Kunci: camshaft, patahan, operasional, pengujian, kegagalan.

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA KEGAGALAN MAIN BEARING CRANKSHAFT PADA KENDARAAN RODA EMPAT

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

I. PENDAHULUAN. Baja karbon AISI 1045 adalah jenis baja yang tergolong dalam baja paduan

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 1 Juni 2008

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: ISSN

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

Karakterisasi Material Sprocket

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PISAU HAMMER MILL PADA MESIN PENGGILING JAGUNG PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA CABANG SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

I. PENDAHULUAN. Baja adalah sebuah senyawa antara besi (Fe) dan karbon (C), dimana sering

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

I. PENDAHULUAN. Logam merupakan material kebutuhan manusia yang banyak penggunaannya

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

STUDI KOMPARASI HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS MATERIAL RING PISTON BARU DAN BEKAS

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH KADAR DROMUS OIL DALAM MEDIA PENDINGIN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 60 YANG MENGALAMI PROSES HARDENING TEMPERING

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

Studi Komparasi Pengaruh Holding Time. Pada Proses Carburizing Steering Gear

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGARUH PRESTRAIN BERTINGKAT TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK BAJA KARBON SEDANG

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

ANALISIS PENGARUH WAKTU PERLAKUKAN PANAS TERHADAP NILAI KEKERASAN KARBURASI BAJA KARBON RENDAH

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI BAJA CHASIS MOBlL SMK (SANG SURYA) SEBELUM DAN SESUDAH PROSES QUENCHING

ANALISA KUALITAS MATERIAL BEBERAPA PRODUK CRANK SHAFT SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

ANALISA PROSES SPRAY QUENCHING PADA PLAT BAJA KARBON SEDANG

KETANGGUHAN BEBAN IMPAK DAN BEBAN TARIK MAKSIMUM PADA PELAT BAJA BERLAPIS AKIBAT QUENCHING DAN NORMALIZING

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KARBURISASI RODA GIGI SPROCKET ASPIRA DENGAN AHM TERHADAP PERUBAHAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA CORONA 2000 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS BAJA ASSAB 705 M YANG DIGUNAKAN PADA KOMPONEN STUD PIN WINDER

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk.

Pengaruh Perlakuan Panas Dengan Air Dan Oli Terhadap Kekuatan Impact (Benturan) Bahan Piston Dan Cylinder Liner ABSTRAK

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA COROLA 1300 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SIFAT MEKANIS ANTARA NOKEN AS STANDAR DAN NOKEN AS REKONDISI PADA SEPEDA MOTOR

RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER)

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE)

PENELITIAN TENTANG PENINGKATAN KEKERASAN PADA PERMUKAAN BUSHING DENGAN HEAT TREATMENT METODE KONVENSIONAL

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA JIS S45C

Rubijanto ) ABSTRAK. Kata kunci : Perlakuan panas,proses pendinginan. ) Staf Pengajar Jurusan Mesin UNIMUS. Traksi. Vol. 4. No.

PENGARUH TYPE PENGERASAN TERHADAP DISTRIBUSI KEKERASAN, KEDALAMAN DIFUSI DAN STRUKTUR MIKRO BAJA KARBON RENDAH (MILD STEEL) YANG TELAH DIKARBURISASI

BAB I PENDAHULUAN. Poros adalah bagian terpenting dari setiap mesin. Peran poros yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

PEMILIHAN PARAMETER PERLAKUAN PANAS UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAJA PEGAS 55 Si 7 YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENAMBAT REL KERETA API

Studi Pengerasan Permukaan Dengan Cara Pengerasan Induksi Pada Baja Paduan Rendah

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Masa berlaku: Alamat : Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Juli 2009 Telp. (022) ; Faks. (022) ,

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

Transkripsi:

