PENGARUH UNSUR PEMADU Fe DAN PERLAKUAN PANAS PADA MIKROSTRUKTUR DAN SIFAT MEKANIK ZIRCALOY-4 Sn RENDAH (ELS)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KANDUNGAN NIOBIUM TERHADAP MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN PADUAN Zr Nb Fe Cr

PENGARUH KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN INGOT Zr-Nb-Si

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen

SINTESIS PADUAN Zr-Sn-Mo UNTUK MENDAPATKAN BAHAN BARU KELONGSONG ELEMEN BAKAR NUKLIR

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

PENGARUH DEFORMASI DINGIN TERHADAP KARAKTER PADUAN Zr-0,3%Mo-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

KARAKTERISASI PANAS JENIS ZIRCALOY-4 SN RENDAH (ELS) DENGAN VARIABEL KONSENTRASI Fe

STUDI LAJU KOROSI PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr DALAM MEDIA UAP AIR JENUH PADA TEMPERATUR C

I. PENDAHULUAN. kelongsong bahan bakar, seperti sedikit mengabsorpsi neutron, kekerasan

KARAKTERISASI INGOT PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN UZrNb PASCA PERLAKUAN PANAS

PENGARUH TEKANAN PENGOMPAKAN, KOMPOSISI Er 2 O 3 DAN PENYINTERAN PADA TEMPERATUR RENDAH TERHADAP KUALITAS PELET UO 2 + Er 2 O 3

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN INTERMETALIK AlFeNi SEBAGAI BAHAN KELONGSONG BAHAN BAKAR

PENGARUH TEMPERATUR ANIL TERHADAP JENIS DAN UKURAN PRESIPITAT FASE KEDUA PADA PADUAN Zr-1%Nb-1%Sn-1%Fe

Pengaruh reduksi tebal terhadap mikrostruktur dan kekerasan paduan Zr-0,4%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr pasca pengerolan panas. Sungkono dan Siti Aidah

PENINGKATAN KETAHANAN KOROSI ZIRCALOY-4 MELALUI PEMADU TIMAH, TEMBAGA DAN NIOBIUM

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA REGANGAN DAN TEGANGAN SISA. PADUAN Zr-1%Sn-1%Nb-1%Fe

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

UJI KEKERASAN DAN PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR Zr-2 DAN Zr-4 PRA IRADIASI

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

PENGARUH PEMADU Mo PADA KEKUATAN MEKANIK DAN KETAHANAN KOROSI PADUAN Zr-1% Sn-1% Nb-1% Fe

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

PENGARUH UNSUR ALUMINIUM DALAM KUNINGAN TERHADAP KEKERASAN, KEKUATAN TARIK, DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH KADAR Ni TERHADAP SIFAT KEKERASAN, LAJU KOROSI DAN STABILITAS PANAS BAHAN STRUKTUR BERBASIS ALUMINIUM

PENGARUH UNSUR GERMANIUM TERHADAP KETAHANAN KOROSI PADUAN Zr-Nb-Mo-Ge UNTUK MATERIAL KELONGSONG PERUSAHAAN LISTRIK TENAGA NUKLIR

STUDI TENTANG PENGARUH NITROCARBURIZING DC-PLASMA TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL Zr-4

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

BAB III METODE PENELITIAN

PENETAPAN PARAMETER PROSES PEMBUATAN BAHAN BAKAR UO 2 SERBUK HALUS YANG MEMENUHI SPESIFIKASI BAHAN BAKAR TIPE PHWR

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

PENGARUH UNSUR Nb PADA BAHAN BAKAR PADUAN UZrNb TERHADAP DENSITAS, KEKERASAN DAN MIKROSTRUKTUR

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

KARAKTERISTIK MIKROSTRUKTUR DAN FASA PADUAN Zr- 0,3%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS DAN PENGEROLAN DINGIN

PENGARUH DEFORMASI TERANIL PADUAN Zr-Nb-Sn-Fe PADA KEKERASAN DAN MIKROSTRUKTUR

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

Perilaku Mekanik Tembaga Fosfor C1220T-OL Pada Proses Annealing dan Normalizing

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT BAHAN PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

PENGARUH TEMPERATUR DAN NITROGEN HASIL HOT ROLLING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Co-Cr- Mo UNTUK APLIKASI BIOMEDIS

FORMASI FASA DAN MIKROSTRUKTUR BAHAN STRUK- TUR PADUAN ALUMINIUM FERO-NIKEL HASIL PROSES SINTESIS

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

ANALISIS SIFAT TERMAL PADUAN AlFeNi SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

PENGARUH KANDUNGAN Fe DAN Mo TERHADAP KETAHANAN KOROSI INGOT PADUAN ZIRLO-Mo DALAM MEDIA UAP AIR JENUH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

Karakterisasi Material Sprocket

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

Pengaruh Temperatur dan Waktu Tahan Aging Presipitasi Hardening terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Paduan Mg-6Zn-1Y

PENGARUH PROSES QUENCHING TERHADAP LAJU KOROSI BAHAN BAKAR PADUAN UZr

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PROSES AUSTEMPER PADA BAJA KARBON S 45 C DAN S 60 C

PENGEMBANGAN PADUAN AlFeNi SEBAGAI BAHAN STRUKTUR INDUSTRI NUKLIR

SINTESIS PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL SEBAGAI BAHAN STRUKTUR CLADDING ELEMEN BAKAR NUKLIR

BAB III. dan RX-KING ditujukan pada diagram dibawah ini yaitu diagram alir penelitian. Rumah Kopling F1-ZR. Rumah Kopling RX-KING.

