com. Diakses 17 Januari 2009). 2009. Kasdu, Dra.Dini, Mkes. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Suara; 2005; h. 38 Latipun. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press. 2001; h. 65. Manuaba, IBG. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Ercon. 2002; h. 59. Notoadmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip Dasar). Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003; h. 70. Notoadmodjo. Metodologi Konseling. Malang: UMM press. 2005; h. 25; 46; 70; 79; 124-125. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2003; h. 67. Posledan A. Kesehatan Reproduksi. 20 Januari 2008 [Diakses 16 Januari 2011]. Didapat dari: http://adbritepoledon.com/ kesehatan-reproduksi Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2007; h. 116-117. Purwanto. Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: EGC. 1999; h. Septian. Cara merawat Organ Intim dengan Baik dan Benar. ( http://ti-an.co.cc. Diakses 10 Februari 2009). 2009 Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Afabeta 2007; h. 68. Wulan Sari. Hubungan Perilaku Higiene Pribadi Dengan Kejadian (http://eprints.undip.ac.id) 2010. Zulkifli. Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2001; h. 65. HIKMAH 14