ANALISA KERUSAKAN PATAH CAMSHAFT PADA MESIN KENDARAAN BERMOTOR Sugiyanto, Eko Edy Susanto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang Telp. (0) 766 Pes. 56, Fax. (0) 76 E-mail : ekoedys@yahoo.co.id ABSTRAK Penggunaan baja salah satunya adalah dibidang proses produksi, seperti pembuatan poros nok atau camshaft, proses pembentukan, dan konstruksi lainnya. Pemilihan material camshaft tergantung dari penggunaan atau aplikasi yang akan dibebankan pada konstruksi camshaft tersebut. Pemilihan material yang tepat sangat menunjang hasil yang baik, secara umum baja yang sesuai adalah baja dengan unsur baja karbon sedang. Bentuk patahan camshaft berbentuk patah getas. Pernyataan tersebut dipekuat oleh bentuk penampang patahan yang rata dan mendatar. Patahan yang rata dan mendatar disebabkan karena pergeseran atara sruktur logam. Bagian luar poros pada daerah yang tidak mendapat perlakuan pemesinan, kekerasannya,5 HRc lebih rendah dibandingkan dengan kekerasan pada daerah poros yang berhubungan dengan bantalan HRc. Kekerasan pada daerah patahan kalau diukur dari daerah yang medekati lingkaran luar poros lebih keras dibandingkan dengan inti poros dan rata-rata kekerasan daerah patah sebesar 8 HRc. Pada poros yang patah atau rusak penyebaran kekerasan tidak merata. Pada daerah patahan camshaft setelah diukur kekerasannya ternyata semakin kedaerah inti poros kekerasannya semakin kecil. Dengan demikian ketangguhan camshaft tidak mampu mengatasi momen puntir yang terjadi akibat pemberhentian secara mendadak karena adanya kesalahan pada sistem penggerak, akibatnya camshaft patah Kunci: camshaft, patahan, operasional, pengujian, kegagalan. PENDAHULUAN Pada mesin kendaraan terdapat mekanisme penggerak yang bekerja sangat kompak dan mendukung sistem kerja untuk menjalankan mesin. Salah satunya bagian komponen mesin yang sangat penting yaitu camshaft karena camshaft mengatur pemasukan bahan bakar dan mengeluarkan gas buang atau sisa pembakaran dengan membuka dan menutup katup-katup pada ruang pembakaran. Mekanisme kerjanya dengan cara memutar camshaft dan pada camshaft dilengkapi nok-nok untuk membuka dan menutup katup-katup pada ruang bakar. Dengan demikian camshaft menerima beban momen puntir. Agar putaran camshaft dapat optimal maka pada bagian-bagian bearing diberikan pelumas yang melumasi secara terusmenerus. Kerusakan yang sering terjadi 8

pada camshaft, kebanyakan pada nok-nok sering terjadi keausan karena gesekan dengan dudukan push rod, keausan pada poros yang berhubungan dengan bantalan walaupn sudah ada aliran pelumasnya. Kerusakan yang berat dan jarang terjadi yaitu patahnya poros camshaft, padahal camshaft tersebut umur pakainya dapat dikatagorikan masin aman. Pada kerusakan camshaft selain bahan poros yang digunakan juga dipengaruhi oleh pengoperasiannya meliputi pelumasan, kerja camshaft dan permasalahan apa penyebab camshaft mengalami rusak patah pada saat dioperasikan. Tujuannya untuk mengetahui model perpatahan yang terjadi pada camshaft dan penyebab patahnya camshaft, dimana masalah patahnya camshaft tersebut akan dibahas lebih lanjut. METODOLOGI Bahan camshaft yang rusak atau patah mempunyai komposisi C: 0,8 ; Si: 0,7 ; Mn:0,65 ; Cr:,7 ; Mo:0,5 ; Ni:,5 dan kekerasannya rata-rata 90 HB, Tensile Strength rata-rata 95 kg/mm. Melalui pendekatan bahan sampel uji kekerasan menggunakan bahan dengan komposisi yang mendekati komposisi bahan camshaft yang rusak tersebut, memperoleh data kekerasan 5 HRc, Yeild Strength 785 Mpa, Tegangan maksimum 856 Mpa. Menentukan model patahan : Gambar. Camshaft yang patah 9

Gambar. Bentuk patahan camshaft (a) (b) Gambar Berdasarkan refrensi (a) Patahan Britle (b) Patahan Ductile Patahan poros tipe Ductile (refrensi) Patahan poros tipe Britle (sampel) Gambar Membandingan bentuk patahan dari refrensi dengan camshaft yang patah Dari gambar, gambar dan gambar sudah jelas bahwa bentuk patahan camshaft berbentuk patah getas. Pernyataan tersebut dipekuat oleh bentuk 0

penampang patahan yang rata dan mendatar. Patahan yang rata dan mendatar disebabkan karena pergeseran atara sruktur logam. Bentuk patahan logam yang bersifat mulur atau ductile terlihat pada permukaan patahan terdapat bentukbentuk bukit yang lancip karena pergeseran struktur logam kearah vertikal bersamaan dengan melemahkan energi antara srtuktur logam sehingga membentuk kerucut sampai putus. Bahan camshaft kandungan karbonnya 0,5 % dengan demikian termasuk baja karbon sedang sesuai untuk bahan poros kerena mempunyai kekuatan dan ketangguhan. Jika dilakukan pengolahan panas dapat keras dan kuat. Penyebaran kekerasan material camsahft yang patah. Gambar 5 Lokasi pengukuran kekerasan camshaft pada daerah bearing Bagian luar camshaft (gambar 5) yang berhubungan dengan bantalan tidak ada cacat aus dan kekerasannya rata-rata,5 HRc. Dengan demikian pengaruh pelumasan pada bantalan tidak ada karena tidak terdapat keausan bahan akibat gesekan. Bagian luar poros pada daerah yang tidak mendapat perlakuan pemesinan (Gambar 6), kekerasannya,5 HRc lebih rendah dibandingkan dengan kekerasan pada daerah poros yang berhubungan dengan bantalan,5 HRc. Kekerasan pada daerah patahan kalau diukur pada daerah yang medekati lingkaran luar poros lebih keras (Gambar 7) dibandingkan dengan daerah tengah poros dan rata-rata kekerasan yang rusak atau patah sebesar 8 HRc. Dengan demikian pada satu poros yang patah atau rusak penyebaran kekerasan tidak merata.