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

SEMINAR NASIONAL ke-8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

Karakterisasi Material Sprocket

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN AL 2014 HASIL PROSES AGING DENGAN VARIASI TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

VALIDASI METODE UJI KEKERASAN MIKRO PADA KELONGSONG ZIRKALOY-4

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

KARAKTERISASI METALOGRAFI DAN VJI MEKANIK INGOT HASIL DAVR VLANG SKRAP ZIRKALOY-2

KAJIAN PENDAHULUAN PEMBUATAN PADUAN Fe-Ni-Al DARI BAHAN BAKU FERRONIKEL PT. ANTAM Tbk. TUGAS AKHIR. Fiksi Sastrakencana NIM :

KETAHANAN KOROSI BAHAN STRUKTUR AlMg-2 DALAM MEDIA AIR PASCA PERLAKUAN PANAS DAN PENDINGINAN

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PENCIRIAN PADUAN ALUMINIUM-BESI-NIKEL SEBAGAI KELONGSONG ELEMEN BAICAR BERDENSITAS TINGGI ASEP ARY RAMMELYADI

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR FASA PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

PENGARUH PERU BAHAN KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN INGOT PADUAN Zr-Nb-Si

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

PENGARUH KANDUNGAN Nb DAN WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR DALAM PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADUAN U-Zr-Nb

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

ANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

ANALISIS MIKROSTRUKTUR DAN KIMIA TERHADAP HASIL KOROSI PADA INGOT AlFeNiMg

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

ISSN 1907 2635 Pengaruh Pemadu Fe dalam Zircaloy-4 Sn Rendah dan Perlakuan Panas pada Mikrostruktur dan Sifat Mekanik (Sugondo) PENGARUH UNSUR PEMADU Fe DAN PERLAKUAN PANAS PADA MIKROSTRUKTUR DAN SIFAT MEKANIK ZIRCALOY-4 Sn RENDAH (ELS) Sugondo Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN, Serpong ABSTRAK PENGARUH UNSUR PEMADU Fe DAN PERLAKUAN PANAS PADA MIKROSTRUKTUR DAN SIFAT MEKANIK ZIRCALOY-4 Sn RENDAH. Penelitian Zircaloy-4 Sn rendah (ELS) dengan variasi unsur pemadu (0,5;0,75;1,0)% Fe dilakukan untuk mendapatkan bahan kelongsong tahan terhadap derajat bakar tinggi. Perlakuan meliputi quenching dalam air dari temperatur 1050 C dan anil pada temperatur 400, 500, 600 dan 700 C selama 4 jam. Analisis sampel dilakukan dengan metalografi dimana mikrostruktur diamati dengan mikroskop optik, dan ukuran butir ditentukan dengan metode lamelar. Uji kekerasan dilakukan dengan Vickers Hardness Number (VHN). Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. Mikrostruktur Zircaloy-4 Sn rendah dengan kadar Fe antara 0,5 sampai 1,0% termasuk tipe lamelar dengan ukuran butir paling kecil 0,043 mm untuk paduan 1% Fe hasil pemanasan 500 C selama 4 jam dan paling besar 0,0749 mm pada paduan 0,75% Fe hasil pemanasan 400 C selama 4 jam. Kekerasan paling besar ialah 205,6 VHN pada sampel 0,5% Fe hasil quenching dan paling kecil sebesar 150,8 VHN pada sampel 1,0% Fe hasil pemanasan 700 C selama 4 jam. Kekuatan luluh paling besar ialah 45.228 psi pada sampel 0,5% Fe hasil quenching dan paling kecil sebesar 33.176 psi pada sampel 1,0% Fe hasil pemanasan 700 C selama 4 jam. Kekuatan tarik paling besar ialah 63.731 psi pada sampel 0,5% Fe hasil quenching dan paling kecil sebesar 46.749 psi pada sampel 1,0% Fe hasil pemanasan 700 C selama 4 jam. Pengerasan dan penguatan tidak hanya dikendalikan oleh butir tetapi juga oleh presipitat, baik untuk pengerasan dan penguatan melalui pemanasan pada temperatur 500 C maupun untuk pelunakan melalui pemanasan pada temperatur 700 C. KATA KUNCI: Zircaloy-4, Perlakuan panas, Mikrostruktur, Sifat mekanik, Metalografi, Kekerasan mikro ABSTRACT EFFECTS OF ALLOYING ELEMENT Fe AND HEAT TREATMENT ON THE MICROSTRUCTURE AND MECHANICAL PROPERTIES OF ZIRCALOY-4 LOW Sn (ELS). Study on Zircaloy-4 low Sn (ELS) with variation of alloying element (0.5,0.75,1.0)% Fe has been performed to obtain cladding materials which is resistant to high burnup. The treatment included quenching in water from temperature of 1050 C, and annealing at temperatures of 400, 500, 600 and 700 C for 4 hours. The samples were analyzed using metallography, in which the microstructure was revealed with optical microscope and grain sizes were determined using lamellar method. The hardness was examined by Vickers Hardness Number (VHN). The results were as follows. The microstructure of the extra low Sn Zircaloy-4 with Fe concentration from 0.5% to 1.0% was of the lamellar type, in which the smallest size was 0.043 mm for 1.0% Fe sample annealed at 500 C for 4 hours, and the largest was 0.0749 mm for 0.75% Fe sample annealed at 400 C for 4 hours. The largest hardness was 205.6 VHN for 0.5% Fe sample undergoing quenching and the smallest was 150.8 VHN for 1.0% Fe sample annealed at Naskah diterima : dan direvisi : 1