5 Gambar 6. Lokasi pengukuran kekerasan camshaft pada daerah patahan (diameter luar poros) Gambar 7. Lokasi pengukuran kekerasan camshaft pada daerah patahan Struktur mikro daerah patahan camshaft. No Lokasi pengujian Foto Struktur Mikro Keterangan Kekerasan HRc Kekerasan 9 HRc Kekerasan 9 HRc

Kekerasan 0 HRc 5 Kekerasan 5 HRc Gambar 8. Struktur mikro daerah patahan camshaft dan kekerasannya Pada daerah patahan camshaft setelah diukur kekerasannya ternyata semakin kedaerah inti atau tengah poros kekerasannya semakin kecil. Kenyataan ini diperkuat oleh gambar struktur mikro yang menggambarkan pada daerah tepi poros kandungan martensitnya labih banyak prosentasenya dibandingkan pada daerah inti poros. Dengan demikian pada daerah luar poros kekerasannya tinggi dan bagian tengah poros dimana prosentase martensitnya lebih rendah dan prosentase perlit, ferit tinggi maka kekerasannya agak rendah. Oleh sebab itu poros spesifikasinya tahan terhadap aus dan tangguh serta kuat terhadap pembebanan. Pengoperasian camshaft pada mesin kendaraan bermotor. Historis terjadinya patahnya camshaft karena camshaft tidak mampu menahan momen puntir yang terjadi secara mendadak. Momen puntir pada camshaft terjadi karena kerja camshaft berputar dan secara mendadak putaran camshaft dihentikan oleh nok yang tidak mampu menggerakan push rod. Push rod tidak bergerak karena arm macet disebabkan katup-katup yang digerakan juga macet karena berbenturan dengan piston. Dengan demikian demikian patahnya camshaft karena pada waktu camshaft berputar dengan putaran tinggi kemudian diberhentikan oleh macetnya arm secara mendadak maka momen puntir yang terjadi pada camshaft tidak mampu ditahan oleh camshaft sehingga terjadi perpatahan pada camshaft. PEMBAHASAN Kekerasan pada permukaan camshaft yang patah rata-rata 9 HRc dan pada perrmukaan camshaft yang berhubungan dengan bantalan kekerasannya 6 HRc, dengan

demikian penyebaran kekerasan pada permukaan poros camshaft yang patah tidak merata dan rata-rata kekerasannya,5 HRc. Kekerasan poros pada bagian yang berhubungan dengan bantalan ratarata kekerasnnya,5 HRc. Kekerasan berdasarkan potongan melintang camshaft yang rusak 5 HRc dengan demikian rata-rata bagian dalam poros yang rusak kekerasannya rata-rata 8 HRc. Tidak meratanya kekerasan pada camshaft yang patah karena unsur martensit penyebarannya tidak merata, pada daerah diameter terbesar kandungan martensit prosentasenya banyak dan bagian tengah poros prosentase martensit kecil. Pengaruh timing yang salah maka kinerja camshaft dan crankshaft tidak menghasilkan proses kerja mesin dengan baik sehingga menyebabkan katup berbenturan dengan piston dan menyebabkan arm berhenti atau macet. Sisi yang lain camshaft masih berkerja berputar dan nok mendorong arm karena arm macet maka nok juga macet sehingga momen puntir pada camshaft menyebabkan patah pada daerah nok yang macet. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan analisa data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :. Camshaft setelah dioperasikan pada mesin kendaraan terjadi penurunan kekerasan dan kekerasannya tidak merata sehingga terjadi perbedaan tegangan pada bahan kontruksi camshaft dengan demikian dapat mempercepat laju perpatahan.. Camshaft patah disebabkan tidak mampunya bahan camshaft menerima momen puntir setelah terjadi macetnya arm dan posisi camshaft dalam keadaan berputar.. Pemilihan bahan camshaft rusak sebelum batas umur pakai karena pada saat pengoperasian terjadi kesalahan proses kerja pada sistem mekanis. DAFTAR PUSTAKA. George E. Dieter, Metalurgi Mekanik, Terjemahan Sriati Djaprie, Jilid, Penerbit Erlangga, Jakarta, 988.. Smallman. R.E, Metalurgi Fisik Modern, Penerbit Gramedia, Jakarta,99.. Suratman Rochim, Paduan Proses Perlakuan Panas, Lembaga Penelitian Institut Teknologi Bandung, 99.. Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, Penerbit Gramedia, Jakarta,99. 5. Thelning Erick, Stell and Heat Treatment, Jointly Owned by Butterworek & CO, London, 98 6. Thomas J. Witherfod, Introduction to Heat Treating of Stells, ASM Handbook Heat Treating, Volume, ASM International, Ohio, 99 halaman 7-75.