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 2 No. 1 Januari 2006: 1 55 ISSN 1907 2635 700 C for 4 hours. The highest yield point was 45,228 psi for 0.5% Fe sample undergoing quenching, and the smallest was 33,176 psi for 1.0% Fe sample annealed at 700 C for 4 hours. The highest tensile strength was 63,731 psi for 0.5% Fe sample undergoing quenching, and the smallest was 46,749 psi for 1.0% Fe sample annealed at 700 C for 4 hours. The hardening and strengthening were not only controlled by the grains but also by the precipitates, both for hardening and strengthening through heat treatment at 500 C and for softening through heat treatment at 700 C. FREE TERMS: Zircaloy-4, Heat treatment, Microstructure, Mechanical properties, Metallography, Micro hardness I. PENDAHULUAN Derajat bakar elemen bakar reaktor daya ingin ditingkatkan menjadi 70 GWd/t [1]. Peningkatan ini dimaksudkan untuk efisiensi daya, pengurangan limbah dan pengurangan biaya daur bahan bakar. Efisiensi daya dapat dicapai melalui peningkatan derajat bakar. Kesulitan peningkatan derajat bakar terletak pada kelongsong sehingga diperlukan pengembangan bahan kelongsong baru. Salah satu bahan kelongsong tersebut adalah paduan Zircaloy-4 Sn rendah (Extra Lows Sn (ELS) Zircaloy-4) [2]. Pada makalah tersebut paduan ini telah diuji coba iradiasi dengan derajat bakar 50 GWd/kgU. Pada derajat bakar tersebut Zircaloy-4 sudah mengalami degradasi dan pada derajat bakar 40 GWd/kgU Zircaloy-4 secara relatif mempunyai laju korosi dengan skala 1,2 dan ELS mempunyai skala 0,2 [3]. Pada penelitian ini akan dikorelasikan pengaruh Fe dalam paduan Zircaloy-4 Sn rendah dan perlakuan panas terhadap mikrostruktur dan sifat mekanik. II. TEORI 2.1 Paduan dan Perlakuan Panas Zircaloy-4 standar mempunyai komposisi utama Zr (1,20 1,70)%Sn (0,12 0,18)%Fe (0,05 0,15)%Cr (maks.0,007)%ni. Zircaloy-4 Sn rendah (ELS) yang akan diteliti mempunyai komposisi utama Zr (0,50 0,85)%Sn (0,5;0,75;1,0)%Fe (0,025 0,075)%Cr (maks.0,0035)% Ni [4]. Pengaruh unsur paduan Fe ialah untuk meningkatkan ketahanan korosi dan kekuatan mekanik. Semakin tinggi kadar Fe, semakin besar kekuatan tarik [5]. Untuk pelarutan dan homogenisasi pemadu digunakan metode pendinginan cepat. Kelarutan unsur pemadu dalam fasa-β zirkonium besar. Unsur pemadu dalam ingot zirkaloi kemungkinan tidak homogen. Untuk melarutkan unsur pemadu dan homogenisasi, ingot dipanaskan pada temperatur fasa-β zirkonium, yaitu pada temperatur antara 1000 1050 C yang diikuti pendinginan cepat (quenching) [6]. Pembentukan fasa-α zirkonium dan fasa-β zirkonium erat hubungannya dengan perlakuan panas. Jika paduan zirkonium didinginkan dari temperatur fasa-β zirkonium hingga temperatur di bawah 980 C maka fasa-α zirkonium terbentuk di dalam fasa-β zirkonium. Penurunan temperatur yang cepat (quenching) mengakibatkan fasa-α zirkonium yang terbentuk menghasilkan mikrostruktur berbentuk jarum yang disebut struktur Widmanstatten. Pada mikrostruktur, fasa-α zirkonium tampak terang dan fasa-β zirkonium tampak gelap [6]. Pembentukan mikrostruktur melalui anil didasarkan pada diagram Time Thermal Transformation (TTT Diagram) [5]. Dekomposisi fasa-β zirkonium ke fasa-α zirkonium dilakukan dengan anil (annealing). Pada pemanasan 400 C terjadi transformasi dari fasa-β 2

ISSN 1907 2635 Pengaruh Pemadu Fe dalam Zircaloy-4 Sn Rendah dan Perlakuan Panas pada Mikrostruktur dan Sifat Mekanik (Sugondo) zirkonium ke supersaturasi fasa-α zirkonium. Pada temperatur 500 C daerah supersaturasi fasa-α zirkonium dekat dengan daerah kesetimbangan. Pada pemanasan 600 C di daerah dekat supersaturasi dan pada 700 C di daerah dekat akhir pembentukan fasa-α zirkonium, terjadi transformasi fasa-β zirkonium menjadi fasa-α zirkonium dan fasa kedua yaitu presipitasi. Mikrostruktur yang dihasilkan tergantung pada komposisi dan laju pendinginan. Pada anil laju pendinginan antara 25 260 C/jam. Dekomposisi eutectoid zirkaloi yang mengandung pemadu Fe cukup tinggi kemungkinan besar menghasilkan mikrostruktur koloni lamelar [7]. Besi, kromium dan nikel mengalami dekomposisi dari fasa-β eutectoid zirkonium menjadi fasa-α eutectoid zirkonium. Pada konsentrasi normal, unsur paduan tersebut larut sempurna dalam fasa-β zirkonium. Temperatur pelarutannya pada interval temperatur 835 845 C yaitu pada daerah bagian atas fasa-(α+β). Dalam fasa-α zirkonium unsur paduan kelarutannya rendah, untuk unsur besi kelarutannya 120 ppm dan untuk kelarutan unsur kromium 200 ppm. Dalam zirkaloi unsur besi mensubtitusi unsur logam transisi dan membentuk senyawa intermetalik Zr 2 (Ni,Fe) dan Zr(Cr,Fe) 2. Rasio Fe/Cr menentukan struktur kristal intermetalik tersebut, yaitu hcp atau fcc. Struktur fcc terbentuk jika rasio Fe/Cr lebih kecil dari 0,1 dan lebih besar dari 0,9, dan hcp diantaranya. Intermetalik Zr 2 (Ni,Fe) membentuk struktur bcc yang disebut fasa Zintl [8]. 2.2 Mikrostruktur: Pengukuran Ukuran Butir Mikrostruktur Lamelar Mikrostruktur lamelar sifatnya unik atau tipikal, menyerupai permukaan yang terorientasi. Ukuran terkecil jarak lamelar disebut interlamelar (S o ) yang didefinisikan sebagai jarak tegak lurus sepasang lamelar (true spacing). Jarak lamelar sulit ditentukan secara langsung, sehingga penentuannya menggunakan jarak rerata acak (σ) dan dirumuskan sebagai berikut [9]. σ = 1/N L (1) dimana N L = jumlah titik potong persatuan panjang (1/mm), sehingga true spacing: S o = σ/2 (2) 2.3 Sifat Mekanik: Kekerasan, Kekuatan Tarik dan Kekuatan Luluh Uji kekerasan dilakukan dengan metode kekerasan mikro yaitu Vickers Hardness Number (VHN), juga disebut Diamond Pyramid Hardness (DPH). Metode ini digunakan mengingat sampel kecil dan jumlahnya sedikit. Pengukuran kekerasan sangat efektif untuk perkiraan kekuatan bahan. Korelasi kekuatan mekanik dan kekerasan untuk paduan berbasis zirkaloi adalah sebagai berikut [10]. Vickers Hardness Number (VHN) = DPH = {2 P sin(θ/2)} / (D 2 ) (3) Kekuatan luluh (0,2% offset), lbin -2 = 220 VHN (kg/mm) (4) Kekuatan tarik (lb/in 2 ) = 310 VHN (kg/mm 2 ) (5) dimana P = beban (kgf) D = diagonal jejak rerata (μm) θ = sudut piramid penjejak, 136 o. 3

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 2 No. 1 Januari 2006: 1 55 ISSN 1907 2635 Center- to- center spacings Edge-to-edge distances S o True spacing Δ o True free distance S Apparent spacing Δ Apparent free distance σ Intercept spacing λ Intercept free distance Gambar 1. Geometri perhitungan ukuran butir bentuk lamelar [9] Kekerasan dipengaruhi oleh unsur pemadu yang membentuk fasa kedua hasil reaksi antara unsur matrik dengan unsur pemadu. Fasa kedua dapat membentuk inklusi atau presipitat. Pengaruh oksigen, nitrogen, dan karbon terhadap kekerasan sangat signifikan sehingga atmosfir harus dikondisi dengan argon. Mikrostruktur juga berpengaruh pada kekerasan, dengan parameter yang berpengaruh antara lain ukuran butir, bentuk butir, orientasi butir dan adanya fasa kedua yaitu inklusi dan presipitat. Karakteristik ukuran butir dapat dibentuk dengan perlakuan panas, perlakuan mekanik, kombinasi dari mekanik dan panas, jenis paduan dan komposisi paduan. Korelasi ukuran butir (d g ) dengan kekuatan mekanik (δ g ) ditunjukkan pada persamaan (6) [11]. -½ δ g = k g d g (6) dimana k g = faktor empiris penguatan ukuran butir. Korelasi ukuran presipitat (d s ) dengan kekuatan mekanik (δ s ) ditunjukkan persamaan (7) [11]. -½ δ s = k s d s (7) dimana k s = faktor empiris penguatan ukuran presipitat. III. TATA KERJA 3.1 Bahan Bahan yang digunakan meliputi serbuk Zr, Sn, Fe, dan Cr; gas argon; kertas gerinda grit 180, 500, 800 dan 1200; etanol 95%; aseton; serbuk acryfic dan larutan buatan Struers; pasta alumina (Al 2 O 3 ) 1 μm dari Struers; asam nitrat 70%; dan asam fluorida 48%. 3.2 Alat Peralatan yang digunakan adalah timbangan analitik, ball mills buatan Retsch, mesin pencuci ultrasonik tipe metason 120 dari Struers, tungku perlakuan panas (maksimum 1 280 C) 4

ISSN 1907 2635 Pengaruh Pemadu Fe dalam Zircaloy-4 Sn Rendah dan Perlakuan Panas pada Mikrostruktur dan Sifat Mekanik (Sugondo) tipe N41/H, mesin potong Accutom buatan Struers dengan pisau potong berlapis intan, mesin gerinda/poles DAP-U dari Struers, mikroskop optik Nikon Ephipot, alat uji kekerasan tipe Leitz Micro Hardness Tester, dan peralatan gelas seperti beaker. 3.3 Cara Kerja Paduan Zircaloy-4 Sn rendah (ELS) variasi (0,5;0,75;1,0)% Fe disintesa dengan tungku busur tunggal. Komposisi unsur utama paduan adalah Zr 0,5%Sn 0,04%Cr (0,5;0,75;1,0)% Fe. Selanjutnya sampel dipanaskan pada temperatur 1 050 C selama 0,5 jam, diikuti quenching dari temperatur 1 050 C dengan cara dimasukkan ke dalam air dingin. Kemudian sampel dianil pada temperatur 400, 500, 600 dan 700 C selama 4 jam. Pengambilan mikrostruktur dilakukan dengan mikroskop optik. Sampel digerinda, dipoles dan dietsa dengan larutan campuran 45 ml H 2 O, 45 ml 70% HNO 3, dan 10 ml 48% HF. Uji kekerasan dilakukan dengan metode kekerasan mikro yaitu Vickers Hardness Number (VHN). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Metalografi 4.1.1 Mikrostruktur Mikrostruktur Zircaloy-4 Sn rendah dengan kadar (0,5;0,75;1,0)% Fe yang berupa ingot, hasil quenching dan anil, mempunyai struktur lamelar. Mikrostruktur Zircaloy-4 Sn rendah dengan kadar 1,0% Fe dapat dilihat pada Gambar 2 sampai Gambar 7. Mikrostruktur Zircaloy- 4 Sn rendah dengan kadar Fe 0,5% dan 0,75% mempunyai pola struktur yang sama. Seperti diuraikan di teori, koloni lamelar berasal dari tidak sempurnanya dekomposisi fasa-β zirkonium dalam sistem eutectoid menjadi fasa-α zirkonium. Secara prinsip reaksi dasar dekomposisi adalah sebagai berikut. Larutan padat fasa-β larutan padat fasa-α + ZrM Senyawa ZrM adalah senyawa intermetalik, dimana untuk unsur paduan Fe dan Cr mengikuti rumus senyawa ZrM 2 yaitu ZrFe 2 dan ZrCr 2. Fasa-α zirkonium dalam mikrostruktur tampak terang dan fasa-β zirkonium dan senyawa intermetalik tampak gelap. Pembahasan mikrostruktur secara kuantitatif dapat ditinjau dari ukuran butir. Gambar 2. ELS 1,0% Fe, ingot, 400 Gambar 3. ELS 1,0% Fe, quenching, 400 5

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 2 No. 1 Januari 2006: 1 55 ISSN 1907 2635 Gambar 4. ELS 1,0% Fe, anil 400 C, 4 jam, 400 Gambar 5. ELS 1,0% Fe, anil 500 C, 4 jam, 400 Gambar 6. ELS 1,0% Fe, anil 600 C, 4 jam, 400 Gambar 7. ELS 1,0% Fe, anil 700 C, 4 jam, 400 4.1.2 Ukuran Butir Pengukuran butir dilakukan menggunakan metode lamelar, persamaan (1) dan persamaan (2). Selanjutnya dibuat distribusi ukuran butir. Jika kondisi pemanasannya yaitu waktu, temperatur dan siklus serta etsa sesuai maka diperoleh ukuran butir yang sistematis, artinya batas butir tampak dengan jelas. Dengan demikian diperoleh distribusi ukuran butir yang mendekati distribusi normal. Oleh karena itu analisis ukuran butir didasarkan pada distribusi normal (Fungsi Gauss/Gaussian Function). Berdasarkan distribusi normal maka frekuensi paling banyak merupakan harga rerata ( X ). Simpangan baku diberi simbol (δ ). Jika interval ukuran butir ditentukan pada tingkat kepercayaan 90% maka interval ukuran butir adalah antara ( X 3δ) sampai ( X +3δ). Ukuran butir rerata yang disertai simpangan baku pada tingkat kepercayaan 90% dapat dilihat Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dibuat kurva kadar Fe versus ukuran butir yang ditunjukkan pada Gambar 8. 6

ISSN 1907 2635 Pengaruh Pemadu Fe dalam Zircaloy-4 Sn Rendah dan Perlakuan Panas pada Mikrostruktur dan Sifat Mekanik (Sugondo) Tabel 1. Kadar Fe (%) versus ukuran butir (mm) paduan Zircaloy-4 Sn rendah Kadar Fe (%) Ingot Quenching 0,5 0,0575 ± 0,0015 0,75 0,067 ± 0,0015 1,0 0,0603 ± 0,0097 0,0681 ± 0,0063 0,064 ± 0,0055 0,0564 ± 0,0025 Ukuran butir (mm) Anil 400 C 500 C 600 C 700 C 0,0556 0,0899 0,0622 0,0591 ± 0,0031 ± 0,0013 ± 0,0044 ± 0,0020 0,1499 0,0669 0,0715 0,0532 ± 0,0079 ± 0,0035 ± 0,0066 ± 0,0029 0,0753 0,043 0,0815 0,0892 ± 0,0013 ± 0,0101 ± 0,0056 ± 0,0055 Ukuran butir paduan dengan kadar 0,5% Fe. Diperoleh ukuran butir terkecil dari hasil anil pada temperatur 400 C sebesar 0,0556 mm dan ukuran butir terbesar hasil anil pada temperatur 500 C sebesar 0,0899 mm. Dengan demikian, maka untuk pertumbuhan butir pada paduan yang mengandung 0,5% Fe yang baik adalah hasil pemanasan pada temperatur 500 C, dan untuk penghalusan butir pada temperatur 400 C. Ukuran butir paduan dengan kadar 0,75% Fe. Diperoleh ukuran butir terkecil dari hasil anil pada temperatur 700 C sebesar 0,0532 mm dan ukuran butir terbesar hasil anil pada temperatur 400 C sebesar 0,1499 mm. Dengan demikian, maka untuk pertumbuhan butir pada paduan yang mengandung 0,75% Fe yang baik adalah hasil pemanasan pada temperatur 400 C, dan untuk penghalusan butir pada temperatur 700 C. Ukuran butir paduan dengan kadar 1,0% Fe. Diperoleh ukuran butir terkecil dari hasil anil pada temperatur 500 C sebesar 0,043 mm dan ukuran butir terbesar hasil anil pada temperatur 700 C sebesar 0,0892 mm. Dengan demikian, maka untuk pertumbuhan butir pada paduan yang mengandung 1,0% Fe yang baik adalah hasil pemanasan pada temperatur 700 C, dan untuk penghalusan butir pada temperatur 500 C. 0,16 Ukuran butir, (mm) 0,14 0,12 0,1 0,08 0,06 0,04 Ingot Quenching Anil 400 C Anil 500 C Anil 600 C Anil 700 C 0,4 0,6 0,8 1 1,2 Kadar Fe (%) Gambar 8. Kadar Fe (%) versus ukuran butir (mm) paduan Zircaloy-4 Sn rendah 7

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 2 No. 1 Januari 2006: 1 55 ISSN 1907 2635 Untuk sampel yang dianil pada temperatur 500 C, ukuran butir turun dengan naiknya kadar Fe yang kemungkinan besar terjadi pembentukan presipitat. Sehingga, dengan bertambahnya kadar Fe presipitat yang terbentuk semakin banyak dan mengakibatkan koloni lamelar semakin halus. Sebaliknya pada temperatur 600 C, ukuran butir naik dengan bertambahnya kadar Fe. Dengan demikian meningkatnya kadar Fe memacu pertumbuhan butir dan mengakibatkan semakin kasar koloni lamelar. 4.2 Sifat Mekanik 4.2.1 Kekerasan Kekerasan dipengaruhi oleh jenis dan kadar pemadu seperti terlihat pada Tabel 2 dan Gambar 9. Tabel 2. Kadar Fe (%) versus kekerasan (kg/mm 2,VHN) paduan Zircaloy-4 Sn rendah Kadar Fe Kekerasan (kg/mm 2,VHN) (%) Ingot Quenching Anil 400 C 500 C 600 C 700 C 0,5 198,9 205,6 197,6 203,8 166,2 188,9 0,75 180,0 190,1 164,3 202,6 178,8 162,3 1,0 180,0 198,6 153,7 180 165,2 150,8 210 Kekerasan, (VHN) 200 190 180 170 160 150 Ingot Quenching Anil 400 C Anil 500 C Anil 600 C Anil 700 C 140 0,4 0,6 0,8 1 Kadar Fe (%) Gambar 9. Kadar Fe (%) versus kekerasan (kg/mm 2,VHN) paduan Zircaloy-4 Sn rendah Kekerasan paduan dengan kadar 0,5% Fe. Diperoleh kekerasan terendah dari hasil anil pada temperatur 600 C sebesar 166,2 VHN (kg/mm 2 ) dan kekerasan tertinggi diperoleh dari quenching sebesar 205,6 VHN (kg/mm 2 ). Dengan demikian, maka untuk pengerasan pada 8

ISSN 1907 2635 Pengaruh Pemadu Fe dalam Zircaloy-4 Sn Rendah dan Perlakuan Panas pada Mikrostruktur dan Sifat Mekanik (Sugondo) paduan yang mengandung 0,5% Fe yang baik adalah hasil quenching dalam air dari temperatur 1050 C, dan untuk pelunakan yang baik adalah hasil pemanasan pada temperatur 600 C. Kekerasan paduan dengan kadar 0,75% Fe. Diperoleh kekerasan terendah dari hasil anil pada temperatur 700 C sebesar 162,3 VHN (kg/mm 2 ) dan kekerasan tertinggi diperoleh dari hasil anil pada temperatur 500 C sebesar 202,6 VHN (kg/mm 2 ). Dengan demikian, maka untuk pengerasan pada paduan yang mengandung 0,75% Fe yang baik adalah hasil pemanasan pada temperatur 500 C, dan untuk pelunakan yang baik adalah hasil pemanasan pada temperatur 700 C. Kekerasan paduan dengan kadar 1,0% Fe. Diperoleh kekerasan terendah dari hasil anil pada temperatur 700 C sebesar 150,8 VHN (kg/mm 2 ) dan kekerasan tertinggi diperoleh dari hasil quenching sebesar 198,6 VHN (kg/mm 2 ). Dengan demikian, maka untuk pengerasan pada paduan yang mengandung 1,0% Fe yang baik adalah hasil quenching dalam air dari temperatur 1050 C, dan untuk pelunakan yang baik adalah hasil pemanasan pada temperatur 700 C. 4.2.2 Kekuatan Luluh Kekuatan luluh dikonversi dari harga kekerasan yang dihitung dari persamaan (4) dan hasilnya ditabulasikan pada Tabel 3. Kekuatan luluh paduan dengan kadar 0,5% Fe. Diperoleh kekuatan luluh terendah dari hasil anil pada temperatur 600 C sebesar 36.570 psi dan kekuatan luluh tertinggi diperoleh dari quenching sebesar 45.228 psi. Dengan demikian, maka untuk penguatan pada paduan yang mengandung 0,5% Fe yang baik adalah hasil quenching dalam air dari temperatur 1050 C, dan untuk pelunakan yang baik adalah hasil pemanasan pada temperatur 600 C. Kekuatan luluh paduan dengan kadar 0,75% Fe. Diperoleh kekuatan luluh terendah dari hasil anil pada temperatur 700 C sebesar 35.710 psi dan kekuatan luluh tertinggi diperoleh dari hasil anil pada temperatur 500 C sebesar 44.566 psi. Dengan demikian, maka untuk penguatan pada paduan yang mengandung 0,75% Fe yang baik adalah hasil pemanasan pada temperatur 500 C, dan untuk pelunakan yang baik adalah hasil pemanasan pada temperatur 700 C. Kekuatan luluh paduan dengan kadar 1,0% Fe. Diperoleh kekuatan luluh terendah dari hasil anil pada temperatur 700 C sebesar 33.176 psi dan kekuatan luluh tertinggi diperoleh dari hasil quenching sebesar 43.696 psi. Dengan demikian, maka untuk penguatan pada paduan yang mengandung 1,0% Fe yang baik adalah hasil quenching dalam air dari temperatur 1050 C, dan untuk pelunakan yang baik adalah hasil pemanasan pada temperatur 700 C. 9

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 2 No. 1 Januari 2006: 1 55 ISSN 1907 2635 Tabel 3. Kadar Fe (%) versus kekuatan luluh (psi) paduan Zircaloy-4 Sn rendah Kadar Fe (%) Ingot Quenching Kekuatan luluh (psi, 10 3 ) Anil 400 C 500 C 600 C 700 C 0,5 43,759 45,228 43,474 44,829 36,570 41,553 0,75 39,592 41,820 36,136 44,566 39,347 35,710 1,0 39,592 43,696 33,816 39,592 36,352 33,176 4.2.3 Kekuatan Tarik Kekuatan tarik dikonversi dari harga kekerasan yang dapat dihitung dari persamaan (5) dan hasilnya ditabulasikan pada Tabel 4. Kekuatan tarik paduan dengan kadar 0,5% Fe. Diperoleh kekuatan tarik terendah dari hasil anil pada temperatur 600 C sebesar 51.531 psi dan kekuatan tarik tertinggi diperoleh dari quenching sebesar 63.731 psi. Dengan demikian, maka untuk penguatan pada paduan yang mengandung 0,5% Fe yang baik adalah hasil quenching dalam air dari temperatur 1050 C, dan untuk pelunakan yang baik adalah hasil pemanasan pada temperatur 600 C. Kekuatan tarik paduan dengan kadar 0,75% Fe. Diperoleh kekuatan tarik terendah dari hasil anil pada temperatur 700 C sebesar 50.318 psi dan kekuatan tarik tertinggi diperoleh dari hasil anil pada temperatur 500 C sebesar 62.798 psi. Dengan demikian, maka untuk penguatan pada paduan yang mengandung 0,75% Fe yang baik adalah dipanaskan pada temperatur 500 C, dan untuk pelunakan yang baik adalah hasil pemanasan pada temperatur 700 C. Kekuatan tarik paduan dengan kadar 1,0% Fe. Diperoleh kekuatan tarik terendah dari hasil anil pada temperatur 700 C sebesar 46.749 psi dan kekuatan tarik tertinggi diperoleh dari hasil quenching sebesar 61.571 psi. Dengan demikian, maka untuk penguatan pada paduan yang mengandung 1,0% Fe yang baik adalah hasil quenching dalam air dari temperatur 1050 C, dan untuk pelunakan yang baik adalah hasil pemanasan pada temperatur 700 C. Tabel 4. Kadar Fe (%) versus kekuatan tarik (psi) paduan Zircaloy-4 Sn rendah Kadar Fe Kekuatan tarik (psi, 10 3 ) (%) Ingot Quenching Anil 400 C 500 C 600 C 700 C 0,5 61,661 63,731 61,259 63,169 51,531 58,552 0,75 55,789 58,928 50,919 62,798 55,443 50,318 1,0 55,789 61,571 47,650 55,789 51,223 46,749 4.3 Korelasi Ukuran Butir dan Sifat Mekanik Jika dibandingkan antara Gambar 8 dengan Gambar 9 maka diperoleh fakta yang tidak sesuai dengan persamaan (3). Seharusnya dengan bertambah besar ukuran butir maka kekerasan menurun. Hukum ini hanya dipenuhi dari hasil anil pada temperatur 700 C. Artinya 10

ISSN 1907 2635 Pengaruh Pemadu Fe dalam Zircaloy-4 Sn Rendah dan Perlakuan Panas pada Mikrostruktur dan Sifat Mekanik (Sugondo) pelarutan dan pertumbuhan butir berjalan sempurna pada anil 700 C. Dengan demikian penambahan Fe mengakibatkan ukuran butir dan presipitat bertambah besar. Jadi persamaan (3) dan persamaan (4) terpenuhi. Hal sebaliknya terjadi dari hasil anil pada temperatur 500 C, bahwa kekerasan berbanding lurus dengan ukuran butir, yang seharusnya berbanding terbalik. Dengan demikian pengerasan bahan dikendalikan oleh presipitat. Penambahan kadar Fe mengakibatkan pertambahan jumlah inti presipitat dan ukuran presipitat menjadi lebih halus. Jadi secara implisit kekerasan dikendalikan oleh persamaan (4). Hal serupa terjadi dari anil pada temperatur 400 C, dimana ukuran butir terbesar pada kadar 0,75% Fe tetapi harga kekerasan menurun dengan penambahan kadar Fe. V. KESIMPULAN 1. Mikrostruktur Zircaloy-4 Sn rendah (ELS) dengan kadar Fe antara 0,5% sampai 0,75% termasuk tipe lamelar dengan ukuran butir paling kecil 0,043 mm untuk paduan 1,0% Fe hasil pemanasan 500 C selama 4 jam dan paling besar 0,074 9 mm pada paduan 0,75% Fe hasil pemanasan 400 C selama 4 jam. 2. Kekerasan paling besar ialah 205,6 VHN pada sampel 0,5% Fe hasil quenching dan paling kecil 150,8 VHN pada sampel 1,0% Fe hasil pemanasan 700 C selama 4 jam. 3. Kekuatan luluh paling besar ialah 45.228 psi pada sampel 0,5% Fe hasil quenching dan paling kecil 33.176 psi pada 1,0% Fe hasil pemanasan 700 C selama 4 jam. 4. Kekuatan tarik paling besar ialah 63.731 psi pada sampel 0,5% Fe hasil quenching dan paling kecil 46.749 psi pada sampel 1,0% Fe hasil pemanasan 700 C selama 4 jam. 5. Pengerasan dan penguatan tidak hanya dikendalikan oleh butir tetapi juga dikendalikan oleh presipitat, baik untuk pengerasan dan penguatan melalui pemanasan pada temperatur 500 C dan untuk pelunakan melalui pemanasan pada temperatur 700 C. VI. UCAPAN TERIMA KASIH Kami mengucapkan terima kasih kepada Yatno Agus Dwi Susanto yang telah membantu peleburan, Djoko Kisworo dan Mugiyono yang telah membantu perlakuan panas, Slamet Pribadi yang telah membantu metalografi, dan Hadijaya yang telah membantu uji kekerasan. VII. PUSTAKA 1. HARBOTTLE, J.E., and STASSER, A.A., Towards Failure-Free Fuel, Fuel Review 1994, Nuclear Engineering International, 1994, pp.28-30. 2. MARDON, J.P., et. al., Development of New Zirconium Alloys for PWR Fuel Rod Cladding, Proceedings 1994 International Topical Meeting on Light Water Reactor Fuel Performance, Florida, April 17-21, 1994, p.643. 3. SABOL, G.P., KILP, G.R., BALFOUR, M.G., and ROBERT, E., Development of a Cladding Alloy for High Burnup, in Zirconium in Nuclear Industry: 8 th Int. Symp., ASTM, STP 1023, PA., 1989, pp.227-244. 4. MANZEL, R., COQUERELLE, M., and BILLAUX, M.R., Fuel Rod Behaviour at Extended Burnup, Proceedings 1994 International Topical Meeting on Light Water Reactor Fuel Performance, Florida, April 17-21, 1994, pp.335-342. 5. PEMSLER, J.P., Cladding Material, Academic Press, London, 1963, p.204. 6. FIZZOTI, C., Principles of Nuclear Fuel Production, Vol. 2, Specialized Training Course for BATAN's Personnel, ENEA/BATAN, 1984, pp.42-47. 11

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 2 No. 1 Januari 2006: 1 55 ISSN 1907 2635 7. REED-HILL, R.E., Physical Metallurgy Principle, 2 nd ed., Wadsward, California, 1973, p.101. 8. CHARQUED, D., HAHN, R., ORTLIEB, E., GROS, J.P., and WADIER, J.F., Solubility Limits and Formation of Intermetallic Precipitates in Zr-Sn-Fe-Cr Alloys, Zirconium in the Nuclear Industry: 8 th Int. Symp., ASTM-STP-1023, in VAN SWAN, L.F.P., and GARDE, A.M., Eds., American Society for Testing and Materials, W.Conshohoken, Pennsylvania, 1989, pp.405-442. 9. MILLS, K., et. al., Metalography and Microstructures, Vol. 9, 9 th ed., ASM Handbook, USA, 1992, pp.128-129. 10. CHUBB, W., MUEHLENKAMP, G.T., SHOBER, F.R., and SCHWOPE, A.D., Mechanical Properties of Zirconium and Its Alloys, in LUSTMAN, B., and KERZE, F.J.R., The Metallurgy of Zirconium, 1 st ed., McGraw-Hill, New York, 1955, pp.490-552. 11. REED-HILL, R.E., Physical Metallurgy Principle, 2 nd ed., Wadsward, California, 1973, p.229. 12